Anda di halaman 1dari 94

BAB.

XII SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR


A.

PERSYARATAN TEKNIS UMUM


1. PENDAHULAN
Yang dimaksud dengan persyaratan teknis umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara
umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa diterapkan. Bagian pekerjaan
yang diungkapkan dalam satu atau lebih dari dokumen berikut dibawah ini.
a. Gambar - gambar pelelangan / pelaksanaan.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan.
c. Perincian volume.
d. Berita acara rapat penjelasan.
Dalam hal dimana ada bagian dari persyaratan teknis umum ini tidak mencakup salah satu bagian yang
disebutkan di atas bisa diterapkan, maka bagian dari persyaratan teknis umum tersebut dianggap tidak
berlaku.
2. LINGKUP PEKERJAAN FISIK BANGUNAN
Dengan tidak mengurangi lingkup pekerjaan yang diberikan pada persyaratan teknis khusus atau bagian
penjelasan lainnya (rapat penjelasan, surat-menyurat dan lain sebagainya) dibawah ini diperjelas bahwa
dalam lingkup pekerjaan termasuk :
a. Pekerjaan persiapan meliputi :
1) Pengukuran (uitzet)
2) Pembuatan papan nama proyek
3) Penerangan lokasi kerja
4) Pembuatan bedeng / los-los kerja Pelaksana Pekejaan / Pemborong
5) Mobilisasi peralatan
6) Pembuatan foto-foto dan laporan pelaksanaan
7) Pembuatan As-build-drawing
8) Pembersihan tapak bangunan
b. Pekerjaan Pondasi
1) Yang dimaksud dengan penyediaan/pengadaan material, peralatan dan tenaga untuk pekerjaan
pondasi disini adalah penyediaan / pengadaan material serta tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan proyek sesuai schedule yang ditetapkan.
c. Pekerjaan Galian
1) Galian tanah dilakukan sampai dengan kedalaman tertentu sesuai gambar rencana.
2) Pembuangan tanah bekas galian yang tidak di pergunakan
d. Pekerjaan Konstruksi Fisik meliputi :
A. Pekerjaan Struktur : Struktur Atap gedung konstruksi beton .
B. Pekerjaan Arsitektur
C. Pekerjaan M & E menyeluruh.
3. REFERENSI
Referensi seluruh bagian pekerjaan dalam kegiatan pekerjaan ini, kecuali jika secara khusus disyaratkan
lain dalam satu atau lebih dalam dokumen pelelangan/pelaksanaan, juga berlaku :
a. Undang-Undang R.I.
b. Peraturan / Surat Keputusan dari instansi yang berwewenang.

Spesifikasi Teknis Umum | 1

c. Peraturan Pemerintah.
d. Peraturan Pemerintah Daerah.
e. Standard / Normalisasi/Pedoman di Indonesia.
Dalam hal ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak termasuk dalam persyaratan teknis
umum/khusus. Maka juga harus mengacu pada :
a. Standard/Normalisasi/Kode/Pedoman yang dapat diterapkan pada bagian pekerjaan bersangkutan,
yang dikeluarkan oleh instansi/Institusi/Asosiasi Profesi/Asosiasi Produsen/Lembaga Pengujian
Nasional dari negara lain, sejauh hal tersebut diperoleh kesepakatan dengan Konsultan Pengawas.
b. Brosur teknis dari produsen yang di dukung sertifikat dari lembaga pengujian yang diakui Badan
Nasional/Internasional.
4. PEMAKAIAN UKURAN
a. Sebelum pelaksanaan kontraktor mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambargambar yang ada (Arsitektur, Struktur dan M&E) & kondisi lapangan serta kebenaran dari ukuran
ukuran keseluruhan maupun bagian bagiannya dan segera memberitahukan Konsultan Pengawas
tentang setiap perbedaan yang ditemukan didalam pelaksanaan. Pelaksana Pekerjaan / Pemborong
baru diizinkan membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan
tertulis dari Konsultan pengawas.
c. Sebelum pelaksanaan juga wajib mengukur ulang site dan penempatan bangunan.
5. PEMERIKSAAN DAN PENGETESAN
a. Yang dimaksud dengan pemeriksaan dan pengetesan disini, bahwa sebelum dan sesudah
melakukan suatu pekerjaan, maka harus ada persetujuan dari pihak Konsultan Pengawas. Adapun
hasil yang dicapai harus tetap menjadi tanggungjawab Meskipun pekerjaan telah diperiksa oleh
Konsultan Pengawas, tanggung-jawab atas hasil pekerjaan tetap menjadi tanggungan Pelaksana
Pekerjaan/Pemborong.
b. Biaya-biaya yang diperlukan untuk pengetesan bahan, pengeluaran bahan-bahan yang tidak
memenuhi syarat keluar lapangan dan perbaikan atau pembongkaran pekerjaan-pekerjaan yang tidak
memenuhi syarat menjadi tanggungjawab kontraktor
6. PENANGGUNGJAWAB PELAKSANAAN
a. Dalam melaksanakan pekerjaan ini Kontraktor menempatkan seorang penanggungjawab
pelaksanaan seorang sarjana Arsitektur yang ahli dan berpengalaman dan sebagai pelaksana
pekerjaan bangunan gedung. Penanggungjawab pelaksanaan selalu berada di lapangan yang
bertindak sebagai wakil Pelaksana Pekerjaan/Pemborong di lapangan dan mempunyai kemampuan
untuk memberikan keputusan-keputusan teknis dengan tanggung jawab penuh di lapangan untuk
menerima segala instruksi dari Konsultan Pengawas.
b. Penanggungjawab kontraktor terus menerus berada di tempat pekerjaan selama jam-jam kerja dan
saat diperlukan dalam pelaksanaan atau pada setiap saat yang dikehendaki Konsultan Pengawas.
7. TANGGUNG JAWAB ATAS PEKERJAAN YANG CACAT
a. Semua cacat-cacat akibat penyusutan atau kesalahan-kesalahan lain yang timbul selama jangka
waktu yang telah disetujui merupakan tanggungjawab kontraktor. Dan kontraktor mengadakan
perbaikan sampai dianggap cukup oleh Konsultan Pengawas atas biaya Pelaksana
Pekerjaan/Pemborong.

Spesifikasi Teknis Umum | 2

b. Konsultan Pengawas juga berhak untuk setiap saat minta kepada Pelaksana Pekerjaan/Pemborong
untuk mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya Pelaksana Pekerjaan/Pemborong atas semua
pekerjaan yang cacat yang timbul selama masa pemeliharaan.
8. WEWENANG PEMBERI TUGAS UNTUK MEMASUKI TEMPAT PEKERJAAN
Pemberi Tugas dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki tempat pekerjaan dan bengkel
kerja atau tempat-tempat lainnya dimana Kontraktor melaksanakan pekerjaan, dan bilamana pekerjaan
harus dilaksanakan di bengkel kerja atau tempat-tempat lain kepunyaan Sub-Pelaksana Pekerjaan/
Pemborong, maka Pelaksana Pekerjaan/Pemborong menurut ketentuan-ketentuan dalam Sub-Pelaksana
Pekerjaan/Pemborong itu harus bisa mendapatkan jaminan agar Pemberi Tugas dan para wakilnya
mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat lain kepunyaan Sub-Pelaksana
Pekerjaan/Pemborong.
9. FASILITAS LAPANGAN
a. Yang dimaksud dengan fasilitas lapangan adalah Kontraktor harus menyediakan atas biaya sendiri
fasilitas-fasilitas penunjang yang dibutuhkan didalam pelaksanaan dan menyelesaikan pekerjaan,
antara lain :
1) Kantor Pelaksana Pekerjaan/Pemborong.
2) Kamar mandi dan WC lengkap dengan septic-tank untuk kebutuhan para pekerja Pelaksana
Pekerjaan/Pemborong.
3) Ruangan-ruangan lainnya seperti gudang bahan-bahan, tempat-tempat kerja, pos keamanan dll.
Bangunan-bangunan yang disediakan harus kuat, cukup luas sesuai dengan kebutuhannya dan
dilaksanakan sesuai dengan gambar bestek, bersih, dan lengkap dengan peralatannya dan harus
dengan persetujuan Konsultan Pengawas.
Semua biaya untuk keperluan tersebut harus sudah termasuk dalam harga penawaran. Setelah
diselesaikannya pekerjaan, bahan-bahan bekas fasilitas penunjang tersebut tetap merupakan milik
Pemberi Tugas.
b. Dalam masa persiapan Kontraktor harus menyediakan fasilitas-fasilitas pembantu untuk
melaksanakan pekerjaan, seperti:
1) Listrik :
Untuk melaksanakan pekerjaan, keamanan dan penerangan didalam bangunan-bangunan
sementara, halaman-halaman dan tempat-tempat pekerjaan yang dianggap perlu.
2) Air bersih :
Yang sesuai untuk kebutuhan, baik untuk pelaksanaan pekerjaan, air minum kebersihan, air
hydrant dll.
3) Alat-alat Pemadam Kebakaran :
Diletakkan ditempat yang strategis dilokasi pekerjaan dan dilengkapi dilengkapi dengan
sirine/alarm untuk keadaan darurat (emergency).
4) Alat-alat PPPK :
Harus Lengkap guna keperluan pertolongan pertama pada kecelakaan dan harus selalu berada
ditempat pekerjaan.
10.

PERLENGKAPAN KERJA/ALAT
Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja / alat adalah Kontraktor menyediakan atas biayanya sendiri
untuk melaksanakan tugasnya dalam Pelaksanaan kebutuhan peralatan dan perlengkapan kerja sesuai
kebutuhan untuk menunjang pelaksanaan fisik di lapangan antara lain : gen-set cadangan, jala pengaman

Spesifikasi Teknis Umum | 3

(safety screen) dan lain sebagainya. Demikian pula alat-alat ukur penyipat datar (water-pass), theodolite,
yang harus selalu tersedia di proyek.
11.

PENGATURAN LOKASI KERJA


a. Dalam pengaturan dan penggunaan halaman kerja Kontraktor harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas. Kontraktor membuat rencana detail penempatan los-los kerja, tempat
penimbunan bahan dll,
b. Selama berlangsungnya pembangunan kebersihan halaman, kantor, gudang dan los-los kerja dan
bagian dalam bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan-bahan
bekas, tumpukan tanah dan lain-lain.
c. Dalam menempatkan barang-barang dan material-material kebutuhan pelaksanaan, baik di dalam
gudang-gudang ataupun dihalaman terbuka, Kontraktor harus mengatur sedemikian rupa sehingga :
1) Tidak mengganggu kelancaran dan keamanan umum.
2) Tidak menyumbat saluran air.
3) Terjamin keamanannya.
4) Memudahkan pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh Konsultan Pengawas.
d. Kontraktor tidak memperkenankan :
1) Buruh menginap ditempat pekerjaan kecuali dengan izin Konsultan Pengawas. Bila izin khusus
tersebut diberikan,
2) Memasak di tempat pekerjaan kecuali atas izin Konsultan Pengawas.
3) Memberikan izin masuk kepada penjual-penjual makanan, buah-buahan, minuman, rokok dsb.
4) Tanpa seizin petugas keamanan proyek, kepada siapapun terkecuali petugas dari Konsultan
Pengawas/ Direksi, tidak dibenarkan untuk keluar masuk secara bebas ke lapangan.
(Catatan: semua tamu proyek yang mendapat izin dari Konsultan Pengawas/ Direksi harus diberi
tanda pengenal yang disediakan oleh Pelaksana Pekerjaan/ Pemborong).
g. Dalam penertiban dan pengamanan site Kontraktor melakukan koordinasi dengan bagian security
bersama-sama dengan Konsultan Pengawas pada waktu pelaksanaan akan dimulai.

12.

KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA


a. Yang dimaksud dengan keamanan, dan keselamatan kerja disini adalah bahwa selama pelaksanaan
pekerjaan, wajib mengadakan segala yang diperlukan untuk menjamin keamanan, keselamatan kerja.
b. Harus juga wajib memenuhi segala peraturan tata-tertib, ordonansi pemerintah ataupun pemerintah
setempat.
c. Harus bertanggungjawab atas biaya, kerugian atau tuntutan ganti rugi yang diakibatkan adanya
kecelakaan selama pelaksanaan pekerjaan.
d. Harus mengkoordinir keamanan dan keselamatan kerja proyek sampai dengan Serah Terima kedua
pekerjaan.
e. Semua pekerja yang bekerja didaerah berbahaya harus memakai perlengkapan pengamanan kerja
seperti Safety harnes / belt, Helm.

13. TUGAS PELAKSANA PEKERJAAN / PEMBORONG DALAM PELAKSANAAN


a. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah Surat Perintah Kerja (SPK) Kontraktor harus memulai
dengan pekerjaan pembangunan fisik dalam arti kata yang nyata. Untuk itu syarat-syarat yang
diwajibkan agar dapat dimulainya pekerjaan, harus segera dipenuhi,
b. Dalam pelaksanaan Kontraktor buat:
1) Daftar/susunan Staf Pelaksana yang ditempatkan dilapangan.
2) Daftar dan schedule peralatan yang akan digunakan untuk pelaksanaan.

Spesifikasi Teknis Umum | 4

3) Detail rencana waktu penyelesaian pekerjaan (Time Schedule)


4) Schedule pengadaan meterial.
5) Dan lain-lain yang diperlukan.
c. Dalam beberapa item pekerjaan yang dikerjakan rekanan Kontraktor, maka harus melaksanakan
pekerjaannya diselaraskan dengan jadwal pelaksanaan utama,.
14.

SUB PELAKSANA PEKERJAAN / PEMBORONG


a

Yang dimaksud dengan sub pelaksana pekerja / pemborong disini adalah keterlibatan pihak lain
diluar kontrak yang ikut mengerjakan sebagian pekerjaan
b. Apabila hasil kerja Sub-Pelaksana Pekerjaan/Pemborong tidak memenuhi semua persyaratan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS) ini ataupun tidak memenuhi target prestasi
yang harus dicapai pada suatu tahap pekerjaan, maka Pelaksana Pekerjaan/Pemborong tidak
dibenarkan untuk meninggalkan atau menyerahkan kontrak ini sebagian atau seluruhnya yang
menjadi kewajibannya kepada yang ahli (Sub-Pelaksana Pekerjaan/Pemborong) tanpa terlebih
dahulu memberitahukan kepada Pemberi Tugas.
c. Apabila tidak disebutkan didalam kontrak, maka Pelaksana Pekerjaan/Pemborong tidak dibenarkan
untuk mensubkan sebagian dari pekerjaan yang menjadi kewajibannya tanpa persetujuan Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Pemberi Tugas/Konsultan
Pengawas, maka Pelaksana Pekerjaan/Pemborong Utama tetap bertanggung jawab penuh atas hasil
pekerjaan dan segala kelalaian serta kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh Subnya.
d. Sub-Pelaksana Pekerjaan/Pemborong adalah pihak yang mempunyai kontrak langsung dengan
Pelaksana Pekerjaan/Pemborong, yaitu dalam menyediakan dan mengerjakan bagian-bagian
pekerjaan khusus sesuai keahliannya.
15.

KOORDINASI PELAKSANAAN DI LAPANGAN


a. Dalam melaksnakan pekerjaan wajib melakukan koordinasi dengan semua pihak yang terkait dalam
pelaksanaan pekerjaan yang tercakup dalam proyek ini.
Tugas koordinasi tersebut meliputi :
1) Memberi petunjuk dan pengarahan mengenai saat dimulai dan diselesaikannya suatu bagian/
keseluruhan pekerjaan dengan berpedoman kepada Master Schedule dan keadaan kondisi
lapangan.
2) Mengatur dan memberi keleluasaan kerja kepada para Sub-Pelaksana Pekerjaan/Pemborong
dan memperhatikan urutan-urutan pekerjaan suatu Pelaksana Pekerjaan/Pemborong dengan
yang lainnya yang saling berkaitan agar keseluruhan pekerjaan dapat dilaksanakan sebaikbaiknya.
3) Memberi data-data tentang suatu bagian pekerjaan dimana Sub-Pelaksana
Pekerjaan/Pemborong akan melakukan kegiatan mengenai pengukuran, Gambar detail dsb,
sehingga Sub-Pelaksana Pekerjaan/Pemborong dapat mempersiapkan serta membuat rencana
kerja terperinci yang tepat.
4) Mengadakan rapat koordinasi antara semua Pelaksana Pekerjaan/Pemborong yang terlibat
didalam proyek ini guna mencapai kesepakatan dan konsensus dalam rencana kerja dan/atau
dalam mambahas suatu masalah yang timbul sebelum diajukan kedalam rapat lapangan.

16.

INSTRUKSI KONSULTAN PENGAWAS


a. Yang dimaksud dengan instruksi konsultan pengawas adalah semua instruksi / himbauan / perintah
dari konsultan pengawas yang harus dilakukan selam tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan
yang berlaku.

Spesifikasi Teknis Umum | 5

b. Instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas tersebut dapat berupa :


1) Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga membahayakan bagi keteguhan
konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari
persyaratan-peryaratan teknis dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan (RKS) dan
gambar pelaksanaan.
2) Instruksi untuk menyingkirkan material/bahan yang tidak memenuhi syarat dan harus diangkut
keluar areal proyek.
3) Instruksi untuk mengganti Pelaksana (foreman) dari Pelaksana Pekerjaan/ Pemborong yang
dianggap kurang mampu (un-skilled).
4) Instruksi untuk suatu pekerjaan perubahan (pengurangan dan penambahan pekerjaan) yang
sudah waktunya dilaksanakan dengan segera.
5) Instruksi untuk mengganti Sub-Pelaksana Pekerjaan/Pemborong yang dianggap kurang mampu,
baik dari segi mutu kerja maupun kecepatan kerja.
6) Instruksi untuk mempercepat pelaksanaan suatu bagian pekerjaan.
7) Dan instruksi-instruksi lainnya yang termasuk dalam lingkup tugas Pelaksana
Pekerjaan/Pemborong.
c. Bilamana ada instruksi lisan, Pelaksana Pekerjaan/Pemborong berhak untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut, atau mengadakan konfirmasi kepada Konsultan Pengawas. Tetapi sebaliknya
Pelaksana Pekerjaan/Pemborong bertanggung-jawab penuh atas segala pekerjaan yang telah
dilaksanakan tanpa adanya instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas.
17.

BAGAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN RENCANA KERJA


Dalam melaksnakan pekerjaan, Kontraktor membuat bagan kemajuan pekerjaan dan rencana kerja,.
Rencana kerja tersebut sesuaikan dengan bagan yang disusun dan dilengkapi :
1) Barchart
2) Network Planning
3) Volume masing-masing pekerjaan
4) Man-days (tenaga harian) yang diperlukan
5) Peralatan yang diperlukan
6) S-Curve
7) Gambaran mengenai bobot dan harga setiap tahapan pekerjaan sesuai dengan schedule yang
dibuat Pelaksana Pekerjaan / Pemborong.

18.

LAPORAN-LAPORAN
a.. Laporan harian yang berisi :
1) Tahap berlangsungnya pekerjaan.
2) Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh Sub-Pelaksana Pekerjaan/ Pemborong (jika
diizinkan).
3) Catatan dan instruksi Konsultan Pengawas yang disampaikan tertulis maupun lisan.
4) Hal ikhwal mengenai bahan-bahan (yang masuk dan yang ditolak).
5) Keadaan cuaca.
6) Jumlah tenaga kerja dan alat.
7) Masalah yang terjadi.
Setiap laporan harian pada tanggal yang sama harus diperiksa dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

Spesifikasi Teknis Umum | 6

b. Laporan Mingguan
Laporan mingguan dibuat berdasarkan laporan harian dan disampaikan langsung kepada Konsultan
Pengawas /Konsultan Pengawas. Penugasan-penugasan dan instruksi dari Konsultan Pengawas
/Konsultan Pengawas baru dianggap berlaku dan mengikat apabila telah dimuat dalam laporan harian
dan telah diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
c. Foto-foto kegiatan proyek dalam bagian atau tahapan kegiatan penting sebanyak 3 (tiga) set berikut
album yang diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk setiap tahapan pelaksanaan.
d. Laporan bulanan yang dibuat berdasarkan laporan mingguan.
19.

PENYERAHAN PEKERJAAN
a. Yang dimaksud dengan penyerahan pertama adalah serah terima pekerjaan yang dilaksanakan
selambat-lambatnya pada tanggal yang telah ditetapkan dalam Surat Perjanjian Pemborongan,
sesuai dengan penjelasan tentang waktu penyelesaian yang ditetapkan dalam aanwijzing.
b. Perpanjangan waktu penyerahan hanya dapat diterima jika alasan-alasan tersebut sesuai dengan
alasan-alasan yang diperkenankan dan tertulis dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat pelaksanaan
(RKS).
c. Rencana dan tanggal penyerahan pertama harus diajukan kepada Konsultan Pengawas, selambatlambatnya 1 (satu) minggu sebelum tanggal yang dimaksud, dimana Konsultan Pengawas akan
mengadakan pemeriksaan seksama atas hasil keseluruhan. Hasil pemeriksaan ini akan disampaikan
kepada Pelaksana Pekerjaan/Pemborong. Sebelum penyerahan pertama, pemeriksaan dapat
diadakan lebih dari satu kali. Pada saat-saat pemeriksaan maupun penyerahan dibuatkan Berita
Acara.
d. Keadaan yang dapat digunakan sebagai alasan dalam mengajukan permohonan perpanjangan waktu
penyelesaian atau pengunduran waktu penyerahan adalah keadaan-keadaan force majeure.
e. Keadaan force majeure yang dimaksud adalah :
1) hujan terus menerus dari hari kehari
2) demonstrasi dan pemogokan yang langsung mempengaruhi jalannya pekerjaan
3) dan lain-lain menurut pertimbangan Konsultan Pengawas dapat diterima.

20.

PENYELESAIAN DAN MASA PEMELIHARAAN


a. Yang dimaksud dengan penyelesaian dan masa pemeliharaan adalah setelah pekerjaan dianggap
terlaksana 100%, maka pihak Konsultan Pengawas dan Pelaksana Pekerjaan/Pemborong bersamasama menandatangani suatu Berita Acara Penyerahan-I. Bertepatan dengan ini berlangsunglah
penyerahan pekerjaan pertama.
b. Masa pemeliharaan adalah 120 ( seratus dua puluh ) hari kalender, terhitung sejak tanggal
dilakukannnya penyerahan pertama pekerjaan dari Pelaksana Pekerjaan/ Pemborong kepada
Pemberi Tugas.
c. Pelaksana Pekerjaan/Pemborong bertanggung jawab untuk mengganti atau memperbaiki cacat-cacat
maupun kekurangan-kekurangan yang timbul dalam masa pemeliharaan yang disebabkan oleh
pemakaian bahan-bahan maupun kwalitas pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan
didalam kontrak. Penggantian ataupun perbaikan harus dilaksanakan secepat setelah ditemukannya
cacat-cacat atau kekurangan-kekurangan tersebut. Apabila hal ini tidak segera dilakukan Konsultan
Pengawas berhak untuk menunjuk pihak lain untuk melaksanakan perbaikan tersebut dan biaya
untuk itu merupakan beban Pelaksana Pekerjaan/Pemborong.
d. Jika Pemberi Tugas menganggap perlu ia boleh mengeluarkan instruksi agar Pelaksana
Pekerjaan/Pemborong memperbaiki segala cacat, susut dan kesalahan lainnya yang disebabkan oleh
bahan-bahan dan cara-cara pelaksanaan yang tidak sesuai dengan kontrak.
e. Setelah semua instruksi perbaikan selesai dilaksanakan, maka dibuatkan Berita Acara.

Spesifikasi Teknis Umum | 7

f.

21.

Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua perbaikan-perbaikan dilaksanakan


dengan baik, Konsultan Pengawas akan mengeluarkan Sertifikat Penyelesaian Pekerjaan Perbaikan
(SP3) yang berarti penyerahan kedua dari pihak Pelaksana Pekerjaan/Pemborong kepada Pemilik,
merupakan berakhirnya masa pemeliharaan.

PERATURAN YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN


Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku peraturan-peraturan :
a. AV. (Algemen Voor Waarden Voor De Uitvoering Bijaaneming Van Openbare Werken In Indonesia,
tgl. 28 Mei 1941 No. 9 dan tambahan Lembaran Negara No. 14571).
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI.- 2/1971 dan Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung SK-SNI T-15-1991-03.
c. Semua SNI yang terkait dengan mutu bahan bahan bangunan.
d. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan NI. 3 /1956.
e. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI.- 5.
f. Peraturan Umum Listrik (AVE) NI. - 6.
g. Peraturan Umum Air Minum (AVWI-drink water).
h. Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 /1972.
i. Peraturan Pengecatan NI. - 12.
j. Peraturan Muatan Indonesia NI.-18.
k. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1977.
l. Pedoman Beton Indonesia 1989.
m. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983
n. Pedoman Perencanaan Untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk
Gedung 1983.
1) Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC : 699.81:624.04).
2) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983
3) Peraturan-peraturan lain yang berlaku dan dipersyaratkan berdasarkan Normalisasi di Indonesia
yang belum tercantum diatas dan mendapat persetujuan Pengawas.
4) Standard/Normalisasi/Kode/Pedoman yang dapat diterapkan pada bagian pekerjaan
bersangkutan,
yang
dikeluarkan
oleh
Instansi/Institusi/Asosiasi
Profesi/Asosiasi
Produsen/Lembaga Pengujian
5) Nasional ataupun dari Negara lain, sejauh mana bahwa atas hal tersebut dianggap relevan.

22.

SURVEY LAPANGAN
a. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor melakukan survey lapangan untuk mengetahui dan
mengamankan sistem jaringan air bersih, saluran air kotor/hujan, listrik, telepon, septic tank dan
instalasi lainnya pada tapak (dibawah tanah). Semua hasil survey harus di buat laporannya dan
diserahkan kepada Pemberi Tugas, Konsultan Pengawas.
b. Pemutusan atau penyesuaian jaringan/saluran/instalasi pada tapak dapat dilakukan Pelaksana
Pekerjaan/Pemborong setelah ada izin dari Pemilik.

23.

PENGUKURAN TAPAK
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan Kontraktor mengukur kembali tapak tempat pekerjaan
dilaksanakan dengan menggunakan alat-alat yang akan ditera.
b. Hasil pengukuran kembali tersebut dituangkan dalam bentuk gambar yang memperlihatkan secara
jelas :
1) batas-batas tapak.

Spesifikasi Teknis Umum | 8

2) bangunan-bangunan yang ada pada tapak, dilengkapi keterangan mengenai letak bangunan
disekitarnya;
3) instalasi-instalasi yang sudah ada, yang perlu diberi tanda yang jelas dan dilindungi dari
kerusakan-kerusakan yang mungkin timbul akibat pelaksanaan pekerjaan ini.
24.

KANTOR KONSULTAN PENGAWAS DAN PENGELOLA PROYEK


a. Luas bangunan 2 x 60 m2= 120 m2.
b. Atap asbes
c. Rangka kayu
d. Dinding triplek
e. Jendela nako
f. Lantai dasar beton rabat di aci
g. Pintu triplek lengkap degan kunci
h. Ruang rapat kapasitas 10 orang, lengkap dengan white board.
i. Fasilitas lainnya adalah:
2 Unit Komputer Pentium 4
1 unit Printer HP
White board
Unit - unit AC 1 PK untuk Ruang Rapat & Ruang kerja
Unit meja kerja + kursi sesuai kebutuhan
Sepatu dan helm sesuai kebutuhan
Helem bagi tamu proyek
Rak dokumen
Jas hujan
Dispenser air air dingin & panas
Kebutuhan air minum
Penerangan Listrik sesuai kebutuhan.
2 File Cabinet.
Kamar mandi & WC

25.

PENYEDIAAN AIR KERJA DAN LISTRIK KERJA


a. Sebelum dan selama pelaksanaan Kontraktor dengan biaya sendiri menyediakan Air dan listrik kerja
untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan.
b. Untuk menunjang percepatan pelaksanaan Kontraktor menggunakan diesel untuk pengadaan daya
listrik dengan seizin Konsultan Pengawas.
c. Rencana pemasangan intalasi listrik dan air kerja selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum
pelaksanaan harus diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.

26.

PEKERJAAN PEMBERSIHAN DAN PERATAAN TAPAK


a. Sebelum pekerjaan diserahkan kepada Pemilik, Kontraktor membersihkan tapak sehingga bebas dari
sampah, barang-barang/bahan-bahan bekas bongkaran, sisa-sisa beton, peralatan-peralatan.
b. Termasuk dalam pekerjaan ini pula adalah kewajiban Kontraktor untuk membongkar, kantor
Pelaksana Pekerjaan/Pemborong, los kerja, gudang.
c. Kebersihan lapangan/pembuangan sampah dilakukan oleh Pelaksana Pekerjaan/ Pemborong
struktur sampai dengan serah terima-I pekerjaan struktur.

27.

PENYIMPANAN BARANG-BARANG DAN MATERIAL


a. Dalam melaksanakan Pekerjaan dan Sub-sub Pelaksana Pekerjaan/Pemborong diwajibkan untuk
menempatkan barang-barang dan material-material kebutuhan pelaksanaan baik diluar (terbuka)
ataupun didalam gudang-gudang, sesuai dengan sifat-sifat barang-barang dan material tersebut, dan

Spesifikasi Teknis Umum | 9

atas persetujuan Konsultan Pengawas sehingga akan menjamin keamanannya dan terhindar dari
kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh cara penyimpanan yang salah.
b. Barang-barang dan material-material yang tidak akan digunakan untuk kebutuhan langsung pada
pekerjaan yang bersangkutan, tidak diperkenankan untuk disimpan didalam site.
28.

KEBERSIHAN DAN KELELUASAAN HALAMAN


Dalam pelaksanaan Kontraktor selalu menjaga keleluasaan halaman dengan menempatkan barangbarang dan material sedemikian rupa sehingga :
a. Memudahkan pekerjaan
b. Menjaga kebersihan dari sampah-sampah, kotoran-kotoran bangunan (puing- puing, air yang
menggenang)
c. Tidak menyumbat saluran-saluran air.

29.

FASILITAS-FASILITAS LAPANGAN
Yang dimaksud dengan fasilitas-fasilitas lapangan Kontraktor menyediakan sendiri :
a. Listrik dan penerangan, untuk kebutuhan pelaksanaan dan keamanan.
b. Air minum atau air bersih yang dapat diminum, untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dan semua
petugas-petugas yang ada diproyek.
c. Alat-alat pemadam kebakaran.
d. Alat-alat PPPK.
e. Kamar mandi dan WC untuk para pekerja lapangan.
f. Selama masa konstruksi berlangsung bagi siapa saja tanpa kecuali , bagi mereka yang berada
didalam lingkungan proyek diwajibkan untuk mengenakan helem.

30.

BARANG CONTOH (SAMPLE)


a. Sebelum pelaksanaan pada beberapa material Kontraktor menyerahkan barang-barang contoh
(sample) dari material yang akan dipakai/dipasang, untuk mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas,
Konsultan Pengawas dan atau Konsultan Perencana.
b. Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti/ sertifikat pengujian dan
spesifikasi teknis dari barang/material tersebut.
c. Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site (melalui pemesanan), Kontraktor
menyerahkan :
1) Brosur
2) Katalogue
3) Gambar kerja atau shop drawing
4) Monster dan sample
5) Dan lain-lain yang dianggap perlu oleh Pemberi Tugas, Konsultan Pengawas dan harus
mendapat persetujuan

31.

PENGUJIAN ATAS MUTU PEKERJAAN


a. Dalam pelaksanaan Kontraktor mengadakan pengujian atas mutu pekerjaan yang telah diselesaikan
sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

32.

GAMBAR-GAMBAR AS BUILT DRAWING


a. Yang dimaksud dengan gambar as built drawing adalah gambar-gambar yang sesuai dengan
pekerjaan yang telah dilakukan di lapangan secara kenyataannya, untuk kebutuhan pemeriksaan

Spesifikasi Teknis Umum | 10

dan maintenance dikemudian hari. Gambar-gambar tersebut diserahkan kepada Pemberi Tugas,
setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas /Konsultan Perencana (dibuat rangkap-5 (lima)).
33.

SHOP DRAWING
Dalam hal-hal tertentu maka kebutuhan pemasangan atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang
membutuhkan penjelasan-penjelasan, dimana hal-hal tersebut tidak terdapat dalam gambar-gambar kerja,
maka Kontraktor membuat gambar-gambar shop drawing untuk kebutuhan tersebut dan mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas, dibuat rangkap-3 (tiga).

34.

FOTO-FOTO DOKUMENTASI PROYEK


a. Yang dimaksud dengan foto-foto dolkumentasi foto-foto meliputi :
1) Foto-foto kegiatan pekerjaan proyek, antara lain kegiatan dalam uitzet, penempatan peralatanperalatan lapangan (beton-batcher), penempatan material, pengerasan jalan dll.
2) Foto-foto tahapan pekerjaan yang penting antara lain pembesian, bekisting, pekerjaan beton
sebelum dan sesudah pengecoran.
3) Dan lain-lain kegiatan yang diangggap perlu oleh Konsultan Pengawas.
b. Kondisi proyek pada progress pekerjaan mencapai 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan seterusnya
sampai dengan 100% (setiap peningkatan progress 10%) dan kondisi pada waktu selesainya masa
pemeliharaan.
c.
Foto-foto dicetak dalam ukuran post card (dicetak berwarna)
d. Tiap stage / tahap disyaratkan min. 36 (tiga puluh enam) foto.

Spesifikasi Teknis Umum | 11

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR


1
1.1
1.1.1

1.1.2

1.1.3

1.1.4

1.2
1.2.1
1.2.2

1.2.3

Adukan Semen Pasir


Umum
Lingkup pekerjaan
Spesifikasi teknis ini berlaku umum untuk pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :
a. Pekerjaan Pasangan Batu
b. Pekerjaan Pasangan Bata
c. Pekerjaan Plesteran
d. Pekerjaan lainnya yang memerlukan bahan adukan semen pasir untuk perekat pada
pasangan/finishing suatu komponen bangunan.
Ketentuan
a. Tipe/klasifikasi adukan semen-pasir
Tipe
Semen : pasir
Kedap air
1: 3
Biasa
1: 5
b. Adukan tipe kedap air digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan pondasi dari pasangan batu, pasangan
bata/plesteran pada toilet atau pada daerah berair/lembab.
Peralatan
a. Dalam menunjang lancarnya pelaksanaan, maka kontraktor menyediakan peralatan-peralatan pokok
untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas, peralatan tersebut antara lain:
a) Mesin pengaduk (molen)
Mesin pengaduk campuran semen pasir khusus dibuat untuk maksud tersebut di atas, berbentuk
tabung terbuka pada bagian atasnya, mempunyai bilah-bilah pengaduk yang terdapat di dalamnya
seperti layaknya mesin pengaduk untuk beton ready mix.
b) Peralatan penakar campuran
Untuk pekerjaan dengan volume besar, peralatan penakarnya dibuat dengan ukuran volume
minimal untuk 1 zak semen, terbuat dari kayu (papan) atau bahan lain yang sesuai dan
memadai berfungsi sebagai penakar semen dan pasir, kokoh, kuat dan tahan lama.
Untuk pekerjaan dengan volume kecil penakaran dapat menggunakan ember yang terbuat dari
plastik atau pelat besi.
Penyerahan
Kontraktor harus menyerahkan contoh bahan yang akan dipergunakan seperti: Semen, Pasir, Air atau
bahan-bahan lain yang diperlukan sebagai bahan campuran, guna penilaian dan persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
Bahan
Portland Cement
Semen yang digunakan dari Portland cement jenis II N.I.8 type I menurut A.S.T.M. memenuhi S 400 dan
standar dari Assosiasi Cement Indonesia atau memenuhi standar mutu dalam SNI.
Pasir
a. Pasir yang digunakan adalah pasir beton, mempunyai karakter fisik keras dan tajam, kandungan
lumpur tidak lebih dari 5%.
b. Ukuran butir pasir
Pekerjaan yang memerlukan adukan semen pasir yang bersifat kasar, ukuran butir pasir maksimum
5 mm.
Untuk plester halus di atas plester kasar, ukuran butir pasir maksimum 1 mm.
Air
a. Air yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan Adukan Semen Pasir adalah :
Air bebas dari bahan-bahan: organis, asam alkali, garam, atau bahan-bahan lain yang dapat
mempengaruhi daya ikatan maupun mutu kekuatan adukan.
Spesifikasi Arsitektur - 1

Ph = 7
Kadar SO4 maksimum 5g/l
Kadar CL maksimum 15g/l
b. Daya oksidasi terhadap bahan organis dengan memakai larutan KMnO4 tidak boleh lebih dari 1mg/l.
1.3
1.3.1

1.3.2
1.4
1.4.1

1.4.2

1.5

1.6
1.6.1

Pelaksanaan
Persiapan
a. Pasir sebelum digunakan harus disaring/ayak terlebih dahulu dengan ayakan -ukuran bukaan 5 mm
atau 1 mm yaitu sesuai dengan keperluan pemakaiannya.
b. Bahan pasir yang akan dipakai harus dikumpulkan pada tempat tertentu dan dipisahkan antara pasir
halus dengan pasir kasar agar memudahkan pemakaiannya.
c. Pencampuran dan Pengadukan
d. Semen, pasir dicampur dalam keadaan kering dengan menggunakan penakar volume dan diaduk
hingga merata dengan alat pengaduk (molen),
e. Selanjutnya, ditambahkan air kedalam campuran semen dan pasir tersebut di atas serta diaduk
kembali hingga merata dan dicapai konsistensi adukan dalam bentuk adukan lembab atau plastis
sesuai dengan kebutuhan pemakaian.
f. Lama pengadukan setelah dicampur air, minimum 1.5 menit.
Pengujian
Jika tidak digunakan air dari PAM, Air yang akan dipakai menurut Konsultan Pengawas diragukan (tidak
memenuhi persyaratan tersebut diatas) maka air tersebut harus diuji terlebih dahulu di laboratorium PDAM.
Syarat Pemeliharaan
Perbaikan
Kontraktor tetap memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat, perbaikan tersebut dilaksanakan hingga
sempurna dan tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.
Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pelaksanaannya, maka kontraktor
diwajibkan memperbaiki kembali dan biaya yang ditimbulkan dengan pekerjaan perbaikan tersebut menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
Pengamanan
Kontraktor harus melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk dapat
dihindarkan dari kerusakan.
Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Syarat Penerimaan
Kontraktor harus memenuhi ketentuan dan persyaratan mutu pelaksanaannya, sesuai dengan pengarahan
serta persetujuan Konsultan Pengawas.
Pasangan Dinding Bata
Umum
a. Uraian Pekerjaan
a) Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk pelaksanaan pekerjaan pasangan dinding/sekat
ruang yang menggunakan bata merah/bata ringan.
b) Uraian/Persyaratan Teknis lain yang berkaitan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah Pasal
Adukan Semen Pasiir.
b. Ketentuan
a) Pelaksanaan
Pasangan berapen (Pasangan bata di bawah permukaan tanah) memakai adukan semen
pasir 1: 3.
Pasangan bata kedap air memakai adukan semen pasir 1:3, dipasang pada dinding-dinding
dapur, pantry, kamar mandi dan daerah lembab/basah.
Pasangan bata biasa memakai adukan semen pasir 1 : 5.
Jika tidak ditentukan lain, sistim ikatan pasangan bata 1/2 batu adalah "Ikatan Silang" dimana
lapisan satu dengan lapisan di bawahnya harus ber-beda setengah panjang bata.
Pada pasangan satu batu dan pasangan lebih tebal harus disusun secara ikatan Vlaams.
Spesifikasi Arsitektur - 2

b) Kualifikasi Tenaga Kerja


Untuk melaksanakan pekerjaan ini, kontraktor menggunakan atau mempekerjakan tenaga
kerja yang benar-benar ahli di dalam teknik pemasangan batu dan bata.

1.6.2

1.6.3

1.6.4

c. Peralatan
a) Pasangan bata harus tegak dan siku sesuai yang direncanakan, maka kontraktor menggunakan
peralatan kerja yang memadai dan mencukupi seperti alat ukur teodolit, waterpass, selang dan
benang ukur serta memasang Patok-patok/Papan Pedoman.
b) Standarad dan Peraturan yang berlaku adalah :
c) PUBBI
d) Peraturan Umum Bangunan Nasional
e) SNI
d. Penyerahan
Sebelum di laksanaan, Kontraktor harus menyerahkan :
a) Contoh-contoh bahan yang akan dipakai di dalam Pelaksanaan.
b) Contoh pasangan Bata.
c) Contoh-contoh tertebut diperlukan untuk persetujuan pemakaian dan pelaksanaannya.
e. Bahan
a) Pasangan bata biasa
Pasir yang digunakan sesuai dengan uraian pada pasal Adukan Semen Pasir
Air yang digunakan sesuai dengan uraian pada pasal Adukan Semen Pasir
b) Semen PC
Semen PC yang digunakan sesuai dengan uraian pada pasal Adukan Semen Pasir
Bata merah bata merah berukuran 55 mm x 110 mm x 230 mm dengan mutu kekuatan kelas
100 harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan Umum Bahan
Bangunan di Indonesia tahun 1982.
Pelaksanaan
a. Pasangan bata dilaksanakan diatas permukaan pondasi/sloof beton sesuai elevasi dan jalur yang
ditentukan dalam gambar rencana, permukaan bidang pasangan harus dalam keadaan bersih dari segala
macam kotoran yang dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan tersebut.
b. Pasangan bata biasa adukan semen pasir 1 : 3 atau 1 : 5 penggunaannya menurut ketentuan yang telah
ditetapkan dalam gambar rencana, dengan siar pemasangan 1 cm.
Teknis Pelaksanaan
a. Sebagai pedoman untuk ketepatan pasangan, kontraktor melakukan pengukuran serta
membuat/memasang patok-patok/papan pedoman untuk pasangannya.
b. Pasangan bata harus rapat adukan (diantara pasangan bata satu dengan lainnya tidak boleh ada rongga
yang tidak terisi adukan).
c. Untuk pedoman kedataran atau waterpas pasangan bata, tiap-tiap kali pemasangan benang pedoman
tidak boleh lebih dari 20 cm di atas pasangan.
d. Tebalnya siar Pasangan bata biasa 1 cm (10 mm) dan siarnya dibuat cekung atau rata (tidak boleh
menonjol kepermukaan bata).
e. Untuk pasangan bata yang sudah dikerjakan harus dilindungi dari pengaruh langsung sinar atau panas
matahari, serta harus dijaga kondisi kelembabannya dengan membasahi permukaan pasangan selama 7
hari.
f. Jika terdapat pintu, jendela, lubang ventilasi dan lain-lain lubang/bukaan dengan kosen kayu, pasangan
bata hendaknya ditinggalkan sampai rangka kosen selesai dan dipasang ditempat yang tepat.
g. Untuk melanjutkan pekerjaan pasangan bata di tempat ini, semua rangka kayu/kosen harus terpasang
lebih dahulu.
h. Semua siar antara rangka kayu/kosen harus diisi dengan adukan sekurang-kurangnya tebal 1 cm.
Lubang untuk instalasi dan alat-alat listrik
a. Tempat-tempat yang harus dibuat lubang akan dipersiapkan dulu yaitu menyumbat lubang terebut dengan
potongan pipa pvc baik diameter besar maupun kecil.
Spesifikasi Arsitektur - 3

1.6.5

1.6.6

1.6.7

1.6.8

1.6.9

2
2.1
2.1.1

2.1.2

b. Dimana diperlukan pasangan pipa atau alat-alat yang ditanam dalam dinding, maka harus dibuat pahatan
secukupnya pada pasangan bata (sebelum diplester).
c. Pada pahatan tersebut, setelah dipasang pipa/alat, harus ditutup dengan adukan plesteran yang
dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan plesteran seluruh bidang tembok.
Angkur/stek Besi Beton
a. Pada pertemuan antara dinding bata dengan kolom/dinding beton pada arah vertikal harus dipasang
angkur/stek besi beton yang ditanam ke dalam struktur beton dengan menggunakan angkur besi beton
8 mm sepanjang 40 cm, dipasang setiap 40cm, ujung yang lainnya masuk ke dalam pasangan bata
sedalam 25 cm. Bila angkur tersebut di atas belum disiapkan bersamaan pada pelaksanaan pekerjaan
beton, sebagai gantinya digunakan besi strip berbentuk L ukuran 25 mm x 3 mm sepanjang 36 cm,
dipasang pada kolom/dinding beton dengan menggunakan paku ramset minimal 2 (dua) buah.
b. Besi strip L tersebut dipasang pada setiap 50 mm dengan besi yang masuk ke bata sepanjang 30cm.
Sloof, Ring Balok, Kolom Praktis
a. Sebagai penguat pasangan dinding bata, dipasang penguat berupa balok dan kolom praktis dengan
ukuran penampang bujur sangkar setebal bata (+ 11 cm untuk pasangan 1/2 batu dan 22 cm untuk
pasangan 1 batu) dari Beton bertulang Mutu B.1 menurut PBI tahun 1971 dengan komposisi campuran
volume 1 semen : 2 pasir : 3 koral serta dengan tulangan besi beton U.24 sebanyak 4 x dia. 10 mm,
sengkang 8 mm jarak min. 20 cm.
b. Letak pasangan kolom/balok beton praktis pada setiap persilangan/pertemuan pasangan dinding bata,tepi
pasangan dinding bata dan pertemuan dinding bata dengan kusen-kusen pintu/jendela.
c. Ketentuan lain yang membatasi pasangan kolom/balok praktis adalah jarak pasangan kolom/balok yang
2
terdekat maximum 4,00 M dan dengan luas pasangan dinding bata maksimum 12 M .
d. Pasangan kolom dan balok beton praktis tersebut harus diperkuat dengan angker pada ujung-ujung
pertemuan balok, kolom atau lantai beton yang menjadi struktur utama dari bangunan.
Persediaan Perletakan untuk Meja Beton Wastafel/Bak Cuci
a. Untuk pelaksanaan pembuatan meja beton yang digunakan sebagai perletakan wastafel/bak cuci, pada
pasangan dinding harus dipasang balok/kolom praktis dari beton, lengkap dengan stek-stek besi beton
sebagai persediaan untuk pembuatan meja beton atau dapat juga dikerjakan bersamaan dengan
pekerjaan pasangan dinding.
Syarat Pemeliharaan
a. Perbaikan
Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan yang cacat, perbaikan dilaksanakan secara hati-hati dan
benar hingga tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.
Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu Pelaksanaan, maka Kontraktor
diwajibkan memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas. Biaya yang
ditimbulkan oleh pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
b. Pengamanan
Kontraktor wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk dapat
dihindarkan dari kerusakan. Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
Syarat Penerimaan
a. Hasil pasangan dinding, plesteran dan acian harus lurus tepat pada sudut sikunya serta tegak lurus
terhadap lantai yang ada disekitarnya, permukaan rata tidak bergelombang.
Pekerjaan Plesteran
Umum
Lingkup Pekerjaan
a. Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk Pelaksanaan pekerjaan plesteran pada permukaan
dinding, lantai, langit-langit dari atap beton atau permukaan bidang lain yang harus diplester menurut
ketentuannya.
b. Spesifikasi Teknis lain yang berlaku untuk Pelaksanaan Pekerjaan Adukan Semen Pasir.
Ketentuan Pemakaian Adukan
a. Adukan plester biasa
Spesifikasi Arsitektur - 4

b.

c.
d.

e.

2.2
2.2.1

2.2.2

Adukan untuk plesteran biasa menggunakan campuran semen pasir dengan perbandingan volume 1
semen : 5 pasir digunakan pada semua permukaan dinding kecuali pada dinding-dinding kedap air.
Adukan plester kedap air
a) Adukan untuk plesteran kedap air menggunakan campuran semen pasir dengan perbandingan
volume 1 semen : 3 pasir, digunakan pada permukaan dinding di daerah toilet atau dinding yang
terpendam di dalam tanah.
b) Adukan dengan spesi khusus dari produk pabrik jadi/instan
Kualifikasi Tenaga Kerja
Untuk melaksanakan pekerjaan ini, Kontraktor harus menggunakan/mempekerjakan tenaga kerja yang
benar-benar ahli dan berpengalaman di dalam bidangnya.
Peralatan
Untuk menjamin pekerjaan pasangan sesuai yang direncanakan, di dalam Pelaksanaan pekerjaan
Kontraktor harus menggunakan peralatan kerja yang memadai dan mencukupi, seperti peralatan khusus
untuk membuat adukan semen pasir (molen) dan bak-bak ukur dari kayu (papan) cangkul.
Standard dan Peraturan
Standard dan Peraturan yang berlaku adalah :
a) PUBBI
b) Peraturan Umum Bangunan Nasional
c) SII

Penyerahan
Contoh
Sebelum mulai Pelaksanaan harus menyerahkan :
a. Contoh-contoh bahan yang akan dipakai di dalam pelaksanaan.
a) Contoh pasangan Bata.
Kesemuanya diserahkan Kepada Konsultan Pengawas guna pemeriksaan dan persetujuan
pemakaian/pelaksanaannya.
b) Bukti kesesuaian
Disamping Contoh, juga harus menyerahkan bukti-bukti kesesuaian dari bahan-bahan/produk yang
akan dipakai di dalam Pelaksanaan pekerjaan, dalam bentuk sertifikat uji bahan dari lembaga uji
yang diakui/disetujui.
Bahan
a. Pasir dan air untuk Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan PUBBI th. 1982.
b. Secara umum, pasir harus keras, bersih atau bebas dari bahan-bahan organis maupun lumpur.
c. Semen PC
Semen PC yang dipakai adalah dari tipe I mutu S.325 menurut NI-8 Persyaratan Semen Portland.
Pelaksanaan pekerjaan menggunakan semen lebih dari 1 merk harus dengan persetujuan Konsultan
Pengawas.
d. Bahan plesteran khusus
Bahan plesteran menggunakan produk jadi setara PRIME MORTAR
e. Paku beton
Paku beton ukuran panjang 5 cm untuk mengikat anyaman kawat bronjong pada permukaan bidang
pasangannya.
f.

2.3
2.3.1

Bahan Additive.
Dalam hal diperlukan bahan additive seperti Calbond atau bahan-bahan tambahan lain yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan plesteran ini, penggunaannya harus dengan persetujuan Konsultan
Pengawas.
Pelaksanaan
Persiapan Bidang Dinding
a. Permukaan dinding bata yang hedak diplester harus disiram/dibasahi hingga merata, khusus celah/siar
pasangan batu bata harus dibuat cekungan kedalam lebih kurang 6 mm.
Spesifikasi Arsitektur - 5

2.3.2
2.3.3
2.3.4

2.3.5
2.3.6
2.4
2.4.1

2.4.2

2.5

3.
3.1
3.1.1

3.1.2

3.1.3

b. Permukaan dinding beton hendak diplester harus dikasarkan (dibuat kasar) agar plesterannya dapat
merekat.
Sudut - Sudut Plesteran
Plesteran bidang dinding yang membentuk sudut siku, baik sudut luar maupun dalam harus dilaksanakan
secara sempurna, tegak lurus dan siku, khusus untuk sudut luar dibuat tumpul.
Perbaikan Bidang Plesteran
Plesteran yang bergelombang dan tidak dapat diperbaiki dengan cara pembobokan dan pemlesteran
kembali, harus dibongkar dan diganti dengan yang baru.
Jumlah Lapisan Plester
a. Jumlah lapisan plester pada tiap bidang permukaan adalah 2 (dua) lapis.
b. Lapisan pertama adalah lapis plester setebal 10 mm, merupakan lapis plester untuk membentuk
permukaan yang rata dan datar, menggunakan bahan untuk plesteran kasar.
c. Lapisan kedua adalah lapis plester akhir guna mencapai permukaan dinding yang direncanakan, harus
membentuk permukaan dinding yang halus, rata dan datar, menggunakan bahan untuk plesteran halus.
d. Penghalusan permukaan plesteran dengan menggunakan acian semen, tidak diperlukan.
Plesteran dengan bahan Semen Khusus
Plesteran tersebut menggunakan bahan jadi yang ditambahkan air dan diaduk hingga merata hingga plastis.
Plesteran pada Dinding max. 10mm.
Bidang plesteran setelah kering diaci dengan bahan acian semen
Syarat Pemeliharaan
Perbaikan
a. Kontraktor memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat perbaikan dilaksanakan sedemikian rupa hingga
tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.
b. Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu Pelaksanan, maka Kontraktor
diwajibkan memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas.
Pengamanan
Kontraktor melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk dapat dihindarkan
dari kerusakan. Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
Syarat Penerimaan
a.. Hasil pasangan dinding, plesteran dan acian harus lurus tepat pada sudut sikunya serta tegak lurus
terhadap lantai yang ada disekitarnya, permukaan rata tidak bergelombang, toleransi kemiringan untuk
penerimaan pasangan dinding : 1 mm/m2 luas permukaan bidang kerja.
Pasangan Homogeneous Tile
Umum
Uraian Pekerjaan
a. Lingkup Pekerjaan
Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk pelaksanaan pekerjaan pemasangan homogeneous tile
pada permukaan dinding dan lantai serta pengadaan bahan perekat termasuk tenaga kerja. Lokasi
pasangannya sesuai dengan petunjuk dalam gambar rencana.
b. Uraian pekerjaan lain yang termasuk di dalam pekerjaan ini adalah :
Persyaratan teknis Pelaksanaan pekerjaan "Adukan Semen Pasir".
Ketentuan
a. Tenaga kerja dan advis dari produsen
Pemasangan homogeneous tile harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang ahli dan berpengalaman
dalam bidang pekerjaan tersebut diatas.
b. Dalam pelaksanaannya, kam meminta advis atau nasehat teknis kepada pabrik/produsen dari
homogeneos tile yang dipakai, hal tersebut untuk mengetahui cara/sistem teknik pemasangannya.
Peralatan
a. Pelaksana menyediakan peralatan potong khusus untuk homogenious tile yaitu mesin potong listrik.

Spesifikasi Arsitektur - 6

3.1.4

3.2
3.2.1

3.2.2

3.2.3
3.3
3.3.1

3.3.2

3.3.3

b. Pemasangan homogeneous tile menggunakan alat bantu lain seperti palu dengan permukaan karet (untuk
meratakan pasangan) termasuk juga kape (alat untuk pengisi bahan naad) dan harus didukung juga
dengan teknik pemasangan yang benar dengan ketentuan/advis dari pabriknya.
Penyerahan
Sebelum melaksanakan, Kontraktor akan menyerahkan :
a. Contoh Homogeneous tile
b. Bahan perekat homogeneous tile
c. Bahan pengisi celah.
d. Petunjuk pemasangan dari pabrik.
e. Contoh pasangan pada suatu bidang tertentu, lokasi dapat ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
Bahan
Homogeneous Tile
Homogeneous tile yang dipakai adalah ukuran 60 x 60 cm, 10 X 60 cm, atau ukuran sesuai ketentuan dalam
gambar rencana dari kualitas satu, produk/merek ezenza / innesa / granito / setara, tipe dan warna
ditentukan kemudian berdasarkan contoh/katalog yang diajukan.
Adukan Perekat
Pasangan ubin homogeneous tile untuk lantai menggunakan perekat yang bersifat flexibel / perekat khusus
homogeneous.
Bahan Pengisi Celah Pemasangan
Bahan pengisi celah/naad pemasangan adalah bahan produk jadi dari merek AM, Sikka, atau merek lain
yang setara.
Pelaksanaan
Persiapan
a. Persiapan bahan dan persiapan lokasi pasangan.
b. Bahan homogeneous tile untuk dinding maupun lantai harus disortir atau dipilih terlebih dahulu sebelum
dipasang pada posisinya.
c. Bidang-bidang atau lokasi hendak dipasangan dengan homogeneous tile harus dibersihkan dari kotoran
atau puing-puing yang dapat menghambat pemasangan bahan tersebut.
Pasangan untuk lantai
a. Lantai yang akan dipasang homogeneous tile harus diukur batasannya seperti pada ruangan-ruangan
tertentu serta ketinggian lantai finish (level akhir) yang ditentukan dalam gambar rencana.
b. Setelah terukur level akhir selanjutnya perkat/adukan dari bahan semen pasir digelar diratakan dan
homogeneous tile diletakan sesuai dengan level yang telah ditentukan.
c. Pemasangan menggunakan campuran semen pasir dan maksimal setiap 20 m2 dipasang flexible joint.
Pemasangan sesuai dengan urut-urutan yaitu
a. Pemasangan awal untuk homogeneous tile dipasang datar sebaris pada arah vertikal dan horizontal yang
merupakan patokan untuk jalur-jalur pasangan selanjutnya.
b. Pasangan homogeneous tile pada lantai harus mengikuti alur-alur yang sudah ditentukan/disiapkan
seperti tersebut diatas, agar pasangan tetap lurus dan datar harus dibantu dengan benang/tali ukur yang
diletakan diatas pasangan awal (kepala).
c. Jika pasangan lantai homogeneous tile tersebut berpola, maka alur-alur dan warna ubin disesuaikan
dengan petunjuk dalam gambar rencana.
d. Celah atau naad pasangan max 1 mm, naad tersebut dapat diisi setelah pasangan lantai mencapai waktu
minimal 24 jam.
e. Pengisian naad menggunakan bahan khusus dari produk AM, Sikka sebelum pengisian celah/naad
terlebih dahulu dibersihkan dari semua kotoran seperti debu, butir-butir pasir dan kotoran lainnya yang
dapat menghambat daya rekat bahan tersebut.
f. Hasil pasangan secara keseluruhan harus datar/waterpas dan celah/naad terisi penuh, tidak terdapat
goresan/cacat pada permukaan bidang pasangannya.

Spesifikasi Arsitektur - 7

3.4

4
4.1
4.1.1

4.1.2

Pasangan Untuk Dinding


1. Bidang-bidang dinding yang dipasang dengan bahan homogeneous tile harus diplester kasar terlebih
dahulu dan harus membentuk bidang yang saling tegak lurus atau sesuai dengan petunjuk dalam gambar
rencana.
2. Pasangan pada dinding dan lantai naadnya harus saling bertemu (jika ukuran homogeneous sama).
3. Homogeneous tile dipasang pada bidang dinding menggunakan bahan perekat adukan semen dengan air.
4. Pasangan awal (kepala) harus tegak/vertikal satu baris keatas sampai ketinggian tertentu (minimal sampai
plafon).
5. Selanjutnya homogeneous tile dipasang mengikuti pola pasangan awal dengan naad sebesar 1 mm.
6. Pengisian naad setelah pasangan homogeneous tile cukup kuat minimal dibutuhkan waktu 24 jam,
pengisian naad menggunakan bahan khusus dari produk AM.
7. Hasil akhir pasangan homogeneous tile untuk dinding harus tegak lurus/vertikal, rata (tidak
bergelombang), tidak cacat dan garis naad lurus baik pada arah horizontal maupun vertikal.
Pasangan Keramik Tile
Umum
Lingkup Pekerjaan
a. Uraian ini mencakup lingkup pelaksanaan pekerjaan pemasangan keramik pada permukaan dinding dan
lantai serta pengadaan bahan perekat termasuk tenaga kerjanya, lokasi pasangan sesuai dengan
petunjuk dalam gambar rencana.
b. Uraian pekerjaan lain yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah : Persyaratan teknis untuk pelaksanaan
pekerjaan "Adukan Semen Pasir".
Ketentuan
a. Tenaga kerja dan advis dari produsen
b. Tenaga kerja untuk pemasangan keramik tile pada dinding dan lantai harus dilaksanakan oleh tenaga ahli
dan berpengalaman.
c. Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan tersebut diatas meminta advis atau nasehat teknis kepada
pabrik/produsen dari keramik yang dipakai, guna mengetahui cara/sistim atau teknik pemasangannya.

4.1.3

Peralatan
a. Kontraktor menyediakan peralatan potong khusus untuk keramik tile yaitu berupa mesin potong listrik.
b. Untuk pemasangan keramik tile menggunakan alat-alat bantu lain seperti palu dengan bahan elastis
(karet) termasuk juga kape (alat untuk pengisi bahan naad) dan harus didukung juga dengan teknik
pemasangan yang benar dan ke-tentuan/advis dari pabriknya.

4.1.4

Penyerahan
Kontraktor menyerahkan contoh-contoh bahan seperti :
a. Bahan keramik tile sesuai dengan ukuran yang disetujui
b. Bahan perekat untuk keramik tile
c. Bahan pengisi naad.
d. Brosur/petunjuk pemasangan dari pabrik keramik.
e. Contoh pasangan pada suatu bidang tertentu, lokasi ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas.

4.2
4.2.1

Bahan
Keramik Tile
Keramik tile yang dipakai ukuran, 60 x 60 , 30 x 30 cm dan 10 x 30 cm atau ukuran disesuaikan dengan
ketentuan dalam gambar rencana dari mutu bahan kualitas satu (KW 1) produk/merk setara dengan Roman,
Ikad, setara. Jenis/tipe dan warna ditentukan kemudian oleh Perencana / owner berdasarkan contoh bahan
atau katalog yang diajukan.
Adukan Perekat
a. Pasangan ubin keramik untuk lantai menggunakan campuran mortar .
b. Pasangan keramik tile untuk dinding menggunakan campuran mortar.
c. Bahan pengisi naad menggunakan produk/merek AM, sikka / setara.

4.2.2

Spesifikasi Arsitektur - 8

4.3.
4.3.1

Pelaksanaan
Persiapan
a. Persiapan lokasi dan bahan.
Bahan keramik yang dipakai untuk pasangan dinding maupun lantai harus dipilih/disortir terlebih dahulu
sebelum dipasang pada lokasi yang telah ditentukan.
b. Lokasi pasangan harus dibersihkan dari kotoran atau puing-puing yang dapat menghambat pemasangan
keramik untuk lantai maupun dinding.
c. Pasangan untuk lantai
a) Bidang lantai sebelum dipasang harus diukur terlebih dahulu khususnya pada ketinggian lantai
finish (level akhir) yang ditentukan dalam gambar rencana.
b) Pola pasangan lantai keramik harus mengikuti gambar rencana.
c) Pemasangan lantai keramik menggunakan perekat/adukan dari bahan semen pasir dengan
perbandingan 1 PC : 4pasir dan naad atau celah pasangan lantai keramik 2 3 mm.
d) Pedoman pasangan lantai adalah berupa pasangan satu buah keramik yang membentuk jalur-jalur
kearah membujur dan melintang, selanjutnya jalur-jalur tersebut digunakan sebagai pedoman untuk
pemasangan lanjutan.
e) Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam terlebih dahulu di dalam air sampai jenuh.
f) Pengisian naad lantai keramik setelah kondisi lantai cukup keras minimal satu hari (24 jam) dengan
bahan khusus dari produk Prime Mortar, Mortar Utama, Lemkra / setara.

4.3.2

Pasangan Keramik Dinding


a. Persiapan permukaan pasangan
Permukaan dinding bata atau beton yang ditutup dengan pasangan keramik harus diplester kasar
terlebih dahulu agar diperoleh permukaan yang rata, lurus atau tegak.
b. Permukaan dinding sebelum dipasang keramik harus dibersihkan dari segala kotor yang dapat
mempengaruhi daya rekat pasangan keramik.
4.3.3 Pengukuran
a. Pelaksanaan pemasangan keramik harus disertai pengukuran-pengukuran guna kecermatan dan
ketepatan pemasangan.
b. Pengukuran untuk menentukan letak-letak pasangan dan jumlah jajaran keramik yang dipasang,
sehingga antara pasangan dinding dengan pasangan lantai menjadi satu kesatuan.
4.3.4 Pemasangan
a. Keramik kepala
Guna penentuan awal garis-garis siar pasangan yang berfungsi sebagai pedoman pola pasangan, perlu
dipasang "keramik kepala" berupa lajur pasangan yang meliputi bidang pasangan dinding.
b. Pemasangan keramik
a) Keramik dipasang pada permukaan dinding yang telah disiapkan lokasinya dengan plester kasar
atau pada permukaan dinding beton yang sudah dikasarkan.
b) Pemasangan keramik harus dilakukan dengan peralatan dan tata-cara yang benar sehingga didapat
hasil pasangan yang baik.
c) Untuk mendapatkan kelurusan dan kedataran bidang pasangan, proses pemasangan harus
dikontrol dengan menggunakan benang dan selang ukur.
d) pemasangan menggunakan sement instant dan maksimal setiap 20 m2 dipasang flexible joint.
e) Pola pasangan keramik berdasarkan petunjuk dalam gambar rencana.
c. Celah/Siar Pemasangan dan Pengisiannya.
a) Siar/celah pasangan keramik, adalah antara 2 mm sampai 3 mm.
b) Pasangan keramik yang telah stabil atau kuat, celah/siar pasangan harus segera diisi dengan
bahan pengisi khusus produk lemkra / setara.
c) Pengisian siar paling cepat 24 jam setelah keramik dipasang, celah antara keramik harus bersih dari
debu dan kotoran sebelum diisi.

Spesifikasi Arsitektur - 9

d) Pelaksanaan pengisian celah-celah pasangan keramik harus menutupi semua celah dengan
padat/penuh, permukaan bidang pasangan yang sudah baik dan sempurna pengisiannya harus
segera dibersihkan.
4.3.5

Pembersihan
Kelambatan membersihkan semen pengisi celah yang mengakibatkan kotornya permukaan keramik,
pembersihan, perbaikan ataupun penggantian yang diperlukan menjadi beban dan tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya.

5
5.1
5.1.1

Pekerjaan Waterproofing
Umum
Uraian Pekerjaan
a. Lingkup Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan waterproofing meliputi pengadaan dan pelaksanaan lapisan kedap air dengan
sistem membrane pada lantai atap dan sistem coating pada permukaan lantai dan dinding toilet,
termasuk penutup/pengaman waterproofing dengan lapisan screed sesuai dengan petunjuk dalam
gambar rencana.
b. Pekerjaan sehubungan yang diuraikan terpisah/tersendiri adalah : Persyaratan Teknis Pelaksanaan
Pekerjaan Adukan Semen Pasir.
Ketentuan
a. Tenaga kerja
Kontraktor menggunakan tenaga kerja yang ahli dan berpengalaman untuk pelaksanaan pekerjaan
tersebut di atas.
b. Peralatan
Untuk pelaksanaan pekerjaan waterproofing, Kontraktor menggunakan peralatan seperti kuas, alat
pembersih debu, alat bakar untuk jenis membrane sistem bakar, tabung gas dan peralatan lainnya yang
sesuai dengan kegunaannya.
Penyerahan
Sebelum dilaksanakan, kontraktor menyerahkan beberapa contoh seperti:
a. Contoh bahan ukuran 10 x 10 cm lengkap dengan aturan, prosedur, peralatan yang harus dipakai serta
data teknis yang berisi keterangan sifat dan ketahanan bahan.
b. Contoh pelaksanaan pekerjaan termasuk pelindung/screed dalam komposisi lengkap.
c. Contoh-contoh tersebut semua diperlukan untuk pemeriksaan dan persetujuan pelaksanaannya.
Bahan
1. Bahan/Jenis Waterproofing
2. Waterproofing jenis sistem membrane dipakai/digunakan untuk atap dari produk/merk Fosroc / setara
3. Waterproofing jenis coating digunakan pada toilet, dari produk/merk Sika / setara.
4. Pelindung waterproofing menggunakan screed/adukan semen pasir dengan perbandingan 1PC : 4Pasir.
5. Kawat ayam dipakai untuk memperkuat screed/pelindung waterproofing, ukuran lubang kawat 1 x 1 cm,
diameter kawat 1mm.
Pelaksanaan
Persiapan
a. Bahan dan peralatan serta petunjuk pelaksanaan yang dikeluarkan dari pabriknya harus dipersiapkan
sebelum dikerjakan.
b. Permukaan lantai yang akan dilapis dengan lapisan waterproofing harus ditentukan lokasi dan
batasannya.
Pelaksanaan Pelapisan Waterproofing
a. Area kerja harus dibersihkan dari segala kotoran seperti puing-puing bekas bangunan, minyak dan debu
yang dapat mempengaruhi daya rekat lapisan waterproofing.
b. Bagian tepi dinding harus diwaterproofing 30 cm di atas muka lantai setempat.
c. Waterproofing atap beton (sistem membrane)

5.1.2

5.1.3

5.2

5.3
5.3.1

5.3.2

Spesifikasi Arsitektur - 10

6
6.1
6.1.1

6.1.2

6.1.3

6.2
6.2.1

Bidang atap beton yang akan diwaterproofing selain bersih juga harus kering (tidak lembab), setelah
lokasi benar-benar siap, kemudian pelaksanaannya dilakukan dengan cara bahan dasar primeir
dikuaskan/dipoles pada lantai beton hingga merata sebagai dasar perekat lapisan membrane.
d. Lembaran membrane salah satu sisinya dipanasi dengan cara dibakar dengan api gas sampai hampir
leleh dan ditempel/direkatkan pada lantai beton yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
e. Sambungan lembaran membrane satu dengan lainnya sesuai dengan persyaratan dari pabriknya, jika
tidak disebutkan secara jelas maka sambungan ditentukan sebesar 8 cm.
f. Pasangan lapisan waterproofing harus dilindungi screed/plesteran tebal minimal
4 cm, screed
tersebut harus diperkuat dengan kawat ayam, cara pelaksanaannya adalah atap beton setelah dilapis
dengan waterproofing diberi angkur dari paku beton tiap jarak 3.00 m kawat ayam diikatkan pada angkur
tersebut selanjutnya diplester.
g. Waterproofing toilet (sistem coating)
Lantai dibersihkan dan dikeringkan.
a) Bahan waterproofing dikuaskan/dioleskan pada permukaan lantai hingga merata dan khusus pada
dinding diwaterproofing sampai pada ketinggian minimal 30 cm di atas muka lantai toilet.
b) Setelah diwaterproofing seluruhnya kemudian discreed/diplester dengan adukan 1PC : 3 Pasir,
tebalnya disesuaikan dengan leveling yang sudah ditentukan dan dikurangi dengan bahan finishing
yang digunakan (tebal minimal 3 cm).
c) Sistem waterproofing tersebut di atas baik membrane maupun coating, sebelum ditutup dengan
screed harus direndam air selama 2 x 24 jam dan diperiksa terhadap kebocoran, jika benar-benar
tidak bocor/rembas selanjutnya dapat ditutup dengan pelindung screed.
Rangka/Gantungan Langit - Langit dari metal
Umum
Lingkup Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangan rangka/gantungan dari bahan metal,
rangka tersebut berfungsi sebagai penggantung langit-langit dari bahan gypsum, calsium silicate atau bahan
penutup langit-langit lainnya sesuai dengan ketentuan dalam gambar rencana.
Ketentuan
a. Sistem
Rangka penggantung langit-langit adalah produk jadi dari pabrik dan di desain khusus untuk
penggantung langit-langit yang menjadi satu sistem rangkaian terpadu.
b. Komponen-komponen dari rangka penggantung tersebut merupakan komponen lengkap untuk
kebutuhan penggantung langit-langit.
c. Pelaksanaan dan perencanaan rangka/gantungan dibuat oleh Kontraktor dalam bentuk shop drawing
berdasarkan gambar langit-langit yang dibuat oleh perencana.
d. Tenaga ahli
Tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan tersebut diatas harus berpengalaman dan trampil dalam
melaksanakannya, sesuai dengan rekomendasi dari pabrik-agen resminya.
e. Peralatan dan tata-cara pemasangan
Pelaksanaan pekerjaan pemasangan rangka gantung langit langit harus dilaksanakan dengan
menggunakan peralatan dan tata-cara yang ditentukan dari pabriknya.
Penyerahan
Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyerahkan :
a. Contoh dan katalog.
b. Data-data teknis mengenai Bahan.
c. Petunjuk pemasangan dan perbaikan.
d. Shop drawing sistem gantungan, yang dibuat berdasarkan gambar rancangan.
e. Contoh pemasangan pada suatu bidang pasangan.
Bahan
Rangka/Gantungan Penutup Langit-Langit

Spesifikasi Arsitektur - 11

6.2.2

6.3
6.3.1
6.3.2
6.3.3

6.3.4

7
7.1
7.1.1

7.1.2
7.1.3
7.1.4

7.2

Rangka/gantungan penutup langit-langit yang dipakai dari bahan metal anti karat produk jadi dari pabrik dan
direkomendir oleh produsen bahan penutup langit-langit yang dipakai. Jika tidak ditentukan secara lengkap
rangka gantung langit-langit yang digunakan dari merk/produk BMSystem / setara.
Peralatan Lainnya
Peralatan yang diperlukan untuk rangka/gantungan langit-langit merupakan kelengkapan dari pabrik, seperti
baut-baut, penggantung/pengikat/penyambung serta peralatan sambung lainnya. Dalam hal dipergunakan
produk lain, bahan/peralatan tersebut harus mendapat rekomendasi dari pabrik produsen sistem gantungan
yang dipakai.
Pelaksanaan
Persiapan
Kontraktor harus memeriksa kesiapan lokasi agar dapat dilaksanakan pekerjaan pemasangan
rangka/gantungan dan menentukan posisi rangka penggantung yang harus dipasang.
Fabrikasi
Berdasarkan kondisi lokasi dan shop drawing, selanjutnya dilakukan fabrikasi komponen-komponen utama
rangka penggantung langit-langit, fabrikasi harus cermat dan tepat ukurannya.
Pemasangan
a. Rangka penggantung langit-langit dipasang pada lokasi yang sudah dipersiapkan, seperti pemasangan
bracket, kawat penggantung dikaitkan pada bracket, sedangkan bracket tersebut dipasang pada dak
beton dengan meramset dak beton dipasang mur-baut, kawat dikaitkan pada bracket yang dibuat tiap
jarak 120 cm.
b. Plafon hanger/main frame dipasang tiap jarak 120 cm dan rangka profil lainnya dapat dikerjakan sesuai
dengan ukuran/pola langit-langit yang tertera dalam gambar rencana, urutan pasangan rangka
gantungan mengikuti ketentuan dari pabrik.
c. Pemasangan penutup langit-langit disesuaikan dengan pola pasangan langit--langit yang ditentukan
dalam gambar rencana.
Pemeriksaan
a. Pemasangan tiap komponen rangka/gantungan langit-langit harus diperiksa terhadap kelurusannya, rata
atau waterpass dan jarak pasangan rangka disesuaikan dengan kebutuhan langit-langit.
b. Pengukuran tinggi rangka penggantung harus sesuai elevasinya.
c. Hasil akhir seluruh pasangan rangka penggantung langit-langit harus kuat, kokoh serta datar dan tidak
bergelombang.
Pekerjaan Langit - Langit Gypsum Board
Umum
Uraian Pekerjaan
a. Lingkup Pekerjaan
Uraian ini mencakup pengadaan dan pemasangan langit-langit dari bahan gypsum board dengan rangka
metal stud, lokasi pasangan sesuai gambar rencana dan gambar detail.
b. Persyaratan teknis lain yang berkaitan adalah pelaksanaan pekerjaan rangka/gantungan dari bahan
metal.
c. Pekerjaan sehubungan yang diuraikan terpisah/tersendiri adalah : Persyaratan teknis pelaksanaan
pekerjaan pengecatan langit-langit.
Tenaga Kerja
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang terlatih dan telah berpengalaman memasang langitlangit dari lembaran gypsum.
Tata Cara Pemasangan
Pemasangan lembaran gypsum ini harus menurut/mengikuti tata-cara atau metode yang direkomendir oleh
Pabriknya. Ketentuan ini dijadikan dasar untuk pelaksanaan pekerjaan.
Penyerahan
Sebelum pemasangan lembaran gypsum, Kontraktor harus menyerahkan data-data teknis berupa katalog,
contoh komponen gypsum, alat penggantung dari metal dan tata cara pemasangannya.
Bahan
Spesifikasi Arsitektur - 12

7.2.1

7.2.2
7.2.3
7.2.4

7.3
7.3.1
7.3.2

Lembaran Penutup Langit - Langit


a. Lembaran gypsum
Lembaran gypsum board yang dipakai tebal 9mm dari produk/merk JAYABOARD / Elephant atau merk
lain yang setara dan disetujui Konsultan Pengawas.
b. Khusus untuk langit-langit pada toilet digunakan calciboard kedap air/Waterresisten tebal 3mm
produk/merk seperti tersebut diatas.
Rangka/Gantungan
Rangka/gantungan dari metal produk/merk Boral Metal System / setara,
Cat
Finishing langit-langit dicat dengan cat merk/produk Mowilex atau setara.
Pemasangan
a. Lokasi pasangan lembaran gypsum harus diukur dan ditentukan tinggi dari lantai tersebut, sesuai
dengan ketentuan dalam gambar rencana.
b. Rangka penggantung dipasang pada dudukannya sesuai dengan urutan pasangan yaitu :
a) Kawat penggantung diameter 5 mm dipasang tiap jarak 120 cm pada arah memanjang dan 180 cm
arah melintang.
b) Main frame dipasang pada jarak 120 cm.
c) Cross frame dipasang tiap jarak 60 cm.
c. Gypsum board dipasang pada rangka penggantung dengan disekrup tiap 60 cm.
d. Sambungan plat gypsum board satu dengan lainnya ditutup dengan silotip khusus untuk keperluan
pasangan gypsum.
e. Bekas sekrup atau silotip dan cacat lainnya didempul dengan bahan gypsum yang merupakan dempul
khusus untuk gypsum.
f. Pemotongan atau pembuatan lubang atau bukaan pada lembaran gypsum harus menggunakan
peralatan yang tepat seperti pisau pemotong (cutter), mesin bor atau peralatan lainnya yang sesuai
dengan keperluan tersebut.
g. Hasil pemotongan atau pembuatan bukaan/lubang pada lembaran gypsum harus rata, halus dan rapi
serta pada tempat yang tepat dengan keperluannya.
h. Pasangan langit-langit sebelum dicat harus diamplas terlebih dahulu terhadap dempul yang tidak rata
sehingga seluruh permukaannya halus dan rata.
i. Setelah seluruh pasangan lembaran gypsum terpasang secara benar dan rapih, tahapan selanjutnya
dilakukan pengecatan minimal 3 x (lapis).
Syarat Pemeliharaan
Perbaikan
Kontraktor harus memperbaiki jika ada yang rusak/cacat dalam masa pemeliharaan, Biaya yang ditimbulkan
karena pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Pengamanan
Kontraktor harus melakukan perlindungan terhadap hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan dan dihindari
dari kerusakan. Biaya yang ditimbulkan akibat pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

7.4

Syarat Penerimaan
1. Kontraktor harus memenuhi ketentuan dan persyaratan mutu pelaksanaan, sesuai dengan pengarahan
dan persetujuan Konsultan Pengawas.
2. Hasil pasangan permukaan langit-langit harus lurus, rata/waterpass tidak bergelombang.

8
8.1
8.1.1

Pekerjaan Cat Langit - Langit


Umum
Lingkup Pekerjaan
Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk Pelaksanaan pekerjaan pengecatan pada permukaan langitlangit dari bahan gypsum, atau klasiboard dan beton divinish dengan cat, ketentuan penggunaan sesuai
dengan petunjuk dalam gambar rencana.
Spesifikasi Arsitektur - 13

8.1.2

Ketentuan
a. Kualifikasi Kontraktor
Pekerjaan pengecatan harus dilaksanakan oleh tenaga ahli dan berpengalaman lebih dari 5 tahun, serta
direkomendir oleh pabrik pembuat bahan cat yang dipakai.
b. Pelaksanaan pengecatan harus dilakukan menurut prosedur dan ketentuan dari pabrik pembuat cat,
serta di bawah pengawasan tenaga ahli dari pabrik pembuat cat tersebut.

8.1.3

Peralatan
a. Peralatan yang digunakan untuk pengecatan harus disesuaikan dengan bidang cat yang dikerjakan.
Peralatan utama pelaksanaan pekerjaan ini seperti roller untuk pengecatan bidang yang lebih
besar/luas, sedangkan untuk lokasi sempit/sulit menggunakan kuas.
b. Garansi
Hasil pengecatan oleh Pelaksanaan Pekerjaan harus mendapat garansi/jaminan dari pabrik selama 2
(dua) tahun terhitung dari saat serah terima pertama.
c. Jaminan tersebut meliputi :
a) Menjamurnya bidang cat.
b) Terkelupasnya lapisan cat.
c) Luntur/pudar dari warna asli.
Jaminan tersebut harus berupa Surat Jaminan/Garansi yang dibuat di atas meterai Rp 6000,00
(enam ribu rupiah)
d) Segala penyimpangan dan kerusakan yang diakibatkan oleh kesalahan pemakaian bahan dan tatacara pelaksanaan harus diperbaiki, perbaikan dan penggantiannya menjadi beban Kontraktor
sepenuhnya.
Penyerahan
Sebelum pelaksanaan pengecatan, Kontraktor diminta untuk menyerahkan contoh, katalog dan datateknis/petunjuk pemakaian dari bahan Cat yang akan dipakai, guna penentuan warna serta persetujuan
pemakaiannya.

8.1.4

8.2
8.2.1

8.2.2

8.3
8.3.1

8.3.2

Bahan
Bahan Cat
Pengecatan langit-langit digunakan cat merk Mowilex / setara tipe khusus warna putih, semua bahan cat
yang dimasukkan ke lapangan/proyek harus di dalam kaleng tertutup rapat dan kondisi kaleng/tempat cat
utuh (tidak rusak) dan mempunyai etiket yang jelas.
Bahan - Bahan Lain
Bahan lain yang diperlukan sebagai kelengkapan dalam pelaksanaan pekerjaan pengecatan seperti dempul,
kompoun untuk gypsum dan lain-lainnya sesuai rekomendasi dari pabrik bahan cat yang dipakai.
Pelaksanaan
Persiapan
a. Semua bidang pekerjaan yang akan dicat harus bersih dari kotor minyak, gemuk, lapisan organis atau
kotoran lainnya yang dapat mempengaruhi daya rekat atau mutu kerja pengecatan.
b. Permukaan bidang yang dicat harus dalam keadaan kering, dengan kelembaban maksimum 4% diukur
dengan menggunakan peralatan ukur kelembaban.
c. Retak-retak dan lain kerusakan pada bidang yang akan dicat, harus diperbaiki hingga rata dan halus
dengan menggunakan bahan pengisi berupa dempul. Bahan dempul yang boleh dipakai adalah bahan
yang mendapat rekomendasi dari pabrik cat.
d. Khusus untuk permukaan bidang pengecatan dari beton sebelum pengecatan dilaksanakan terlebih
dahulu harus diratakan permukaan bidang catnya dan dihaluskan dengan digurinda/amplas sehingga
halus dan rata/waterpass.
Pengecatan
a. Prosedur dan tahapan pengecatan harus menurut petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik cat yang
digunakan.
b. Untuk Pelaksanaannya, Kontraktor supaya meminta pengawasan/supervisi tenaga ahli dari pabriknya.
Spesifikasi Arsitektur - 14

c. Proses pengecatan dilakukan dengan cara :


a) Setelah bidang yang akan dicat diyakini telah rata, halus, kering, serta bebas dari unsur minyak
pada permukaannya, maka permukaan langit-langit tersebut dapat dicat.
b) Pelaksanaan pekerjaan pengecatan pada langit-langit dilaksanakan 3 x (lapis).
c) Pengecatan lapis pertama dan lapisan selanjutnya harus berselang waktu minimal 24 jam.
d) Pelaksanaan pengecatan harus hati-hati dengan mempertimbangkan gangguan/kotor pada lantai
maupun dinding akibat kegiatan pekerjaan pengecatan tersebut.
8.3.3
8.3.4

8.4
8.4.1
8.4.2

8.4.3

9
9.1
9.1.1
9.1.2

9.1.3

Perbaikan
Perbaikan kerusakan pada cat harus dilakukan dengan prosedur yang benar, hingga di dapat hasil kerja
yang rata, halus serta memenuhi syarat pada umumnya.
Hasil Pengecatan
Hasil Pengecatan harus rata warnanya dan halus dalam tekstur, kuat dan tahan terhadap pengaruh udara
disekitarnya.
Syarat Pemeliharaan
Perbaikan
Apabila pada permukaan dinding, lantai terkena noda cat harus segera dibersihkan, permukaan bidang yang
telah dicat apabila terkena kotoran harus pula segera dibersihkan.
Pengamanan
Kontraktor wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan agar dapat dihindari
dari kerusakan. Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
Syarat Penerimaan
Hasil pengecatan pada setiap permukaan bidang cat harus rapih dan rata (tidak belang-belang), sesuai
dengan aturan/cara yang direkomendasi pabrik serta arahan dari Konsultan Pengawas.
Pekerjaan Cat Dinding
Umum
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan peralatan pengecatan serta pelaksanaan pekerjaan pengecatan
pada permukaan dinding interior dan exterior sesuai dengan petunjuk dalam gambar rencana.
Ketentuan
a. Kualifikasi Kontraktor
Pekerjaan Pengecatan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli dan berpengalaman dalam bidangnya,
serta direkomendir oleh pabrik pembuat bahan cat tersebut.
b. Pelaksanaan Pengecatan harus dilakukan menurut prosedur dan ketentuan dari pabriknya, serta
dibawah pengawasan tenaga ahli dari pabrik pembuat cat yang bersangkutan.
Peralatan
a. Untuk pelaksanaan pekerjaan cat tekstur dengan sistem semprot, Kontraktor harus menggunakan
peralatan yang sesuai dan memadai, peralatan utama pelaksanaan pekerjaan ini adalah kompressor
dan peralatan semprot untuk membentuk cat bertekstur serta roller.
b. Garansi
Hasil pelaksanaan pekerjaan ini harus mendapat jaminan atau garansi dari pabriknya, yang berlaku
selama 2 (dua) tahun terhitung dari saat serah terima pertama.
c. Jaminan tersebut meliputi :
a) Menjamurnya bidang cat.
b) Terkelupasnya lapisan cat.
c) Lunturnya warna asli.
d) Jaminan tersebut harus berupa Surat Jaminan/Garansi yang dibuat di atas meterai Rp 6000,00
(enam ribu rupiah)
e) Segala penyimpangan dan kerusakan yang diakibatkan oleh kesalahan pemakaian bahan dan tatacara pelaksanaan, perbaikan dan penggantiannya menjadi beban Kontraktor sepenuhnya.
Spesifikasi Arsitektur - 15

9.1.4

Penyerahan
Sebelum pelaksanaan pengecatan, Kontraktor diminta untuk menyerahkan contoh, katalog dan datateknis/petunjuk pemakaian dari bahan cat yang dipakai, guna penentuan warna serta persetujuan
pemakaiannya.

9.2
9.2.1

Bahan
Bahan Cat
Bahan cat yang dipakai adalah dari produk merk Mowilex / setara, warna ditentuan kemudian oleh Konsultan
Pengawas/Perencana.

9.2.2

Peralatan
Peralatan kerja yang dipakai sesuai dengan persyaratan teknis yang direkomendir oleh pabrik cat yang
dipakai, pengecatan menggunakan peralatan roller dan sistem semprot (spray).
9.2.3 Bahan-Bahan Lain
Bahan yang diperlukan guna kelengkapan pelaksanaan pekerjaan pengecatan seperti dempul dan lain-lain
bahan harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik cat yang dipakai.
9.3
Pelaksanaan
9.3.1 Persiapan
a. Semua bidang pekerjaan yang akan dicat harus bersih dari kotor minyak, gemuk, lapisan organis atau
kotor-kotor lain yang dapat mempengaruhi daya lekat cat atau mutu kerja pengecatan.
b. Permukaan bidang yang akan dicat harus dalam keadaan kering, dengan kelembaban maksimum 4%
diukur dengan menggunakan peralatan ukur kelembaban. Pekerjaan pengecatan dapat dilaksanakan
setelah persyaratan diatas dipenuhi.
c. Lubang atau celah, retak dan lain kerusakan pada bidang dinding yang dicat, harus diperbaiki terlebih
dahulu hingga rata dan halus.
d. Bahan pengisi celah/retak berupa dempul, bahan tersebut dipakai sesuai rekomendasi dari pabrik cat
dinding yang dipergunakan.
9.3.2 Pengecatan
a. Secara umum prosedur dan tahapan pengecatan harus menurut petunjuk yang dikeluarkan oleh pabrik
cat yang dipakai. Kontraktor diminta untuk meminta pengawasan/supervisi tenaga ahli dari pabriknya.
b. Pengecatan dilakukan 3 (tiga) lapis dengan methode pengecatan menggunakan alat rol
c. Tahapan pengecatan :
a) Lapis pertama dengan cat dasar/sealer
b) Dua lapis kemudian dengan cat finish.
9.3.3 Perbaikan
Perbaikan kerusakan harus dilakukan dengan prosedur yang ditetapkan oleh pabriknya, supaya hasil
perbaikan memenuhi syarat dari cat yang dipakai.
9.3.4 Hasil Pengecatan
Hasil pengecatan dinding harus merata warnanya dan halus dalam tekstur, kuat dan tahan terhadap
pengaruh udara atau cuaca pada sekitarnya.
9.4
9.4.1

Syarat Pemeliharaan
Perbaikan
Apabila pada permukaan dinding, lantai dan langit-langit terkena noda cat harus segera dibersihkan.

9.4.2

Pengamanan
Kontraktor wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan agar dapat dihindari
dari kerusakan. Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
Syarat Penerimaan

9.5

Spesifikasi Arsitektur - 16

10
10.1
10.1.1

10.1.2

10.1.3

10.2
10.2.1
10.2.2

1. Hasil pengecatan harus sesuai dengan prosedur dari pabrik cat yang dipakai.
2. Seluruh permukaan dinding harus rapi dan rata (tidak belang-belang).
Pekerjaan Pasangan Plint
Umum
Lingkup Pekerjaan
a. Uraian pekerjaan ini meliputi semua kegiatan dan pelaksanaan pemasangan serta penyediaan bahan
utama plint seperti keramik, homogeneous, kayu dan perlengkapan lainnya, menyiapkan tempat-tempat
atau lokasi pasangan sesuai ketentuan dalam gambar rencana.
b. Persyaratan yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut diatas adalah:
a) Persyaratan pekerjaan penyelesaian/finishing lantai.
b) Persyaratan pekerjaan penyelesaian/finishing dinding.
Ketentuan
a. Tenaga kerja
Pekerjaan pemasangan plint harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang sudah berpengalaman dan ahli
dalam bidangnya.
b. Peralatan
Kegiatan pemasangan plint harus menggunakan alat-alat kerja yang tepat disesuaikan dengan bahan
plint yang digunakan seperti alat potong/gergaji, alat ukur (meteran), benang ukur, waterpas dan alatalat kerja lainnya.
Penyerahan
a. Sebelum pelaksanaan pemasangan plint secara menyeluruh oleh Pelaksana Pekerjaan diminta untuk
menyerahkan contoh-contoh bahan sebagai berikut:
b. Contoh bahan plint yang digunakan atau dipasang.
c. Shop drawing yang menunjukan detail pasangan yang jelas berdasarkan gambar rancangan dan
disesuaikan dengan kondisi lahan/lapangan.
d. Contoh-contoh tersebut guna pemeriksaan dan persetujuan dari Konsultan Pengawas/Perencana.
Bahan
Bahan plint
a. Hospital plint pada lantai homogenius tile.
b. Perekat untuk sambungan plint sealant dipakai dan sekrup atau fisher.
Bahan plint lainnya
a. Bahan keramik, homogeneous, digunakan sebagai plint dengan persyaratan penggunaannya sesuai
ketentuan dalam gambar rencana, jika dimensi tidak disebutkan dalam gambar, maka ukuran/dimensi
tersebut ditentukan sebagai berikut:
b. Tinggi plint 10 cm
Panjang plint untuk tiap satuannya sama dengan panjang satuan ubin pasangan lantai.
c. Tipe, kualitas dan warna plint sama dengan finishing lantai yang saling berhubungan.

10.3
Pelaksanaan
10.3.1 Pasangan plint dari bahan Keramik, Homogeneous dan Granit.
a. Pelaksanaan pemasangan plint dari bahan tersebut diatas pada dasarnya sama yaitu menggunakan
adukan semen pasir (1PC : 4Ps).
b. Pasangan permukaan plint dibuat rata dengan bidang dinding dan diberi naad 5 mm pada posisi antara
plint dengan finishing dinding tersebut.
10.4

Hasil akhir
Seluruh pasangan harus rapih, kuat, permukaan pasangan plint rata dan naad pasangan plint satu garis
dengan naad pasangan ubin lantai.

11
Pekerjaan Pasangan Kaca
11.1
Umum
11.1.1 Uraian Pekerjaan
a. Lingkup Pekerjaan
Spesifikasi Arsitektur - 17

Uraian ini meliputi persyaratan teknis untuk pelaksanaan pekerjaan pemasangan kaca secara umum,
dipasang pada rangka pintu dan jendela rangka alluminium maupun rangka kayu serta pintu kaca
frameless dengan kaca tempered. Pekerjaan pasangannya sesuai dengan lokasi yang tertera dalam
gambar rencana.
b. Uraian pekerjaan lain yang termasuk/dipakai di dalam pekerjaan ini adalah:
a) Persyaratan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan pintu dan jendela kayu
b) Persyaratan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan pintu dan jendela alluminium
11.1.2 Ketentuan
a. Tenaga ahli
Pelaksanaan pemasangan kaca harus dikerjakan/dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah
berpengalaman dalam bidangnya.
b. Peralatan
Pemotongan, pengangkatan dan penyetelan kaca harus menggunakan peralatan yang khusus
digunakan untuk maksud itu, antara lain peralatan potong khusus kaca, kop untuk alat pengangkat
lembaran kaca dan lain-lain peralatan yang diperlukan guna pelaksanaan pekerjaan.
11.1.3 Penanganan Pekerjaan
a. Pengangkutan dan penyimpanan serta hasil pemasangan kaca harus dilindungi dari segala kemungkinan
kerusakan fisik maupun penyelesaian permukaannya.
b. Kerusakan yang terjadi akibat dari kelalaian perlindungan pekerjaan, menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya, baik dalam hal perbaikan maupun peng-gantian dengan pasangan baru.
11.1.4 Penyerahan
Kontraktor harus menyerahkan contoh sebelum pengadaan bahan kaca secara menyeluruh seperti :
a. Contoh Bahan Kaca biasa dan kaca tempered ukuran 10 cm x 10 cm.
b. Katalog, data teknis lainnya.
c. Contoh pasangan kaca terhadap frame aluminium dan sealantnya atau karet penjepit.
11.2
Bahan
11.2.1 Kaca
a. Kaca yang dipergunakan didalam pelaksanaan pekerjan ini secara umum harus bebas dari cacat distorsi
atau cacat-cacat fisik lainnya.
b. Kaca yang dipakai adalah tipe Tinted glass dari jenis tempered tebal 12 mm dipakai untuk pintu kaca
Frameless.
c. Untuk daun jendela dan dinding kaca (khususnya curtain wall) dengan rangka/frame aluminium
dipasangan pada exterior menggunakan kaca polos 8 mm.
d. Daun pintu dan jendela rangka/frame aluminium dipasang pada bagian dalam (interior) menggunakan
kaca polos dengan variasi ketebal 5 mm yang penggunaannya disesuaikan dengan petunjuk dalam
gambar rencana.
e. Kaca-kaca yang dipakai untuk pintu maupun jendela dari produk/merk ASAHI MAS, atau merk lain yang
setara.
f. Joint sealant antar kaca menggunakan sealant type elastosil 121 transparant dari produk Dowcorning,.
11.2.2 Peralatan Pelengkap Pemasangan Kaca
Semua peralatan atau pelengkap untuk pemasangan kaca harus sesuai dengan kebutuhan rangka tempat
dudukannya, tepat ukuran serta dari mutu yang terbaik.
11.3
Pelaksanaan
11.3.1 Pemeriksaan Keadaan Pekerjaan
Sebelum mulai pemasangan, Kontraktor diminta untuk memeriksa keadaan lokasi pemasangan, baik dalam
hal kesiapan maupun ketelitian dan kecermatan Pelaksanaan pekerjaan pendahulunya.
11.3.2 Penyimpangan
Dalam hal terjadi penyimpangan pada pelaksanaan pekerjaan pendahulunya, Kontraktor diminta untuk
segera melaporkan keadaan tersebut guna penyelesaian permasalahannya.
Spesifikasi Arsitektur - 18

11.3.3 Pemotongan, Pengangkatan Dan Pemasangan Kaca


a. Pemotongan kaca harus lurus, rapi dan halus, tepat ukuran, selanjutnya dipasang pada lokasinya
dengan jepitan yang sesuai, terpasang kuat serta tepat dalam posisinya, baik dalam hal ketegakan
ataupun kemiringan sesuai dengan gambar rencana.
b. Semua proses pemotongan, pelubangan atau segala sesuatu yang menimbulkan perubahan bentuk
pada fisik kaca harus dilakukan sebelum kaca dipasang/dilaksanakan.
11.3.4 Pembersihan
Pekerjaan kaca yang terpasang dengan benar harus dibersihkan, sehingga kaca tetap terlihat bersih dan
rapih.
11.4
Syarat Pemeliharaan
11.4.1 Perbaikan
Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat, perbaikan kerusakan yang bukan disebabkan
oleh tindakan pemilik pada waktu pelaksanaan, maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki sampai dinyatakan
diterima oleh Konsultan Pengawas. Biaya yang ditimbulkan karena pekerjaan perbaikan tersebut menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
11.4.2 Pengamanan
Kontraktor harus melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk dapat
dihindarkan dari kerusakan. Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
11.5 Syarat Penerimaan
1. Semua kegiatan pelaksanaan telah memenuhi persyaratan dan gambar perencana, shop drawing dan
pengarahan yang diberikan Konsultan Pengawas
2. Dalam hal ditemukan adanya goresan pada permukaan kaca sekecil apapun adanya hal tersebut tidak
dapat ditolelir dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

12
Partisi, Rangka Aluminium Dan Pintu/Jendela Kaca
12.1
Umum
12.1.1 Uraian Pekerjaan
a. Lingkup Pekerjaan
Uraian ini mencakup persyaratan teknis untuk pelaksanaan pekerjaan partisi rangka alluminium dengan
pintu/jendela kaca termasuk pemasangan penggantung dan pengunci pada ruang-ruang yang
ditentukan dalam gambar rencana. Lingkup Pekerjaan
b. Pekerjaan sehubungan yang diuraian terpisah :
a) Persyaratan teknis Pelaksanaan pekerjaan kaca
b) Persyaratan teknis Pelaksanaan pekerjaan kunci dan penggantung untuk pintu dan jendela.
12.1.2 Persyaratan
a. Tenaga ahli
Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli dan berpengalaman di dalam pelaksanaan pekerjaan
ini.
b. Peralatan
Pelaksana pekerjaan ini harus menyediakan peralatan kerja yang cukup, memadai dan sesuai untuk
pelaksanaan pekerjaan aluminum, peralatan tersebut seperti mesin potong, mesin bor, mesin gurinda dan
lain-lain peralatan yang diperlukan guna pabrikasi dan pemasangannya.
c. Bahan rangka aluminium
a) Rangka aluminium menggunakan profil-profil diproduksi di dalam negeri dengan pembuatannya
mendapat lisensi dari suatu sistem luar negeri yang sudah cukup dikenal.
b) Sebelum pekerjaan dimulai Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan terlebih dahulu shop drawing serta
contoh-contoh bahan profil aluminium, panil pengisi serta semua perlengkapannya (accessories)
untuk mendapat persetujuan Konsultan Perencana atau Konsultan Pengawas.
Spesifikasi Arsitektur - 19

12.1.3 Penyerahan
Sebelum memulai pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan diminta untuk menyerahkan :
a. Shop Drawing yang menunjukkan detail, tipe dan sistem pemasangan serta komponen-komponen yang
diperlukan, dibuat berdasarkan gambar rancangan.
b. Contoh bahan dan contoh miniatur tipe pasangan beserta kelengkapannya.
c. Contoh pasangan pada lokasi yang ditunjuk oleh Konsultan Pengawas.
12.2
Bahan
12.2.1 Aluminium
Profil aluminum tebal 1,3 mm dan difinish jenis powder coating produk/merk setara dengan Indal, yang
merupakan produk dalam negeri serta harus memenuhi Standar Industri Indonesia (SII) ekstrusi 0695-82 dan
SII jendela 0649-82. Aluminium Extrusi, fabrikasi dies dan profile dengan toleransi khusus untuk arsitektural.
12.2.2 Gypsum Board
Lembaran gypsum board yang dipakai tebal 9 mm dari produk/merk Jaya Board atau merk lain yang setara
dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
12.2.3 Wall Vinyl
Bahan penutup dinding partisi menggunakan wall vinyl dari produk/merk sesuai dengan uraian dalam pasal
Wall Covering yang diuraikan tersendiri.
12.2.4 Kaca
Kaca tebal 8mm dari produk/merk ASAHIMAS yang dipakai untuk partisi, uraian kaca sesuai dengan pasal
Pekerjaan Kaca.
12.2.5 Rangka Partisi
Rangka partisi menggunakan metal furing dengan ukuran 40 x 100 mm x 0,7 mm
12.2.6 Peralatan Bantu
Semua peralatan pengikat/bantu atau pengencang pemasangan lembaran gypsum menggunakan sekrup
khusus untuk pemasangan gypsum pada rangka metal.
12.2.7 Isolasi Untuk Partisi Kedap Suara
a. Bahan yang dipakai glass wool dengan kepadatan 32kg/m3 dari produk, Inswool,
b. Bahan lain yang tidak disebut tetapi direkomendasi dari pabrik maka harus dilaksanakan sesuai petunjuk
pabrik tersebut.
12.3
Pelaksanaan
Fabrikasi
1. Semua rangka partisi baik metal maupun aluminium harus difabrikasi di work shop/ pabrik.
2. Untuk tipe rangka yang dapat dirakit di work shop, harus dilaksanakan di work shop dan siap dipasang di
lapangan. Jika tidak, maka dapat dikerjakan perkomponen (pra-rakit), dan siap di rakit di lapangan atau
dipasang pada posisinya.
3. Semua sambungan harus dikerjakan dengan alat mesin, agar rapih, kokoh dan kuat dengan bentuk
sambungan sesuai standard.
4. Pasangan rangka hollow dibuat tiap jarak 60cm, lembaran gypsum dipasang pada rangka tersebut
dengan cara disekrup.
5. Pemotongan atau pembuatan lubang/bukaan pada lembaran gypsum harus mengunakan peralatan
yang sesuai untuk maksud dan keperluannya.
6. Untuk partisi kombinasi kaca dengan gypsum rangka aluminium dipasang sesuai dengan ukuran jendela
maupun pintunya (bentuk ukuran lihat gambar rencana), pemasangan kaca pada rangka aluminium
diperkuat dengan keret khusus dari produk kualitas terbaik.
7. Pemasangan alat penggantung dan pengunci pada daun pintu adalah 100cm dari lantai setempat, dan
dipasang Door closer, penggunaan dan pemasangan peralatan tersebut diuraikan tersendiri pada pasal
Penggantung dan Pengunci.
8. Hasil pasangan bidang partisi harus rata, tidak bergelombang, kuat, kokoh dan sesuai dengan
ukurannya.
9. Untuk partisi kedap suara diantara lembaran gypsum harus dipasang bahan glass wool (di tengah).
10. Pemasangan tersebut mengunakan bahan perekat atau pita perekat dua muka, pemasangan isolasi
dengan paku tidak dibenarkan.
Spesifikasi Arsitektur - 20

12.4
Syarat Pemeliharaan
12.4.1 Perbaikan
a. Pelaksana pekerjaan harus memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat perbaikan dilaksanakan
sedemikian rupa hingga tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.
b. Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pelaksanaan, maka Pelaksana
Pekerjaan diwajibkan memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas.
c. Biaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana
Pekerjaan.
12.4.2 Pengamanan
Pelaksana Pekerjaan wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan agar dapat
hindari dari kerusakan. Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung
jawab Pelaksana Pekerjaan.
12.5
Syarat Penerimaan
Semua kegiatan Pelaksanaan telah memenuhi persyaratan gambar perancangan, shop drawing dan
pengarahan yang diberikan Konsultan Pengawas.
13
Pekerjaan Pintu Kaca Rangka Aluminium
13.1
Umum
13.1.1 Lingkup Pekerjaan pada pasal ini meliputi
a. Penyediaan bahan frame aluminium untuk kusen dan pintu
b. Penyediaan bahan kaca untuk daun pintu
c. Penyiapan peralatan penggantung dan pengunci.
d. Pelaksanaan pemasangan/penempatan sesuai dengan petunjuk dalam gambar rencana dan daftar
penyelesaian bahan.
13.1. 2 Persyaratan
a. Sistem rangka aluminium dipakai adalah profil-profil extrusi yang produksi didalam negeri dengan lisensi
aluminium suatu sistem luar negeri.
b. Penggunaan bahan untuk masing-masing fungsi harus dari satu merk/produk seperti rangka kusen dan
frame daun pintu aluminium harus satu merk/produk termasuk pasangan kaca dan
penggantung/penguncinya.
c. Pelaksana Pekerjaan sebelum melakukan pengadaan bahan secara total, terlebih dahulu harus
memberikan contoh-contoh bahan sebagai berikut:
a) Contoh bahan aluminium untuk kusen dan daun pintu dan accessoriesnya.
b) Penggantung dan pengunci dan door closer.
c) Contoh kaca untuk pintu.
d) Contoh pasangan pada lokasi tertentu.
e) Membuat gambar bengkel (shop drawing).
d. Seluruh contoh tersebut untuk penilaian dan persetujuan dari Perencana dan Konsultan Pengawas.
13.1.3 Bahan
a. Profil aluminium yang dipakai dari produk Indal atau merk/produk lain yang setara dan disetujui
Perencana/Konsultan Pengawas.
b. Rangka profil aluminium merupakan produk dalam negeri dengan standard Industri Indonesia extrusi
0695-82 dan SII jendela 0649-82.
c. Alloy 6063 T5/Billet yang diguanakan harus dari aslinya (tidak dibuat dari bahan scrap/sisa).
d. Finishing aluminium dengan powder coating dari mutu terbaik warna ditentukan kemudian oleh Perencana.
e. Jenis extrusion depth 75 mm.
f. Bahan lain seperti paku sekrup, karet penjepit, bahan pengisi (sealant) harus mendapat rekomendasi
dari pabrik aluminium tersebut.
g. Kaca yang dipakai sesuai dengan ketentuan dalam pasal Pekerjaan Pasangan Kaca.
h. Penggantung dan pengunci yang dipakai sesuai dengan ketentuan dalam pasal Penggantung dan
Pengunci, untuk engsel yang dipakai ukuran 4.
Spesifikasi Arsitektur - 21

13.2

Pelaksanaan
1. Lokasi pasangan diukur terhadap tinggi dan lebarnya lubang pintu.
2. Pembuatan/pemasangan kusen dan daun pintu dari bahan aluminium harus dikerjakan oleh Sub
Kontraktor yang professional.
3. Rangka/frame kusen dan daun pintu aluminium dipotong sesuai dengan ukuran yang ditentukan dalam
gambar rencana.
4. Pemasangan/perakitan rangka kusen dan daun pintu aluminium untuk masing-masing komponen harus
dikerjakan dipabrik (work shop) secara masinal.
5. Pasangan antara kusen aluminiuim pada tembok atau kolom beton disekrup, diberi celah 6 mm dan diisi
dengan seal elatis jenis Poly Sulfida, persyaratan penggunaan bahan sealant sesuai dengan standar
dari pabrik.
6. Pemasangan kaca pada frame daun pintu aluminium menggunakan karet yang dibuat khusus untuk
jointnya.
7. Daun pintu kaca dengan frame aluminium dipasang pada kusen mengunakan engsel sebanyak 3 buah.
8. Penggantung dan pengunci dipasang pada frame daun pintu dengan tinggi 100cm dari lantai setempat.
9. Lokasi pemasangan door closer pada pintu-pintu aluminium disesuaikan dengan kebutuhan yang
ditentukan dalam kontrak.

13.3

Hasil Akhir Yang Dikehendaki


1. Pasangan kusen pintu pada dudukannya harus kokoh, kuat dan tegak.
2. Daun pintu dapat berfungsi dengan baik.
3. Pasangan kusen dan daun pintu aluminium sesuai dengan posisinya.
14
Pekerjaan Jalusi Aluminium
14.1
Umum
14.1.1 Uraian Pekerjaan
a. Uraian pekerjaan ini meliputi penyediaan peralatan kerja, bahan, pembuatan jalusi aluminium dan
pemasangan, lokasi pasangan khususnya pada bagian atap atau sesuai dengan ketentuan yang tertera
dalam gambar rencana.
b. Persyaratan lain yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut diatas adalah:
c. Pekerjaan penyelesaian atau finishing pada atap bangunan gedung.
14.1.2 Ketentuan
a. Tenaga kerja
Pelaksanaan pekerjaan ini harus dikerjakan oleh tenaga ahli dan telah lama berpengalaman dalam
menangani perkerjaan aluminium.
b. Peralatan
Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan peralatan kerja yang memadai seperti alat potong gergaji
listrik, alat bor listrik, gurinda dan peralatan bantu serta accessories lainnya guna menujang dalam
proses pemasangan jalusi secara menyeluruh.
c. Bahan rangka aluminium
Rangka yang digunakan dari profil-profil aluminium diproduksi dalam negeri dengan kualitas baik dan
sudah dikenal produknya.
14.1.3 Penyerahan
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tersebut, Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan :
a. Contoh profil aluminium yang digunakan, termasuk miniature pasangannya.
b. Katalog berisi data teknik dan petunjuk pemasangan untuk komponen jalusi aluminium.
c. Gambar bengkel (shop drawing) untuk pelaksanaannya.
14.2

Bahan
1. Kusen (rangka) dari aluminium ukuran 4 tebal 1.3 mm, difisish powder coating warna ditentukan
kemudian oleh Perencana.
Spesifikasi Arsitektur - 22

2. Jalusi plat aluminium dengan ketabalan 1.3 mm, bentuk/profil (jalusi) seperti huruf Z dengan ukuran
lebar 100 mm, panjang disesuai dengan ketentuan dalam gambar rencana, dipasang pada kedua ujung
kusen tegak/vertikal difisish powder coating warna ditentukan kemudian oleh Perencana.
3. Besaran per unit jalusi aluminium (lihat gambar rencana).
4. Kusen dan jalusi aluminium yang dipakai setara produk Indal, setara.
14.3
Pelaksanaan
14.3.1 Persiapan
a. Lokasi pasangan harus dibersihkan dari kotoran/puing yang dapat menghambat pelaksanaan
pemasangan jalusi aluminium.
b. Pengukuran lokasi terhadap besaran tiap unit pasangan jalusi terutama tinggi dan rendah serta
elevasinya.
14.3.2 Pemasangan Jalusi Aluminium
a. Lubang jalusi dipersiapkan oleh Pekaksana Pekerjaan/Pemborong Sipil ukuran sesuai ketentuan dalam
gambar Perencana, dengan toleransi diagonal10 mm.
b. Pemasangan frame/kusen jalusi aluminium pada dudukannya dikerjakan dengan cara dibor, dipasang
fisher dan disekrup, penempatan kusen rata bidang luar sehingga sisa ketebalan berada pada bagian
dalam.
c. Keliling pasangan antara frame jalusi aluminium terhadap dudukannya/dinding di isi dengan sealant
warna sama atau mendekati dengan frame aluminium.
14.3.3 Hasil akhir
Seluruh pasangan jalusi harus terpasang kuat/kokoh dan tegak/vertical garis-garis jalusinya datar/waterpas,
untuk mencapai hasil akhir yang baik dan benar sebaiknya pemasangan seluruh jalusi aluminium dikerjakan
oleh perusahaan yang menyediakan bahan aluminium (supplier-nya).
15
Pekerjaan Grill Besi
15.1
Umum
15.1.1 Uraian Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan, pembuatan, pemasangan dan finishing grill besi untuk
penutup saluran pada ramp dan ditempat lainnya.
b. Penempatan grill besi sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam gambar denah serta gambar
rencana grill besi.
15.1.2 Persyaratan
a. Grill besi untuk pekerjaan ini adalah produk standar buatan pabrik dengan ketentuan ukuran sesuai
gambar rencana.
b. Minimal 3 minggu sebelum pelaksanaan pekerjaan Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan usulan/shop
drawing mengenai pelaksanaan pekerjaan kepada konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuannya.
c. Pengangkutan penyimpanan serta pemasangan grill besi harus dilindungi dari kerusakan fisik maupun
finishing/penyelasaian permukannya.
d. Sistem pemasangan grill besi dipabrikasi di bengkel pabrik, dilapangan hanya distel/ dipasang pada
tempatnya.
e. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan:
a) Katalog, data teknis dan petunjuk pemasangan untuk komponen grill besi.
b) Gambar bengkel (shop drawing) dan informasi untuk pelaksanaan pemasangannya.
15.1.3 Bahan
a. Rangka terbuat dari plat baja dengan ketebalan baja 6mm lebar 50mm.
b. Grill besi dicat anti karat dan difinish dengan cat Duco warna ditentukan kemudian oleh Perencana.
15.2
Pelaksanaan
1. Pelaksanaan pekerjaan ini dimulai dengan mempersiapkan lubang saluran kemudian pemasangan pada
dudukannya.
2. Lubang dipersiapkan oleh Pelaksana Pekerjaan sipil dan harus sesuai dengan gambar rencana dengan
toleransi 10 mm.
3. Pemasangan grill besi disesuaikan dengan ukuran saluran dan harus rata bidang permukaan jalan.
Spesifikasi Arsitektur - 23

4. Perakitan plat strip menggunakan las listrik dan diatur posisi pasangannya yaitu plat besi tersebut
dipasang tiap jarak 5 cm dipasang pada posisi tegak/berdiri.
16
Pekerjaan Penggantung & Pengunci
16.1
Umum
16.1.1 Uraian Pekerjaan
a. Lingkup Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan pasangan penggantung dan pengunci mencakup pengadaan dan pemasangan
atau alat-alat penggantung dan pengunci pada semua pintu-pintu dan jendela baik dari bahan kayu
maupun aluminium. Pemasangan penggantung dan pengunci pada pintu dan jendela sesuai dengan
gambar perencanaan .
b. Persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan kusen pintu dan jendela dari kayu.
c. Persyaratan teknis Pelaksanaan pekerjaan kusen pintu dan jendela dari aluminium.
16.1.2 Ketentuan
Pemasangan penggantung dan pengunci yang baik dan benar harus meminta pada supplier untuk
melakukan pengawasan dan memberi petunjuk teknis mengenai prosedur pemasangan peralatan kunci dan
penggantung pintu.
16.1.3 Penyerahan
Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas seperti contoh
dan katalog dari produk yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas atau Konsultan Perencana.
16.2

16.3

Bahan
1. Penggantung dan pengunci dari kualitas terbaik produk/merk SES, Kend / setara. Kunci 2 slag dengan
warna dan tipe ditentukan kemudian oleh Perencana.
2. Perlengkapan Penggantung dan Pengunci pada Pintu Kaca Framless
3. Top rail, Bottom rail, Top Center steel, standard length (upper & lower part compleate), Door Strap, Floor
Spring + cover plate, Mortise Lock, Profile cylinder PC dari merek/produk seperti tersebut diatas.
4. Perlengkapan Penggantung dan Pengunci pada Pintu Alumunium
5. Engsel, Kunci Lock case, Double sylinder, Door closer, Handel dari merek/produk seperti tersebut
diatas.
6. Perlengkapan Penggantung dan Pengunci pada Pintu Kayu
7. Engsel, Kunci Lock case, Double sylinder, Door closer, Handel dari merek/produk seperti tersebut
diatas.
8. Penggunaan penggantung dan pengunci serta engsel-engsel, kunci-kunci dan door closer dari kualitas
terbaik
9. Kait angin, grendel, espagnolet dan lain sebagainya perlengkapan pintu dan jendela dari kualitas yang
sejajar dengan engsel serta kuncinya seperti tersebut di atas.
10. Contoh dari alat-alat ini sebelum dipasang seyogianya diperlihatkan kepada Konsultan
Pengawas/Perencana untuk mendapat persetujuannya.
Pelaksanaan
1. Untuk pintu-pintu kayu pemasangan harus dilakukan oleh tukang-tukang yang berpengalaman dan akhli
dalam bidangnya. Sekrup-sekrup harus tertanam rapih tanpa merusak daun pintu, kusen maupun alatalat penggantung dan penguci lainnya. Jika pemasangannya tidak rapih, apalagi sampai ada yang cacat,
dapat mengakibatkan seluruh pintu harus diganti atas beban biaya Kontraktor.
2. Khusus untuk daun pintu swing single door/double door letak/tinggi pasangan penggantung dan
pengunci adalah 100 cm dari lantai setempat.

16.4
Syarat Pemeliharaan
16.4.1 Perbaikan
a. Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat perbaikan dilaksanakan sedemikian rupa
hingga tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.

Spesifikasi Arsitektur - 24

b. Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu Pelaksanaan, maka Kontraktor
diwajibkan memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas. Biaya yang
ditimbulkan oleh pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
16.4.2 Pengamanan
Kontraktor wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk dapat
dihindarkan dari kerusakan. Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
16.5
Syarat Penerimaan
Semua kegiatan Pelaksanaan telah memenuhi persyaratan gambar perancangan, shop drawing dan
pengarahan yang diberikan Konsultan Pengawas.
17
Pekerjaan Sanitasi
17.1
Uraian Umum
17.1.1 Uraian Pekerjaan
Uraian ini meliputi pemasangan alat-alat sanitairi berikut perlengkapannya, seperti wastafel, kloset, kran air,
floor drain dan lainnya sesuai penjelasan dalam gambar rencana.
17.1.2 Ketentuan
a. Pekerjaan pemasangan alat-alat sanitasi harus dikerjakan oleh ahlinya.
b. Semua peralatan pendukung (accessories) harus lengkap dan dalam satu merk serta dapat berfungsi
dengan baik. Komponen/alat sanitasi harus diteliti terhadap keutuhan atau cacat-cacat lainnya sebelum
dipasang dan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas atau Pemberi Tugas.
17.1.3 Penyerahan
Sebelum dilakukan pemasangan sanitair secara keseluruhan, Kontraktor harus menyerahkan contoh atau
katalog dari suatu produk yang telah ditentukan/dipakai.
17.2 Bahan
1. Penggunaan alat-alat sanitair dari merk/produk TOTO dengan type sesuai dalam gambar, peralatan
sanitair tersebut antara lain :
a. Washtafel
b. Klosed duduk / kloset jongkok
c. Kran kloset
d. Kran ZINK
e. Floor drain
2. Peralatan sanitair harus dalam keadaan baik, memiliki permukaan yang rata, mengkilap tanpa cacat.
17.3

Pelaksanaan
1. Pemasangan sanitair dapat dikerjakan setelah seluruh pekerjaan bangunan selesai, sehingga tidak
menggangu atau mengalami kerusakan/cacat setelah dipasang.
2. Alat-alat sanitair harus dipasang dengan kokoh dan rapih, lengkap dengan segala perlengkapannya
(accessories) tanpa kerusakan atau cacat akibat pemasangan.
3. Setelah terpasang semua peralatan sanitair, selanjutnya dicoba/test peralatan dan harus berfungsi
dengan baik. Sebelum masa pemeliharaan berakhir, Kontraktor harus menguji semua peralatan sanitair,
jika tidak berfungsi atau rusak maka harus memperbaiki atau mengganti semua yang tidak berfungsi
atau rusak tersebut atas biaya sendiri.
18
Pekerjaan Pasangan Atap Metal
18.1
Umum
18.1.1 Lingkup Pekerjaan Meliputi
a. Penyiapan atap yang akan dipasang bahan tersebut.
b. Pemasangan bahan penutup atap tersebut pada rangka baja profil, sesuai dengan gambar rencana.
18.1.2 Persyaratan
a. Pelaksanaa pemasangan penutup atap ini harus dikerjakan oleh pihak supliernya atau yang benar-benar
ahlinya.
b. Perlengkapan dan cara-cara pemasangan lainnya harus sesuai dengan persyaratan dari pabriknya.
c. Kontraktor harus mengajukan gambar kerja untuk persetujuan dari Konsultan Pengawas.
18.1.3 Penyerahan
Spesifikasi Arsitektur - 25

a. Sebelum dilakukan pemesanan menyeluruh/total bahan atap metal, Kontraktor harus memberikan
contoh bahan atap metal yang akan dipakai kepada Konsultan Pengawas.
b. Contoh bahan tersebut diatas harus disetujui terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas, tahapan
selanjutnya Kontraktor dapat mengadakan/pembelian bahan atap tersebut .
18.2
Bahan
1. Penutup atap yang dimaksud adalah atap metal tebal 0,7 mm anodized zincalum / galvalum produksi
dalam negeri yang baik.
2. Sebelum Kontraktor memesan bahan tersebut, spesifikasi teknis dari pabrik pembuatnya harus diajukan
dahulu kepada Konsultan Pengawas/Perencana untuk mendapatkan persetujuannya.
3. Penyimpanan harus dalam keadaan kering tidak berhubungan dengan tanah/lantai. Harus dilakukan
pencegahan air hujan/embun ke dalam celah-celah tumpukan lembaran kilplok.
18.3 Pelaksanaan
1. Jarak permukaan atas semua gording atau rangka harus satu bidang sesuai dengan kemiringan atap
yang direncanakan.
2. Hasil akhir pemasangan atap harus rapi, rata, kuat dan sesuai dengan persyaratan teknis yang
dikeluarkan oleh pabrik serta tidak bocor.
18.4
Syarat Pemeliharaan
18.4.1 Perbaikan
Apabila pada permukaan dinding, lantai dan langit-langit terkena noda cat harus segera dibersihkan.
18.4.2 Pengamanan
Pelaksana pekerjaan harus melakukan perlidungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan agar
dihindarkan dari kerusakan. Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung
jawab Pelaksana Pekerjaan.
18.4.3 Syarat Penerimaan
Hasil pengecatan pada setiap permukaan besi harus rapi dan rata (tidak belang), warna sesuai dengan
ketentuan dari perencana.

Spesifikasi Arsitektur - 26

SPESIFIKASI TEKNIS

KEGIATAN
PEKERJAAN
LOKASI
TAHUN ANGGARAN
No.

:
:
:
:

PEMELIHARAAN RUTIN / BERKALA GEDUNG KANTOR


KONSTRUKSI FISIK REHABILITASI GEDUNG KANTOR

Jl. Basuki Rahmad No. 1 - Samarinda


2016

Jenis Pekerjaan

Spesifikasi Teknis

Keterangan

B PEKERJAAN ARSITEKTUR
1

Dinding Bata

Finishing Lantai

- Pasangan Trasram

- Campuran 1 PC : 2 PS

- Bata Merah

- Ukuran 85 m x 95 mm x 180 mm mutu kekuatan kelas


ex. Lokal
100

- Pasangan Biasa

Sesuai yang tertera


digambar

- Campuran 1 PC : 4 PS

- Keramik ukuran 60 x 60 cm
- Keramik dinding polished ukuran 30 x30 cm

- Keramik lantai unpolished ukuran 30 x30 cm


3

Kusen

Kaca

Semua pekerjaan kusen - Alumunium extrusi tebal 1.1 mm

Silicon Sealent

ex. Roman, IKAD / setara

ex. Roman, IKAD / setara


ex. Indal / setara

Tempered 12 mm

ex. Asahimas / setara

Kaca Buram 5 mm

ex. Asahimas / setara

Reflextif 5 mm

Kaca Polos 5 mm

ex. Roman, IKAD / setara

Untuk semua pertemuan


- kaca dengan alumunium /
dinding

ex. Asahimas / setara

ex. Asahimas / setara

ex. Dow Corning / Setara

6 Finishing dinding

- untuk Dinding Dalam


- untuk Dinding Luar
- untuk panel luar

- Interior AEP
- Exterior Elastomeric
- Alumunium Composite Panel 4 mm

ex. Mowilex / Setara


ex. Mowilex / Setara
ex. Seven / Setara

7 Plafond

- Plafond Dalam

- Gypsum Board t=9 mm


- Calsiboard t=4 mm
- Spandrel

ex. Jayaboard / Setara


ex. Eternit Gresik / Setara
ex. Lokal

- Gypsumboard 9 mm
- Kalsiboard 9 mm
- Plywood 9 mm ( 2 sisi )
- Glasswool
- Rangka Metal Stud / furing

ex. Jayaboard / Setara


ex. Jayaboard / Setara
ex. Lokal
ex. Insfoil / Setara
ex. Boral Metal Stud / Setara

- Closet duduk
- Wastafel
- Kran Air
- Floordrain
- Tandon Air Stainless 1000 liter

ex. Toto / setara


ex. Toto / setara
ex. Toto / setara
ex. Toto / setara
ex. Lokal

- Plafond Luar
8 Partisi

9 Sanitair

Spesifikasi Teknis Arsitektur

- Partisi Gypsumboard

SPESIFIKASI TEKNIS STRUKTUR


PEKERJAAN PERSIAPAN DAN PENGUKURAN
1.

LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat ukur dan lain lain yang diperlukan untuk
menyelesaikan proyek ini antara lain pengukuran, direksi keet, bouwplank, listrik dan air kerja,
dokumentasi proyek dan pekerjaan lainnya seperti tercantum di dalam Bill of Quantity (BQ). Termasuk
juga di dalam lingkup pekerjaan ini adalah pengukuran ulang batas-batas lahan dan posisi bangunan
sesuai dengan rencana. Secara prinsip, Kontraktor wajib mempersiapkan segala hal yang berkaitan
dengan proyek ini, agar pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana.

2.

PERSIAPAN LAHAN PROYEK.


2.1 Alat Ukur/ Theodolit.
Pengukuran dilakukan selama pekerjaan berlangsung mulai dari awal sebelum pekerjaan
dilaksanakan hingga akhir untuk membuat Gambar Terlaksana (As Built Drawings). Pengukuran
harus dilakukan dengan referensi as-as bangunan pada kedua arah utama bangunan. Untuk itu
Kontraktor harus alat ukur lengkap yang sudah dikalibrasi dan bersertifikat kalibrasi yang masih
berlaku, termasuk ahli ukur yang berpengalaman sehingga setiap saat siap untuk mengadakan
pengukuran ulang jika diperlukan.

3.

2.2

Bouwplank.
Setelah pengukuran (setting out) selesai, maka Kontraktor wajib membuat bouwplank. Bouwplank
harus dibuat dari material yang disetujui oleh Konsultan Pengawas dan harus rata. Bouwplank
harus ditempatkan pada lokasi yang bebas dari gangguan selama pekerjaan berlangsung dan
mudah terlihat. Pada bouwplank dibuat tanda-tanda dengan warna jelas yang menyatakan as-as
bangunan lengkap dengan level/peil-peil yang menyatakan ketinggian. Umumnya bouwplank
terbuat dari papan kayu samarinda berukuran berukuran 2 X 20 cm.

2.3

Rencana kerja berhubungan dengan lahan.


Proyek ini terletak berdekatan dengan bangunan yang masih digunakan oleh Pemberi Tugas dan
tidak boleh terganggu selama pekerjaan pembangunan berlangsung. Kepada Kontraktor akan
diserahkan suatu lahan proyek dengan batas-batas yang jelas. Kontraktor di dalam penawarannya
wajib mengusulkan rencana kerjanya secara jelas, meliputi antara lain mencakup penempatan
direksi keet, gudang, jalan kerja dan hal lain yang berhubungan dengan proyek ini, agar pekerjaan
dapat diselesaikan sesuai dengan jadual yang disepakati. Kontraktor harus mengusahakan agar
selalma pelaksanaan pekerjaan tidak mengganggu kegiatan operasional Bank Indonesia.

2.4

Saluran pembuangan air di dalam dan sekitar lahan proyek.


Kontraktor harus mengusulkan suatu sistem saluran air di dalam lahan proyek. Saluran air ini harus
mampu mengalirkan air secara lancar dan baik, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara
lancar. Air yang berasal dari dalam proyek harus diperhatikan dengan teliti dan tidak diperkenankan
untuk membuang lumpur dan kotoran lainnya ke saluran air di luar proyek. Kontraktor juga harus
menjaga seluruh saluran air di sekitar proyek agar tetap dalam kondisi baik dan dapat mengalir
dengan lancar. Saluran yang kurang baik harus diperbaiki dan hal ini sudah harus diperhitungkan di
dalam penawarannya.

GUDANG.
Spesifikasi Teknis Struktur | 1

3.1
3.2
3.3

Material dan peralatan yang digunakan harus tersimpan secara aman dan baik, bebas dari air dan
pengaruh cuaca lainnya. Kontraktor wajib membuat gudang dengan ukuran yang memadai,
memiliki sirkulasi udara yang baik.
Lokasi gudang harus diatur sedemikian rupa sehingga memiliki akses yang baik dan mudah
terjangkau baik dari luar maupun dalam proyek.
Gudang tersebut harus dibongkar setelah proyek selesai dilaksanakan.

4.

AIR, LISTRIK DAN ALAT KOMUNIKASI.


Untuk keperluan kerja, Kontraktor perlu dan wajib menyediakan air, listrik kerja dan juga alat komunikasi
baik untuk internal proyek, maupun untuk hubungan ke luar, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan
dengan lancar. Biaya yang timbul sudah harus dipertimbangkan di dalam penawaran.

5.

KEBERSIHAN DI SEKITAR PROYEK DAN KEAMANAN.


5.1 Kebersihan di sekitar proyek. Selama kegiatan proyek, Kontraktor harus menjaga kebersihan
lingkungan di dalam proyek dan lahan Bank Indonesia. Selain itu Kontraktor juga harus
membersihkan jalan di sekitar proyek yang digunakan sebagai jalan keluar-masuk kendaraan
proyek.
5.2 Keamanan proyek harus dilakukan dengan berkoordinasi dengan pihak keamanan Bank Indonesia.
5.3 Fire extinguisher dan alat pemadam kebakaran lainnya harus ditempatkan pada direksi keet dan
juga gudang seperti tersebut di atas.

PEKERJAAN TANAH UNTUK LAHAN BANGUNAN


1.
PEKERJAAN GALIAN TANAH
1.1. Lingkup Pekerjaan
1.
Tenaga kerja, bahan dan alat.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu yang
diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan baik dan sesuai
dengan spesifikasi ini.
2.
Galian tanah pada pondasi bangunan lama.
Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk struktur lainnya yang terletak di dalam atau di atas
tanah, seperti tercantum di dalam gambar rencana atau sesuai kebutuhan Kontraktor agar
pekerjaannya dapat dilaksanakan dengan lancar, benar dan aman. Kontraktor di dalam
penawarannya harus mempertimbangkan kemungkinan adanya pondasi bangunan lama yang
tertanam dan tidak diketahui keberadaannya.
3.
Pembersihan akar tanaman dan bekas akar pohon.
Akar tanaman dan bekas akar pohon yang terdapat di dalam tanah dapat membusuk dan
menjadi material organik yang dapat mempengaruhi kekuatan tanah. Pada seluruh lokasi
proyek dimana tanah berfungsi sebagai pendukung bangunan khususnya pendukung lantai
terbawah, maka akar tanaman dan sisa akar pohon harus digali dan dibuang hingga bersih.
Lubang bekas galian tersebut harus diisi dengan material urugan yang memenuhi syarat.
4.
Pohon-pohon pada lahan proyek.
Sebagian pohon pada proyek ini harus dipertahankan. Kontraktor wajib mempelajari hal ini
dengan teliti sehingga tidak melakukan penebangan pohon tanpa koordinasi dengan
Konsultan Pengawas atau Pemberi Tugas. Pohon yang terletak pada bangunan yang akan
dibangun dapat ditebang.

1.2.

Syarat-syarat Pelaksanaan
1.
Level galian.
Spesifikasi Teknis Struktur | 2

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Galian tanah harus dilaksanakan sesuai dengan level yang tercantum di dalam gambar
rencana. Kontraktor harus mengetahui dengan pasti hubungan antara level bangunan
terhadap level muka tanah asli dan jika hal tersebut belum jelas harus segera mendiskusikan
hal ini dengan Konsultan Pengawas sebelum galian dilaksanakan. Kesalahan yang
dilakukan akibat hal ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Jaringan utilitas.
Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon dan lain-lain, maka
Kontraktor harus secepatnya memberitahukan hal ini kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan penyelesaian. Kontraktor bertanggung jawab atas segala kerusakan akibat
kelalaiannya dalam mengamankan jaringan utilitas ini. Jaringan utilitas aktif yang ditemukan
di bawah tanah dan terletak di dalam lokasi pekerjaan harus dipindahkan ke suatu tempat
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas atas tanggungan Kontraktor.
Galian yang tidak sesuai.
Jika galian dilakukan melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka Kontraktor harus
mengisi/mengurug kembali galian tersebut dengan bahan urugan yang memenuhi syarat
dan harus dipadatkan dengan cara yang memenuhi syarat. Atau galian tersebut dapat diisi
dengan material lain seperti adukan beton atau material lain yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
Urugan kembali.
Pengurugan kembali bekas galian harus dilakukan sesuai dengan yang disyaratkan pada
bab mengenai "Pekerjaan Urugan dan Pemadatan". Pekerjaan pengisian kembali ini hanya
boleh dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.
Pemadatan dasar galian.
Dasar galian harus rata/ waterpas dan bebas dari akar-akar tanaman atau bahan-bahan
organis lainnya. Selanjutnya dasar galian harus dipadatkan sesuai dengan persyaratan yang
berlaku.
Air pada galian.
Muka air tanah letaknya lebih kurang 4.00 meter di bawah muka tanah asli. Kontraktor harus
mengantisipasi hal ini di dalam penawarannya dan wajib menyediakan pompa air atau
pompa lumpur dengan kapasitas yang memadai untuk menghindari genangan air dan
lumpur pada dasar galian. Kontraktor harus merencanakan secara benar, kemana air tanah
tersebut harus dialirkan, sehingga tidak terjadi genangan air/ banjir pada lokasi di sekitar
proyek. Di dalam lokasi galian harus dibuat drainasi yang baik agar aliran air dapat
dikendalikan selama pekerjaan berlangsung.
Struktur pengaman galian dan pelindung galian.
Jika galian yang harus dilakukan ternyata cukup dalam, maka Kontraktor harus membuat
pengaman galian sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kelongsoran pada tepi galian.
Galian terbuka hanya diizinkan jika diperoleh kemiringan lebih besar dari 1 : 2 (vertikal :
horisontal). Sisi galian harus dilindungi dengan adukan beton yang diperkuat dengan jaring
tulangan segera setelah galian dilakukan. Sebelum adukan beton terpasang, maka galian
tersebut harus dilindungi dengan material kedap air seperti lembaran terpal/kanvas sehingga
sisi galian tersebut selalu terlindung dari hujan maupun sinar matahari. Kelongsoran yang
terjadi akibat galian tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Perlindungan benda yang dijumpai.
Kontraktor harus melindungi atau menyelamatkan benda-benda yang dijumpai selama
pekerjaan galian berlangsung. Selanjutnya Kontraktor harus melaporkan hal tersebut
kepada Konsultan Pengawas. Kecuali disetujui untuk dipindahkan, benda-benda tersebut
harus tetap berada di tempatnya dan kerusakan yang terjadi akibat kelalaian Kontraktor
harus diperbaiki/diganti oleh Kontraktor.
Spesifikasi Teknis Struktur | 3

9.

2.
2.1.

2.2.

Urutan galian pada level berbeda.


Jika kedalaman galian berbeda satu dengan lainnya, maka galian harus dimulai pada
bagian yang lebih dalam dahulu dan seterusnya.

PEKERJAAN URUGAN PASIR PADAT


Lingkup Pekerjaan
1.
Tenaga kerja, bahan dan alat.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu yang
diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan baik dan sesuai
dengan spesifikasi.
2.
Lokasi pekerjaan.
Pekerjaan urugan pasir padat dilakukan di atas dasar galian tanah, di bawah lapisan lantai
kerja dan digunakan untuk semua struktur beton yang berhubungan dengan tanah seperti
pilecap, balok pondasi dan pekerjaan beton lain yang berhubungan langsung dengan tanah.
3.
Pembersihan akar tanaman dan sisa galian.
Jika di bawah dasar galian dijumpai akar tanaman atau tanah organis, maka dasar galian
tersebut harus dibersihkan dari hal tersebut di atas, dan bekas galian tersebut harus diisi
dengan material urugan yang memenuhi syarat.
Persyaratan Bahan
1.
Bahan urugan pasir padat.
Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan keras, bebas dari
lumpur, tanah lempung dan organis. Bahan ini harus mendapat persetujuan tertulis dari
Konsultan MK.
2.

2.3.

Air kerja.
Air yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan bahanbahan organis lainnya, serta dapat diminum. Sebelum digunakan air harus diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang sah. Jika hasil uji ternyata tidak memenuhi syarat,
maka Kontraktor wajib mencari air kerja yang memenuhi syarat.
Syarat-syarat Pelaksanaan
1.
Tebal pasir urug.
Jika tidak tercantum dalam gambar kerja, maka di bawah lantai kerja harus diberi lapisan pasir
urug tebal 15 cm padat atau sesuai dengan gambar. Pemadatan harus dilaksanakan
sehingga dapat menerima beban yang bekerja.
2.
Cara pemadatan.
Pemadatan dilakukan dengan disiram air dan selanjutnya dipadatkan dengan alat pemadat
yang disetujui Konsultan Pengawas.
3.
Air pada lokasi pemadatan.
Jika air tanah ternyata menggenangi lokasi pemadatan, maka Kontraktor wajib menyediakan
pompa dan dasar galian harus kering sebelum pasir urug diletakkan. Lokasi ini harus selalu
dalam kondisi kering hingga pengecoran beton selesai dilakukan. Kontraktor harus membuat
rencana yang benar, agar air tanah dapat dialirkan ke lokasi yang lebih rendah dari dasar
galian, misalnya dengan membuat sump pit pada tempat tertentu.

4.

Tanah di sekitar pasir urug.


Kontraktor harus menjaga agar tanah di sekitar lokasi tidak tercampur dengan pasir urug. Jika
pasir urug tercampur dengan tanah lainnya, maka Kontraktor wajib mengganti pasir urug
tersebut dengan bahan lainnya yang bersih.
Spesifikasi Teknis Struktur | 4

5.

3.
3.1.

3.2.

3.3.

Persetujuan.
Pekerjaan selanjutnya dapat dikerjakan, bilamana pekerjaan urugan tersebut sudah
mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

PEKERJAAN URUGAN DAN PEMADATAN


Lingkup Pekerjaan
1.
Tenaga kerja, bahan dan alat.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu yang
diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan baik dan sesuai
dengan spesifikasi.
2.
Lokasi pekerjaan.
Pekerjaan ini pada lokasi seperti yang tercantum di dalam gambar rencana.
Persyaratan Bahan
1.
Bahan bekas galian di dalam lokasi proyek.
Tanah bekas galian dapat dipertimbangkan untuk digunakan jika memenuhi syarat untuk
digunakan. Tanah tersebut harus bebas dari lumpur dan bahan organis lainnya.
2.
Bahan urugan dari luar lokasi proyek.
Jika tanah urug harus didatangkan dari luar, maka tanah urug tersebut harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
a. memiliki koefisien permeabilitas kurang dari 10-7 cm/detik.
b. mengandung minimal 20% partikel lanau dan lempung dan bebas dari tanah organis,
kotoran dan batuan berukuran lebih dari 50 mm dan mengandung kurang dari 10 %
partikel gravel.
c. mempunyai Indeks Plastis (PI) lebih dari 10 persen. Bahan yang mempunyai PI lebih dari
30 persen akan sulit dipadatkan.
d. Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut harus dalam kondisi
lepas agar mudah dipadatkan.
3.
Bahan urugan yang tidak memenuhi syarat.
Semua bahan urugan yang tidak memadai harus dikeluarkan dari lokasi proyek dan diganti
dengan bahan yang memenuhi syarat.
Syarat-syarat Pelaksanaan
1.
Cara pengurugan dan pemadatan..
Pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapisan maksimum 20 cm
lepas dan pemadatan dilakukan sampai mencapai Kepadatan Maksimum pada Kadar Air
Optimum yang ditentukan di dalam gambar rencana. Pemadatan urugan dilakukan dengan
memakai alat pemadat yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2.
Pemasangan patok.
Pada lokasi urugan harus diberi patok-patok, ketinggian sesuai dengan ketinggian rencana.
Untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu, dibuat patok dengan warna tertentu pula.
3.
Sistem drainase.
Kontraktor harus membuat saluran sementara sedemikian rupa sehingga seluruh lokasi dapat
terus dalam kondisi kering/ bebas dari air. Pengeringan dilakukan dengan bantuan pompa air.
Sistem drainase yang direncanakan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Dan sistem
drainase tersebut harus selalu dijaga selama pekerjaan berlangsung agar dapat berfungsi
secara effektif untuk menanggulangi air yang ada.
4.
Kotoran dan lumpur dan bahan organis.

Spesifikasi Teknis Struktur | 5

5.

6.
7.

8.

9.

Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, sampah dan material sejenis.
Pengurugan tidak dapat dilakukan jika kotoran tersebut belum dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan.
Uji Kepadatan Optimum di laboratorium.
Uji Kepadatan Optimum harus mengikuti ketentuan ASTM.D-1557 atau AASHTO. Hasil uji ini
digunakan untuk menentukan cara pemadatan di lapangan. Uji yang dilakukan antara lain :
a. "Density of soil inplace by sand-cone method" AASHTO.T.191.
b. "Density of soil inplace by driven cylinder method " AASHTO.T.204.
c. "Density of soil inplace by the rubber ballon method" AASHTO.T.205.
Toleransi kerataan.
Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan pengurugan adalah
50mm terhadap kerataan yang ditentukan.
Level akhir.
Hasil test dilapangan harus tertulis dan diketahui oleh Konsultan Pengawas. Semua hasil-hasil
pekerjaan harus diperiksa kembali terhadap patok-patok referensi untuk mengetahui sampai
dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.
Perlindungan hasil pemadatan.
Bagian permukaan yang telah dinyatakan padat harus dipertahankan, dijaga dan dilindungi
agar jangan sampai rusak akibat pengaruh luar misalnya basah oleh air hujan, panas matahari
dan sebagainya.
Pemadatan kembali.
Setiap lapisan harus dikerjakan sesuai dengan kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa
melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum dimulai dengan lapisan berikutnya.
Bilamana bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki, lapisan tersebut harus
diulangi kembali pekerjaannya atau diganti, dengan cara-cara pelaksanaan yang telah
ditentukan, guna mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan. Jadwal pengujian harus diajukan
oleh Kontraktor kepada Konsultan Pengawas.

PEKERJAAN BETON BERTULANG


1.
LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, serta pengangkutan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan yang tercantum dalam gambar, serta pekerjaan
yang berhubungan dengan beton, seperti acuan, besi beton dan admixtures. Juga termasuk di dalam
lingkup pekerjaan ini adalah pengamanan baik pekerja maupun fasilitas lain di sekitar sehingga pekerjaan
dapat berjalan dengan lancar dan aman.
2.

PERATURAN PERATURAN.
Kecuali ditentukan lain di dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan
peraturan sebagai berikut :
Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung, SNI 03-2847-2002
Pedoman Beton 1989 (SKBI 1.4.53.1988).
Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung, SNI 03-1726-2002
Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk
Gedung 1983.
Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)/NI-3.
Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/NI-8.
Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81).
Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80).
Spesifikasi Teknis Struktur | 6

ASTM C-33 Standard Specification for Concrete Agregates.


Baja Tulangan Beton (SII 0136-84).
Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83).
American Society for Testing and Material (ASTM).
Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC : 699.81 : 624.04).

3.

KEAHLIAN DAN PERTUKANGAN.


Kontraktor harus membuat beton dengan kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
disyaratkan, antara lain ukuran, mutu dan pengamanannya selama pelaksanaan. Semua pekerjaan beton
harus dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman selama pekerjaan tersebut berlangsung, termasuk
tenaga ahli untuk acuan/ bekisting, sehingga dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi.
Selain itu, Kontraktor wajib menggunakan tukang yang berpengalaman, sehingga sudah paham dengan
pekerjaan yang sedang dilaksanakan, terutama pada saat dan setelah pengecoran berlangsung. Semua
tenaga ahli dan tukang tersebut harus mengawasi pekerjaan sampai pekerjaan perawatan beton selesai
dilakukan. Untuk itu paling lambat 10 hari sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus mengusulkan
metode kerja dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Jika dipandang perlu, maka Konsultan
Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli di luar yang ditunjuk Kontraktor untuk membantu
mengevaluasi semua usulan Kontraktor, dan semua biaya yang timbul menjadi beban Kontraktor.

4.

PERSYARATAN BAHAN.
4.1 Semen.
Semen yang boleh digunakan untuk pembuatan beton harus dari jenis semen yang ditentukan
dalam SII 0013-81 atau Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan dalam standar tersebut. Semua semen yang akan dipakai harus
dari satu merek yang sama dan dalam keadaan baru. Jika semen yang dikirim adalah dalam
kantong semen, maka selama pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan. Semen harus
terbungkus dalam sak (kantong) asli dari pabriknya dan dalam keadaan tertutup rapat. Semen
harus disimpan di gudang dengan ventilasi yang baik, tidak lembab dan diletakkan pada tempat
yang tinggi, sehingga tidak menyentuh lantai dan aman dari kemungkinan yang tidak diinginkan.
Semen tersebut tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 sak. Sistem penyimpanan semen harus diatur
sedemikian rupa, sehingga semen tersebut tidak tersimpan terlalu lama. Semen yang diragukan
mutunya dan rusak akibat salah penyimpanan, seperti membatu, tidak diizinkan untuk dipakai.
Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2
(dua) hari atas biaya Kontraktor.
4.2

Agregat.
Pada pembuatan beton, ada dua ukuran agregat yang digunakan, yaitu agregat kasar/batu pecah
dan agregat halus/ pasir beton. Kedua jenis agregat ini disyaratkan berikut ini.
1. Agregat kasar. Ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus tidak melebihi 1/5
jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan, atau 1/3 dari tebal pelat, atau jarak bersih
minimum antar batang tulangan, berkas batang tulangan atau tendon pratekan atau 30 mm.
Gradasi dari agregat tersebut secara keseluruhan harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh
ASTM agar tidak terjadinya sarang kerikil atau rongga dengan ketentuan sebagai berikut :
sisa di atas
Ayakan 31.50 mm
Ayakan 4.00 mm

( % berat )
0
90 - 98
Spesifikasi Teknis Struktur | 7

Selisih antar 2 ayakan berikutnya

02 10

2. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-bahan
organis, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar lumpur harus lebih kecil dari 4 % berat. Agregat
halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus
memenuhi syarat sbb. :
sisa di atas
( % berat )
Ayakan 4.00 mm
02
Ayakan 1.00 mm
10
Ayakan 0.25 mm
80 95
Kontraktor harus mengadakan pengujian sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi ini. Jika
sumber agregat berubah karena sesuatu hal, maka Kontraktor wajib untuk memberitahukan
secara tertulis kepada Konsultan Pengawas. Agregat harus disimpan di tempat yang bersih,
yang keras permukaannya dan harus dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan tanah.
4.3

Air untuk campuran beton.


Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam
alkali, garam, zat organis atau bahan lain yang dapat merusak beton atau besi beton. Air tawar
yang dapat diminum umumnya dapat digunakan. Air tersebut harus diperiksa pada laboratorium
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Jika air pada lokasi pekerjaan tidak memenuhi syarat
untuk digunakan, maka Kontraktor harus mencari air yang memadai untuk itu.

4.4

Besi beton.
Besi beton harus selalu menggunakan besi beton ulir (deformed bars) untuk tulangan utama dan
sengkang kecuali ditentukan lain di dalam gambar. Agar diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka
besi beton harus memenuhi syarat-syarat :
Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat.
Mutu besi beton adalah fy 400 N/mm2 untuk besi ulir ( diameter 13 mm ) dan fy 240 N/mm2
untuk besi polos ( diameter 12 mm) atau sesuai dengan yang ditentukan dalam gambar.
Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan toleransi.
Diameter besi beton ulir ditentukan sesuai dengan Pedoman Beton 1989.
Pemakaian besi beton dari jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di atas, harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Besi beton harus berasal dari satu pabrik (manufacture).
Tidak dibenarkan untuk menggunakan merek besi beton yang berlainan untuk pekerjaan ini. Besi
beton harus dilengkapi dengan mill certificate/ sertifikat pabrik yang memuat label dan nomor
pengecoran serta tanggal pembuatan besi beton tersebut.

4.5

Admixtures/ material tambahan.


Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk memperbaiki sifat suatu
campuran beton. Jenis, jumlah bahan yang ditambahkan dan cara penggunaan bahan tambahan
tersebut harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Manfaat dari bahan tambahan harus dapat
dibuktikan melalui hasil uji dengan menggunakan jenis semen dan agregat yang akan dipakai pada
proyek ini. Bahan campuran tambahan yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur,
memperlambat atau mempercepat pengikatan dan/atau pengerasan beton harus memenuhi
Specification for Chemical Admixtures for Concrete (ASTM C494) atau memenuhi Standar Umum
Bahan Bangunan Indonesia.
Spesifikasi Teknis Struktur | 8

4.6

4.7

Kualitas Beton.
1. Semua kualitas beton dominan K300 (fc = 30 N/mm2) harus sesuai dengan yang ditentukan di
dalam gambar rencana.
2. Untuk memastikan bahwa kualitas beton rencana dapat tercapai, Kontraktor harus melakukan
percobaan sesuai dengan yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Untuk itu harus
diadakan trial-mix di laboratorium.
3. Jika tidak ditentukan secara khusus, maka untuk lantai kerja, kolom praktis, ring balok, lantai
kerja dan beton non struktur lainnya harus menggunakan beton mutu K-175
Disain Adukan Beton.
Proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan agar beton yang dihasilkan memberikan
kelecakan (workability) dan konsistensi yang baik, sehingga beton mudah dituangkan ke dalam
acuan dan ke sekitar besi beton, tanpa menimbulkan segregasi agregat dan terpisahnya air
(bleeding) secara berlebihan. Campuran beton harus dirancang sesuai dengan mutu beton yang
ingin dicapai, dengan batasan di bawah ini :
MUTU BETON

K225

K250

K300

K350

K400

Kuat tekan minimum, 7 hari (kg/cm2)

158

175

210

245

280

Jumlah semen minimum

(kg/m3)

300

300

325

350

375

Jumlah semen maksimum

(kg/m3)

550

550

550

550

550

W/C faktor, maksimum

0.55

0.55

0.55

0.50

0.50

Untuk beton kedap air atau beton pada kondisi lingkungan khusus, maka harus dipenuhi syarat
pada Table 4.5.1 Pedoman Beton Indonesia.
Tabel 4.5.1. Ketentuan minimum untuk beton kedap air.
Jenis Struktur
Kondisi lingkungan Faktor air
berhubungan
semen
dengan
maksimum
Beton Bertulang
Air tawar/ payau
0.50
Air laut
0.45
Beton Pratekan
Air tawar/ payau
0.50
Air laut
0.45

Jumlah semen
minimum (kg/m3)
290
360
300
360

Kontraktor harus menyerahkan mix-design yang diusulkan kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuannya. Khusus untuk beton kedap air, maka jumlah semen minimum harus
sesuai dengan yang disyaratkan oleh pemasok waterproofing.
5.

PENGUJIAN BAHAN.
5.1 Umum.
1. Ketentuan dan syarat yang tertulis di bawah ini merupakan ringkasan dari Pedoman Beton
1989, sehingga jika terjadi perbedaan interpretasi atau hal lain yang bertentangan harus
dikembalikan kepada ketentuan dari Pedoman Beton.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melaksanakan segala pengujian termasuk
mempersiapkan contoh benda uji dengan jumlah sesuai yang disyaratkan. Kontraktor harus
menyerahkan hasil pengujiannya setelah hasil uji diperoleh untuk persetujuan oleh Konsultan
Pengawas.
Spesifikasi Teknis Struktur | 9

5.2

5.3

3. Jika pengujian dan pelaksanaan tidak memenuhi syarat, maka Kontraktor harus melaksanakan
pengujian ulang dengan campuran yang lain dan selanjutnya mengevaluasi kembali hasil uji
tersebut hingga diperoleh hasil yang diinginkan.
4. Semua pengujian dan pemeriksaan di lapangan harus dilakukan sesuai dengan pengarahan
Konsultan Pengawas.
5. Untuk semua bahan semen dan besi beton yang dikirim ke lapangan, Kontraktor harus
mendapatkan salinan sertifikat pengujian dari pabrik, dimana pengujian dilakukan secara
berkala, dengan cara pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.
Laboratorium Penguji.
1. Sebelum pekerjaan beton dilakukan, Kontraktor wajib mengusulkan suatu laboratorium penguji
untuk melaksanakan pengujian material yang akan digunakan pada proyek ini. Laboratorium ini
bertanggung jawab untuk melakukan semua pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.
2. Kecuali ditentukan lain, Kontraktor harus menyediakan peralatan penguji di lapangan seperti
tersebut berikut ini, berikut tenaga akhli yang menguasai bidangnya.
a. Alat penguji agregat kasar dan agregat halus.
b. Alat pengukur kadar air (moisture content) dari agregat.
c. Alat pengukur kelecakan beton (slump)
d. Alat pembuat benda uji, termasuk bak penyimpan untuk merawat benda uji pada
temperatur yang normal dan terhindar dari sengatan matahari.
3. Jika menggunakan beton readymix, maka peralatan yang disebut (a) dan (b) di atas harus
disiapkan di pabrik beton readymix.
Pengujian Agregat.
5.3.1 Pengujian Pendahuluan Agregat.
1. Kontraktor harus melakukan pengujian pendahuluan agregat sebagai berikut :
a. Sieve analysis
b. Pengujian kadar lumpur dan kotoran lain.
c. Pengujian unsur organis.
d. Pengujian kadar chlorida dan sulfat.
2. Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
3. Pengujian a) dan b) dengan pengujian kadar air dari setiap jenis agregat harus
dilakukan terhadap setiap contoh untuk setiap trial mix.
5.3.2

Benda Uji Agregat.


1. Kontraktor harus melaksanakan pengujian atas agregat yang akan digunakan untuk
menghasilkan beton seperti yang disyaratkan. Jumlah minimum untuk pengujian
agregat yang dipakai untuk pekerjaan beton adalah sebagai berikut :
Tipe Pengujian
Sieve analysis
Moisture content
Clay, silt dan kotoran
Kadar organis
Kadar Chlorida dan Sulfat

Minimum satu contoh


Setiap minggu
Setiap minggu
Setiap hari
Setiap minggu
Setiap 500 m3 beton

2. Jika hasil pembuatan beton yang dilakukan oleh Kontraktor tidak memuaskan, maka
Konsultan Pengawas berhak untuk meminta pengujian tambahan dengan beban biaya
Spesifikasi Teknis Struktur | 10

Kontraktor. Dan sebaliknya mungkin jumlah pengujian dapat dikurangi jika hasil yang
diperoleh ternyata memuaskan.
5.4

Pengujian Beton
5.4.1
Benda uji beton.
1. Benda uji harus diberi kode / tanda yang menunjukkan tanggal pengecoran, lokasi
pengecoran dari bagian struktur yang bersangkutan.
2. Benda uji harus diambil dari mixer, atau dalam hal menggunakan beton readymix,
maka benda uji harus diambil sebelum beton dituang ke lokasi pengecoran, sesuai
dengan yang disyaratkan oleh Konsultan Pengawas.
5.4.2
Jumlah benda uji beton.
1. Pada awal pelaksanaan, harus dibuat minimum 1 benda uji per 5 m3 beton hingga
dengan cepat dapat diperoleh 30 benda uji yang pertama. Benda uji harus berbentuk
kubus berukuran 15cm X 15cm X 15cm. Benda uji bentuk lainnya dapat digunakan jika
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Selanjutnya pengambilan benda uji sebanyak 4
(empat) buah dilakukan setiap 25m3 beton atau 5 mobil mixer yang merupakan 1
pembuat dari batching plant. Benda uji tersebut ditentukan secara acak oleh Konsultan
Pengawas dan harus dirawat sesuai dengan persyaratan.
2. Jumlah benda uji beton untuk uji kuat tekan dari setiap mutu beton yang dituang pada
satu hari harus diambil minimal satu kali. Pada setiap kali pengambilan contoh beton
harus dibuat dua buah spesimen kubus. Satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil ratarata dari uji tekan dua spesimen ini yang diuji pada umur beton yang ditentukan, yaitu
umur 7 hari dan 28 hari.
3. Jika hasil uji beton kurang memuaskan, maka Konsultan Pengawas dapat meminta
jumlah benda uji yang lebih besar dari ketentuan di atas, dengan beban biaya
ditanggung oleh Kontraktor.
4. Jumlah minimum benda uji yang harus dipersiapkan untuk setiap mutu beton adalah :
Jumlah minimum
Waktu perawatan (hari)
Jenis Struktur
benda uji
3
7
28
Beton
4
2
2
Bertulang
Beton
6
2
2
2
Pratekan

5.4.3

Laporan hasil uji beton.


Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas hasil uji beton dari laboratorium penguji
untuk disahkan oleh Konsultan Pengawas. Laporan tersebut harus dilengkapi dengan
perhitungan tekanan beton karakteristiknya.

5.4.4

Evaluasi Kualitas Beton berdasarkan Hasil Uji Beton.


1. Deviasi Standar - S Deviasi standar produksi beton ditetapkan berdasarkan jumlah 30
buah hasil test kubus. Deviasi yang dihitung dari jumlah contoh kubus yang kurang dari
30 buah harus dikoreksi dengan faktor pengali seperti tercantum dalam tabel berikut :

Spesifikasi Teknis Struktur | 11

S=

( fc fcr )
N 1

JJumlah Benda Uji (N)- buah


15
20
25
30

5.4.5

5.5

Faktor Pengali S
1.16
1.08
1.03
1.00

2. Kuat tekan rata-rata - fcr Target fcr yang digunakan sebagai dasar dalam
menentukan proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai yang terbesar dari
formula berikut ini :
fcr = fc + 1.64 S atau
fcr = fc + 2.64 S - 40
kg/cm2.
3. Kuat tekan sesungguhnya. Tingkat kekuatan suatu beton dikatakan tercapai dengan
memuaskan, jika kedua syarat berikut dipenuhi :
a. Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing-masing terdiri dari 4
hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc + 0.82 S).
b. Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 4 benda uji) mempunyai nilai
dibawah 0.85 fc.
Bila salah satu dari kedua syarat di atas tidak dipenuhi, maka harus diambil langkah
untuk meningkatkan rata-rata hasil uji kuat tekan berikutnya atas rekomendasi
Konsultan Perencana.
Pengujian Tidak Merusak (Non Destructive Tests)
Jika hasil evaluasi terhadap mutu beton yang disyaratkan ternyata tidak dapat dipenuhi,
maka jika diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus melaksanakan pengujian
yang tidak merusak yang dapat terdiri dari hammer test, pengujian beban dan lain lain.
Semua biaya pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor. Lokasi dan banyaknya
pengujian akan ditentukan secara khusus dengan melihat kasus per kasus.

Pengujian Besi Beton.


5.5.1
Benda uji besi beton.
1. Sebelum besi beton dipesan, Kontraktor wajib mengambil benda uji besi beton masingmasing 2 buah dengan ukuran panjang 100 cm sesuai dengan diameter dan mutu yang
akan digunakan. Selanjutnya benda uji besi beton harus diambil dengan disaksikan
oleh Konsultan Pengawas sebanyak 2 buah untuk setiap 25 ton untuk masing-masing
diameter besi beton. Uji besi beton terdiri dari uji tarik dan uji lentur.
2. Pengujian mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu
oleh Konsultan Pengawas. Contoh besi beton yang diambil untuk pengujian tanpa
disaksikan Konsultan Pengawas tidak diperkenankan dan hasil uji dianggap tidak sah.
Semua biaya uji tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3. Benda uji harus diberi tanda dengan kode yang menunjukkan tanggal pengiriman,
lokasi terpasang, bagian struktur yang bersangkutan dan lain-lain data yang perlu
dicatat.
4. Jika akibat suatu alasan, seperti hasil uji yang kurang memuaskan, maka Konsultan
Pengawas berhak untuk meminta pengambilan contoh benda uji lebih besar dari yang
ditentukan di atas, dengan beban biaya ditanggung oleh Kontraktor.
5.5.2
Laporan hasil uji besi beton.
Spesifikasi Teknis Struktur | 12

Kontraktor harus membuat dan menyusun hasil uji besi beton dari laboratorium penguji
untuk diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi
dengan kesimpulan apakah kualitas besi beton tersebut memenuhi syarat yang telah
ditentukan.
6.

SYARAT SYARAT PELAKSANAAN


6.1 Slump
Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, yang jika tidak ditentukan secara khusus adalah
antara 12 14 cm. Cara uji slump sebagai berikut. Beton diambil sebelum dituangkan ke dalam
cetakan beton (bekisting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan di atas permukaan yang
rata. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian beton tersebut ditusuk-tusuk 25 kali
dengan besi beton diameter 16mm, panjang 30cm dengan ujung yang bulat. Pengisian dilakukan
dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap
tusukan harus masuk sampai dengan satu lapisan di bawahnya. Setelah bagian atas diratakan,
segera cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya. Khususnya struktur yang
menggunakan waterproofing integral,slump yang digunakan adalah 6 8 cm.
6.2

Persetujuan Konsultan Pengawas.


Sebelum semua tahap pelaksanaan berikutnya dilaksanakan, Kontraktor harus mendapatkan
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Laporan harus diberikan kepada Konsultan
Pengawas paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan dilaksanakan. Hal hal khusus akan didiskusikan
secara lebih mendalam antara semua pihak yang berkepentingan. Semua tahapan pelaksanaan
tersebut harus dicatat secara baik dan jelas, sehingga mudah untuk ditelusuri jika suatu saat data
tersebut dibutuhkan untuk pemeriksaan.

6.3

Persiapan dan Pemeriksaan.


Kontraktor tidak diizinkan untuk melakukan pengecoran beton tanpa izin tertulis dari Konsultan
Pengawas. Kontraktor harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas tentang kesiapannya untuk
melakukan pengecoran dan laporan tersebut harus disampaikan paling lambat 3 hari sebelum
waktu pengecoran, sesuai dengan kesepakatan di lapangan, untuk memungkinkan Konsultan
Pengawas melakukan pemeriksaan sebelum pengecoran dilaksanakan. Kontraktor harus
menyediakan fasilitas yang memadai seperti tangga ataupun fasilitas lain yang dibutuhkan agar
Konsultan Pengawas dapat memeriksa pekerjaan secara aman dan mudah. Tanpa fasilitas
tersebut, Kontraktor tidak akan diizinkan untuk melakukan pengecoran. Semua koreksi yang terjadi
akibat pemeriksaan tersebut harus segera diperbaiki dalam waktu 1X24 jam dan selanjutnya
Kontraktor harus mengajukan izin lagi untuk dapat melaksanakan pengecoran. Tidak dibenarkan
adanya penambahan waktu akibat koreksi yang timbul, kecuali ditentukan lain oleh Pemberi
Tugas/Konsultan Pengawas. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran tidak berarti
membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab sepenuhnya atas ke tidaksempurnaan ataupun
kesalahan yang timbul. Sebelum pengecoran dilakukan harus dipastikan dan dikoordinasikan
dengan Konsultan Pengawas bahwa semua peralatan yang akan tertanam di dalam beton sudah
terletak pada tempatnya, dan semua kotoran sudah dibersihkan dari lokasi pengecoran. Demikian
pula untuk siar pelaksanaan sudah harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan.

6.4

Siar Pelaksanaan.
Kontraktor harus mengusulkan lokasi siar pelaksanaan dalam gambar kerjanya. Siar pelaksanaan
harus diusahakan seminimum mungkin, agar perlemahan struktur dapat dikurangi. Siar
pelaksanaan tidak diizinkan untuk melalui daerah yang diperkirakan sebagai daerah basah, seperti
toilet, reservoir dll, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas. Jika tidak ditentukan lain,
Spesifikasi Teknis Struktur | 13

maka lokasi siar pelaksanaan harus terletak pada daerah di mana gaya geser adalah minimal,
umumnya terletak pada sepertiga bentang tengah dari panjang efektif elemen struktur.
Pada pengecoran beton yang tebal dan volume yang besar, lokasi siar pelaksanaan harus
dipertimbangkan sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan perbedaan temperatur yang besar
pada beton tersebut, yang dapat berakibat retaknya beton, disamping adanya tegangan residu yang
tidak diinginkan. Siar pelaksanaan dapat dibuat secara horisontal, dan pengecoran dapat dibagi
menjadi berlapis-lapis. Lokasi siar pelaksanaan tersebut harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Kontraktor sudah harus mempertimbangkan di dalam penawarannya, segala hal yang berhubungan
dengan siar pelaksanaan seperti waterstop, perekat beton, dowel dsb., maupun pembersih
permukaan beton agar dapat dijamin lekatan antara beton lama dan baru. Siar pelaksanaan harus
bersih dari semua kotoran dan bekas beton yang tidak melekat dengan baik, dan sebelum
pengecoran dilanjutkan, harus dikasarkan sedemikian rupa sehingga agregat besar menjadi terlihat,
tetapi tetap melekat dengan baik.
6.5

Pengangkutan dan pengecoran beton.


Beton harus diangkut dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat tiba di lokasi proyek dalam
keadaan yang masih memenuhi spesifikasi teknis. Jika lokasi pembuatan beton cukup jauh dari
proyek, maka harus digunakan admixtures yang dapat memperlambat proses pengerasan dari
beton. Pada saat beton diangkut ke lokasi pengecoran juga harus diperhatikan, agar tidak terjadi
pemisahan antara bahan-bahan dasar pembuat beton. Pada saat pengecoran tinggi jatuh dari
beton segar harus kurang dari 1.50 meter. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pemisahan
antara batu pecah yang berat, dengan pasta beton, sehingga mengakibatkan kualitas beton
menjadi menurun. Untuk itu harus disiapkan alat bantu seperti pipa tremie sehingga syarat ini dapat
dipenuhi. Sebelum pengecoran beton harus dijaga agar tetap dalam kondisi plastis dalam waktu
yang cukup, sehingga pengecoran beton dapat dilakukan dengan baik. Kontraktor harus
mengajukan jumlah alat dan personel yang akan mendukung pengecoran beton, yang dianalisa
berdasarkan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan. Sebagai gambaran setiap alat
pemadat mampu memadatkan sekitar 5 - 8 m3 beton segar per jam. Beton segar harus ditempatkan
sedekat mungkin dengan lokasi akhir, sehingga masalah segregasi dan pengerasan beton dapat
dihindarkan, dan selama pemadatan beton masih bersifat plastis. Untuk menjaga kelangsungan
pengecoran beton, Kontraktor harus mempersiapkan alat pelindung yang mungkin berguna seperti
hujan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

6.6

Pemadatan Beton.
1. Alat pemadat beton
Beton yang baru dicor harus segera dipadatkan dengan alat pemadat (vibrator) dengan tipe
yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Pemadatan tersebut bertujuan untuk mengurangi
udara pada beton yang akan mengurangi kualitas beton. Pemadatan tersebut berkaitan dengan
kelecakan (workability) beton. Pada cuaca panas kelecakan beton menjadi sangat singkat,
sehingga slump yang rendah biasanya merupakan masalah. Untuk itu harus disediakan vibrator
dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan besarnya volume pengecoran yang akan
dilakukan. Minimal harus dipersiapkan satu vibrator cadangan yang akan dipakai, jika ada
vibrator yang rusak pada saat pemadatan sedang berlangsung. Alat pemadat harus
ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menyentuh besi beton.
2. Lokasi pemadatan yang sulit
Pada lokasi yang diperkirakan sulit untuk dipadatkan seperti pada pertemuan balok-kolom,
dinding beton yang tipis, dan pada lokasi pembesian yang rapat dan rumit, maka Kontraktor
harus mempersiapkan metode khusus untuk pemadatan beton yang disampaikan kepada
Konsultan Pengawas paling lambat 3 hari sebelum pengecoran dilaksanakan, agar tidak terjadi
keropos pada beton, sehingga secara kualitas tidak akan disetujui.
Spesifikasi Teknis Struktur | 14

3. Pemadatan kembali
Jika permukaan beton mengalami keretakan dalam kondisi masih plastis, maka beton tersebut
harus dipadatkan kembali sesuai dengan rekomendasi Konsultan Pengawas agar retak tersebut
dapat dihilangkan.
4. Metode pemadatan lain
Jika dipandang perlu Kontraktor dapat mengusulkan cara pemadatan lain yang dipandang
dapat menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara permukaan dan inti beton. Hal ini
dapat menyebabkan keretakan struktur dan terjadinya tegangan menetap pada beton, tanpa
adanya beban yang bekerja.
6.7

Temperatur beton segar.


Dalam waktu 2 menit setelah contoh diambil, sebuah termometer yang mempunyai skala -5 s/d 100
derajat C, harus dimasukkan ke dalam contoh tersebut sedalam 100 mm. Jika temperatur sudah
stabil selama 1 menit, maka temperatur tersebut harus dicatat dengan ketelitian 1 derajat C.

6.8

Perawatan Beton.
1. Tujuan perawatan
Perawatan beton bertujuan antara lain untuk menjaga agar tidak terjadi kehilangan zat cair
pada saat pengikatan awal terjadi, dan mencegah penguapan air dari beton pada umur beton
awal, dan juga mencegah perbedaan temperatur dalam beton yang dapat menyebabkan
terjadinya keretakan dan penurunan kualitas beton. Perawatan beton harus dilakukan begitu
pekerjaan pemadatan beton selesai dilakukan. Untuk itu harus dilakukan perawatan beton
sedemikian sehingga tidak terjadi penguapan yang cepat terutama pada permukaan beton yang
baru dipadatkan.
2. Lama perawatan
Permukaan beton harus dirawat secara baik dan terus menerus dibasahi dengan air bersih
selama minimal 7 hari segera setelah pengecoran selesai. Untuk elemen vertikal seperti kolom
dan dinding beton, maka beton tersebut harus diselimuti dengan karung yang dibasahi terus
menerus selama 7 hari.
3. Perlindungan beton tebal
Untuk pengecoran beton dengan ketebalan lebih dari 600 mm, maka permukaan beton harus
dilindungi dengan material (antara lain stirofoam atau metoda lainnya) yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas, agar dapat memantulkan radiasi akibat panas. Material tersebut harus
dibuat kedap, agar kelembaban permukaan beton dapat dipertahankan.
4. Acuan metal
Setiap acuan yang terbuat dari metal, beton ataupun material lain yang sejenis, harus
didinginkan dengan air sebelum pengecoran dilakukan. Acuan tersebut harus dihindari dari terik
matahari langsung, karena sifatnya yang mudah menyerap dan mengantarkan panas.
Perlakuan yang kurang baik akan menyebabkan retak-retak yang parah pada permukaan beton.
5. Curing compound
Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan curing compound. Jenis
dan tipe curing compound yang akan digunakan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Harus diperhatikan agar tidak terjadi penurunan temperatur yang cepat pada permukaan beton
sehingga dapat menyebabkan keretakan pada permukaan beton.

6.9

Cara untuk menghindari keretakan pada beton.


1. Alat Monitoring
Untuk pekerjaan beton dengan tebal lebih dar 600 mm, Kontraktor harus menyediakan
peralatan yang dibutuhkan untuk mengukur dan memonitor segala kejadian yang mungkin
Spesifikasi Teknis Struktur | 15

terjadi selama pekerjaan beton berlangsung. Monitoring dilakukan minimal selama 7 hari
terhitung sejak pengecoran selesai. Kontraktor wajib menyediakan alat pengukur temperatur
yang akan diletakkan pada dasar beton, di dalam beton dan di permukaan beton dengan jarak
vertikal antara alat ditetapkan maksimal 50 cm. Sedangkan jarak horisontal antara titik satu
dengan lainnya maksimal 10 meter. Lokasi alat pengukur dan metode pengukuran suhu
tersebut harus diusulkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
2. Perbedaan temperatur
Umumnya permukaan beton tidak harus didinginkan secara mendadak, yang terpenting adalah
tidak terjadi perbedaan temperatur yang besar (> 20o C) antara permukaan dan inti beton, dan
beton harus dihindarkan dari sinar matahari langsung ataupun tiupan angin.
3. Material Bantu.
Disamping peralatan juga dibutuhkan material pembantu yang mungkin dapat dicampur ke
dalam beton maupun yang akan digunakan pada saat perawatan beton untuk mencegah
terjadinya penguapan yang terlalu cepat.
4. Lebar retak
Suatu struktur beton pasti akan mengalami suatu retakan. Dan lebar retak yang diizinkan
maksimal sebesar 0.004 kali tebal selimut beton.
5. Antisipasi perbedaan temperatur
Kontraktor harus menyiapkan semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk mengatasi jika
perbedaan temperatur menjadi lebih dari 20 derajat C, misalnya dengan mempertebal isolasi
yang sudah digunakan atau membuat isolasi menjadi benar-benar kedap terhadap angin dan
udara. Hal ini harus segera dilakukan agar perbedaan temperatur tidak menjadi lebih besar.
Untuk itu harus disiapkan material isolasi lebih dari kebutuhan sebelum pengecoran dilakukan.
6. Hal-hal lain
Beberapa hal yang harus diperhatikan baik sebelum, selama maupun sesudah pengecoran
beton adalah :
a. Usahakan agar semua material dasar yang digunakan tetap dalam kondisi terlindung dari
sinar matahari, sehingga temperatur tidak tinggi pada saat pencampuran dimulai.
b. Air yang akan digunakan harus didinginkan, misalnya dengan mengganti sebagian air
dengan es, sehingga temperatur menjadi lebih rendah.
c. Semen yang digunakan mempunyai hidrasi rendah.
d. Jika mungkin, tambahkan nitrogen cair ke dalam campuran beton.
e. Waktu antara pengadukan beton dan pengecoran harus dibatasi maksimal 2 jam.
f. Lakukan pengecoran bertahap sedemikian rupa, misalnya dengan membuat siar
pelaksanaan secara horisontal pada beton yang tebal, sehingga tebal satu lapis
pengecoran menjadi kurang lebih 1 meter, dan perbedaan temperatur dapat dikontrol.
g. Jika mungkin, diusulkan pengecoran dilakukan pada malam hari dimana temperatur
lapangan sudah lebih rendah dibandingkan pada siang hari.
h. Harus disiapkan isolasi panas yang merata pada seluruh permukaan beton yang terbuka
untuk mencegah tiupan angin dan menjaga agar temperatur tidak terlalu berbeda pada
seluruh penampang beton.
i. Lakukan perawatan awal segera setelah pemadatan selesai, dan harus diteruskan sampai
sistem isolasi terpasang seluruhnya.
j. Sediakan pelindung sehingga permukaan beton terlindung dari sinar matahari dan angin.
Hal ini dapat dilakukan dengan membuat dinding pada sekeliling daerah pengecoran
dengan plastik atau material sejenis, demikian juga pada bagian atasnya.
7. Retak di luar batas yang disyaratkan.
Spesifikasi Teknis Struktur | 16

Jika setelah pemadatan selesai masih terjadi keretakan di luar batas yang diizinkan, maka
Kontraktor harus melaporkan hal tersebut secara tertulis dan mengajukan perbaikan yang berisi
antara lain metode kerja dan peralatan yang digunakan berikut komposisi campuran yang
digunakan, kepada Konsultan Pengawas untuk dievaluasi lebih lanjut. Kontraktor tidak diizinkan
untuk memperbaiki keretakan tersebut sebelum mendapatkan persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.
6.10 Adukan Beton yang dibuat di tempat (Site Mixing)
Untuk mendapatkan kualitas beton yang baik, maka untuk beton yang dibuat di lapangan harus
memenuhi syarat-syarat :
Semen diukur menurut berat.
Agregat kasar diukur menurut berat.
Pasir diukur menurut berat.
Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (concrete batching plant).
Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk.
Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada dalam mesin
pengaduk.
Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan lebih dahulu, sebelum
adukan beton yang baru dimulai.
6.11 Besi Beton
1. Merek besi beton
Sebelum pemesanan dilakukan, maka Kontraktor harus mengusulkan merek besi beton
dilengkapi dengan brosur dan data teknis dari pabrik yang akan digunakan untuk disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Besi yang digunakan adalah besi yang sesuai standart ASTM A706M
yang mengandung alloy berupa Vanadium atau niobium pada proses pembuatannya.
2. Penyimpanan
Besi beton harus disimpan pada tempat yang bersih dan ditumpu secara baik sehingga tidak
merusak kualitasnya. Tempat penyimpanan harus cukup terlindung sehingga kemungkinan
karat dapat dihindarkan.
3. Gambar kerja dan bending schedule
Pembengkokan besi beton harus dilakukan sesuai dengan gambar rencana dan berdasarkan
standar ditail yang ada. Pembengkokan tersebut harus dilakukan dengan menggunakan alatalat (bar bender) sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat patah, retak-retak dan
sebagainya. Semua pembengkokan harus dilakukan dalam keadaan dingin dan pemotongan
harus dengan bar cutter. Pemotongan dan pembengkokan dengan sistem panas sama sekali
tidak diizinkan. Untuk itu Kontraktor harus membuat gambar kerja pembengkokan (bending
schedule) dan diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
4. Bebas karat
Pemasangan dan penyetelan berdasarkan elevasi yang sesuai dengan gambar dan harus
sudah diperhitungkan toleransi penurunannya. Sebelum besi beton dipasang, permukaan besi
beton harus bebas dari karat, minyak dan lain-lain yang dapat mengurangi lekatan besi beton.
5. Selimut beton
Besi beton harus dilindungi oleh selimut beton yang sesuai dengan gambar standar ditail.
Sebagai catatan, pemasangan tulangan-tulangan utama tarik/tekan penampang beton harus
dipasang sejauh mungkin dari garis tengah penampang, sehingga pemakaian selimut beton
yang melebihi ketentuan-ketentuan tersebut diatas harus mendapat persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.
6. Penjangkaran
Spesifikasi Teknis Struktur | 17

7.

8.

9.

10.

Pemasangan rangkaian besi beton yaitu kait-kait, panjang penjangkaran, penyaluran, letak
sambungan dan lain-lain harus sesuai dengan gambar standar yang terdapat dalam gambar
rencana. Apabila ada keraguan tentang ini maka Kontraktor harus meminta klarifikasi kepada
Konsultan Pengawas.
Kawat beton dan penunjang
Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada kedudukan yang kokoh
untuk menghindari pemindahan tempat, dengan menggunakan kawat yang berukuran tidak
kurang dari 16 gauge atau klip yang sesuai pada setiap tiga pertemuan. Pembesian harus
ditunjang dengan beton tahu atau penunjang besi, spacers atau besi penggantung seperti yang
ditunjukkan pada gambar standar atau dicantumkan pada spesifikasi ini. Penunjang-penunjang
metal tidak boleh diletakkan berhubungan dengan acuan. Ikatan dari kawat harus dimasukkan
ke dalam penampang beton, sehingga tidak menonjol pada permukaan beton.
Sengkang-sengkang.
Untuk menjamin bahwa perilaku elemen struktur sesuai dengan rencana, maka sengkang harus
diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai dengan gambar. Akhiran/ kait sengkang
harus dibuat seperti yang disyaratkan di dalam gambar standar agar sengkang dapat bekerja
seperti yang diinginkan. Demikian juga untuk besi pengikat yang digunakan untuk pengikat
tulangan utama.
Beton tahu
Beton tahu harus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada tulangan, dan minimum
mempunyai kekuatan beton yang sama dengan beton yang akan dicor. Jarak antara beton tahu
ditentukan maksimal 100 cm.
Penggantian besi
a. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan apa
yang tertera pada gambar.
b. Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya terdapat
kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada maka
Kontraktor harus dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang
tertera dalam gambar.
c. Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan yang
ditetapkan dalam gambar maka dapat dilakukan penukaran diameter besi dengan diameter
yang terdekat dengan catatan :
Harus ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Jumlah besi per satuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang
dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas).
Khusus untuk balok portal, jumlah luas penampang besi pada tumpuan juga tidak boleh
lebih besar jauh dari pembesian aslinya.
Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian di tempat
tersebut atau di daerah overlap yang dapat menyulitkan pengecoran.
Tidak ada pekerjaan tambah dan tambahan waktu pelaksanaan.

11. Toleransi Besi

Diameter besi (mm)


6 < 10
10 < 16
16 < < 28
28

Toleransi dia (mm)


0.4
0.4
0.5
0.6

Toleransi berat (%)


7
5
4
2

6.12 Toleransi dimensi elemen-elemen struktur


Spesifikasi Teknis Struktur | 18

Dimensi elemen struktur seperti (pelat, balok, kolom, dinding) harus memenuhi toleransi sbb. :
Dimensi Elemen
Toleransi terhadap B,
Toleransi selimut
Struktur
(mm)
beton (mm)
(mm)
B 200
9.0
5.0
B 200
12.0
9.0
dimana B adalah dimensi elemen struktur baik untuk lebar maupun tinggi. Pelaksanaan yang tidak
memenuhi toleransi tersebut akan dievaluasi oleh Konsultan Pengawas, untuk selanjutnya
diputuskan. Semua akibat kesalahan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
6.13 Pemasangan alat-alat di dalam beton/sparing
1. Kontraktor harus membuat gambar kerja yang menunjukkan secara tepat lokasi sparing yang
akan terdapat pada elemen struktur. Kontraktor wajib mempelajari gambar M&E dan
mendiskusikan dengan pihak terkait jika terdapat keraguan tentang gambar tersebut. Kebutuhan
sparing yang terjadi akibat perubahan disain harus diinformasikan dan dikoordinasikan segera
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan pemecahannya. Pekerjaan membobok,
membuat lubang atau memotong konstruksi beton yang sudah jadi harus dihindarkan dan jika
diperlukan harus mendapatkan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
2. Ukuran lubang, pemasangan alat-alat di dalam beton, pemasangan sparing dan sebagainya,
harus sesuai dengan gambar struktur maupun gambar lain yang terkait atau menurut petunjukpetunjuk Konsultan Pengawas.
3. Perkuatan pada lubang-lubang beton untuk keperluan pekerjaan M/E harus mengikuti ketentuan
yang terdapat di dalam gambar standar. Jika tidak/ belum tertera di dalam gambar maka
Kontraktor wajib menginformasikan hal tersebut kepada KP/ Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan penyelesaiannya.
6.14 Beton Kedap Air.
1. Beton kedap air adalah beton yang dibuat agar tidak tembus air untuk jangka waktu yang lama.
Untuk itu Kontraktor wajib mengikuti segala ketentuan yang disyaratkan oleh pemasok bahan
kedap air/ waterproofing, termasuk cara pembuatan beton tersebut.
2. Pada siar pelaksanaan harus dipasang waterstop sesuai dengan spesifikasi pabrik. Waterstop
tersebut harus ditunjukkan di dalam gambar kerja/ shop drawing, sehingga rencana pengecoran
harus direncanakan dengan baik. Biaya waterstop tersebut sudah termasuk di dalam penawaran
yang diajukan oleh Kontraktor.
3. Apabila terjadi kebocoran selama masa garansi, maka Kontraktor harus mengadakan
perbaikan-perbaikan dengan biaya Kontraktor. Prosedur perbaikan tersebut harus diusulkan
oleh Kontraktor dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, sedemikian rupa sehingga tidak
merusak bagian-bagian lain yang sudah selesai.
7.

ACUAN/BEKISTING
7.1. Umum
1. Kontraktor harus membuat acuan yang dapat dipertanggung jawabkan secara struktur baik
kekuatan, stabilitas maupun kekakuannya serta layak untuk digunakan. Acuan merupakan
suatu bagian pekerjaan struktur yang berguna untuk membentuk struktur beton agar sesuai
dengan gambar rencana
2. Jenis acuan harus sesuai dengan yang disyaratkan di dalam spesifikasi ini. Kontraktor dapat
mengusulkan alternatif acuan dengan catatan bahwa harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Di dalam penawarannya, Kontraktor wajib menawarkan sesuai dengan yang ditentukan di
dalam spesifikasi.
Spesifikasi Teknis Struktur | 19

3. Semua bagian acuan yang sudah selesai digunakan harus dibongkar dan dikeluarkan dari
lokasi pekerjaan. Tidak dibenarkan adanya bagian acuan yang tertanam di dalam struktur
beton.
4. Pada struktur beton kedap air, cara pemasangan acuan dan bukaan pada acuan harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga bukaan tersebut harus dapat ditutup dengan sempurna, sehingga
bebas dari kebocoran. Semua pengikat acuan (ties) harus dilengkapi dengan material tertentu
seperti water stop sehingga pada saat dicor akan menyatu dengan struktur beton.
7.2. Lingkup Pekerjaan
1. Tenaga kerja, bahan dan peralatan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan seperti release agent,
pengangkutan dan pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan acuan sebagai cetakan
beton sesuai dengan gambar-gambar konstruksi dan gambar-gambar disiplin lain yang
berhubungan seperti diuraikan dalam uraian dan syarat-syarat pelaksanaan, secara aman dan
benar.
2. Ditail ditail khusus
Pembuatan acuan khusus sesuai yang direncanakan harus termasuk yang ditawarkan di dalam
penawaran Kontraktor. Termasuk juga jika disyaratkan menggunakan material acuan yang
khusus untuk menghasilkan ditail khusus.
7.3. Persyaratan Bahan
1. Acuan dan Penyanggah.
Bahan acuan yang dipergunakan dapat berbentuk beton, baja, pasangan bata yang diplester,
kayu atau material lain yang dapat dipertanggung jawabkan kualitasnya. Penggunaan acuan
siap pakai produksi pabrik tertentu diizinkan untuk dipergunakan, selama dapat disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Acuan yang terbuat dari multipleks yang dilapisi dengan sejenis kertas
film yang khusus digunakan untuk acuan multipleks dengan tebal minimal 12 mm. Pengaku
harus dibuat dengan benar agar tidak terjadi perubahan bentuk/ ukuran dari elemen beton yang
dibuat. Penyanggah yang terbuat dari baja lebih disukai, walau penggunaan material
penyanggah dari kayu dapat diterima. Bahan dan ukuran kayu yang digunakan harus
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas. Untuk pekerjaan beton yang langsung
berhubungan dengan tanah, maka sebagai lantai kerja harus dibuat dari beton K175. Sebagai
acuan samping dari beton tersebut dapat menggunakan pasangan batu kali, batu bata atau
material lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Untuk elemen beton tertentu seperti
kolom bulat disarankan menggunakan acuan baja.
2. Release Agents
Release agent harus merupakan material yang memenuhi ketentuan berikut ini :
Cream emulsion
Neat oil dengan ditambahkan surfactant
Release agent kimiawi yang tidak merusak beton.
Release agent harus disimpan dan digunakan sesuai dengan ketentuan pabrik pembuatnya.
Kontraktor harus memastikan bahwa release agent yang digunakan cocok dengan bahan finish
yang akan digunakan. Dan jika permukaan beton merupakan finishing atau umum disebut beton
exposed maka Kontraktor harus memastikan bahwa permukaan beton yang dihasilkan sesuai
dengan yang diinginkan KP. Kontraktor harus memastikan bahwa release agent tersebut tidak
akan bersentuhan langsung dengan besi beton.
7.4.

Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Struktur acuan
Acuan berikut elemen pendukungnya harus dianalisa sedemikian rupa, sehingga mampu
memikul beban ke semua arah yang mungkin terjadi (kuat), tanpa mengalami deformasi yang
berlebihan (kaku), dan juga harus memenuhi syarat stabilitas. Deformasi dibatasi tidak lebih dari
Spesifikasi Teknis Struktur | 20

2.

3.

4.

5.

6.

1/360 bentang. Peninjauan terhadap kemungkinan beban di luar beban beton juga harus
dipertimbangkan, seperti kemungkinan beban konstruksi, angin, hujan dan lain lain. Semua
analisa dan perhitungan acuan berikut elemen pendukungnya harus diserahkan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya, sebelum pekerjaan dilakukan.
Dimensi acuan
Semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar struktur adalah ukuran bersih penampang
beton, tidak termasuk plester/finishing. Tambahan elemen tertentu seperti bentuk/ profil khusus
yang tercantum di dalam gambar arsitektur juga harus diperhitungkan baik sebagai beban
maupun dalam analisa biaya.
Gambar kerja
Kontraktor harus membuat gambar kerja khusus acuan berdasarkan analisa yang dilakukannya.
Gambar kerja tersebut harus lengkap disertai ukuran dan ditail-ditail sambungan yang benar
dan selanjutnya diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk persetujuannya. Tanpa
persetujuan tersebut Kontraktor tidak diperkenankan untuk memulai pembuatan acuan di
lapangan.
Tanggung jawab
Walaupun sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas, tanggung jawab sepenuhnya atas
kekuatan, kekakuan dan stabilitas acuan menjadi tanggung jawab sepenuhnya Kontraktor. Jika
terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan perkiraan ataupun kekeliruan yang mengakibatkan
timbulnya biaya tambah, maka semua biaya tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Acuan harus dibuat sesuai dengan yang dibuat di dalam gambar kerja. Pelaksanaan yang tidak
sesuai dengan gambar kerja harus segera dibongkar.
Stabilitas acuan
Semua acuan harus diberi penguat datar dan silang sehingga kemungkinan bergeraknya acuan
selama pelaksanaan pekerjaan dapat dihindari. Konsultan Pengawas berhak untuk meminta
Kontraktor untuk memperbaiki acuan yang dianggap tidak/ kurang sempurna dengan beban
biaya Kontraktor.
Inspeksi Konsultan Pengawas
Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh Konsultan Pengawas.

7. Ditail acuan
Penyusunan acuan harus sedemikian rupa hingga pada waktu pembongkarannya tidak
menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang bersangkutan.
8. Jumlah pemakaian
Acuan hanya diperbolehkan dipakai maksimum 3 (tiga) kali, kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Pengawas. Acuan yang akan digunakan berulang harus dipersiapkan sedemikian
rupa sehingga dapat dijamin permukaan acuan tetap rapih dan bersih.
9. Akurasi
Acuan harus dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran kerataan/kelurusan, elevasi
dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar konstruksi. Toleransi ukuran dan posisi harus
sesuai dengan yang tercantum di dalam spesifikasi ini.
10. Sistem pengaliran air
Acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran. Harus dipersiapkan
sistem pengaliran air sedemikian, sehingga pada saat dibasahkan, air dapat mengalir ke tempat
yang diinginkan dan acuan tidak tergenang oleh air. Acuan harus dipasang sedemikian rupa
sehingga tidak akan terjadi kebocoran atau hilangnya air semen selama pengecoran, tetap lurus
(tidak berubah bentuk) dan tidak bergoyang.
11.Ikatan acuan di dalam beton
Spesifikasi Teknis Struktur | 21

Sebelumnya dengan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas baut-baut dan tie rod
yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus diatur sedemikian, sehingga bila acuan
dibongkar kembali, tidak akan merusak beton yang sudah dibuat.
12. Acuan beton exposed
Jika ada harus dilapisi dengan menggunakan release agent pada permukaan acuan yang
menempel pada permukaan beton. Berhubung release agent berpengaruh pula pada warna
permukaan beton, maka pemilihan jenis dan penggunaannya harus dilakukan dengan seksama.
Cara pengecoran beton harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga siar-siar pelaksanaan
tidak merusak penampilan beton exposed tersebut. Merek dan jenis release agent yang telah
disetujui bersama, tidak boleh diganti dengan merk dan jenis lain. Untuk itu Kontraktor harus
memberitahukan terlebih dahulu nama perdagangan dari release agent tersebut, data bahanbahan bersangkutan, nama produsennya, jenis bahan-bahan mentah utamanya, cara-cara
pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu untuk
memperoleh persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
13. Bukaan untuk pembersihan
Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari acuan kolom atau dinding harus ada
bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
14. Scaffolding
Pada prinsipnya semua penunjang acuan harus menggunakan steger besi (scaffolding).
Scaffolding tersebut harus cukup kuat dan kaku dan diatur agar mudah diperiksa oleh Konsultan
Pengawas.
15. Persetujuan Konsultan Pengawas
Setelah pekerjaan diatas selesai, Kontraktor harus meminta persetujuan dari Konsultan
Pengawas dan minimum 3 (tiga) hari sebelum pengecoran Kontraktor harus mengajukan
permohonan tertulis untuk izin pengecoran kepada Konsultan Pengawas.
16. Anti lendut (Cambers)
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, maka semua acuan untuk balok dan pelat, harus
dipersiapkan dengan memakai anti lendut dengan besar sbb. :
Lokasi
Di tengah bentang balok
Di ujung balok kantilever

% terhadap bentang
0.3
0.5

7.5. Pembongkaran Acuan


1. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati-hati, dimana bagian konstruksi yang dibongkar
acuannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaannya.
2. Pembongkaran acuan dapat dilakukan setelah mencapai waktu sbb. :
Elemen Struktur
Waktu minimum
Sisi-sisi balok, kolom dan dinding
3 hari
Balok dan pelat beton (tiang penyanggah tidak dilepas)
7 hari
Tiang-tiang penyanggah pelat beton
21 hari
Tiang-tiang penyanggah balok-balok
21 hari
Waktu pembongkaran tersebut hanya merupakan kondisi normal, dan harus dipertimbangkan
secara khusus jika pada lantai-lantai tersebut bekerja beban yang lebih besar dari beban
rencana. Untuk mempercepat waktu pembongkaran, Kontraktor dapat merencanakan dan
mengusulkan metode dan perhitungan yang akan digunakan, dan usulan tersebut harus
Spesifikasi Teknis Struktur | 22

mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Tidak ada biaya tambah untuk hal
tersebut. Semua akibat yang timbul akibat usulan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3. Setiap rencana pekerjaan pembongkaran acuan harus diajukan terlebih dahulu secara tertulis
untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4. Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan dibuka, tidak bergelombang, berlubang
atau retak-retak dan tidak menunjukan gejala keropos/ tidak sempurna.
5. Acuan harus dibongkar secara cermat dan hati-hati, tidak dengan cara yang dapat menimbulkan
kerusakan pada beton dan material-material lain disekitarnya, dan pemindahan acuan harus
dilakukan sedemikian rupa sehinggah tidak menimbulkan kerusakan akibat benturan pada saat
pemindahan. Perbaikan yang rusak akibat kelalaian Kontraktor menjadi tanggungan Kontraktor.
6. Apabila setelah acuan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang keropos atau
cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka Kontraktor harus
segera memberitahukan kepada Konsultan Pengawas, untuk meminta persetujuan tertulis
mengenai cara perbaikan, pengisian atau pembongkarannya. Kontraktor tidak diperbolehkan
menutup/mengisi bagian beton yang keropos tanpa persetujuan tertulis Konsultan Pengawas.
Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya-biaya perbaikan,
pembongkaran, pengisian atau penutupan bagian tersebut, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
7. Seluruh bahan-bahan bekas acuan yang tidak terpakai harus dibersihkan dari lokasi proyek dan
dibuang pada tempat yang telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas sehingga tidak
mengganggu kelancaran pekerjaan.
7.6. Alternatif Acuan
Seperti diuraikan di atas, Kontraktor dapat mengusulkan alternatif jenis acuan yang akan dipakai,
dengan melampirkan brosur/gambar acuan tersebut beserta perhitungannya untuk mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Dengan catatan bahwa alternatif acuan tersebut tidak
merupakan kerja tambah dan tidak menyebabkan kelambatan dalam pekerjaan. Sangat diharapkan
agar Kontraktor dapat mengajukan usulan acuan yang dapat mempersingkat waktu pelaksanaan
tanpa mengurangi/membahayakan mutu beton dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku.
PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA
1.
UMUM.
1.1 Pasal ini mengatur pelaksanaan pekerjaan baja berikut segala peralatan pendukung yang
dibutuhkan seperti tercantum dalam gambar struktur dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari spesifikasi lainnya.
1.2 Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor yang berpengalaman untuk pekerjaan ini dan
harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Kontraktor harus mempunyai tenaga ahli yang
berpengalaman sehingga dapat mengatasi seluruh masalah lapangan dengan cepat dan benar.
1.3 Kontraktor harus melampirkan struktur organisasi dan membuat surat pernyataan yang menjamin
bahwa personil yang diajukan akan berada di lokasi proyek selama pekerjaan berlangsung.
1.4 Kontraktor harus melampirkan metode pelaksanaan serta alat-alat yang akan digunakan dalam
proyek ini dengan memperhatikan urutan dan kecepatan pekerjaan.
1.5 Kontraktor wajib menyediakan peralatan tersebut di lokasi pekerjaan tepat pada waktunya sehingga
tidak menghambat pekerjaan lainnya.
2.

LINGKUP PEKERJAAN
2.1 Tenaga kerja, material dan peralatan.
Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan konstruksi baja termasuk penyediaan tenaga kerja,
pengadaan bahan-bahan baik bahan dasar maupun bahan penyambung, peralatan baja dan alatalat bantu lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik dan aman.
Spesifikasi Teknis Struktur | 23

2.2

Pengukuran lapangan.
Pekerjaan pengukuran yang mencakup kondisi lapangan yang ada, seperti hasil pekerjaan beton
yang sudah dilaksanakan, maupun segala penyimpangan yang terjadi, sehingga dalam gambar
kerja diperlukan penyesuaian.

2.3

Tenaga ahli.
Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli yang berpengalaman di lokasi pekerjaan, sehingga
dapat menyelesaikan segala masalah yang timbul di lapangan secara cepat dan benar.
Gambar kerja/ shop drawings.
Kontraktor harus membuat gambar kerja secara ditail, sebelum pekerjaan dimulai, termasuk
penyesuaian dengan kondisi lapangan sampai mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
Gambar terlaksana/ As built drawings.
Setelah pekerjaan dilaksanakan, Kontraktor wajib membuat gambar terlaksana sesuai dengan
struktur yang dilaksanakan, dan diserahkan kepada Pemberi Tugas sesuai dengan kontrak.

2.4

2.5.

3.

PERATURAN - PERATURAN
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan
peraturan sebagai berikut :
1. Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung, SNI 03-1729-2002
2. American Institute of Steel Construction Specification (AISC)
3. American Society for Testing and Materials (ASTM)
4. American Welding Society - Structural Welding Code (AWS)
5. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBBI-1982)

4.

PERHITUNGAN BERAT KONSTRUKSI BAJA


4.1. Berat jenis baja
Berat jenis baja adalah 7800 kg/m3. Satuan berat elemen baja adalah sesuai dengan yang
tercantum di dalam tabel pabrik pembuat.
4.2 Berat baja di dalam BQ.
Di dalam menghitung volume baja di dalam Bill of Quantity (BQ), berat baja dihitung berdasarkan
volume (berat) teoritis sesuai dengan gambar struktur. Berat sisa atau "waste" akibat pemotongan
atau pembentukan elemen-elemen struktur dan juga alat penyambung seperti baut, las, angkur dan
pelat buhul harus diperhitungkan di dalam analisa harga satuan.

5.

MATERIAL
5.1 Baja
Jika tidak disebutkan secara spesifik di dalam gambar, maka semua material untuk konstruksi baja
harus menggunakan baja yang baru dan merupakan "Hot rolled structural steel" dengan mutu baja
ST 37 (PPBBI-83) atau ASTM A 36 atau SS 41 (JIS. U 3101-1970), yang memiliki tegangan leleh
(yield stress) minimal, Fy = 240 Mpa dan tegangan tarik (tensile stress) Fu = 400 Mpa. Baja jenis
ini umum disebut baja karbon (Carbon Steel) yang mengandung karbon antara 0.25 - 0.29 %.
Semua material baja harus baru, bebas/bersih dari karat, lobang-lobang dan kerusakan lainnya,
lurus, tidak terpuntir, tanpa tekukan, serta memenuhi syarat toleransi sesuai dengan spesifikasi ini.
5.2 Baut.
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, baut penyambung yang digunakan adalah HTB A325 yang
memiliki tegangan tarik putus nominal antara 105 - 120 ksi (735 - 840 Mpa). Baut penyambung
harus merupakan material baru, dan panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan. Jika tidak
disebutkan khusus di dalam gambar maka baut yang dimaksud adalah type A325-X (ulir terletak di
Spesifikasi Teknis Struktur | 24

5.3
5.4

5.5

5.6

luar bidang geser). Baut harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada kedua
sisinya. Mutu pelat ring harus sesuai dengan mutu baut.
Elektroda las.
Jika tidak disebutkan secara khusus di dalam gambar struktur, maka elektoda las yang digunakan
adalah E70XX, sesuai dengan lokasi penggunaannya.
Angkur.
Kecuali ditentukan lain di dalam gambar, maka angkur yang digunakan harus memiliki kualitas
BJTD 40, dengan panjang penjangkaran minimal sedalam 40 kali diameter. Angkur harus memiliki
ulir yang cukup sehingga pada saat digunakan benar-benar dapat berfungsi secara benar.
Cat dasar/primer dan cat finish.
Seluruh material baja harus dilindungi dengan cat dasar Zinc Chromate dengan tebal seperti tertera
di dalam spesifikasi ini. Sedangkan untuk cat finish tertera di dalam spesifikasi teknis arsitektur dan
jika tidak disebutkan harus mengikuti ketentuan di dalam spesifikasi ini.
Angkur khusus.
Untuk menghubungkan elemen struktur beton lama dengan yang baru diperlukan suatu angkur
khusus. Angkur tersebut harus termasuk sebagai heavy duty anchor dengan sistem adhesive
(chemical). Kapasitas tarik dan geser angkur yang dipakai mengikuti apa yang tercantum dalam
gambar rencana.

6.

PENGGANTIAN PROFIL/ PENAMPANG


Pada prinsipnya dalam tahap perencanaan, profil yang digunakan adalah profil yang diproduksi oleh
pabrik. Apabila ternyata profil tersebut tidak tersedia, maka Kontraktor dapat mengganti profil tersebut
dengan profil lain yang disetujui oleh KP. Usulan perubahan tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan
yang menunjukkan bahwa profil pengganti tersebut minimal sama kuat dan kakunya dengan profil yang
digantikan. Juga harus diperhatikan bahwa tinggi profil pengganti harus mempunyai tinggi maksimal sama
dengan profil original, sehingga tidak mengurangi ruang peralatan M&E. Walaupun perubahan profil
tersebut disetujui, Kontraktor tetap harus mengantisipasi perubahan tersebut, agar tidak terjadi klaim
terhadap waktu pelaksanaan maupun biaya.

7.

TOLERANSI DIMENSI, PANJANG DAN KELURUSAN


7.1 Toleransi dimensi
Dimensi yang tercantum di dalam gambar rencana adalah dimensi sesuai dengan yang tertera di
dalam tabel pabrik pembuat baja. Di dalam pembuatan terjadi variasi yang menyebabkan terjadinya
perbedaan dengan dimensi rencana. Perbedaan terhadap panjang, lebar serta tebal diizinkan
sebesar harga terkecil antara 1/32 inci (0.75 mm) atau 5 % dari dimensi rencana.
7.2 Toleransi panjang.
Untuk elemen baja (balok, kolom) yang dipasang merangka satu terhadap lainnya, toleransi
panjang diizinkan sebesar 1/16 inci (1.50 mm) untuk elemen dengan panjang kurang dari 9.00
meter dan sebesar 1/8 inci (3.00 mm) untuk panjang lebih dari 9.00 meter.
7.3 Toleransi kelurusan
Kelurusan dari elemen baja dibatasi sebesar 1/500 bentang di antara 2 titik tumpunya, kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Perencana.

8.

UJI MATERIAL
8.1 Contoh Material.
Kontraktor wajib menyediakan contoh material (baja, baut dan lain lain) untuk diuji pada
laboratorium yang disetujui oleh KP/ Konsultan Pengawas. Segala biaya pengujian harus termasuk
di dalam penawaran yang diajukan.
8.2 Uji pengelasan.
Spesifikasi Teknis Struktur | 25

Apabila dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas, maka akan dilakukan testing pada hasil
pengelasan. Tipe dan jumlah test untuk pengelasan disesuaikan dengan kebutuhan sesuai AWS
serta dilakukan atas biaya Kontraktor.
9.

SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
9.1 Gambar kerja/ shop drawing.
Sebelum fabrikasi dimulai, Kontraktor harus membuat gambar-gambar kerja yang diperlukan dan
menyerahkan gambar kerja untuk diperiksa dan disetujui Konsultan Pengawas. Bilamana disetujui,
Kontraktor dapat mulai pekerjaan fabrikasinya. Pemeriksaan dan persetujuan Konsultan Pengawas
atas gambar kerja tersebut hanya menyangkut segi kekuatan struktur saja seperti :
1. Ukuran/dimensi profil, ketebalan plat-plat, ukuran/jumlah baut/las, tebal pengelasan.
Ketepatan ukuran-ukuran panjang, lebar, tinggi atau posisi dari elemen-elemen konstruksi
baja yang berhubungan dengan pengangkutan menjadi tanggung jawab Kontraktor. Dengan
kata lain walaupun semua gambar kerja telah disetujui Konsultan Pengawas, tidaklah berarti
mengurangi atau membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab ketidak tepatan serta
kemudahan dalam erection elemen-elemen konstruksi baja.
2. Pengukuran dengan skala dalam gambar sama sekali tidak diperkenankan.
3. Pada gambar kerja harus sudah terlihat bagian-bagian tambahan yang diperlukan untuk
keperluan montase serta cara-cara montase yang direncanakan.
9.2 Fabrikasi
1. Selama proses fabrikasi Konsultan Pengawas harus menempatkan staffnya yang
berpengalaman dalam fabrikasi baja secara penuh untuk mengawasi pelaksanaan fabrikasi di
bengkel kerja Kontraktor.
2. Kontraktor harus memberikan Fabrication Manual Procedure termasuk Procedur Quality
Control kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
3. Fabrikasi dari elemen-elemen konstruksi baja harus dilaksanakan oleh tukang-tukang yang
berpengalaman dan diawasi oleh mandor-mandor yang ahli dalam konstruksi baja.
4. Semua elemen-elemen harus difabrikasi sesuai dengan ukuran-ukuran dan/atau bentuk yang
diinginkan tanpa menimbulkan distorsi-distorsi atau kerusakan-kerusakan lainnya dengan
memperhatikan persyaratan untuk penanganan sambungan-sambungan serta las di lapangan
dan sebagainya.
5. Pemotongan-pemotongan elemen-elemen harus dilaksanakan dengan rapi dan pemotongan
besi harus dilakukan dengan alat pemotong (brender) atau gergaji besi. Pemotongan dengan
mesin las sama sekali tidak diperbolehkan.
9.3 Tanda-tanda pada konstruksi baja
1. Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dengan kode yang jelas
sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang dengan mudah.
2. Kode tersebut ditulis dengan cat agar tidak mudah terhapus.
3. Pelat-pelat sambungan dan bagian elemen lain yang diperlukan untuk sambungansambungan di lapangan, harus dibaut/diikat sementara dulu pada masing-masing elemen
dengan tetap diberi tanda-tanda.
9.4 Pengelasan
1. Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC Specification dan baru dapat
dilaksanakan setelah mendapatkan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas. Pengelasan harus
dilakukan dengan las listrik, bukan dengan las karbit.
2. Kawat las yang dipakai adalah harus dari produk yang disetujui oleh KP. Ukuran kawat las
disesuaikan dengan tebal pengelasan.
3. Kontraktor harus menyediakan tukang las yang berpengalaman dengan hasil pengalaman
yang baik dalam dalam melaksanakan konstrksi baja sejenis. Hal ini harus dibuktikan dengan
menunjukkan sertifikat yang masih berlaku.
Spesifikasi Teknis Struktur | 26

4. Kontraktor harus memperhatikan dengan seksama tipe dan ukuran las yang tercantum di
dalam gambar (las sudut, las tumpul dan lain-lain), dan Kontraktor harus mempunyai alat
untuk mengukur tebal las sehingga dengan mudah dapat diketahui apakah tebal las sudah
sesuai dengan gambar atau tidak.
5. Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat, minyak, karat dan bekas-bekas
potongan api yang kasar dengan menggunakan mechanical wire brush dan untuk daerahdaerah yang sulit dapat digunakan sikat baja. Bekas potongan api harus dihaluskan dengan
menggunakan gurinda agar permukaan baja menjadi baik. Kerak bekas pengelasan harus
dibersihkan dan disikat.
6. Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul distorsi dan
tegangan residual pada elemen konstruksi baja yang dilas. Pengelasan pada pertemuan
elemen-elemen yang padat seperti pada tumpuan harus dilakukan dengan teknik preheating.
7. Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebih dari satu kali), maka
sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapisan terdahulu harus dibersihkan dahulu dari
kerak-kerak las/slag dan percikan-percikan logam yang ada. Lapisan las yang berpori-pori
atau retak atau rusak harus dibuang sama sekali.
8. Untuk memudahkan pelaksanaan serta mendapatkan mutu pengelasan yang baik, maka pada
dasarnya semua pekerjaan pengelasan harus dilakukan di bengkel. Bila akan mengadakan
pengelasan lapangan harus seijin tertulis dari Konsultan Pengawas.
9. Perhatian khusus diberikan pada pengelasan yang dilakukan di lapangan (field weld), dimana
posisi dari tukang las harus sedemikian sehingga dapat dengan mudah melakukan
pengelasan dengan hasil yang baik tanpa mengabaikan keselamatan kerja.
10. Pada semua pengelasan harus dilakukan pemeriksaan visual untuk mengetahui apakah :
a. persiapan pengelasan sudah dilakukan dengan baik (bersih, gap yang cukup dan lain-lain).
b. las yang ada tidak berpori, undercut, retak permukaan atau cacat-cacat lain.
c. ukuran dan tipe las sudah sesuai gambar.
11. Pada jumlah lokasi 30% dari seluruh lokasi pengelasan juga harus dilakukan "Liquid
Penetrant Test" sesuai dengan AWS D 1.1-90. Lokasi pengetesan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas.
12. Apabila dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas atau apabila ada keraguan terhadap hasil
"Liquid Penetrant Test" tersebut, maka Konsultan Pengawas dapat meminta pada Kontraktor
untuk juga melakukan Radiographic Test sesuai dengan AWS D 1.1-90.
13. Laboratorium uji las yang ditunjuk harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan
semua biaya pengujian las menjadi tanggung jawab Kontraktor.
9.5

Baut penyambung dan Angkur.


1. Kontraktor harus melakukan pengujian terhadap baut pada laboratorium yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas, sebelum Kontraktor memesan baut yang akan dipakai.
2. Jumlah baut yang diuji untuk masing-masing ukuran adalah minimum 3 (tiga) buah.
3. Walaupun test baut tersebut memenuhi syarat, Konsultan Pengawas berhak untuk meminta
diadakan uji baut lainnya dengan jumlah 1 (satu) baut dari setiap 250 baut yang digunakan.
Biaya pengujian baut tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
4. Posisi lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameter baut. Jika
tidak disebutkan secara khusus di dalam gambar, maka diameter lubang baut maksimal 1.60
mm (1/16 inci) lebih besar dari diameter baut. Kontraktor tidak boleh membuat lubang baru di
lapangan tanpa seijin Konsultan Pengawas.
5. Pembuatan lubang baut harus memakai bor, untuk konstruksi yang tipis, maksimum 10 mm,
boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan api sama sekali tidak
diperkenankan.
Spesifikasi Teknis Struktur | 27

6. Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan dengan kunci momen torsi yang
sebelumnya sudah dikalibrasi, sebagai berikut :
Diameter Baut
(inci)
(mm)

12
5/8
16

19
7/8
22
1
25
1 1/8
28
1
32
1
38

(lbs.ft)
90
180
320
470
710
960
1.350
2.580

Torsi

(kg.m)
12,454
24,908
44,287
65,038
98,249
132,844
186,872
357,018

7. Setiap pengencangan baut harus dilakukan sampai mencapai gaya tarik baut sesuai dengan
spesifikasi AISC. Pelaksanaannya harus diawasi secara langsung oleh Konsultan Pengawas.
8. Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih dapat paling
sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan pada ulir baut
tersebut. Panjang baut yang tidak memenuhi syarat ini harus diganti dan tidak boleh
digunakan.
9. Untuk menghindarkan adanya baut yang belum dikencangkan maka baut-baut yang sudah
dikencangkan harus diberi tanda dengan cat.

Spesifikasi Teknis Struktur | 28

SPESIFIKASI TEKNIS

KEGIATAN
PEKERJAAN
LOKASI
TAHUN ANGGARAN
No.
A

: PEMELIHARAAN RUTIN / BERKALA GEDUNG KANTOR


: KONSTRUKSI FISIK REHABILITASI GEDUNG KANTOR
Jl. Basuki Rahmad No. 1 - Samarinda
: 2016

Jenias Pekerjaan
PEKERJAAN STRUKTUR BETON DAN BAJA

Spesifikasi Teknis

Keterangan

1 Tanah timbunan biasa

Memenuhi syarat sebagai tanah timbunan

ex. Lokal

2 Semen

Jenis II SII 0013-81

ex. Tonasa / setara

Ni-8 ( Type I )

ASTM : S.400
3 Beton

4 Besi Beton
5 Bekisting
6 Waterproofing

Atap

- Struktur Primer

Mutu beton K-250 dan K-275 (ready mix)

- Screeding

Mutu beton K-175

- dia. < 12 mm

U-24

- Struktur Sekunder

- dia. > 12 mm
- Pondasi

- Plywood 9 mm, 3 mm

ex. Hanil / Setara


ex. Lokal

- Lantai dan dinding toilet,

Waterproofing system coating

ex. Fosroc / Setara

- Plat dak beton

Waterproofing system membran

ex. Fosroc / Setara

tandon air

- Penutup atap

- Assesories

- Material
- Perhitungan sruktur

- Zincalume 0.40 mm TCT

- Screw C TEKS 12-14 x 45 HGS

- Screw CSP 10-16 x 16 HWFS

ex. BlueScope Lysaght / Setara

ex. BlueScope Lysaght / Setara

ex. BlueScope Lysaght / Setara

baja profil

ex. KS / Setara

- baja, dilapis zinc, aluminium dan silicone alloy

ex. BlueScope Lysaght / Setara

CNP 150.75.4,5 mm

- tebal canal 0,75 mm ( minimal )


- Computerized

jaminan konstruksi seumur bangunan ,


dilengkapi sertifikat dari produsen

Spesifikasi Teknis Struktur

ex. Hanil / Setara

- Plywood 9 mm, 3 mm

- Gording
Rangka atap baja ringan

U-40

ex. Lokal

- Strukur Beton Atas

- Rangka atap
8

Mutu beton K-175

ex. Lokal

PERSYARATAN TEKNIS MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL


1.

UMUM

Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis ini. Apabila ada klausul dari persyaratan ini
yang dituliskan kembali dalam persyaratan teknis ini, berarti menuntut perhatian khusus pada klausulklausul tersebut dan bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat umum.
1.2.

PERATURAN DAN ACUAN

Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu kepada Peraturan daerah
maupun Nasional, Keputusan Menteri, Assosiasi Profesi Internasional, Standar Nasional maupun
Internasional yang terkait. Pelaksana Pekerjaan dianggap sudah mengenal dengan baik standard dan
acuan nasional maupun internasional dari Amerika dan Australia dalam spesifikasi ini. Adapun standar
atau acuan yang dipakai, tetapi tidak terbatas, antara lain seperti dibawah ini :
1.2.1. Listrik Arus Kuat (L.A.K)

SNI-04-0227-1994 tentang Tegangan Standar.

SNI-04-0255-200 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik.

SNI-03-7015-2004 tentang Sistem Proteksi Petir pada Bangunan.

SNI-03-6197-2000 tentang Konversi Energi Sistem Pencahayaan.

SNI-03-6574-2001 tentang Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah dan
Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan.

SNI-03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada


Bangunan.

SNI-03-7018-2004 tentang Sistem Pasokan Daya darurat


1.2.2. Listrik Arus Lemah (L.A.L)

SNI-03-3985-2000 tentang Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran.

KepMen PU 10/KPTS/2000 tg. 1-03-2000 tentang Ketentuan Teknis Pengaman


Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

UU No. 32/1999 tentang Telekomunikasi dgn PP No. 52/2000 tentangTelekomunikasi


Indonesia.

Wolsey, Planning for TV Distribution System


Wisi, CATV System Refference
Sony, CATV Equipment

National, Cable Master Antenna System


AVE, VOE, PI, UIL
1.2.3. Plambing
Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 1

Peraturan Daerah (PERDA) setempat

Peraturan-peraturan Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum

Perencanaan & Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan Nurbambang & Morimura.


Pedoman Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 atau edisi terakhir.
SNI 03-6481-2000 atau edisi terakhir tentang Sistem Plambing
1.3.

GAMBAR-GAMBAR

a. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang


saling melengkapi dan sama mengikatnya.

b. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedangkan
pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada,
petunjuk instalasi dari pabrik pembuat dan mempertimbangkan juga kemudahan
pengoperasian serta pemeliharaannya jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
c. Gambar-gambar Arsitek, Struktur dan Interior serta Specialis lainnya (bila ada) harus dipakai
sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail finishing instalasi.

d. Sebelum pekerjaan dimulai, Pelaksana Pekerjaan harus mengajukan gambar kerja dan detail,
Shop Drawing kepada Konsultan Pengawas untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih
dahulu sebanyak 3 (tiga) set. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut, Pelaksana
Pekerjaan dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan
instalasi ini. Persetujuan tersebut tidak berarti membebaskan Pelaksana Pekerjaan dari
kesalahan yang mungkin terjadi dan dari tanggung jawab atas pemenuhan kontrak.

e. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus membuat gambar-gambar terinstalasi, As-built


Drawings disertai dengan Operating Instruction, Technical and Maintenance Manual, harus
diserahkan kepada Konsultan Pengawas pada saat penyerahan pertama pekerjaan dalam
rangkap 5 (lima) terdiri dari atas 1 (satu) asli kalkir berikut diskettenya dan 4 (empat) cetak
biru dan dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran
A0 atau A1 atau disebutkan lain dalam proyek ini. As-built Drawing ini harus benar-benar
menunjukkan secara detail seluruh instalasi M & E yang ada termasuk dimensi perletakan
dan lokasi peralatan, gambar kerja bengkel, nomor seri, tipe peralatan dan informasi lainnya
sehingga jelas.
f. Operating Instruction, Technical and Maintenance Manuals harus cetakan asli (original) berikut
terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebanyak 5 (lima) set dan dijilid dan dilengkapi
dengan daftar isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A4.

1.4.

KOORDINASI

Pelaksana Pekerjaan instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Pelaksana Pekerjaan
lainnya, agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan
a.
b.

Koordinasi yang baik perlu ada agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan
instalasi lain.

Apabila dalam pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi dari Konsultan
Pengawas, sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibat menjadi
tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan ini.
Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 2

1.5.

1.6.

RAPAT KOORDINASI LAPANGAN

Wakil Pelaksana Pekerjaan harus selalu hadir dalam setiap rapat koordinasi proyek yang diatur
oleh Konsultan Pengawas. Peserta rapat koordinasi harus mengetahui situasi dan kondisi
lapangan serta bisa memberi keputusan terhadap sebagian masalah.
PERALATAN DAN MATERIAL

Semua peralatan dan bahan harus baru dan sesuai dengan brosur yang dipublikasikan, sesuai
dengan spesifikasi yang diuraikan, maupun pada gambar-gambar rencana dan merupakan
produk yang masih beredar dan diproduksi secara teratur.
1.6.1.
1.

2.

Persetujuan Peralatan dan Material

Dalam jangka waktu 2 (dua) minggu setelah menerima Surat Perintah Kerja (SPK), dan
sebelum memulai pekerjaan instalasi peralatan maupun material, Pelaksana Pekerjaan
diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan. Daftar ini
harus dibuat rangkap 4 (empat) yang didalamnya tercantum nama-nama dan alamat
manufacture, catalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana antara lain :
-

Manufacturer Data

Performance Data

Quality Assurance

Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak jelas cukup


detail sehubungan dengan pemenuhan spesifikasi.
Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu table atau kurva yang meliputi
informasi yang diperlukan dalam menyeleksi peralatan - peralatan lain yang ada
kaitannya dengan unit tersebut.

Suatu pembuktian dari pabrik pembuat atau distributor utama terhadap kualitas dari
unit berupa produk dari unit ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah dipasang di
beberapa lokasi dan telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu dengan baik.

Persetujuan oleh Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas akan diberikan atas
dasar atau sesuai dengan ketentuan diatas.

1.6.2.

1.6.3.

Contoh Peralatan dan Material

1. Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan contoh bahan-bahan yang akan


dipasang kepada Konsultan Pengawas paling lama 2 (dua) minggu setelah daftar
material disetujui. Semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan
pengembalian contoh-contoh ini adalah menjadi tanggungan Pelaksana
Pekerjaan.

2. Konsultan Pengawas tidak bertanggung jawab atas contoh bahan yang akan
dipakai dan semua biaya yang tidak berkenaan dengan penyerahan dan
pengambilan contoh / dokumen ini.

Peralatan dan Bahan Sejenis

Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 3

1.6.4.

Untuk peralatan dan bahan sejenis yang fungsi penggunaannya sama harus
diproduksi pabrik (bermerk), sehingga memberikan kemungkinan saling dapat
dipertukarkan.
Penggantian Peralatan dan Material

1. Semua peralatan dan bahan yang diajukan dalam tender sudah memenuhi
spesifikasi, walaupun dalam pengajuan saat tender kemungkinan ada peralatan
dan bahan belum memenuhi spesifikasi, tetapi tetap harus dipenuhi sesuai
spesifikasi bila sudah ditunjuk sebagai Pelaksana Pekerjaan pelaksana pekerjaan.

2. Untuk peralatan dan bahan yang sudah memenuhi spesifikasi, karena suatu hal
yang tidak bisa dihindari terpaksa harus diganti, maka sebagai penggantinya harus
dari jenis setaraf atau lebih baik ( equal or better ) yang disetujui.

1.6.5.

1.
2.

3. Bila Konsultan Pengawas membuktikan bahwa penggantinya itu betul setaraf atau
lebih baik, maka biaya yang menyangkut pembuktian tersebut harus ditanggung
oleh Pelaksana Pekerjaan.
Pengujian dan Penerimaan

Khusus peralatan utama, harus ditest dahulu oleh Pemilik dan didampingi Konsultan
Perencana di pabrik masing-masing yang sebelumnya sudah ditest oleh pabrik yang
bersangkutan dan disetujui untuk dikirim ke lapangan.

Semua peralatan-peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini dikirim dan dipasang dan
telah memenuhi ketentuan-ketentuan pengetesan dengan baik, Pelaksana Pekerjaan harus
melaksanakan pengujian secara keseluruhan dari peralatan - peralatan yang terpasang,
dan jika sudah ditest dan memenuhi fungsi-fungsinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dari kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan peralatannya dapat diserahkan
berdasarkan Berita Acara oleh Konsultan Pengawas.

1.6.6.

Perlindungan Pemilik

Atas penggunaan bahan / material, sistem dan lain-lain oleh Pelaksana

pekerjaan, Pemilik dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan
yuridis lainnya.
1.7. IJIN-IJIN

Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh biaya yang
diperlukannya menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
1.7.1.

Pelaksanaan pemasangan

a. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Pelaksana Pekerjaan


harus menyerahkan gambar kerja dan detailnya kepada Konsultan Pengawas
dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui. Yang dimaksud gambar kerja disini adalah
gambar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan, lengkap dengan dimensi
peralatan, jarak peralatan satu dengan lainnya, jarak terhadap dinding, jarak pipa
terhadap lantai, dinding dan peralatan, dimensi aksesoris yang dipakai. Konsultan
Pengawas berhak menolak gambar kerja yang tidak mengikuti ketentuan tersebut
diatas.
Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 4

b. Pelaksana Pekerjaan diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran /


kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila terdapat keraguankeraguan, Pelaksana Pekerjaan harus segera menghubungi Konsultan Pengawas
untuk berkonsultasi.
c. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas peralatan yang sebelumnya tidak
dikonsultasikan dengan Konsultan Pengawas, apabila terjadi kekeliruan maka hal
tersebut menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan. Untuk itu pemilihan
peralatan dan material harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas
atas rekomendasi Konsultan Perencana.
d. Pada beberapa peralatan tertentu ada asumsi yang digunakan konsultan dalam
menentukan performnya, asumsi-asumsi ini harus diganti oleh Pelaksana Pekerjaan
sesuai actual dari peralatan yang dipilih maupun kondisi lapangan yang tidak
memungkinkan. Untuk itu Pelaksana Pekerjaan wajib menghitung kembali
performanya dari peralatan tersebut dan memintakan persetujuan kepada
Konsultan Pengawas.

1.7.2.

Penambahan / Pengurangan / Perubahan Instalasi

1. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana karena penyesuaian dengan


kondisi lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Konsultan
Perencana dan Konsultan Pengawas.
2. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan
yang ada kepada Konsultan Pengawas sebanyak rangkap 3 (tiga) set yang akan
dikirim oleh Konsultan Pengawas kepada Konsultan Perencana.

3. Perubahan material dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Pelaksana Pekerjaan


kepada Konsultan Pengawas secara tertulis dan jika terjadi pekerjaan tambah /
kurang / perubahan yang ada harus disetujui oleh Konsultan Perencana dan
Konsultan Pengawas secara tertulis.
1.7.3.

1.7.4.

Sleeves dan inserts

Semua sleeves menembus lantai beton untuk instalasi sistem elektrikal harus
dipasang oleh Pelaksana Pekerjaan. Semua inserts beton yang diperlukan untuk
memasang peralatan, termasuk inserts untuk penggantung ( hangers ) dan penyangga
lainnya harus dipasang oleh Pelaksana Pekerjaan.
Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran

1. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam


pelaksanaan instalasi ini serta mengembalikannya ke kondisi semula, menjadi
lingkup pekerjaan Pelaksana Pekerjaan instalasi ini.

2. Pembobokan / pengelasan / pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada


persetujuan dari pihak Konsultan Pengawas secara tertulis.
1.7.5.

Pengecatan
Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 5

Semua peralatan dan bahan yang dicat, kemudian lecet karena pengangkutan atau
pemasangan harus segera ditutup dengan dempul dan dicat dengan warna yang
sama, sehingga nampak seperti baru kembali.
1.7.6.

Penanggung Jawab Pelaksanaan

a. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab


pelaksanaan yang ahli dan berpengalaman yang harus selalu ada di lapangan,
yang bertindak sebagai wakil dari Pelaksana Pekerjaan dan mempunyai
kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan bertanggung jawab penuh
dalam menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh Konsultan Pengawas.

b. Penanggung jawab tersebut diatas juga harus berada ditempat pekerjaan pada saat
diperlukan / dikehendaki oleh Konsultan Pengawas.

1.8. PENGAWASAN

a. Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah dilakukan oleh Konsultan
Pengawas.

b. Konsultan Pengawas harus dapat mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian
pekerjaan, bahan dan peralatan. Pelaksana Pekerjaan harus mengadakan fasilitasfasilitas
yang diperlukan.

c. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengamatan Konsultan
Pengawas adalah tetap menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.

d. Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas harian diluar jam-jam kerja ( 08.00 sampai
dengan 16.00 ), dan hari libur maka segala biaya yang diperlukan untuk hal tersebut menjadi
beban Pelaksana Pekerjaan yang perhitungannya disesuaikan dengan peraturan pemerintah.
Permohonan untuk mengadakan pengawasan tersebut harus dengan surat yang disampaikan
kepada Konsultan Pengawas.
e. Ditempat pekerjaan, Konsultan Pengawas menempatkan petugas-petugas pengawas yang
bertugas setiap saat untuk mengawasi pekerjaan Pelaksana Pekerjaan, agar pekerjaan dapat
dilaksanakan atau dilakukan sesuai dengan isi surat perjanjian Pelaksanaaan Pekerjaan serta
dengan cara-cara yang benar dan tepat serta cermat.

1.9. LAPORAN-LAPORAN
1.9.1.

Laporan Harian dan Mingguan

1. Pelaksana Pekerjaan wajib membuat laporan harian dan mingguan yang memberikan
gambaran mengenai:
Kegiatan fisik

Catatan dan perintah Konsultan Pengawas yang disampaikan secara lisan maupun tertulis.
Jumlah material masuk / ditolak.

Jumlah tenaga kerja dan keahliannya


Keadaan cuaca

Pekerjaan tambah / kurang

Prestasi rencana dan yang terpasang


Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 6

2. Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan setelah ditandatangani oleh
manajer proyek harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk diketahui / disetujui.
1.9.2. Laporan Pengetesan

1. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dalam
rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal-hal sebagai berikut :
Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi.
Hasil pengetesan mesin atau peralatan
Hasil pengetesan kabel

Hasil pengetesan kapasitas aliran udara, kuat arus, tegangan, tekanan, dll.

2. Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan oleh
Konsultan Pengawas.
1.10. PEMERIKSAAN RUTIN DAN KHUSUS

a. Pemeriksaan rutin dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Pelaksana Pekerjaan
instalasi ini secara periodik dan tidak kurang dari tiap 2 (dua) minggu, atau ditentukan lain oleh
Konsultan Pengawas.

b. Pemeriksaan khusus dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Pelaksana Pekerjaan
instalasi ini, apabila ada permintaan dari pihak Konsultan Pengawas dan atau bila ada
gangguan dalam instalasi ini.
1.11. KANTOR PELAKSANA PEKERJAAN, LOS KERJA DAN GUDANG

a. Pelaksana Pekerjaan diharuskan untuk membuat kantor, gudang dan los kerja dihalaman
tempat pekerjaan, untuk keperluan pelaksanaan tugas administrasi lapangan, penyimpanan
barang / bahan serta peralatan kerja dan sebagai area / tempat kerja (peralatan pekerjaan
kasar), dimana pelaksanaan tugas instalasi berlangsung.
b. Pembuatan kantor, gudang dan los kerja ini dapat dilaksanakan bila terlebih dahulu
mendapatkan ijin dari pemberi tugas / Konsultan Pengawas.
1.11.1. Penjagaan

a. Pelaksana Pekerjaan wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menerus
selama berlangsungnya pekerjaan atas bahan, peralatan, mesin dan alat-alat kerja yang
disimpan di tempat kerja ( gudang lapangan )

b. Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang tersebut diatas,
menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.
1.11.2. Air kerja
a. Semua kebutuhan air yang diperlukan dalam setiap bagian pekerjaan dan sebagainya harus
disediakan oleh pihak Pelaksana Pekerjaan.
b. Apabila menggunakan sumber air yang sudah ada (eksisting) harus dilengkapi dengan
meter air, dan berkoordinasi dengan Konsultan Pengawas terlebih dahulu.

Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 7

1.11.3. Penerangan dan Sumber Daya / listrik kerja


a. Pada kantor, los kerja, gudang dan tempat-tempat pelaksanaan pekerjaan yang
dianggap perlu, harus diberi penerangan yang cukup.

b. Daya listrik baik untuk keperluan penerangan maupun untuk sumber tenaga /daya kerja
harus diusahakan oleh Pelaksana Pekerjaan. Bila menggunakan daya listrik dari bangunan
existing, harus dilengkapi dengan KWh meter dan berkoordinasi dengan Konsultan
Pengawas terlebih dahulu.

1.11.4. Kebersihan dan Ketertiban

a. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, kantor, gudang, los kerja dan tempat
pekerjaan dilaksanakan dalam bangunan, harus selalu dalam keadaan bersih.

b. Penimbunan / penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam gudang maupun diluar
(halaman), harus diatur sedemikian rupa agar memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak
mengganggu pekerjaan dari bagian lain.
c. Peraturan-peraturan yang lain tentang ketertiban akan dikeluarkan oleh Konsultan
Pengawas pada waktu pelaksanaan.

1.12. KECELAKAAN DAN PETI PPPK

a. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini, maka
Pelaksana Pekerjaan diwajibkan segera mengambil segala tindakan guna kepentingan si
korban atau para korban, serta melaporkan kejadian tersebut kepada instansi dan
departement yang bersangkutan / berwenang (dalam hal ini Polisi dan Department Tenaga
Kerja) dan mempertanggung jawabkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan pertolongan pertama pada
kecelakaan harus selalu ada di tempat pekerjaan.

1.13. TESTING DAN COMMISSIONING

a. Pelaksana Pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning yang
dianggap perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik
dan dapat memenuhi semua persyaratan yang diminta, sesuai dengan prosedur testing dan
commissioning dari pabrik pembuat dan instansi yang berwenang

b. Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut
merupakan tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan termasuk daya listrik untuk testing.

1.14. MASA PEMELIHARAAN DAN SERAH TERIMA PEKERJAAN

a. Peralatan dan sistem instalasi ini harus digaransi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak saat
penyerahan pertama.

b. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender sejak saat penyerahan pertama, bila Konsultan Pengawas / Pemberi Tugas
menentukan lain, maka yang terakhir ini yang akan berlaku.
c. Selama masa pemeliharaan, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih
merupakan tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan sepenuhnya.
Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 8

d. Selama masa pemeliharaan ini, untuk seluruh instalasi ini Pelaksana Pekerjaan diwajibkan
mengatasi segala kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.

e. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Pelaksana Pekerjaan instalasi tidak melaksanakan
teguran dari Konsultan Pengawas atas perbaikan / penggantian / penyetelan yang
diperlukan, maka Konsultan Pengawas berhak menyerahkan perbaikan / penggantian /
penyetelan tersebut kepada pihak lain atas biaya Pelaksana Pekerjaan instalasi ini.

f. Selama masa pemeliharaan ini, Pelaksana Pekerjaan instalasi harus melatih petugaspetugas
yang ditunjuk oleh Pemilik dalam teori dan praktek sehingga dapat mengenali sistem
instalasi dan dapat melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaannya.
g. Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti
pemeriksaan dengan hasil yang baik yang ditandatangani bersama oleh Pelaksana
Pekerjaan dan Konsultan Pengawas.
h. Pada waktu unit-unit mesin tiba di lokasi, maka Pelaksana Pekerjaan harus menyerahkan
daftar komponen / part list seluruh komponen yang akan dipasang dan dilengkapi dengan
gambar detail / photo dari masing-masing komponen tersebut, lengkap dengan manualnya.
Daftar komponen tersebut diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan Pemberi Tugas
masing-masing 1 (satu) set.
i. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah :

Berita acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam

keadaan baik, ditandatangani bersama oleh Pelaksana Pekerjaan dan Konsultan


Pengawas.

Semua gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) beserta Operating Instruction,
Technical dan Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4
(empat) copy telah diserahkan kepada Konsultan Pengawas.

1.15. GARANSI
Setiap sertifikat pengetesan harus diserahkan oleh pabrik pembuatnya. Bila peralatan
mengalami kegagalan dalam pengetesan-pengetesan yang disyaratkan didalam spesifikasi
teknis ini, maka pabrik pembuat bertanggung jawab terhadap peralatan yang diserahkan,
sampai peralatan tersebut memenuhi syarat-syarat, setelah mengalami pengetesan ulang dan
sertifikat pengetesan telah diterima dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
1.16. TRAINING

Sebelum penyerahan pertama pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan harus menyelenggarakan


semacam pendidikan dan latihan serta petunjuk praktis operasi kepada orang yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas tentang operasi dan perawatan lengkap dengan 3 copies buku Operating
Maintenance, Repair Manual dan As-built drawing, segala sesuatunya atas biaya Pelaksana
Pekerjaan.

SPESIFIKASI TEKNIS INSTALASI MEKANIKAL


2.

PEKERJAAN PLAMBING
Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 9

2.1. Umum

Yang dimaksud disini dengan pekerjaan instalasi mekanikal plambing secara keseluruhan adalah
pengadaan, transportasi, pembuatan, pemasangan, peralatan- peralatan bahan- bahan utama dan
pembantu serta pengujian, sehingga diperoleh instalasi yang lengkap dan baik sesuai dengan
spesifikasi, gambar dan bill of quantity.
2.2. Uraian Pekerjaan

Lingkup pekerjaan secara garis besar sebagai berikut :


1.

Instalasi Sistem Air Bersih

3.

Instalasi Sistem Air Hujan

2.
4.

Instalasi Sistem Air Kotor

Instalasi Sistem Air Bekas

2.3. Gambar Kerja

Sebelum kontraktor melaksanakan suatu bagian pekerjaan lapangan, akan menyerahkan gambar kerja
antara lain sebagai berikut:

Denah tata ruang dan detail pemasangan dari peralatan utama, perlengkapan dan fixtures.

Detail denah perpipaan

Detail penempatan sparing, sleeve yang menembus lantai, atap, tembok dll.

Detail denah perkabelan

Detail lain yang diminta oleh Pemberi Tugas.

2.4. Gambar Instalasi Terpasang

Setiap tahapan penyelesaian pekerjaan, kontraktor akan memberi tanda sesuai jalur

terpasang pada Re-Kalkir gambar tender maupun gambar kerja, sehingga pada akhir penyelesaian
pemasangan sudah tersedia gambar terpasang yang mendekati keadaan sebenarnya.

3.

SISTEM PERPIPAAN

3.1. SPESIFIKASI PERPIPAAN


3.1.1. U m u m

Lingkup pekerjaan sistem perpipaan meliputi :


1. Pipa

2. Sambungan
3. Katup

4. Strainer

5. Sambungan fleksibel
Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 10

6. Penggantung dan penumpu


7. Sleeve

8. Lubang pembersihan
9. Galian

10. Pengecatan

11. Pengakhiran
12. Pengujian

13. Peralatan Bantu


3.1.2. Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter minimal dari pipa dan letak serta arah dari
masing- masing sistem pipa.

3.1.3. Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan atau spesifikasi dipasang terintegrasi dengan
kondisi bangunan dan menghindari gangguan dengan bagian lainnya.
3.1.4. Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air karat dan stress
sebelum, selama dan sesudah pemasangan.

3.1.5. Khusus pipa dan perlengkapan dari bahan plastik, selain disebut diatas harus juga
terlindung dari cahaya matahari.

3.1.6. Semua barang yang dipergunakan harus jelas menunjukkan identitas pabrik pembuat.

3.2. PERSYARATAN PEMASANGAN

3.2.1. Umum
1. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan,
kerapihan, ketinggian yang benar minimum 250 mm dari lantai, serta memperkecil
banyaknya penyilangan.

2. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari 50 mm di
antara pipa-pipa atau dengan bangunan & peralatan.
3. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum dipasang,
membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/ runcing serta penghalang lainnya.

4. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang diperlukan


antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya, sesuai dengan fungsi
sistem dan yang diperlihatkan dalam gambar.
5. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi dengan
water mur atau flens.

6. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-sambungan cabang pada


pekerjaan perpipaan harus mempergunakan fitting buatan pabrik.
7. Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus seperti berikut, kecuali
seperti diperlihatkan dalam gambar.
a. Di bagian dalam toilet

Garis tengah 50 mm2 - 100 mm2 atau lebih kecil : 1 % - 2 %


Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 11

b. Di bagian dalam bangunan

Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 %

c. Di bagian luar bangunan

Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1 %

8.

9.

Garis tengah 200 mm atau lebih besar : 1 %

Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun ke arah titik


buangan.Pipa pembuangan dan ven harus disediakan guna mempermudah pengisian
maupun pengurasan. Untuk pembuatan vent pembuangan hendaknya dicari titik
terendah dan dibuat cekung.
Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan
penggantian. Pegangan katup (valve handled) tidak boleh menukik.

10. Sambungan-sambungan fleksibel pada sistem pemipaan harus dipasang sedemikian


rupa dan angkur pipa secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan pada
pipa atau alat-alat yang dihubungkan oleh gaya yang bekerja ke arah memanjang.

11. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah pompa
dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan. Katup-katup dan fittings
pada pemipaan demikian harus ukuran jalur penuh.
12. Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan pengarah-pengarah
pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta perenggangan terjadi pada
alat-alat tersebut, sesuai dengan permintaan & persyaratan pabrik.

13. Selubung pipa harus disediakan di mana pipa-pipa menembus dinding, lantai,
balok, kolom atau langit-langit. Di mana pipa-pipa melalui dinding tahan api, celah
kosong di antara selubung dan pipa-pipa harus dipakai dengan bahan rock-wool atau
bahan tahan api yang lain, kemudian harus ditambahkan sealant agar kedap air.
Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam pekerjaan
perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan
menggunakan caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda-benda lain.
14. Untuk setiap pipa yang menembus dinding harus menggunakan pipa flexible
untuk melindungi dari vibrasi akibat terjadinya penurunan struktur gedung.

15. Semua galian, harus juga termasuk pengurugan serta pemadatan kembali sehingga
kembali seperti kondisi semula.
- Kedalaman pipa air minum minimum 60 cm di bawah permukaan tanah.

- Semua pipa diberi lapisan pasir yang telah dipadatkan setebal 15-30 cm untuk
bagian atas dan bagian bawah pipa dan baru diurug dengan tanah tanpa batu-batuan
atau benda keras yang lain.

- Untuk pipa di dalam tanah pada tanah yang labil, harus dibuat dudukan beton pada
jarak 2 - 2,5 m dan pada belokan-belokan atau fitting-fitting.

16. Instalasi pekerjaan pipa jaringan luar diletakkan pada struktur bangunan.
17. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik .

Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 12

18. Setiap perubahan arah aliran untuk perpipaan air kotor yang membentuk sudut 90 ,
harus digunakan 2 buah elbow 45 dan dilengkapi dengan clean out serta arah dan
jalur aliran agar diberi tanda.
3.2.2. Penggantung dan Penumpu Pipa
1.

Pemipaan harus ditumpu atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel dengan
tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau
perenggangan pada jarak yang tidak boleh melebihi jarak yang diberikan dalam tabel
berikut ini :

Jenis Pipa

PVC

Catatan :

Ukuran Pipa (mm)

Batas Maximum Ruang


Interval mendatar
(m)

Interval tegak (m)

50

0,6

0,9

80

0,9

1,2

100

1,2

1,5

150

1,8

2,1

Bila dalam suatu kelompok pipa yang terdiri dari bermacam-macam ukuran, maka jarak interval
yang dipergunakan harus berdasarkan jarak interval pipa ukuran terkecil yang ada.
2. Penunjang atau Penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut ini :
a. Perubahan perubahan arah Titik percabangan.

b. Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang sejenis.

3. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut :
a. Diameter Batang

Ukuran Pipa Batang

Sampai 20 mm 6 mm

25 mm s/d 50 mm 9 mm

65 mm s/d 80 mm 13 mm

200 mm s/d 300 mm 15 mm


Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 13

300 mm atau lebih besar1 Dihitung dengan factor keamanan 5


Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari table diatas

Penunjang pipa lebih dari 2 Dihitung dengan factor keamanan 5 terhadap kekuatan
puncak.

b. Bentuk gantungan.

Untuk air dingin : Split ring type atau Clevis type.

4. Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa tegak.
3.2.3. Cara pemasangan pipa dalam tanah.

1. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.

2. Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda- benda keras/ tajam.

3. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar galian dengan
adukan semen.
4. Urugan pasir sekeliling dasar pipa dan dipadatkan.

5. Pipa yang telah tersambung diletakkan di atas dasar pipa.


6. Dibuat blok beton setiap interval 2 meter.

7. Pipa yang melintasi jalan kendaraan, pada urugan pipa bagian atas harus dilindungi plat
beton bertulang setebal 10 cm yang dipasang sedemikian rupa sehingga plat beton tidak
bertumpu pada pipa dan tidak mengganggu konstruksi jalan, kemudian baru ditimbun
dengan baik sampai padat.
3.2.4. Sambungan lem

1. Penyambungan antara pipa dan fitting PVC, mempergunakan lem yang sesuai
dengan jenis pipa, sesuai rekomendasi dari pabrik pipa.

2. Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, maka untuk ini harus dipergunakan alat
press khusus. Selain itu pemotongan pipa harus menggunakan alat pemotong khusus
agar pemotongan pipa dapat tegak lurus terhadap batang pipa.

3. Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti spesifikasi dari pabrik pipa.
3.2.5. Sambungan yang mudah dibuka

Sambungan ini dipergunakan pada alat- alat saniter sebagai berikut :

Antara Lavatory Faucet dan Supply Valve


Pada waste fitting dan Siphon.

Pada sambungan ini kerapatan diperoleh dengan adanya paking dan bukan seal threat.
3.2.6. Pemasangan katup-katup Pelepasan Tekanan.

Katup-katup Pelepasan Tekanan harus disediakan di tempat-tempat yang mungkin timbul


kelebihan tekanan.
Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 14

3.3.

PENGUJIAN

1. Sebelum dilakukan testing dilakukan dahulu :


a. Pemeriksaan sebagian- sebagian.

b. Pemeriksaan setelah pemasangan.

2. Tujuannya untuk mengetahui apa konstruksi dan fungsinya serta sistem sudah
memenuhi dan sesuai dengan rencana.

a. Pemborong harus melakukan pengujian terhadap setiap jenis alat.

b. Pipa yang akan ditanam atau dipasang di luar harus dites terlebih dahulu sebelum
diurug, dengan bagian perbagian, dengan tekanan 1 1/2 x tekanan kerja selama 1 jam
tanpa ada penurunan tekanan (antara 10 kg/cm2) dan dilanjutkan pengujian per
sistem.

c. Setelah alat plambing dipasang, dites selama 2 menit tanpa penurunan tekanan,
berlaku untuk umum kecuali untuk monoblock dan faucet dan ditentukan oleh
pengawas.

d. Tangki air setelah dibersihkan harus diuji selama 24 jam tanpa ada penurunan tinggi
air.

e. Setelah pipa dan tangki diuji, dibersihkan dan dilakukan desinfeksi sesuai PPI dengan
sisa kadar chloor 0,2 ppm atau lebih, baik yang di pipa atau di tangki.
f. Setelah itu dibersihkan ( dibilas ) dengan air bersih.

g. Pengisian pipa dengan air dilakukan sedikit demi sedikit dengan pompa khusus untuk
pengetesan.

h. Untuk mengetahui setiap alat berfungsi sesuai perencanaan, dilakukan pengujian


sistem aliran sampai tercapai pengukuran yang diminta dalam perencanaan seperti
kapasitas pompa, kebisingan pompa ( 60 dB ), tekanan air keluar kran dia.0,3
kg/cm2 ) dan lain-lain.
i. Semua pengetesan disaksikan oleh Pemberi Tugas dan akan dikeluarkan sertifikat
oleh Pemberi Tugas.

4.

SISTEM INSTALASI TATA UDARA

4.1. KETENTUAN UMUM YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISTEM TATA UDARA


4.1.1. Umum

Pasal-pasal di bawah ini menjelaskan secara umum ketentuan- ketentuan yang perlu diikuti untuk
semua bagian- bagian yang dalam pelaksanaannya berhubungan dengan instalasi tata udara. Gambargambar dan spesifikasi adalah ketentuan spesifik yang saling melengkapi dan sama mengikatnya.
4.1.2. Publikasi code dan Standard

Publikasi, code dan standard yang berlaku di Indonesia wajib dijadikan pedoman untukinstalasi maupun
peralatan. Untuk Publikasi, Code atau Standard yang belum ada diIndonesia, Pemborong wajib
Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 15

mengikuti Standard codes atau Publikasi International yang berlaku dan merupakan edisi terakhir
antara lain seperti :
- SMACNA 85

- ASHRAE - Guide and Data Book


- NFPA - 90A
- ARI

- AMCA
- CTI

- Dan lain- lain standard yang berlaku untuk bagian-bagian peralatan yang belum tercantum diatas.
4.1.3. Kondisi Perancangan
1. Kondisi udara luar

- Temperatur 35 C

- Relative Humidity 65 %

2. Kondisi dalam ruangan yang di kondisikan


- Temperatur 20 C 2 C

- Relative Humidity 55 % 5 % RH

3. Noise Criteria

- Ruang Rapat 30 - 40 NC
- Ruang Kerja 35 - 45 NC

4.1.4. Perlindungan Kebakaran.

Semua peralatan maupun instalasi yang mengharuskan diperlukan tahan terhadap api dalam jangka
waktu tertentu, maupun terhadap penyebaran api disebabkan adanya celah-celah antara pipa atau duct
dengan dinding atau lantai harus menggunakan material yang sesuai untuk tujuan tersebut.

4.1.5. Instalasi

1. Umum.

Semua peralatan dan alat-alat bantu harus dipasang sesuai dengan cara-cara

pemasangan yang secara teknis praktis, baik dan dapat dipertanggung jawabkan serta
sesuai dengan petunjuk dan instruksi pada brosur atau publikasi yang dikeluarkan
pabrik dari peralatan ataupun alat- alat bantu tersebut.
2. Landasan Peralatan.

Semua landasan untuk peralatan dan motor, ukurannya sedemikian rupa sehingga

tidak ada bagian- bagian peralatan maupun motor yang berada diluar landasan. Berat
peralatan diartikan berat dalam operasinya.
3. Platforms.

Untuk peralatan seperti fan dan sejenis yang menggantung dan duduk pada suatu
Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 16

platform, maka platform harus diperkuat dengan suatu frame besi kanal (siku) yang dilas
atau dibautkan, atau dikeling ke frame sehingga cukup kuat, kaku dan tidak bergetar
dalam operasinya.
4.1.6. Penetrasi Atap

Semua bagian instalasi yang menembus atap seperti duct, pipa, venting harus dilengkapi dengan
pinggiran beton ( curb ) sekeliling bagian bagian instalasi tersebut sehingga konstruksinya betul
betul kedap air.

4.1.7. Pencapaian Peralatan Untuk Service.

Semua peralatan ataupun peralatan bantu dalam prinsip pemasangannya harus mudah untuk bisa
diamati, di service dan mudah dicapai dalam perbaikan, termasuk juga accessories duct seperti
damper, filter dll. Untuk itu kontraktor dalam pemasangannya wajib memperhatikan posisi yang terbaik
dari peralatan dan accessories tsb, sehingga tujuan yang dimaksud tercapai.

Disamping itu kontraktor harus mengusulkan kepada Direksi (bila belum ditunjukkan pada gambar)
pintu-pintu service (acces panel), untuk setiap peralatan dan accessories yang berada dalam shaft atau
ceiling yang memerlukannya, beserta ukuran dan lokasi yang tepat.
Bila dalam gambar rencana sudah ditunjukkan ada acces panel yang diperlukan, maka

penggeseran untuk posisi yang tepat dari acces panel tsb sehubungan dengan letak peralatan /
accessories dan kaitannya dengan arsitek/interior perlu dibicarakan dengan Direksi untuk disetujui.
4.1.8. Perlindungan Peralatan, Bahan.

Menjadi tanggung jawab dan keharusan bagi kontraktor untuk melindungi peralatan-peralatan, bahanbahan baik yang sudah, maupun belum terpasang bila diperkirakan bisa rusak, cacat ataupun
mengganggu situasi sekitarnya ataupun oleh alam (hujan, debu, pasir, lembab) ataupun oleh bahanbahan kimia sekitarnya.

Sebelum penyerahan, instalasi dibersihkan atau ditest dan diajust kembali untuk membuktikan bahwa
peralatan dan bahan beroperasi dengn baik. Peralatan dan bahan yang rusak atau cacat karena tidak
dilakukan perlindungan yang benar adalah merupakan bagian instalasi yang tidak bisa diterima (serah
terima belum 100%).
4.1.9. Anti Karat

- Semua peralatan bantu instalasi, yang berasal dari besi dan sebelumnya tidak diperlakukan
untuk anti karat ( semacam penggantung, dudukan, landasan, flens dan lain sebagainya)
harus dicat dengan cat anti karat, yaitu zinchromate dan selanjutnya cat finish dengan warna
yang ditentukan.

- Semua baut, mur dan washer haruslah zinc electroplated.

- Landasan penyangga peralatan (steel bases), seluruhnya harus bersih dari bebas
las-lasan, dicat dasar dengan zinchromate dan cat akhir (finish) 2 lapis.

4.1.10. Sleeve, peralatan yang tertanam didinding.

Peralatan bantu, sleeve dan lain-lain yang diperlukan tertanam atau menembus
Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 17

concrete atau tembok harus dipasang dan dilengkapi sesuai petunjuk dagang. Untuk itu ukuran, posisi
yang disiapkan untuk keperluan tsb harus dikonsultasikan dengan Direksi dan disertai gambar
detail.Semua ducting atau pipa tembus dinding harus menggunakan sleeve dengan clereance 20 mm
jika duct atau pipa berisolasi, clereance tetap dibutuhkan 20 mm antara isolasi dan sleeve menembus
atap harus diperpanjang 200 mm diatas atap lantai.
4.1.11. Penomoran, Nama Peralatan/Accessories

Semua peralatan terpasang dan accessoriesnya harus diberi code nama peralatan dan nomor, sesuai
seperti yang dicantumkan pada daftar peralatan atau data sheet atau sabagai tercantum pada gambar
rencana. Bila ada peralatan atau accessories yang belum mempunyai kode nama dan nomor,
kontraktor wajib mengusulkan kepada Direksi dan semua ini sudah harus tercantum dalam as built
drawing.

SPESIFIKASI TEKNIS INSTALASI ELEKTRIKAL


1.

PEKERJAAN LISTRIK ARUS KUAT

1.1. UMUM

a. Setiap Pelaksana Pekerjaan yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari seluruh
Dokumen Kontrak dengan teliti untuk mengetahui kondisi yang berpengaruh pada pekerjaan ini.
b. Pelaksana Pekerjaan harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan peralatan
yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
c. Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang

dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Pelaksana
Pekerjaan untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut, sehingga sesuai dengan ketentuan
pada RKS ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.

1.2. LINGKUP PEKERJAAN

a. Pengadaan, pemasangan dan pengaturan dari perlengkapan dan bahan yang disebutkan dalam
gambar atau Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, antara lain :
Sistim penerangan secara lengkap termasuk di dalamnya pengkawatan dan konduit, titik
nyala lampu, armature, saklar dan seluruh stop-kontak.

Kabel feeder untuk panel penerangan dan panel-panel tenaga

Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 18

Panel-panel penerangan, Panel-panel tenaga, Panel Distribusi Utama (PDTR) secara lengkap.
Pengadaan dan pemasangan peralatan kontrol berikut panelnya.
Pekerjaan pentanahan / grounding

b. Pengadaan, pemasangan dan mengecek ulang atas design, baik yang telah disebutkan dalam
gambar / Rencana Kerja dan Syarat-syarat maupun yang tidak disebutkan namun secara umum
/ teknis diperlukan untuk memperoleh suatu sistim yang sempurna, aman, siap pakai dan
handal.
c. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengujian, dan pengesahan seluruh instalasi listrik yang
terpasang.
d. Menyerahkan gambar instalasi yang terpasang (As-built drawings).

1.3. KETENTUAN BAHAN dan PERALATAN


1.3.1. Panel Tegangan Rendah

1. Panel-panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang harus ada
seperti yang ditunjukkan pada gambar. Panel-panel yang dimaksud untuk beroperasi
pada 220/380V, 3 phasa, 4 kawat, 50 Hz dan solidly grounded dan harus dibuat
mengikuti standard PUIL, IEC, VDE/DIN, BS, NEMA dan sebagainya.

2. Panel-panel harus dibuat dari plat besi setebal 2 mm dengan rangka besi dan
seluruhnya harus di zinchromate dan di duco 2 kali dan harus di cat dengan cat bakar,
warna dan cat akan ditentukan kemudian oleh pihak Owner. Pintu panelpanel harus
dilengkapi dengan master key.
3. Konstruksi dalam panel-panel serta letak dari komponen-komponen dan sebagainya
harus diatur sedemikian rupa sehingga perbaikan-perbaikan, penyambunganpenyambungan pada komponen dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu
komponen-komponen lainnya.

4. Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan keperluannya
dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Spare space harus disediakan seusai
gambar.
5. Body / badan panel harus ditanahkan secara sempurna.
6. Komponen panel :
Accessories

Bus bar, terminal terminal, isolator switch dan perlengkapan lainnya harus buatan pabrik
dan berkualitas dan dipasang di dalam panel dengan kuat dan tidak boleh ada bagian
yang bergetar.
Busbar

Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-S-T, 1
busbar netral dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar harus diperhitungkan
dengan besar arus yang mengalir dalam busbar tersebut tanpa menyebabkan kenaikkan
suhu lebih besar dari 65 C.Untuk itu penampang busbar harus sesuai ketentuan dalam
PUIL.
Setiap busbar copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN, dimana lapisan warna
busbar tersebut harus tahan terhadap panas yang timbul.
Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 19

Bus bar adalah batang tembaga murni dengan minimum conduktivitas 98%, rating
amper sesuai gambar.
Bus bar harus dicat sesuai dengan kode warna dalam PUIL sebagai berikut :
Phasa : Merah, Kuning dan Hitam
Netral : Biru

Ground : Hijau / Kuning

Circuit breaker

Penggunaan MCCB untuk :


- Outgoing pada PDTR

- Incoming pada panel beban sampai dengan minimal 20A 1 phase


- Breaking capasity sesuai dengan gambar perencanaan.

Penggunaan MCB :
- Outgoing pada

Circiuit breaker harus dari tipe automatic trip dengan kombinasi thermal dan
instantaneouse magnetic unit

Main Circuit Breaker dari setiap panel emergensi harus dilengkapi shunt trip terminal.
Alat Ukur

Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam kotak tahan
getaran. Untuk Ampermeter dan Voltmeter dengan ukuran 96 x 96 mm dengan skala
linier dan ketelitian 1% dan bebas pengaruh induksi serta bersertifikat tera dari LMK /
PLN ( minimum 1 buah untuk setiap jenis alat ukur). Komponen-komponen pengukuran
yang dipakai : KW meter, Ampermeter, Voltmeter, Frequency Meter, Cos Phi Meter
1.3.2. Lighting Fixtures

a. Reccessed Mounted (RM)

Rumah lampu terbuat dari plat baja/besi tebal minimal 0.5 mm dengan cat powder
coating warna putih.

Reflector dibuat dari alumunium mirror tebal 0.45 mm.

Louver dibuat dari alaumunium anodized double mirror (M4)

Daya yang dipakai adalah sesuai dengan gambar perencanaan.

Tabung lampu yang dapat dipakai adalah Seri 84 (Natural White) TL-D atau sesuai
dengan persetujuan Pemberi Tugas.

b. Lampu TL Balk

Rumah lampu terbuat dari plat baja/besi tebal minimal 0.3 mm dengan cat powder
coating warna putih.

Tabung lampu yang dapat dipakai adalah Seri 84 (Natural White) TL-D atau sesuai
dengan persetujuan Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

c. Lampu Baret

Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 20

Rumah lampu terbuat dari plat baja/besi tebal minimal 0.7 mm dengan cat powder
coating warna putih

Cover terbuat dari acrylic tebal 3.0 mm

Tabung lampu yang dapat dipakai adalah Seri 84 (Natural White) atau sesuai dengan
persetujuan Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

d. Lampu Tabung ( Down Light )

Lighting fixtures harus dilengkapi dengan reflector alluminium tebal minimal 1.2 mm.
Braket penggantung terbuat dari plat baja tebal 0.8 mm finishing
Lamp holder menggunakan standard E - 27.
Diameter dari kap lampu minimal 150 mm.

Lampu yang dipakai dari jenis lampu incandescent dan PLC atau sesuai gambar.
Contoh harus disetujui oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

e. Lampu Wastafel (GMS)

Rumah lampu terbuat dari plat baja/besi tebal minimal 0.5 mm dengan cat powder
coating warna putih

Cover terbuat dari acrylic tebal 2.0 mm

Tabung lampu yang dapat dipakai adalah Seri 84 (Natural White) atau sesuai dengan
persetujuan Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.

f. Lampu Exit

Rumah lampu dari plat baja/besi tebal minimal 0.5 mm dengan cat powder coating
warna putih.

Frame terbuat dari allumunium extrusion tanpa cat dengan tebal 1.1 mm.
Cover terbuat dari acrylic dengan tebal 2.0 mm.

Tabung lampu yang dapat dipakai adalah jenis Cool Daylight / 54 atau sesuai dengan
persetujuan Pemberi Tugas .

Lampu harus dilengkapi dengan nicad battery.

g. Lampu Taman

Casing luar terbuat dari acrylic opal tebal 3 mm.

Tiang terbuat dari pipa baja diameter 1 1/4 1 dengan cat khusus.
Braket tiang terbuat dari plastik pabrikan.
Fitting lampu standard E-27.

Lampu yang digunakan jenis Inscandescesnt Lamp.

h. Lampu Emergency

Sesuai dengan gambar perencanaan yang dilengkapi dengan nicad battery dengan
kapasitas mem back-up lampu minimal sampai dengan 2 jam.

1.3.3. Kotak-Kontak dan Saklar

a. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipasang pada dinding tembok bata adalah

tipe pemasangan masuk / inbow ( flush mounting ).


Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 21

b. Kotak-kontak biasa (inbow) yang dipasang mempunyai rating 13 A dan mengikuti


standard VDE, sedangkan kotak-kontak khusus tenaga (outbow) mempunyai rating 15 A
dan mengikuti standard BS (3 pin) dengan lubang bulat.
c. Flush-box ( inbow doos ) untuk tempat saklar, kotak-kontak dinding dan push button
harus dipakai dari jenis bahan blakely atau metal.

d. Kotak-kontak dinding yang dipasang 300 mm dari permukaan lantai kecuali ditentukan
lain dan ruang-ruang yang basah / lembab harus jenis water dicht (WD) sedang untuk
saklar dipasang 1,500 mm dari permukaan lantai atau sesuai gambar

1.3.4. Konduit

Konduit instalasi penerangan yang dipakai adalah dari jenis PVC High Impact. Factor
pengisian konduit harus mengikuti ketentuan pada PUIL.

1.3.7. Rak kabel / cable Tray

a. Rak kabel terbuat dari plat digalvanis dan buatan pabrik, ukurannya disesuaikan dengan
kebutuhan.
b. Penggantung dibuat dari Hanger Rod, jarak antar penggantung maximum 1 meter.
Penggantung harus rapi & kuat sehingga bila ada pembebanan tidak akan berubah
bentuk. Penggantung harus dicat dasar anti karat sebelum dicat akhir dengan warna
abu-abu.
c. Bahan bahan untuk rak kabel dan penggantung harus buatan pabrik.

1.4. PERLENGKAPAN INSTALASI

- Perlengkapan instalasi yang dimaksud adalah material-material untuk melengkapi instalasi agar
diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan, handal dan mudah perawatan.

- Seluruh klem kabel yang digunakan harus buatan pabrik.

- Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam junction box / doos,warna kabel harus
sama.

- Juction box / doos yang digunakan harus cukup besar dan dilengkapi tutup pengaman.
1.5. PERSYARATAN TEKNIS PEMASANGAN
1.5.1. Panel-panel

a. Sebelum pemesanan/pembuatan panel, harus mengajukan gambar kerja untuk


mendapatkan persetujuan perencana dan Konsultan Pengawas.

b. Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuat dan harus rata
( horizontal ).
c. Letak panel seperti yang ditunjukan dalam gambar, dapat disesuaikan dengan kondisi
setempat.
Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 22

d. Untuk panel yang dipasang tertanam ( inbow ) kabel - kabel dari / ke terminal panel
harus dilindungi pipa PVC High Impact yang tertanam dalam tembok secara kuat dan
teratur rapi. Sedangkan untuk panel yang dipasang menempel tembok ( outbow ), kabelkabel dari / ke terminal panel harus melalui tangga kabel.

e. Penyambungan kabel ke terminal harus menggunakan sepatu kabel ( cable lug ) yang
sesuai.
f. Ketinggian panel yang dipasang pada dinding (wall-mounted) = 1,600 mm dari lantai
terhadap as panel.

g. Setiap kabel yang masuk / keluar dari panel harus dilengkapi dengan gland dari karet
atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang tajam.
h. Semua panel harus ditanahkan.

1.5.2. Kabel Kabel

a. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas dan
tidak mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah beban.
b. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan phasenya sesuai dengan ketentuan PUIL.

c. Kabel daya yang dipasang horizontal / vertical harus dipasang pada tangga kabel, diklem
dan disusun rapi.
d. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada Tdoos untuk
instalasi penerangan.
e. Untuk kabel dengan diameter 16 mm atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel
untuk terminasinya.
f. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm atau lebih harus mempergunakan
alat press hidraulis yang kemudian disolder dengan timah pateri.

g. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi lainnya harus
ditanam lebih dalam dari 50 cm dan diberikan pelindung pipa galvanis dengan
penampang minimum 2 kali penampang kabel.

h. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus dibuatkan sleeve
dari pipa galvanis dengan penampang minimum 2 kali penampang kabel.

i. Semua kabel yang dipasang di atas langit-langit harus diletakkan pada suatu rak kabel.
j. Kabel penerangan yang terletak di atas rak kabel harus tetap di dalam konduit.

k. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam kotak terminal
yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan konduitnya dan dilengkapi dengan
skrup untuk tutupnya dimana tebal kotak terminal tadi minimum 4 cm. Penyambungan
kabel menggunakan las doop.
l. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m disetiap
ujungnya.
m. Penyusunan konduit di atas rak kabel harus rapih dan tidak saling menyilang.

n. Kabel tegangan rendah yang akan dipasang harus mempunyai serifikat lulus uji dari PLN
yang terutama menjamin bahan isolasi kabel sudah memenuhi persyaratan.

Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 23

o. Pengujian dengan Megger harus tetap dilaksanakan dengan nilai tahanan isolasi
minimum 500 kilo ohm.

Instalasi Kabel Bawah Tanah

Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman 100 cm minimum, dimana sebelum
kabel ditanam ditempatkan lapisan pasir setebal 15 cm dan di atasnya diamankan
dengan batu bata press sebagai pelindungnya. Lebar galian minimum adalah 40 cm
yang disesuaikan dengan jumlah kabel. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan
atau jalan atau instalasi lainnya harus ditanam lebih dalam dari 50 cm dan diberikan
pelindung pipa galvanis dengan penampang minimum 2 kali penampang kabel.

Pada route kabel setiap 25 m dan disetiap belokan harus ada tanda arah jalannya kabel.
Penanaman kabel harus memenuhi peraturan yang berlaku dan persyaratan yang
ditunjukan dalam gambar / RKS. Kabel tidak boleh terpuntir dan diberi label yang
menunjukan arah disetiap jarak 1 meter. Tidak diperkenankan melakukan pengurugan
sebelum Konsultan Pengawas memeriksa dan menyetujui perletakan kabel tersebut.

Setelah pengurugan selesai setiap 15 meter harus dipasang patok beton 20 x 20 x 60


cm dan bertuliskan KABEL TANAH. Patok-patok ini dicat kuning dan bertulisan merah.
Kabel-kabel yang menembus dinding atau lantai harus menggunakan pipasleeve, pipa
ini minimal dari Metal ( Pipa GIP ). Penyambungan kabel feeder tidak diperbolehkan.
Kabel harus utuh menerus tanpa sambungan. Kabel tidak boleh dibelokan dengan radius
kurang dari 15 x diameternya. Di atas belokan tersebut diletakan patok beton bertuliskan
KABEL TANAH dan arah belok. Penanaman tidak boleh dilakukan di malam hari.
Instalasi Kabel Tenaga

Letak pasti dari peralatan atau mesin-mesin di sesuaikan dengan gambar dan kondisi
setempat apabila terjadi kesukaran dalam menentukan letak tersebut dapat meminta
petunjuk Konsultan Pengawas.

Pelaksana Pekerjaan wajib memasang kabel sampai dengan peralatan tersebut, kecuali
dinyatakan lain dalam gambar.
Tarikan kabel yang melalui trench harus diatur dengan baik / rapi sehingga tidak saling
tindih dan membelit.
Tarikan kabel yang menuju peralatan yang tidak melalui trench atau yang menelusuri
dinding ( outbow ) harus dilindungi dengan pipa pelindung.

Agar diusahakan pipa pelindung tidak bergoyang maka harus dilengkapi dengan klemklem dan perlengkapan penahan lainnya, sehingga Nampak rapi.

Pada setiap sambungan ke peralatan harus menggunakan pipa fleksibel. Pada setiap
belokan pipa pelindung yang lebih besar dari 1 inchi harus menggunakan pipa fleksibel,
belokan harus dengan radius min. 15 x diameter kabel. Kabel yang ada di atas harus
diletakkan pada rak kabel dan warna kabel harus disesuaikan dengan phasanya. Semua
kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas dan tidak
mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah beban. Setiap kabel daya pada ujungnya
harus diberi isolasi berwarna untuk mengidentifikasikan phasenya sesuai dengan PUIL.
Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga kabel (cable ladder),
diklem dan disusun rapi. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan.
Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 24

Untuk kabel dengan diameter 16 mm atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel
untuk terminasinya. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm atau lebih harus
mempergunakan alat press hidraulis yang kemudian disolder dengan timah pateri.
Untuk kabel feeder yang dipasang didalam trench harus mempergunakan kabel support
minimum setiap 50 cm. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan
kurang lebih 1 m disetiap ujungnya.
1.5.3. Kotak Kontak dan Saklar

a. Kotak-kontak dan saklar yang akan dipakai adalah tipe pemasangan masuk dan
dipasang pada ketinggian 300 mm dari level lantai untuk kontak - kontak dan 1.500 mm
untuk saklar atau sesuai gambar detail.
b. Kotak-kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab / basah harus dari
tipe water dicht ( bila ada ).

c. Kotak-kontak yang khusus dipasang pada kolom beton harus terlebih dahulu
dipersiapkan sparing untuk pengkabelannya disamping metal doos tang harus terpasang
pada saat pengecoran kolom tersebut.

1.5.4. Pentanahan (Grounding)

a. Sistem pentanahan harus memenuhi peraturan yang berlaku dan persyaratan yang
ditunjukan dalam gambar / RKS.

b. Seluruh panel dan peralatan harus ditanahkan. Penghantar pentanahan pada panelpanel menggunakan BCC dengan ukuran min. 6 mm dan max. 95 mm, penyambungan
ke panel harus menggunakan sepatu kabel (cable lug).
c. Dalamnya pentanahan minimal 12 meter dan ujung elektroda pentanahan harus
mencapai permukaan air tanah, agar dicapai harga tahanan tanah (ground resistance)
dibawah 2 (dua) ohm, yang diukur setelah tidak hujan selama 3 (tiga) hari berturut-turut.

d. Pengukuran Pentanahan tanah dilaksanakan oleh Pelaksana Pekerjaan setelah


mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Pengukuran ini harus disaksikan
Konsultan Pengawas.
1.6. PENGUJIAN

a. Sebelum semua peralatan utama dari system dipasang, harus diadakan pengujian secara
individual. Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah dilengkapi dengan sertifikat pengujian
yang baik dari pabrik pembuat dan LMK / PLN serta instansi lainnya yang berwenang untuk itu.
Setelah peralatan tersebut dipasang, harus diadakan pengujian secara menyeluruh dari system
untuk menjamin bahwa system berfungsi dengan baik.Semua biaya yang timbul dari
pelaksanakan pengujian menjadi tanggung jawab Pelaksana Pekerjaan.

b. Test meliputi :

Test Beban Kosong ( No Load Test )


Test Beban Penuh ( Full Load Test )

Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 25

1.7. NO LOAD TEST

Test ini dilakukan tanpa beban artinya peralatan di test satu per satu seperti missal pengujian Instalasi
0,6/1 KV (Kabel Tegangan Rendah) :

Pengukuran tahanan isolasi dengan megger 1,000 Volt

Pengukuran tahanan instalasi dengan megger 1,000 Volt


Pengukuran tahanan pentanahan

Dan harus diberikan hasil test berupa Laporan Pengetesan / hasil pengujian pemeriksaan. Apabila
hasil pengujian dinyatakan baik, maka test berikutnya harus dilaksanakan secara keseluruhan ( Full
Load Test ).

1.8. FULL LOAD TEST (TEST BEBAN PENUH)

Test beban penuh ini harus dilaksanakan Pelaksana Pekerjaan sebelum penyerahan
pertama pekerjaan. Test ini meliputi :

Test nyala lampu-lampu dengan nyala semuanya.

Test pompa-pompa seluruhnya, yang dilaksanakan bersama-sama sub pekerjaan pompa pompa.
Test peralatan (beban) lainnya.

Lamanya test ini harus dilakukan 3 x 24 jam non stop dengan beban penuh, dan semua biaya dan
tanggung jawab teknik sepenuhnya menjadi beban Pelaksana Pekerjaan, dengan schedule /
pengaturan waktu oleh Konsultan Pengawas.
Hasil test harus mendapat pengesahan dari Perencana dan Konsultan Pengawas.

Selesai test 3 x 24 jam harus dibuatkan Berita Acara test jam untuk lampiran penyerahan pertama
pekerjaan.
PRODUK INSTALASI LISTRIK ARUS KUAT

Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Pelaksana Pekerjaan dimungkinkan untuk mengajukan
alternatif lain yang setaraf dengan yang dispesifikasikan. Pelaksana Pekerjaan baru dapat mengganti bila ada
persetujuan resmi dan tertulis dari Konsultan Pengawas.

Spesifikasi Teknis Mekanikal dan Elektrikal| 26

SPESIFIKASI TEKNIS

KEGIATAN
PEKERJAAN
LOKASI
TAHUN ANGGARAN
No.
C

: PEMELIHARAAN RUTIN / BERKALA GEDUNG KANTOR


: KONSTRUKSI FISIK REHABILITASI GEDUNG KANTOR
Jl. Basuki Rahmad No. 1 - Samarinda
: 2016

Item Pekerjaan

Pipa air Bersih


Pipa air Kotor
Pipa air Hujan
Pipa air Bekas

2 Pompa

- Pompa air

3 Septictank

Merk

PEKERJAAN MEKANIKAL

1 Plumbing

Jenis

- PVC AW
- PVC AW
- PVC AW
- PVC AW

- Rucika / Setara
- Rucika / Setara
- Rucika / Setara
- Rucika / Setara

- Water Pump ( 1 Phase ) Kap. 120 l/menit


head. 30 m

- Sanyo / Ebara

- Pasangan bata / beton

- ex. Lokal

- NYM 3 x 2,5 mm
- NYM 3 x 2,5 mm
- NYM 3 x 2,5 mm
- NYM 3 x 2,5 mm
- NYY 4 x 50 mm

- Supreme / Setara
- Supreme / Setara
- Supreme / Setara
- Supreme / Setara
- Supreme / Setara

PEKERJAAN ELEKTRIKAL
ELEKTRIKAL ( LISTRIK )

1 Komponen Panel

- Panel AC 12 Grup

2 Kabel

Instalasi Penerangan
Instalasi Stop Kontak
Instalasi Kabel Power AC
Instalasi Exhaust Fan
Penghubung antar panel

3 Conduit

- Ega, Clipsal / Setara

4 Las dop

- 3M, Legrand

5 Stop kontak

- Biasa
- Stop Kontak AC

- Panasonic / Setara
- Panasonic / Setara

6 Saklar

- Saklar Double
- Saklar Triple
- Saklar Tunggal

- Panasonic / Setara
- Panasonic / Setara
- Panasonic / Setara

Spesifikasi Teknis Mekanikal Elektrikal

Anda mungkin juga menyukai