TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1.1 Definisi
Gonore merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae. Pada umumnya penularan terjadi melalui hubungan
seksual secara genito-genital, oro-genital atau ano-genital. Tetapi dapat juga
terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan
sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore genital dan
gonore ekstra genital.
1.2 Sinonim
Gonore sering disebut sebagai penyakit kencing nanah, uretritis spesifik
dan disingkat sebagai GO.
1.3 Sejarah
Gonore merupakan suatu penyakit tertua yang dikenal sejak awal
peradaban manusia. ia menyebut gonore akut sebagai nyeri kencing dan
sebagai akibat dari kesenangan venus.seorang dkter romawi yang bernama
celsus mengetahui mengeni gonore dan komplikasinya dengan baik dan ia
melakukan kateterisasi pada penderita stirktur uretra. Galen menemukan pada
abad ke 2 mengenai istilah gonore yang ia maksudkan sebagai aliran semen.
Dokter dokter jaman romawi dan yunani lainnya meresepkan berbagai
perawatan untuk gonore termasuk tidak melakukan hubungan seksual dan
membasuh mata bayi baru lahir.pemahaman gonore menjadi lebih jelas
setelah penemuan Neiser pad tahun 1879 tenyang Neiserria gonorrheae pada
hapusan yang dicat dari uretra,vagina dan konjungtiva. Dan pada tahu 1882
organisme tersebut dapat dibiakkan oleh leistiko dan lofler. Abad ke 20
ditandai dengan penemuan obat obat yang amandan efektif untuk
gonore.pada tahun 1962 ditemukan media thayer martin yang meningkatkan
diagnosis gonore.
1.4 Epidemiologi
secara
luas
dianggap
bahwa
angka
kejadian
penyakit
dan
Gambar 1.1.
Neisseria
gonorrhoeae
Kellog
membedakan
mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak
mempunyai pili yang bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa
epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah mukosa epitel kuboid
atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada vagina
perempuan sebelum pubertas.
1.6 Mikrobiologi
Dengan mikroskop elektron, dinding Neisseria gonorrhoeae terlihat
memiliki komponen-komponen permukaan yang diduga berperan pada
patogenesis virulensinya.
Gambar 1.2.
Mikrobiologi
Neisseria
gonorrhoeae
beberapa
enzim
seperti
suksinat
yang dapat memperantarai penetrasi pada sel hospes.masing masing strain dari
neiserria gonorrheae hanya mengekspresikan satu tipe por. neiserria gonorrhea
dapat memproduksi satu atau beberapa protein lapisan membran luar yang
dinamakan opa.
Selama
infeksi
gonokokus
akan
menghasilkan
berbagai
produk
Komplikasi
Lokal :
Tysonitis
Paraureteritis
Litriasis
Cowperitis
Ascendens :
Prostatitis
Vesikulitis
Vas deferentitis/funkulitis
Epididimitis
Trigonitis
Servisitis
Komplikasi
Lokal :
Parauretritis
Bartholinitis
Asendens :
Salphingitis
P.I.D (Pelvic Inflammatory
Diseases) / Penyakit Radang
Pinggul (PRP)
7
kemudisn
disusul
disuria,
keluar
duh
tubuh
Gambar 1.6.
Servisitis
Dapat
asimtomatik,
kadang-
banding
dengan
beberapa
penyakit
lain
yang
10
11
kontak
seksual
anogenital
dan
12
orogenital,
maka
Gambar
1.8.
Neisseria
gonorrhoeae pada pewarnaan gram
Sensitivitas pemeriksaan langsung ini bervariasi, pada spesimen
duh uretra laki-laki sensitivitas berkisar 90-95%, sedangkan dari
spesimen endoserviks sensitivitasnya hanya berkisar antara 45-65%,
dengan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-99%. Pada bayi dapat
dilakukan pengambilan sekret mata.
B. Kultur
Untuk identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan biakan (kultur).
Dua macam media yang dapat digunakan :
1. Media transport
Media transpor digunakan jika letak pengambilan spesimen jauh
dari laboratorium. Spesimen dalam media transpor yang disimpan
didalam lemari es dapat tahan selama 24 jam.
Contoh media transport :
Media Stuart
Merupakan media transpor saja, sehingga perlu ditanam
kembali pada media pertumbuhan.
nutritif
13
Gambar 1.10.
Media
Transgrow
2. Media
pertumbuhan
Contoh media pertumbuhan :
Mc Leods chocolate agar
Merupakan media nonselektif. Berisi agar coklat, agar
serum. Selain kuman N. Gonorrhoeae, kuman-kuman yang
lain juga dapat tumbuh.
14
Media
ini
selektif
untuk
isolasi
N.
Gonorrhoeae.
Mengandung vankomisin untuk menekan kuman Grampositif, kolestrimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri
Gram-negatif, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan
jamur.
tampak
koloni
berwarna
putih
keabuan,
vankomisin
dan
lincomycin
mencegah
15
tetrametil-p-
dilanjutkan
dengan
tes
fermentasi
Glukosa
+
+
+
Maltosa
+
+
Sukrosa
+
Laktosa
+
Pharyngitidis
D. Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta-lakmatase dengan menggunakan cefinase TM dis.
BBL 961192 ysng mengandung chromogenic cephalosporin, akan
16
Gelas II
Jernih
Jernih
Keruh
Keruh
17
Interpretasi
Tidak ada infeksi
Infeksi uretritis anterior
Panuretritis
Tidak mungkin
18
kondom
Kunjungan ulang untuk tindak lanjut di hari ke-3 dan hari ke-7
Lakukan konseling untuk mengenal infeksi, komplikasi yang dapat
lain
Bila memungkinkan lakukan pemeriksaan penapisan untuk IMS
lainnya.
Pengobatan yang benar meliputi pemilihan onat yang tepat serta dosis
yang adekuat untuk menghindari resistensi kuman, melakukan tindak lanjut
secara
teratur
sampai
penyakitnya
dinyatakan
sembuh.
Sebelum
19
1.12 Prognosis
Sebagian besar infeksi gonore memberikan respon yang cepat terhadap
pengobatan dengan antibiotik. Prognosis baik jika diobati dengan cepat dan
lengkap.
1.13 Komplikasi
Komplikasi pada pria :
a) Tysonitis
Kelenjar Tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma.
Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang
panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat
berdasarkan ditemukanya butir pus atau pembengkakan pada
daerah frenulum yagn nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul
abses dan merupakan sumber infeksi laten.
b) Parauretritis
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka
atau hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus
pada kedua muara parauretra.
c) Littritis
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benangbenang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat
terjadi abses folikular. Diagnosis dengan bantuan pemeriksaan
uretroskopi.
d) Cowperitis
Bila hanya diktus yang terkena biasanya tanpa gejala,
sedangkan infeksi yang mengenai kelenjar Cowper, dapat terjadi
abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah
perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada saat defekasi
20
dan disuria. Jika tidak diobati abses akan pecah melalui kulit
perineum, uretra, atau rektum dan mengakibatkan proktitis.
e) Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan rasa tidak nyaman di daerah
perineum dan suprapubis, malese, demam, nyeri saat berkemih
hematuri, spasme otot uretra hingga terjadi retensi urin, tenesmus
ani, sulit buang air besar, serta obstipasi.
Pada pemeriksaan teraba pembesaran
prostat
dengan
21
i) Trigonitis
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum
vesika urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria
terminal dan hematuria.
Komplikasi pada wanita :
a) Parauretritis/Skenitis
Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.
b) Bartholinitis
Labium minor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan
nyeri tekan. Kelenjar Bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila
berjalan dan pasien sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat
dapat timbul abses atau dapat pecah melalui mukosa atau kulit. Bila
kelainan tidak diobati dapat rekuren atau menjadi kista.
c) Salpingitis
Peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada
beberapa faktor predisposisi, yaitu :
Masa puerperium (nifas)
Dilatasi setelah kuratase
Pemakaian IUD, tindakan
pemasangan
AKDR
(alat
22
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama
: Tn. X
Umur
: 45 tahun
Alamat
: Bukittinggi
Suku
: Etnis Tionghoa
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Jumlah anak
: 2 orang
Negeri asal
: Bukittinggi
2.2 Anamnesis
Seorang pasien laki-laki berusia 45 tahun datang ke poliklinik kulit
dan kelamin RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 26 Oktober
2015 dengan :
Keluhan utama :
Keluar lendir bercampur nanah dari kemaluan sejak 3 hari yang lalu.
23
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah mengobati penyakit ini sebelumnya.
Kesadaran
: Composmentis cooperatif
Pemeriksaan Thorax
24
Status Dermatologikus
Tidak ditemukan adanya kelainan
Status Venereologikus
Orificium urethra extenum :
Eritema
Edema
Duh tubuh
: ada
: ada
: ada (purulen)
Penis
Scrotum
Testis
Epididimis
Prostat
:
:
:
:
:
25
: tidak ada
Pembesaran KGB
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
Kelainan bawaan
: tidak ada
Kelainan Mukosa
Kelainan Kuku
Kelainan Rambut
26
2.5 Diagnosis
Gonore
2.6 Diagnosis Banding
2.7 Terapi
Umum
Sistemik
Topikal
2.8 Prognosis
Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad sanam
: Bonam
27
Quo ad kosmetikum
: Bonam
Quo ad functionam
: Bonam
RESEP
Pro
:
Umur :
Alamat :
Tn. X
45 tahun
Bukittinggi
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Menaldi, Sri Linuwih SW. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi
ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Adelina, Frida. 2014. Gonore. http://scribd.com. Diunduh pada tanggal
23 September 2015
3. Siregar, R.S. 2015 Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Mansjoer, Arif,dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius
5. Sulistia, dan Gunawan. 2011. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta :
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.
29