PENDAHULUAN
a) Latar Belakang
Batuan terbentuk dari agregrat atau kumpulan dari beberapa mineral. Terkadang
dengan mampu mendeterminasi mineral pembentuk batuan, seorang geologis juga mampu
mendeterminasi nama dari sebuah batuan. Oleh karena itu, kemampuan mengenali
mineral-mineral pembetuk batuan mutlak diperlukan oleh seorang geologis. Dikutip dari
buku Rocks and Minerals karangan Ronald Louis Bonewitz yang mengatakan, Minerals
are stuff of which the Earths rocks made. A minerals is defined as a naturally occuring
solid with a specific chemical composition and a distinctive internal crystal structure.
Apabila kita terjemahkan ke dalam bahasa indonesia maka kurang lebih akan berbunyi
sebagai berikut, Mineral adalah benda padat homogen yang mempunyai susunan kimia
dan atom tertentu terbentuk secara anorganik di alam. Benda padat homogen artinya
susunan komposisi kimianya homogen atau sejenis. Terbentuk secara anorganik artinya
mineral terbentuk oleh serangkaian proses geologis di alam. Jadi, secara sederhana kita
dapat mengartikan mineral itu merupakan produk yang dibentuk oleh batuan bumi. Mineral
umumnya disusun oleh dua atau lebih elemen kimia, meskipun seperti tembaga alam, emas
alam, perak alam, belerang alam merupakan elemen atau unsur murni. Sebuah mineral
diidentifikasi berdasarkan susunan dan oleh komposisi kimia pengkristalannya. Ada lebih
dari 4000 jenis mineral yang diketahui, tetapi hanya ada 100 mineral yang umumnya
dijumpai dalam batuan maupun di alam. Ahli mineral atau sering disebut mineralogis
mengklasifikasi mineral menurut komposisi kimianya, dengan begitu dapat dimasukan
dalam beberapa atau sub kelompok. Penamaannya umumnya berdasarkan karateristik
komposisi. Pertama ada kelompok native elemen atau unsur murni, kelompok ini dibagi
dalam tiga kelas yaitu kelas metal, semi metal, dan non metal. Kedua ada kelompok
sulfida, ketiga ada kelompok oksida dan hidroksida, keempat kelompok halida, kelima ada
kelompok karbonat, keenam kelompok sulfat, kelompok tujuh ada phospat dan yang
terakhir ada kelompok silikat. Kemudian ada pengelompokkan mineral berdasarkan
fungsinya yaitu mineral pembentuk batuan (Rock Forming Minerals) adalah kelompok
mineral yang keterdapatannya dalam jumlah banyak pada batuan dapat menentukan nama
batuan terutama batuan beku. Di antara mineral pembentuk batuan itu adalah Kwarsa,
Feldspar, Plagioklas, felspatoid (foida), Olivine, Biotit, Hornblende. Feldspar merupakan
mineral silica yang paling banyak terdapat dalam batuan (lebih dari 50 %). Dalam batuan
beku mineral ini merupakan bagian terbesar yaitu sekitar 60 %, 30% terdapat dalam batuan
malihan, sisanya dalam batuan endapan seperti batu pasir (arkose dan grewak) dan
konglomerat.
Ada
juga
pengelompokkan
berdasarkan
genesa
atau
asal
mula
pembetukannnya, dapat dibedakan menjadi mineral primer dan sekunder. Mineral primer,
yaitu mineral yang terbentuk pada awal pembentukan magma atau pembentukan batuan.
Mineral primer ini biasanya menyusun batuan beku. Contoh Feldspar, Plagioklas, Biotit,
Kwarsa, Galena, Pirit. Mineral sekunder, yaitu mineral yang terbentuk karena adanya
proses ubahan atau pengaruh perubahan temperature, tekanan atau kedunya yang di alami
batuan. Mineral macam sekunder ini dapat terbentuk karena pengaruh intrusi magma atau
kegiatan atmosfir. Contoh mineral lempung (Kaolin, Monmorilonit, Smektit, illite, Serisit
dls), Serisit, Biotit ( sekunder).
BAB II
ISI
a) Klasifikasi Mineral
Sebelum kita memahami ciri-ciri fisk dan kimia sebuah mineral, kita mesti terlebih
dahulu mengetahui tentang klasifikasi mineral agar kita selain mengetahui ciri fisik dan
kimia, kita juga mengetahui genesa (asal mula) dan keterdapatan mineral. Mineral dapat
diklasifikasikan dengan berbagai macam cara. Berdasarkan fungsi atau perannya di alam
(batuan), mineral dikelompokkan menjadi mineral pembentuk batuan dan mineral bijih.
Mineral juga dapat dikelompokkan berdasarkan susunan kimianya. Berikut beberapa jenis
pengelompokan mineral :
Mineral Pembentuk Batuan (rock forming minerals)
Kelompok mineral yang keterdapatannya dalam jumlah banyak pada batuan dapat
menentukan nama batuan terutama batuan beku. Di antara mineral pembentuk batuan itu
adalah Kwarsa, Feldspar, Plagioklas, felspatoid (foida), Olivine, Biotot, Hornblenda dls.
Feldspar merupakan mineral silica yang paling banyak terdapat dalam batuan (lebih dari
50%). Dalam batuan beku mineral ini merupakan bagian terbesar yaitu sekitar 60% , 30%
terdapat dalam batuan malihan, sisanya dalam batuan endapan seperti batu pasir (arkose
dan grewak) dan konglomerat.
2) Kilap ( Lustre )
Kilap adalah penampakan atau cahaya yang dipantulkan saat mineral terkena cahaya.
Ini tidak ada hubungannya dengan warna atau bentuk, tapi berkaitan dengan transparansi,
kondisi permukaan, dan indeks bias. Secara garis besar, kilap dibagi dua, yaitu kilap
metalik dan non metalik.
Dikatakan kilap metalik
apabila
kilapnya
Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat
pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan
gips.
Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada
spharelit
Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada
serpentin,opal dan nepelin.
Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan
limonit.
3) Cerat ( Streak )
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari serbuk tersebut. Cerat dapat sama
dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu
umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah.
4) Kekerasan (Hardness )
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral
dapat membandingkan suatu mineral tertentu yang dipakai sebagai kekerasan yang baku.
Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan berbekas pada mineral tersebut.
Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich
Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala,
dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras.
5) Belahan ( Clevage )
Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih
arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah
apabila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan
yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti
mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapat dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam
struktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah
melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang, maka
mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan
sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur
Polikristalin (berkristal
banyak)
7) Pecahan ( Fracture )
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak
teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat dilihat dari
sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan
nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan
memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur.
Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus, contoh
pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan
runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.
Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh kwarsa, orthoklas,
kalsit, pirit.
Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti emas,
tembaga.
Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh gypsum.
Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan
sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral talk, selenit.
10) Flourescent
Tidak ada arti khusus dalam kosakata bahasa Indonesia apa itu arti flourescent, tetapi
secara harfiah arti dari kata flourescent adalah ketika mineral terpapar sinar ultraviolet
kemudian memunculkan variasi warna tertentu. Beberapa mineral mempunyai warna
flourescent yang menarik dan dapat dijadikan patokan mineral tertentu. Namun, tidak
semua mineral menunjukan tingkat flourescent yang sama, bahkan mineral yang sama dari
lokasi yang sama pula kadang menunjukan warna flourescent yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
a)Kesimpulan
Ciri-ciri fisik dan kimia mineral adalah kunci untuk mendeterminasi sebuah mineral.
Banyak faktor yang bisa digali dari ciri-ciri fisik dan kimia ini. Ketika mampu
memamparkan berbagai ciri-ciri fisik dan kimia pada sebuah mineral maka hampir dapat
dipastikan kita bisa mengenali, mendeterminasi, hingga penamaan sebuah mineral. Ketika
kita bisa mendeterminasi sebuah mineral, maka melakukan penamaan sebuah batuan juga
tidak akan sulit. Banyak tabel determinasi batuan yang meletakkan komposisi mineral
sebagai kunci penamaan sebuah batuan. Namun, terkadang beberapa mineral ada yang
memang
harus
dilakukan
pendiskripsian
dibawah
mikroskop
untuk
mampu
mendeterminasinya, meski demikian ciri-ciri fisik dan kimia adalah sebuah kunci untuk
membuka tabir sebuah batuan. Jadi, kemampuan mengenali ciri-ciri fisik dan kimia sebuah
mineral adalah sebuah keharusan.
DAFTAR PUSTAKA
Louis, Ronald & Bonewitz. (2008). Rocks and Minerals The Definitive Visual Guide.
London : Dorling Kindersley.
Staf Asisten Laboratorium Geologi. (2004). Modul III Praktikum Kristalografi. Bandung :
Universitas Islam Bandung
Hikari,
Irfan.
(2011).
Klasifikasi-Mineral-Berdasarkan-Pada.
atas.blogspot.com/2011/05/klasifikasi-mineral-berdasarkan-pada.html.
http://duniaDiakses
pada
Minerals
Corp.
(2013).
http://webmineral.com/help/Fracture.shtml#.Uq8LILQ8fp5.
Desember 2013
Mineral
Diakses
pad
News.
tanggal
15