OLEH
Alvi Syukrina
0908113732
Pembimbing :
dr. Andi Zainal
PENDAHULUAN
Perdarahan saluran cerna bagian atas (PSCBA) merupakan suatu keadaan
kegawatdaruratan yang sering terjadi dan membawa pasien datang untuk berobat
ke dokter. Angka kejadian dan angka kematian akibat kejadian muntah darah ini
masih tinggi. Pasien biasanya datang dengan keluhan muntah darah dirumah atau
buang air besar hitam. Keadaan ini perlu menjadi perhatian terutama pada
penanganan pertama diruang gawat darurat. Salah satu bentuk manifestasi klinik
dari perdarahan SCBA adalah hematemesis. Hematemesis adalah muntah darah
segar (bekuan/gumpalan atau cairan berwarna merah cerah) atau hematin (berubah
karena enzim dan asam lambung menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti
butiran kopi). Hematemesis biasanya menunjukkan adanya perdarahan disebelah
proksimal LigamentumTreiz, karena darah yang memasuki traktus gastrointestinal
dibawah duodenumjarang masuk kedalam lambung.1
Kasus perdarahan saluran cerna yang paling banyak ditemukan adalah
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (PSCBA). Di Amerika Serikat,
diperkirakan 100/100.000 penduduk dirawat di rumah sakit karena penyakit ini.
Kasus ini paling banyak ditemui pada pria dan semakin meningkat insidennya
pada orangtua ( >60 tahun ). Di Prancis, dilaporkan angka kematian dari
perdarahan SCBA telah menurun dari 11% menjadi 7% dan di Spanyol juga
dilaporkan angka kematian perdarahan SCBA lebih besar 6x dari angka kematian
perdarahan SCBB. Perdarahan SCBA berdasarkan keperluan klinik dibedakan
atas perdarahan varises esophagus dan perdarahan non varises, karena terdapat
perbedaan penanganan dan prognosis diantara keduanya. Penyebab tersering
timbulnya perdarahan SCBA adalah ulkus peptikum, varises esophagus, gastritis
erosif, gastropati kongestif, sindrom Mallory-Weiss, dan keganasan. Dari
penyebab perdarahan SCBA, meliputi hampir 90% dapat ditemukan suatu lesi
yang pasti. Pecahnya varises esophagus merupakan penyebab tersering terjadinya
perdarahan SCBA terutama pada negara berkembang.2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
1
Patofisiologi
Patogenesis terjadinya gastritis dan ulkus peptikum jika terjadi
terganggunya
sekresi
asam
dan
pro;iferasi
sel-sel
mukus,
menghasilkan
vasodilator
prostaglandin E dan I, yang apabila terjadi gangguan dan hambatan (COX-1) akan
timbul vasokontriksi sehingga aliran darah menurun yang menyebabkan nekrose
epitel.
Hambatan COX-2 menyebabkan peningkatan perlekatan leukosit PMN
pada endotel vaskuler gastroduodenal dan mesenterik, dimulai dengan pelepasan
protease, radikal bebas oksigen sehingga memperberat kerusakan epitel dan
endotel, perlekatan leukosit PMN menimbulkan stres aliran mikrovaskuler,
iskemia dan berakhir dengan kerusakan mukosa/tukak peptik.
Titik sentral kerusakan mukosa gastroduodenal pada penggunaan
OAINS/ASA berada pada kerusakan mikrovaskuler yang merupakan kerjasama
antara COX-1 dan COX-2.
b. Asam lambung
Bahan iritan akan menimbulkan kerusakan mukosa dan terjadi difusi balik
ion H+. Histamin terangsang untuk lebih banyak mengeluarkan asam lambung,
timbul dilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan
mukosa lambung, gastritis akut atau kronis dan ulkus lambung. Ulkus lambung
yang letaknya dekat pilorus atau dijumpai bersama dengan ulkus duodenum
biasanya disertai hipersekresi asam sedangkan bila lokasinya pada tempat lain
dilambung biasanya disertai hiposekresi asam.
c. Helicobacter pylory
Kolonisasi H. Pylori dalam duodenum terbatas pada daerah metaplasia
lambung dan ditemukan dalam epitel lambung yang metaplastik dalam bulbus
duodenum pada pasien dengan ulkus duodenum. H. Pylori terbukti merupakan
penyebab dari beberapa bentuk gastritis akut dan kronis
d. Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan ulkus duodenum adalah
merokok, stres, malnutrisi, faktor genetik dan beberapa penyakit tertentu seperti
Zollinger Elison, hiperparatiroid.
2. Faktor defensif
a. Faktor preepitel terdiri dari :
- Mukus dan bikarbonat yang berguna untuk menahan pengaruh asam
lambung/pepsin. Mukus lambung penting dalam pertahanan mukosa dan
dalam mencegah ulserasi peptik. Ciri mukus lambung bersifat alkalis oleh
karena itu dinding normal lambung tidak pernah secara langsung terpapar
dengan sekresi lambung yang sangat asam dan proteolitik. Bikarbonat, bila
pankreas dirangsang untuk mensekresikan sangat banyak getah pankreas,
konsentrasi ion bikarbonat akan meningkat sampai setinggi 145 mEq/L, suatu
angka lima kali lebih besar dari ion bikarbonat dalam plasma. Keadaan ini
menghasilkan sejumlah besar ion alkali pada getah pankreas yang berfungdi
-
b. Faktor epitel
jaringan.
Faktor pertumbuhan, prostaglandin, dan nitrit oksida
c. Faktor subepitel
-
2.4
Gambaran klinis
Gejala klinis dari perdaraha SCBA diantaranya adalah hematemesis,
Ikterik 5,2%
2.5
a.
Hipotensi (<90/60 mmHg atau MAP < 70 mmHg) dengan frekuensi nadi
>100/menit
Tekanan diastolik ortostatik turun > 10 mmHg atau sistolik turun > 20 mmHg
Frekuensi nadi ortostatik meningkat > 15/menit
Akral dingin
Kesadarn menurun
Anuria atau oliguria (produksi urin < 30ml/jam)
Kecurigaan perdarahan akut dalam jumlah besar selain ditandai kondisi
Hematemesis
Hematoskezia
Darah segar pada pipa nasogastrik dan dengan lavase tidak segera jernih
Hipotensi persisten
Dalam 24 jam menghabiskan transfusi darah melebihi 800-1000ml
2.6
Pemeriksaan Lanjutan
Sambil melakukan upaya mempertahankan stabilitas hemodinamik
2.9
Tatalaksana Hematemesis
1. Non endoskopi
a. Kumbah lambung dengan air suhu kamar. Prosedur ini diharapkan mengurangi
distensi lambung dan memperbaiki proses hemostatik. Kumbah lambung
diperlukan untuk persiapan pemeriksaan endoskopi.
b. Pemberian vitamin K. Pemberian vitamin K pada pasien dengan penyakit hati
kronis diperbolehkan dengan pertimbangan biaya relatif murah dan tidak
merugikan.
c. Vasopressin. Perdarahan SCBA dapat dihentikan melalui efek vasokontriksi
pembuluh darah splankik yang menyebabkan aliran darah dan tekanan vena
porta menurun. Pemberian vasopressin dengan cara mengencerkan sediaan
vasopressin 50 unit dalam 100 mL dekstrose 5% diberikan 0,5-1 mg/menit/iv
selama 20-60 menit dan dapat diulang setiap 3-6 jam ; setelah pemberian
pertama dilanjutkan perinfus 0,1-0,5 U/menit. Vasopressin dapat menimbulkan
efek samping serius berupa insufisiensi koroner mendadak sehingga
pemberiannya
disarankan
dengan
preparat
nitrat,
misalnya
dengan
Kontraindikasi relatif :
atau kejang-kejang
Gangguan kesadaran
9
Tumor mediastinum
ILUSTRASI KASUS
Identitaspasien
10
Nama
: Tn. S
No RM
: 59.28.12
Umur
: 55tahun
JenisKelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status
: Menikah
Alamat
Masuk RS
: 26Juni 2013
ANAMNESIS
Autoanamnesis
KeluhanUtama
Pasienmengeluhkanmuntahdarahdisertai BAB berwarnahitamsejak 6 jam SMRS
(SebelumMasukRumahSakit)
RiwayatPenyakitSekarang
-
jam
SMRS
(SebelumMasukRumahSakit),pasienmengeluhkanmuntahdarahberwarnake
hitamansebanyak
gelas
Sebelumnyapasienmengeluhkan
aqua,
BAB
muntahdisertaisisamakanan.
(Buang
Air
Besar)
berwarnakehitaman, frekuensi 1 kali, lendir (-), darah (-). BAK (Buang Air
Kecil)
normal.
Pasienmengeluhkansulittidursejak
hari
SMRS
(SebelumMasukRumahSakit).PasienrutinkontrolkepoliParudanmengkonsu
msiobatsesaknafas. Dan pasienmengkonsumsijamurutin.
RiwayatPenyakitDahulu
11
RiwayatPenyakitKeluarga
-
RiwayatSosialEkonomidanKebiasaan
-
Pasienmerokok (+)tetapisudahberhenti
Konsumsijamurutin (+)
Konsumsiobatsesaknafasrutin
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran
: Komposmentis
Keadaan umum
Vital Sign
: - Tekanan darah
: 110/70mmHg
Frekuensi nadi
: 72x/menit, regular
Suhu
: 36,70 C
Status gizi
: sedang
Tinggibadan
: 158 cm
Beratbadan
: 45 kg
Kepala danleher
-
Paru
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor padakedualapanganparu
Auskultasi
Jantung
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Dextra
Sinistra
Auskultasi
: batas-batasjantung
: RIC V lineaparasternalisdekstra
: RIC V 2 jari medial LMCS
: bunyijantung I dan II normal, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen
-
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
-
Akral hangat
Pemeriksaan Penunjang
Hasillaboratorium
Tanggal 26Juni 2013
WBC
: 15.600/ul
RBC
: 4.070.000 /ul
Hb
: 10,4 gr/dl
Ht
: 32,1 %
MCV
: 78,7
MCH
: 25,5
MCHC
: 32,4
PLT
: 557.000/ul
Kimia darah
Tanggal 26Juni 2013
AST
: 31,3 u/l
ALT
: 31 u/l
BilD
: 0,22 mg/dl
Glu
: 116 mg/dl
13
URE
: 59,5 mg/dl
CRE
: 0,8 mg/dl
BUN
: 27,8 mg/dl
RESUME
-
Pasien
Tn.
S,
55tahundatangke
RSUD
AA
dengankeluhanmuntahberdarahberwarnakehitamanbercampurmakanan,
disertai
BAB
berwarnakehitamansejak
(SebelumMasukRumahSakit),Pasiensulittidursejak
jam
3
hari
SMRS
SMRS
(SebelumMasukRumahSakit).
Pasienmemilikiriwayatasmadankonsumsiobatsesaknafassejakmuda.
Pasienmengkonsumsijamusecararutin.
Padapemeriksaanfisikditemukankonjungtivaanemis
(+/+)
Hematemesisdan melena
Anemia
Leukositosis
RencanaPemeriksaan
-
Endoskopi
RencanaPenatalaksanaan
-
Non farmakologis
Istirahat/ tirah baring
Farmakologis
Pemasangan NGT
IVFD NaCl 0,9 % 20 gtt/mnt
14
28Juni 2013
S: pasienudahmerasalebihbaik, lemasmasihada minimal
O: TD 110/70 mmHg
15
29 Juni 2013
S: pasienudahmerasalebihbaik, lemasmasihada minimal
O: TD 120/70 mmHg
HR83x/menit, regular, isicukup
RR 21x/menit
T 36,5C
Pemeriksaanfisik :konjuctiva anemis (-/-), NT epigastrium (-)
A: PSCBA etcausa OAINS
P:Inj omeprazole2x40mg
Inj kalnex 3x1 amp
Impepsasyr 3x 2cth
PasienPulang
PEMBAHASAN
16
itu
dilakukan
dengan
caramenjaga
aliran
darah
mukosa,
17
defense. Aliran darah mukosa yang menurun menimbulkan adesi neutrofil pada
endotel pembuluh darah mukosa dan memacu lebih jauh proses imunologis.
Radikal bebas dan protease yang dilepaskan akibat proses imunologis tersebut
akan merusak mukosa lambung.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dikatakan bahwa pasien mengalami
hematemesis melena ec gastropati NSAID. Namun untuk menegakkan diagnosis
secara
pasti
harus
dilakukan
endoskopi.Padapasienjugaterdapatpeningkatanleukosit
pemeriksaan
(leukositosis)
dengan
sebesar
15.600 /uldicurigaipadapasientelahterjadiinfeksiterutamabakteri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH. Accute upper gasrtrointestinal
bleeding. Dalam: Current diagnosis & treatment in gastroenterology. Second
edition. USA: international edition. 2003. 53-16.
18
19