Washington.
POPULASI PASIEN: 29 mata (18 pasien) dengan luka bakar zat kimia
okuler yang terlihat antara 1997 dan 2010 dengan sedikitnya 3 bulan
pengamatan. LANGKAH OBSERVASI: mata dibedakan menggunakan skala
Roper-Hall, UKURAN HASIL UTAMA: Penggunaan pengobatan jangka
pengamatan terakhir.
KESIMPULAN: mata dengan luka bakar kimia kelas III atau IV Roper-Hall
lebih
memungkinkan
untuk
mempunyai
glukoma
dan
memerlukan
(counting
siklofotokoagulasi
fingers):
transskleral;
CPC
ECP
(transscleral
cyclophotocoagulation):
(endoscopic
cyclophotocoagulation):
(light perception):
penglihatan cahaya; N/A (not applicable): tidak aplikabel; NLP (no light
perception): tanpa penglihatan cahaya; NR (not recorded): tak terekam; PKP
(penetrasi keratoplasty): penetrasi keratoplasti. Suspected methamphetamine
manufacture: membuat metamfetamin yang dicurigai.
Terjemahan bagian Tabel 1.
Tabel 2. Temuan Klinis selama Pengamatan pada Mata dengan Luka Bakar Kimia
Intraokuler (n=29).
Keterangan kolom:
Findings: temuan. Ropper-Hall Grade I/II: kelas I/II Ropper-Hall. Ropper-Hall
Grade I/II: kelas III/IV Ropper-Hall. P value: nilai P.
Keterangan baris:
Age (years): usia (tahun). Follow-up (mos): pengamatan (bulan). Chemical:
alkali/ acid (eyes): zat kimia: alkali/ zat asam (mata). Eyes requiring glaucoma
medication: mata yang memerlukan pengobatan glukoma. Initial: awa. Longterm: jangka panjang. No. of long-term medications: nomor pengobatan jangka
panjang. Glaucoma surgery (eyes): pembedahan glukoma (mata). Other surgery
(eyes): pembedahan lain (mata). Visual ketajaman: ketajaman mata. Final: akhir.
Intraocular pressure (mm Hg): tekanan intraokuler (mmHg).
Keterangan bawah tabel:
logMAR (logarithm of the minimal sudut of resolution: logaritma sudut minimal
resolusi . aIndependent sample t test, 2 tailed: uji t sampel independen, 2 ekor.
bFisher exact test, 2 tailed: uji Fisher exact, 2 ekor.
HASIL
29 MATA (18 PASIEN) DENGAN LUKA BAKAR KIMIA OKULER
diidentifikasi dan ditemukan kriteria pencantuman (Tabel 1). Usia pasien rata-rata
adalah 45.416.7 tahun (jarak, 19 hingga 77 tahun), dan pengamatan rata-rata
adalah 7547 bulan (nilai tengah, 66 bulan; jarak, 10 hingga 157 bulan). Sebagian
besar pasien berjenis kelamin laki-laki (15/18; 83%) dan putih (15/18; 83%). 24
mata (83%) mempunyai luka bakar alkali dengan pH rata-rata 9.38, sedangkan 5
mata (17%) mempunyai luka bakar zat asam. Di antara mata dengan luka bakar
alkali, 68% (15/22) mempunyai ketajaman mata 20/200 atau kurang,
dibandingkan dengan 60% (3/5) pada mata dengan luka bakar zat asam. Pada 2
mata (7%) dengan luka bakar alkali, ketajaman mata awal tidak diketahui karena
pasien dimasuki pembuluh saat evaluasi awal. Pada 1 mata (3.4%), ketajaman
mata tidak ada penglihatan cahaya karena kerusakan sebelumnya dari glukoma
dengan sudut-pengunduran, yang terkontrol dengan baik melalui pengobatan
sebelum luka karena zat kimia; mata ini tidak terlibat dalam evaluasi ketajaman
mata selama pengamatan. 4 mata (14%; semua dengan ketajaman mata awal
20/200 atau kurang; 2 pasien) terluka dalam kecelakaan melibatkan pembuatan
metamfetamin yang dicurigai.
Klasifikasi Roper-Hall yang dihasilkan dari 5 mata (17.2%) dengan luka
bakar kimia okuler kelas I, 4 mata (13.8%) dengan luka bakar kimia okuler kelas
II, 9 mata (31.0%) dengan luka bakar kimia okuler kelas III, dan 11 mata (37.9%)
dengan luka bakar kimia okuler kelas IV. Satu mata (3.4%) terbuka setelah 10 hari
karena endoftalmitis setelah perforasi korneal dan tidak terlibat dalam analisis
perkembangan atau penyembuhan glukoma.
Kelas Ropper-Hall yang lebih tinggi mempunyai hubungan secara
signifikan dengan ketajaman mata awal 20/200 atau kurang. Kelas Ropper-Hall
yang lebih tinggi juga berhubungan dengan ketajaman mata awal yang lebih
rendah (P= .016, analisis varian), tetapi tidak pada IOP awal yang lebih tinggi (P=
.055, analisis varian), kecuali kalau mata kelas III dan IV Ropper-Hall
dikombinasi dan dibandingkan dengan mata kelas I dan II Roper-Hall (P= .001;
Tabel 2). Kelas Ropper-Hall yang lebih tinggi juga mempunyai hubungan secara
signifikan dengan beberapa penggunaan pengobatan glukoma (P< .001),
penggunaan pengobatan glukoma jangka panjang (P= .010), diperlukan bagi
beberapa pembedahan optalamik (P= .003), dan ketajaman mata 20/200 atau
kurang pada kunjungan akhir (P= .020). Sebagian besar mata yang memerlukan
penggunaan pengobatan glukoma jangka panjang telah mengangkat IOP pada
minggu awal setelah terluka (15/18 mata, 83%).
menjalani
pembedahan
glukoma.
Untuk
kelompok
total,
IOP
awal lebih baik dari 20/200 (11%; kelas III Roper-Hall, luka alkali) telah
berkurang ke 20/200 atau kurang pada pengamatan akhir. Lima belas mata
tertinggal (76%) dengan ketajaman mata 20/200 atau kurang pada kunjungan
awal tidak memiliki ketajaman mata yang lebih baik dari 20/200 saat pengamatan
akhir atau telah menjalani enukleasi. Di semua mata ini, kecerahan kornea sendiri
telah dapat dihitung dari ketajaman mata yang tercatat, meskipun kontribusi
relatif kerusakan glukoma ke ketajaman yang terukur tidak dapat ditegaskan
karena saraf optik dan bidang visual tidak terevaluasi.
DISKUSI
LUKA BAKAR KIMIA OKULER YANG PARAH REMAIN SEBUAH
TANTANGAN untuk rehabilitasi visual dan pengobatan glukoma, meskipun
kemajuan telah dibuat pada pengatasan luka bakar kimia okuler pada tahun-tahun
sebelumnya. Hilangnya pandangan dari luka bakar kimia tidak terbatas pada luka
kausatif secara langsung ke permukaan okuler, tetapi bisa terjadi sebagai hasil
kerusakan saraf optik akut dan kronis dari IOP yang tak terkontrol. Glukoma
sebagai hasil luka bakar alkali mungkin terjadi segera atau tertunda. Tahun 1946,
Hughes mendokumentasikan beberapa kasus IOP elevated 1 bulan setelah luka
bakar alkali. Kuckelkorn dan asosiasi menjelaskan 66 kasus (90 mata) dengan
luka bakar kimia okuler yang parah; glukoma awal terjadi pada 14 mata (15.6%)
dan glukoma telat (bulanan) terjadi pada 22 mata (22.2%). Tsai dan asosiasi
menemukan glukoma pada 18 dari 33 mata (55%) setelah luka bakar kimia atau
termal okuler yang menyebabkan penyakit permukaan okuler yang parah. Tetapi,
laporan ini tidak melibatkan evaluasi faktor bahaya perkembangan glukoma
maupun hasil pengatasan.
Kita menemukan glukoma setelah luka bakar kimia okuler dihubungkan
dengan luka-luka bakar yang lebih parah: 16 dari 19 mata (84%) dengan luka
bakar kimia okuler kelas III atau IV Roper-Hall memerlukan pengobatan glukoma
jangka panjang. Kita hanya menemukan ukuran kecil mata yang mempunyai IOP
lemah belakangan awalnya memperagakan elevasi IOP memerlukan pengobatan
glukoma; 15 dari 18 mata (83%) yang memerlukan pengobatan glukoma jangka
panjang telah diangkat IOP dalam 1 minggu penyajian. Ini mungkin tidak
pembuluh pada pasien-pasien ini, seperti erosi pembuluh, dan yang lainnya telah
melaporkan bahwa siklofotokoagulasi bersamaan atau berikutnya mungkin
diperlukan.
Penelitian kita mempunya beberapa keterbatasan. Glukoma ditegaskan
hanya oleh IOP, karena sebagian besar pasien tidak memiliki penilaian saraf optik
dan bidang visual selama pengamatan karena gelapnya korneal. Ini membuat sulit
untuk memastikan dengan kepercayaan kontribusi relatif glukoma ke area visual
akhir dari banyak mata yang diteliti, meskipun sebagian besar telah mengkontrol
IOP. Sifat retrospectif dari rancangan penelitian kita dari pengumpulan seluruh
data yang relevan secara klinis pada seluruh subjek karena rekaman medis yang
tidak lengkap dan aturan pengamatan yang tidak terstandarisasi. Selain itu, ukuran
sampel yang lebih besar akan meningkatkan kekuatan penarikan kesimpulan.
Beberapa pasien tidak terlibat karena terbatasnya waktu 3 bulan untuk
pengamatan, meskipun mereka mempunyai luka bakar kimia okuler yang lebih
ringan sebagai syaratnya. Rupanya, banyak dari mereka dengan luka bakar kimia
okuler yang lebih ringan melakukan secara klinis yang cukup baik tidak
memerlukan perawaran optalamik di institusi kita. Aturan institusi kita sebagai
sebuah pusat trauma regional membuat pengamatan sulit untuk banyak pasien
yang diberikan dari wilayah yang jauh, dihasilkan dari panjang pendeknya
pengamatan secara respektif bagi beberapa pasien sebagai keterbatasan lain pada
penelitian ini.
Ringkasnya, mata dengan luka bakar kimia okuler kelas III atau IV RoperHall lebih memungkinkan untuk mempraktikkan IOP terelevasi yang ditahan dan
memerlukan pengobatan glukoma jangka panjang dan pembedahan glukoma.
Hasil glukoma pada umunya lemah meskipun kontrol IOP yang baik secara
relatif, terutama dikarenakan oleh gelapnya korneal.