Anda di halaman 1dari 29

BAB I

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1.1 Definisi
Gonore merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae. Pada umumnya penularan terjadi melalui hubungan
seksual secara genito-genital, oro-genital atau ano-genital. Tetapi dapat juga
terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan
sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore genital dan
gonore ekstra genital.

1.2 Sinonim
Gonore sering disebut sebagai penyakit kencing nanah, uretritis spesifik
dan disingkat sebagai GO.
1.3 Sejarah
Gonore merupakan suatu penyakit tertua yang dikenal sejak awal
peradaban manusia. ia menyebut gonore akut sebagai nyeri kencing dan
sebagai akibat dari kesenangan venus.seorang dkter romawi yang bernama
celsus mengetahui mengeni gonore dan komplikasinya dengan baik dan ia
melakukan kateterisasi pada penderita stirktur uretra. Galen menemukan pada
abad ke 2 mengenai istilah gonore yang ia maksudkan sebagai aliran semen.
Dokter dokter jaman romawi dan yunani lainnya meresepkan berbagai
perawatan untuk gonore termasuk tidak melakukan hubungan seksual dan
membasuh mata bayi baru lahir.pemahaman gonore menjadi lebih jelas
setelah penemuan Neiser pad tahun 1879 tenyang Neiserria gonorrheae pada
hapusan yang dicat dari uretra,vagina dan konjungtiva. Dan pada tahu 1882
organisme tersebut dapat dibiakkan oleh leistiko dan lofler. Abad ke 20
ditandai dengan penemuan obat obat yang amandan efektif untuk
gonore.pada tahun 1962 ditemukan media thayer martin yang meningkatkan
diagnosis gonore.
1.4 Epidemiologi

Diperkirakan terdapat sekitar 60 juta kasus baru setiap tahun di seluruh


dunia. Di United States, setiap tahunnya dilaporkan lebih dari 700.000 orang
baru mendapatkan infeksi gonore. Namun, hanya sebagian dari yang
terinfeksi yang melapor ke Centers for Disease Control and Prevention
(CDC). Pada tahun 2008, WHO memperkirakan 106 juta kasus gonore terjadi
secara global diantara orang dewasa. Di Eropa, gonore merupakan penyakit
infeksi bakteri terbanyak kedua setelah infeksi klamidia yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Angka kejadian penyakit ini untuk sebagian besar
negara tidak diketahui karena pengawasan dan sistem pelaporan yang kurang,
tetapi

secara

luas

dianggap

bahwa

angka

kejadian

penyakit

dan

komplikasinya jauh lebih tinggi di negara-negara berkembang seperti di


Afrika, Asia, dan Amerika Latin.
Seperti penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) lainya, angka kejadian
infeksi tertinggi terjadi pada anak muda, terutama pada wanita remaja dan
pria umur dua puluhan. Angka kejadian infeksi juga meningkat pada
kelompok usia yang lebih tua. Prevalensi gonore terbanyak pada populasi
kulit hitam, dan pada pria yang berhubungan seksual dengan pria. Sosioekonomi, faktor perilaku dan pola seksual campuran, mempengaruhi
penyebarannya. Gonore memiliki infektivitas tinggi dan mudah menular
sebelum timbulnya gejala.
1.5 Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada
tahun 1879 dan baru berhasil dilakukan kultur pada tahun 1882 oleh
LEISTIKOW. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria, terdapat 4
spesies, yaitu N.gonorrhoeae dan N.meningitidis yang bersifat patogen serta
N.catarrhalis dan N.pharyngis sicca yang sukar dibedakan kecuali dengan tes
fermentasi.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi dengan sisi
yang datar berhadap-hadapan berukuran lebar 0,8 dan panjang 1,6 bersifat
tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat Gramnegatif, terlihat diluar dan didalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas,
cepat mati dalam keadan kering, tidak tahan suhu diatas 39C, dan tidak tahan

desinfektan. Neisseria gonorrhoeae dapat dibiakkan dalam media Thayer


Martin dengan suhu optimal 35-37 C, pH 6,5-7,5 dengan kadar CO2 5%.

Gambar 1.1.

Neisseria
gonorrhoeae

Kellog

membedakan

Neisseria gonorrhoeae berdasarkan pertumbuhan koloninya pada media agar,


yaitu :

T1 bentuk koloninya kecil, cembung dan leih terang


T2 bentuk koloninya kecil, lebih gelap, tapi lebih terang
T3 bentuk koloninya besar, datar dan lebih gelap
T4 sama dengan T3 tetapi lebih terang
Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang

mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak
mempunyai pili yang bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa
epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah mukosa epitel kuboid
atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada vagina
perempuan sebelum pubertas.
1.6 Mikrobiologi
Dengan mikroskop elektron, dinding Neisseria gonorrhoeae terlihat
memiliki komponen-komponen permukaan yang diduga berperan pada
patogenesis virulensinya.

Gambar 1.2.

Mikrobiologi

Neisseria

gonorrhoeae

Komponen permukaan tertentu mulai dari lapisan dalam ke luar dengan


susunan sebagai berikut :
1. Membran sitoplasma
Membran ini menghasilkan

beberapa

enzim

seperti

suksinat

dehidrogenase, laktat dehidrogenase, NADH dehidrogenase dan ATPase.


2. Lapisan peptidoglikan
Lapisan ini mengandung beberapa jenis asam amino seperti pada
kuman gram negatif lainnya. Lapisan ini mengandung penicilline
binding component yang merupakan sasaran antibiotik penisilin dalam
proses kematian kuman. Terjadi hambatan sintesis dinding sel, sehingga
kuman akan mati.
3. Membran luar (dinding sel)
Membran ini terdiri atas beberapa komponen yang terpenting adalah :
Lapisan polisakarida
Lapisan ini memegang peranan dalam virulensi dan patogenesis
kuman Neisseria gonorrhoeae.
Pili
Pili merupakan bagian dinding sel gonokokus yang mempunyai
rambut, berbentuk batang dan terdiri dari subunit protein sekitar
1.800 dalton. Pili ini dihubungkan dengan patogenitas kuman
yang sangat berperan dalam perlekatan (adhesi) pada sel mukosa
dan penyebaran kuman dalam inang.
Protein
Porin protein (por)
Dengan teknik elektroforesis dapat ditemukan protein pada
lapisan dinding sel gonokokus dengan berat sekitar 34-36
kilo Dalton yang dikenal dengan porin protein (Por). Fungsi
dari Por ini adalah sebagai penghubung anion spesifik
kedalam lapisan yang banyak mengandung lemak pada
membran luar.
Opacity protein (Opa)
Protein ini banyak ditemukan pada daerah perlekatan sel
yang mempunyai kemampuan menyesuaikan perubahan
panas sel, membantu perlekatan antar sel dalam koloni atau
dengan sel epitel. Protein ini berukuran antara 24-28 K
Dalton.

Reduction Modifiable Protein (RMP)


Semua Neisseria patogen mempunyai protein RMP dengan
beratmolekul 30-31 K Dalton. Protein ini memegang peranan
penting karena dapat memblokade antibodi yang ada dalam
serum.
H, 8 protein
Perenan protein ini sampai sekarang belum diketahui dengan
pasti.
Lipo Oligosakarida (LOS)
Semua glukosa mengekspresikan LOS pada permukaan selnya.
Komponen ini berperan dalam menginvasi sel epitel, dengan cara
memproduksi endotoksin yang menyebabkan kematian sel
mukosa.
Ig A1 protease
Komponen ini berperan dalam inaktivasi pertahanan imun
mukosa. Hilangnya IgA1 protease menyebabkan hilangnya
kemampuan gonokokus untuk tumbuh dalam sel epitel.
1.7 Patogenesis
infeksi gonore umumnya hanya terbatas pada permukaan superfisial yang
berlapis epitel silindris kubis. Epitel skuamosa dimana terdapat pada vagina
dewasa,tidak rentan terhadap infeksi neisseria gonorrheae.bakteri melekat pada sel
epitel kolumnar,melakukan penetrasi dan bermultiplikasi di membran bawah
(basement membrane).perlekatan ini diperantarai oleh fimbriae dan protein
opa.bakteri melekat pada mikrofili dari sel epitel kolumnar.perlekatan pada sel
bersilia tidak terjadi.setelah itu bakteri dikelilingi oleh mikrofili yang akan
menariknya ke permukaan sel mukosa.bakteri masuk ke sel epitel melalui proses
parasite directed endositosis.selama endositosis,membran sel mukosa menarik
dan mengambil sebuah vakuola yang berisi bakteri.vakuola ini ditransportasikan
ke dasar sel dimana bakteri akan dilepaskan melalui eksositosis ke dalam jaringan
subepitelial.
neisseria gonorrheae tidak dirusak dalam vakuol endositik ini,tetapi tidak
jelas apakah bakter bakteri ini breplikasi dalam vakuola sebagai parasit
intraseluler.protein porin yang terdapat pada membran luar merupakan protein
5

yang dapat memperantarai penetrasi pada sel hospes.masing masing strain dari
neiserria gonorrheae hanya mengekspresikan satu tipe por. neiserria gonorrhea
dapat memproduksi satu atau beberapa protein lapisan membran luar yang
dinamakan opa.
Selama

infeksi

gonokokus

akan

menghasilkan

berbagai

produk

ekstraseluler seperti fosfolipase peptidase yang dapat menyebabkan kerusakan sel.


Peptidoglikan dan lipooligosakarida bakteri akan mengaktifasi jalur alternatif
komplemen hospes, sementara LOS juga menstimulasi produksi tumor nekrosis
faktor yang menyebaban kerusakan sel. Neutrofil segera datang ke tempat tersebut
dan mencerna bakteri. Dengan alasan yang belum diketahui beberapa bakteri
neiserria gonorrheae mampu bertahan hidup dalam fagositosis,sampai neytrofil
mati dan melepaskan bakteri yang dicerna. Setelah itu infiltrasi sejumlah leukosit
dan respon neutrifil menyebabkan terbentuknya pus dan munculnya gejala
subyektif.

Gambar 1.3. Patogenesis Gonore


1.8 Gejala Klinis
Masa inkubasi sangat singkat, pada laki-laki umumnya bervariasi
antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena
penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup
atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Pada
perempuan masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.
Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya
dengan susunan anatomi dan faal genitalia. Oleh karena itu perlu pengetahuan
susunan anatomi genitalia laki-laki dan perempuan. Berikut ini dicantumkan
infeksi pertama dan komplikasi, baik pada laki-laki maupun pada perempuan.
Tabel 1. Infeksi pada laki-laki
Infeksi simtomatik
Uretritis

Komplikasi
Lokal :
Tysonitis
Paraureteritis
Litriasis
Cowperitis
Ascendens :
Prostatitis
Vesikulitis
Vas deferentitis/funkulitis
Epididimitis
Trigonitis

Tabel 2. Infeksi pada perempuan


Infeksi Pertama
Uretritis

Servisitis

Komplikasi
Lokal :
Parauretritis
Bartholinitis
Asendens :
Salphingitis
P.I.D (Pelvic Inflammatory
Diseases) / Penyakit Radang
Pinggul (PRP)
7

Komplikasi diseminata pada laki-laki dan perempuan dapat berupa :


Artritis
Miokarditis
Endokarditis
Perikarditis
Meningitis
Infeksi yang timbul akibat hubungan seksual orogebital atau
anogenital, pada laki-laki dan perempuan dapat berupa orofaringitis dan
proktitis. Serta dapat terjadi penularan akibat kontak mukosa mata bayi
intrapartum yang mengakibatkan konjungtivitis.
Gejala klinis pada laki-laki
a) Uretritis

Gambar 1.4. Uretritis Gonore


Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuta dan
dapat meluas ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi
lokal. Asendens dan diseminata. Keluhan subyektif berupa rasa
gatal dan panas di bagian distal uretra disekitar orifisium uretra
eksternum,

kemudisn

disusul

disuria,

keluar

duh

tubuh

mukopurulen dari orificium uretra eksternum yang kadang-kadang


disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi.
Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum
hiperemin, edema dan ektropion. Pada beberapa kasus dapat terjadi

pembesaran kelenjar getah bening inguinal medial unilateral atau


bilateral.
Gejala klinis pada perempuan
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada perempuan berbeda
dengan laki-laki, yang disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi
alat kelamin. Pada perempuan, gejala subyektif jarang ditemukan dan
hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya
perempuan datang mencari pengobatan bila sudah terjadi komplikasi.
Sebagian besar kasus ditemukan pada saat pemeriksaan antenatal atau
pemeriksaan keluarga berencana.
Perlu diingat bahwa perempuan mengalami tiga masa perkembangan :
1. Masa Prapubertas
Epitel vagina dalam keadaan belum berkembang (sangat tipis),
sehingga dapat terjadi vaginitis gonore.
2. Masa Reproduksi
Lapisan selaput lendir vagina menjadi matang, dan tebal dengan
banyak glikogen dan basil Dderlein. Basil Dderline akan
memecahkan glikogen sehingga suasana menjadi asam dan suasana
ini tidak menguntungkan untuk tumbuhnya kuman gonokok.
3. Masa Menopause
Selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen menurun, dan
basil Doderlein juga berkurang, sehingga suasana asam berkurang
dan suasana ini menguntungkan untuk pertumbuhan kuman
gonokok, jadi dapat terjadi vaginitis gonore.
Pada perempuan dewasa, infeksi umumnya mengenai serviks uteri.
Duh tubuh mukopurulen, kadang-kadang disertai darah, serta mengandung
banyak gonokok mengalir ke luar dan menyerang uretra, duktus
parauretra, kelenjar Bartholin, rektum dan dapat juga menjalar ke atas
sampai pada daerah indung telur.
a) Uretritis pada perempuan

Gambar 1.5. Uretritis Gonore pada perempuan


Gejala utama ialah disuria, kadang-kadang poliuria. Pada
pemeriksaan, orifisium uretra eksterna tampak merah, edematosa dan
ditemukannya sekret mukopurulen.
b) Servisitis

Gambar 1.6.

Servisitis

Dapat
asimtomatik,

kadang-

kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung bawah. Pada


pemeriksaan, serviks tampak hiperemis dengan erosi dan sekret
mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi
servisitis akut atau disertai vaginitis.
Diagnosis

banding

dengan

beberapa

penyakit

lain

yang

menimbulkan gejala hampir sama, perlu dipikirkan, misalnya : kehamilan


diluar kandungan, appendisitis akut, abortus septik, endometriosis, ileitis
regional, dan diverkulitits. Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan
pungsi kavum Douglas dan dilanjutkan kultur mikroorganisme atau

10

dengan laparoskopi. Infeksi gonore juga menyebabkan infeksi non-genital


seperti yang diurai berikut ini :
a) Proktitis
Proktitis pada laki-laki dan perempuan pada umumnya
asimtomatik. Pada perempuan infeksi dapat terjadi akibat perluasan
infeksi di vagina dan kadang-kadang akibat infeksi yang
ditimbulkan akibat hubungan seksual anogenital, seperti pada lakilaki yang melakukan hubungan sesama jenis. Keluhan pada
perempuan biasanya lebih ringan daripada laki-laki, terasa seperti
terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukos
hiperemis, edema, dan tertutup duh genital mukopurulen.
b) Orofaringitis
Infeksi terjadi melalui kontak seksual orogenital. Faringitis
dan tonsilitis gonore lebih sering daripada ginggivitis, stomatitis
atau laringitis. Keluhan umumnya asimtomatik. Bila ada keluhan
sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan
kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat
mukopurulen jumlah sedikit atau sedang.
c) Konjungtivitis
Infeksi ini terjadi pada bayi baru lahir dari ibu yang menderita
servisitis gonore. Konjungtivitis pada dewasa terjadi akibat
penularan pada konjungtiva melalui tangan atau alat-alat. Keluhan
yang ditimbulkan berupa fotofobi, konjungtiva bengkak dan merah
dan keluarnya eksudat mukopurulen. Bila tidak diobati dapat
berakibat terjadinya ulkus kornea, enoftalmitis hingga kebutaan.

11

Gambar 1.7. Konjungtivitis Gonore


d) Gonore diseminata
Kira-kira 1% kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore
diseminata. Penyakit ini banyak didapat pada penderita dengan
gonore asimtomatik sebelumnya, terutama pada perempuan. Gejala
yang timbul dapat berupa : artritis (terutama monoartritis),
miokarditis, endokarditis, perikarditis dan meningitis.
1.9 Pemeriksaan Penunjang
Berikut adalah uraian lima tahapan pemeriksaan penunjang :
A. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram ditemukan
gonokok Gram-negatif, intraseluler (akut) dan atau ekstraseluler
(kronik). Bahan duh tubuh pada laki-laki diambil dari daerah fossa
navikularis, sedangkan pada perempuan diambil dari uretra, muara
kelenjar Bartholin,serviks, untuk pasien dengan anamnesis beresiko
melakukan

kontak

seksual

anogenital

dan

pengambilan duh dilakukan pada faring dan rektum.

12

orogenital,

maka

Gambar

1.8.

Neisseria
gonorrhoeae pada pewarnaan gram
Sensitivitas pemeriksaan langsung ini bervariasi, pada spesimen
duh uretra laki-laki sensitivitas berkisar 90-95%, sedangkan dari
spesimen endoserviks sensitivitasnya hanya berkisar antara 45-65%,
dengan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-99%. Pada bayi dapat
dilakukan pengambilan sekret mata.
B. Kultur
Untuk identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan biakan (kultur).
Dua macam media yang dapat digunakan :
1. Media transport
Media transpor digunakan jika letak pengambilan spesimen jauh
dari laboratorium. Spesimen dalam media transpor yang disimpan
didalam lemari es dapat tahan selama 24 jam.
Contoh media transport :
Media Stuart
Merupakan media transpor saja, sehingga perlu ditanam
kembali pada media pertumbuhan.

nutritif

Gambar 1.9. Media Stuart


Media Transgrow
Media ini selektif dan

untuk N. gonorrhoeae dan N. Meningitidis,

dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan


media transpor dan media pertumbuhan, sehingga tidak
perlu ditanam pada media pertumbuhan lagi. Media ini

13

merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan


menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus spp.

Gambar 1.10.

Media

Transgrow
2. Media
pertumbuhan
Contoh media pertumbuhan :
Mc Leods chocolate agar
Merupakan media nonselektif. Berisi agar coklat, agar
serum. Selain kuman N. Gonorrhoeae, kuman-kuman yang
lain juga dapat tumbuh.

Gambar 1.11. Media Mc Leods chocolate


Media Thayer Martin

14

Media

ini

selektif

untuk

isolasi

N.

Gonorrhoeae.

Mengandung vankomisin untuk menekan kuman Grampositif, kolestrimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri
Gram-negatif, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan
jamur.

Gambar 1.12. Media Thayer Martin


Akan

tampak

koloni

berwarna

putih

keabuan,

mengkilap dan sembung. Pembiakan dengan media kultur


ini sangat perlu terutama pada kasus-kasus yang bersifat
asimtomatis
Thayer Martin Agar adalah media selektif dan
diperkaya untuk isolasi dan budidaya Neisseria sp dari flora
campuran. Hemoglobin, Bio-X dan dextrose adalah agen
nutrisi untuk memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme
pemilih. Antibiotik menghambat pertumbuhan flora normal
seperti jamur, bakteri gram positif dan gram negatif.
Campuran

vankomisin

dan

lincomycin

mencegah

penghambatan Neisseria gonorrhoeae oleh konsentrasi

15

tinggi dari vankomisin. Laktat trimetoprim menahan


kumpulan Proteus.

Modified Thayer Martin agar


Isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah
pertumbuhan kuman Proteus spp.

C. Tes identifikasi presumtif dan konfirmasi (definitif)


1. Tes Oksidase
Reagen oksidasi yang mengandung larutan

tetrametil-p-

fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok


tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan
perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi
merah muda sampai merah lembayung.
2. Tes Fermentasi
Tes oksidasi positif

dilanjutkan

dengan

tes

fermentasi

menggunakan media cystine trypticase yang mengandung


glukosa, maltosa, sukrosa dan laktosa serta fenol merah sebagai
indikator. N. Gonorrhoea hanya meragikan glukosa. Hasil positif
bila warna berubah menjadi kuning. Hasil reaksi fermentasi
spesies N. Gonorrhoea tampak pada tabel dibawah :
Tabel 3. Reaksi Fermentasi N. Gonorrhoea
Spesies
N. Gonorrhoea
N. Meningitides
N. Catarrhalis
N.

Glukosa
+
+
+

Maltosa
+
+

Sukrosa
+

Laktosa
+

Pharyngitidis
D. Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta-lakmatase dengan menggunakan cefinase TM dis.
BBL 961192 ysng mengandung chromogenic cephalosporin, akan

16

menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila


kuman mengandung enzim beta-lakmatase.

Gambar 1.13. Tes beta-laktamase


E. Tes Thomson (Percobaan dua gelas)
Tes Thomson iniberguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi
sudah berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena
pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat. Pada tes ini ada
syarat yang perlu diperhatikan :
Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
Urin dibagi dalam dua gelas
Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
Syarat mutlak adalah kandung kencing harus mengandung air seni
paling sedikit 80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml, maka
gelas II sukar dinilai karena baru menguras uretra anterior.
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Tes Thomson
Gelas I
Jernih
Keruh
Keruh
Jernih

Gelas II
Jernih
Jernih
Keruh
Keruh

17

Interpretasi
Tidak ada infeksi
Infeksi uretritis anterior
Panuretritis
Tidak mungkin

F. Tes Iodometri, asidometri dan pemeriksaan MIC untuk menentukan


Neisseria gonorrhoeae yang memproduksi penisilinase.
1.10 Diagnosis Banding
Uretritis Non-Gonore Akut
Dapat disebabkan oleh Clamydia trachomatis, Ureaplasma
urealyticum atau yang lain : Mycoplasma genitaslium, Trichomonas
vaginalis, jamur Herpes simplex virus.
Diagnosis pasti uretritis gonore harus dengan ditemukannya
kuman Neisseria gonorrhoaea sebagai penyebab. Secara klinis antara
uretritis gonore dan uretritis non-gonore sangat sulit dibedakan karena
sama-sama memberikan gejala duh tubuh uretra, disuria, atau gatal
pada uretra, kadang-kadang terdapat hematuria.
Beberapa penulis menyebutkan bahwa pada uretritis gonore duh
tubuh uretra lebih profuse dan biasanya purulen sedangkan pada
uretritis non-gonore duh tubuh uretra lebih mukoid. Inkubasi pada
uretritis gonore juga kebih pendek antara 2-5 hari setelah terpapar
sedangkan pada uretritis non-gonore berkembang antara 1-5 minggu
setelah terpapar dengan puncak antara 2-3 minggu.
1.11 Penatalaksanaan
Dalam hal tatalaksana duh tubuh uretra dan vagina perlu
dipertimbangkan ketersediaan sarana pemeriksaan pada lokasi layanan
kesehatan. Yang paling ideal adalah melakukan pemeriksaan penunjang
untuk mengetahui mikroorganisme penyebab. Oleh karena itu pada
praktisnya perlu dibedakan antara ada atau tidak adanya fasilitas
pemeriksaan mikroskopis.
Untuk daerah tanpa fasilitas pemeriksaan dan laboratorium lengkap,
tatalaksana dapat dilakukan dengan sindrom approach (pendekatan
sindrom) berupa penilaian faktor resiko, dan langsung mengobatinya untuk
kedua infeksi tersebut. Untuk lokasi layanan kesehatan yang mempunyai
fasilitas pemeriksaan dan laboratorium lengkap, pendekatannnya dapat lebih
sempurna.
Pedoman tatalaksana pada infeksi gonore :
Non-medikamentosa :

18

Bila memungkinkan periksaan dan lakukan pengobatan pada

pasangan tetap pasien (notifikasi pasangan)


Anjurkan abstinensia sampai infeksi dinyatakan sembuh sponan
secara laboratoris, bila tidak memungkinkan anjurkan penggunaan

kondom
Kunjungan ulang untuk tindak lanjut di hari ke-3 dan hari ke-7
Lakukan konseling untuk mengenal infeksi, komplikasi yang dapat

terjadi, pentingnya keteraturan obat


Lakuka Provider Initiated Testing and Counseling (PITC) terhadap
infeksi HIV dan kemungkinan mendapatkan infeksi menular seksual

lain
Bila memungkinkan lakukan pemeriksaan penapisan untuk IMS
lainnya.

Pengobatan yang benar meliputi pemilihan onat yang tepat serta dosis
yang adekuat untuk menghindari resistensi kuman, melakukan tindak lanjut
secara

teratur

sampai

penyakitnya

dinyatakan

sembuh.

Sebelum

penyakitnya benar-benar sembuh dianjurkan untuk tidak melakukan


hubungan seksual. Pasangan seksual harus diperiksa dan diobati agar tidak
terjadi fenomena pingpong.
Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga dan
ketersediaan obat dan sedikit efek toksiknya. Dahulu, pilihan utama ialah
penisilin + probenesid, kecuali di daerah yang insidens Neisseria
gonorrhoeae Penghasil Penisilinase (N.G.P.P). Saat ini secara epidemiologis
pengobatan yang dianjurkan adalah obat per oral dengan dosis tunggal. Obat
pilihan utama adalah sefiksim dosis tunggal, per oral. Macam-macam obat
yang dapat dipilih antara lain :
a) Sefiksim
Merupakan sefalosporin generasi ke-3 dipakai sebagai dosis tunggal
400mg. Efektifitas dan sensitifitas sampai saat ini paling baik, yaitu
sebesar 95%.
b) Levloksasin
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah
Levofloksasin 500mg, dosis tunggal. Sedangkan Ciprofloksasin

19

500mg, dan Ofloksasin 400mg, peroral dosis tunggal, dilaporkan


sudah resisten pada beberapa daerah tertentu, di Indonesia
c) Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram, dosis tunggal secara oral. Angka kesembuhan
ialah 97,7%. Tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan.

1.12 Prognosis
Sebagian besar infeksi gonore memberikan respon yang cepat terhadap
pengobatan dengan antibiotik. Prognosis baik jika diobati dengan cepat dan
lengkap.
1.13 Komplikasi
Komplikasi pada pria :
a) Tysonitis
Kelenjar Tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma.
Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang
panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat
berdasarkan ditemukanya butir pus atau pembengkakan pada
daerah frenulum yagn nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul
abses dan merupakan sumber infeksi laten.
b) Parauretritis
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka
atau hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus
pada kedua muara parauretra.
c) Littritis
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benangbenang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat
terjadi abses folikular. Diagnosis dengan bantuan pemeriksaan
uretroskopi.
d) Cowperitis
Bila hanya diktus yang terkena biasanya tanpa gejala,
sedangkan infeksi yang mengenai kelenjar Cowper, dapat terjadi
abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah
perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada saat defekasi

20

dan disuria. Jika tidak diobati abses akan pecah melalui kulit
perineum, uretra, atau rektum dan mengakibatkan proktitis.
e) Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan rasa tidak nyaman di daerah
perineum dan suprapubis, malese, demam, nyeri saat berkemih
hematuri, spasme otot uretra hingga terjadi retensi urin, tenesmus
ani, sulit buang air besar, serta obstipasi.
Pada pemeriksaan teraba pembesaran

prostat

dengan

konsistensi kenyal, nyeri tekanm dan didapatkan fluktuasi bila


telah terjadi abses. Jika tidak diobati, abses akan pecah, masuk ke
uretra posterior atau rektum dan mengakibatkan proktitis.
f) Vesikulitis
Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis
dan duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut
atau epididimitis akut. Gejala subyektif menyerupai gejala
prostatitis akut berupa demam, polakisuria, hematuria terminal,
nyeri pada saat ereksi atau ejakulasi.
Pada pemeriksaan colok dubur dapat diraba vesikula seminalis
yang membengkak dn keras seperti sosis, memanjang diatas lokasi
prostat. Ada kalanya sulit menentukan batas kelenjar prostat yang
membesar.
g) Vas deferentitis atau funikulitis
Gejala berupa rasa nyeri pada daerah abdomen bawah pada sisi
yang sama dengan terjadinya infeksi.
h) Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral, dan umumnya disertai
deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis
ini adalah trauma pada uretra posterior yang disebabkan oleh
tatalaksana tidak tepat atau kelalaian pasien sendiri. Epididimitits
dan tali spermatika membengkak dan teraba panas, juga testis,
sehingga menyerupai hidrokel sekunder.
Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua
epididimis dapat mengakibatkan sterilitas.

21

i) Trigonitis
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum
vesika urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria
terminal dan hematuria.
Komplikasi pada wanita :
a) Parauretritis/Skenitis
Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.
b) Bartholinitis
Labium minor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan
nyeri tekan. Kelenjar Bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila
berjalan dan pasien sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat
dapat timbul abses atau dapat pecah melalui mukosa atau kulit. Bila
kelainan tidak diobati dapat rekuren atau menjadi kista.
c) Salpingitis
Peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada
beberapa faktor predisposisi, yaitu :
Masa puerperium (nifas)
Dilatasi setelah kuratase
Pemakaian IUD, tindakan

pemasangan

AKDR

(alat

kontrasepsi dalam rahim)


Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba Fallopi sampai
pada daerah salping dan ovarium, sehingga dapat menimbulkan
penyakit radang panggul (PRP). Infeksi PRP ini dapat menimbulkan
kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10% perempuan dengan
servisitis gonore akan berakhir dengan PRP. Gejala subyektif berupa
rasa nyeri pada daerah abdomen bawah, keluarnya duh tubuh vagina,
disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.

22

BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama

: Tn. X

Umur

: 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Pekerjaan

: Swasta (dealer motor )

Alamat

: Bukittinggi

Suku

: Etnis Tionghoa

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Jumlah anak

: 2 orang

Negeri asal

: Bukittinggi

2.2 Anamnesis
Seorang pasien laki-laki berusia 45 tahun datang ke poliklinik kulit
dan kelamin RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 26 Oktober
2015 dengan :

Keluhan utama :
Keluar lendir bercampur nanah dari kemaluan sejak 3 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

23

Keluar lendir bercampur nanah sejak 3 hari yang lalu


Nyeri saat buang air kecil,nyeri hilang timbul disertai rasa panas
diujung kelamin
Riwayat berhubungan seksual dengan wanita lain sejak 1 minggu
yang lalu,tidak pakai kondom
Pasien mengatakan sudah berhubungan seksual sudak yang ketiga
kalinya dengan wanita yang berbeda beda dalam waktu 1 bulan ini.
Pasien belum pernah berobat
Nyeri pinggang tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
Pasien mengatakan dalam waktu 1 bulan ini sudah melakukan
hubungan seksual dengan istrinya,tapi belum pernah memeriksakan
istrinya.

Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah mengobati penyakit ini sebelumnya.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalisata
Keadaan umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Composmentis cooperatif

Pemeriksaan Thorax

: Diharapkan dalam batas normal

Pemeriksaan Abdomen : Diharapkan dalam batas normal

24

Status Dermatologikus
Tidak ditemukan adanya kelainan

Status Venereologikus
Orificium urethra extenum :
Eritema
Edema
Duh tubuh

: ada
: ada
: ada (purulen)

Muara kelenjar para urethra

: tidak ada kelainan

Muara kelenjar Tyson

: tidak ada kelainan

Kelainan pada genitalis

Penis
Scrotum
Testis
Epididimis
Prostat

:
:
:
:
:

tidak ada kelainan


tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan

25

Kelainan bentuk vegetasi

: tidak ada

Pembesaran KGB

: tidak ada

Nyeri tekan didaerah abdomen bawah : tidak ada


Kelainan diderah perineum

: tidak ada

Kelainan didaerah perianal

: tidak ada

Kelainan didaerah anal

: tidak ada

Kelainan bawaan

: tidak ada

Kelainan Mukosa

Tidak terdapat kelainan

Kelainan Kuku

Tidak terdapat kelainan

Kelainan Rambut

Tidak terdapat kelainan

Kelainan Kelenjar Limfe :

Tidak terdapat kelainan

2.4 Pemeriksaan Anjuran


Sediaan langsung pewarnaan gram : ditemukan Neisseria gonorhoaea

26

2.5 Diagnosis
Gonore
2.6 Diagnosis Banding
2.7 Terapi
Umum

Menghindari berhubungan seksual sebelum pasien sembuh.


Memberikan edukasi mengenai cara penularan, bahaya dan
komplikasi dari penyakit menular seksual yang dialaminya dan
pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
Pengobatan pada mitra seksual pasien
Pasien harus menjaga kebersihan didaerah kelamin
Khusus

Sistemik
Topikal

: Cefixime 400mg, dosis tunggal


: -

2.8 Prognosis
Quo ad vitam

: Bonam

Quo ad sanam

: Bonam

27

Quo ad kosmetikum

: Bonam

Quo ad functionam

: Bonam

RESEP

RSUD DR. Achmad Mochtar


Poliklinik Kulit dan Kelamin
dr. Y
SIP : 26/10/2015
Telp. (0752) 53631
Bukittinggi, 26 Oktober 2015
R/ Cefixime tab 100 mg No IV
S1dd tab IV

Pro
:
Umur :
Alamat :

Tn. X
45 tahun
Bukittinggi

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi, Sri Linuwih SW. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi
ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Adelina, Frida. 2014. Gonore. http://scribd.com. Diunduh pada tanggal
23 September 2015
3. Siregar, R.S. 2015 Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Mansjoer, Arif,dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius
5. Sulistia, dan Gunawan. 2011. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta :
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.

29

Anda mungkin juga menyukai