Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
I.

Definisi :
1. Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 2005).
2. Menurut (Townsend 2006) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupuan tidak
langsung.
3. Pendapat senada diungkapkan oleh ( Carpenito, L.J 2004 ) bahwa harga diri rendah
merupakan keadan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai
diri atau kemampuan diri.
4. Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah
suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal
mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung,
penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.

II.

Proses Terjadinya Masalah


A. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang yaitu:
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah yaitu :
a. Perkembangan individu yang meliputi :
- Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai
kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk
-

mencintai orang lain.


Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang orang tuanya atau

orang tua yang penting/ dekat dengan individu yang bersangkutan.


Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna, orang tua atau

orang terdekat sering mengkritik serta merevidasikan individu.


Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa rendah diri.

b. Ideal diri
- Individu selalu dituntut untuk berhasil.
- Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
- Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi atau stresor pencetus dari munculnya harga diri rendah mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga
merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis
atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya fisik,
kecelakaan, bencana alam dan perampokan. Respon terhadap trauma pada
umumnya akan mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah represi dan
denial.
B. Manifestasi Klinis
Menurut Carpenito, L.J (2004 : 352); Keliat, B.A (2000 : 200; perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
1. Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
2. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan.
3. Perasaan tidak mampu.
4. Rasa bersalah.
5. Sikap negatif pada diri sendiri.
6. Sikap pesimis pada kehidupan.
7. Keluhan sakit fisik.
8. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
9. Menolak kemampuan diri sendiri.
10. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
11. Perasaan cemas dan takut.
12. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif.
13. Ketidakmampuan menentukan tujuan.
Data Obyektif :
1. Produktifitas menurun.
2. Perilaku distruktif pada diri sendiri.
3. Perilaku distruktif pada orang lain.
4. Penyalahgunaan zat.
5. Menarik diri dari hubungan sosial.

6. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.


7. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan).
8. Tampak mudah tersinggung/mudah marah.
C. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada masalah gangguan konsep diri harga diri rendah meliputi
pertahanan jangka pendek dan pertahanan jangka panjang serta mekanisme ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan ( Stuart
dan Sundeen, 1998 )
1). Pertahanan Jangka Panjang
a) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas,
misalnya menonton televisi terus menerus, bekerja keras.
b) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya
ikut serta dalam aktivitas kelompok sosial, keagamaan atau politik.
c) Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misalnya ikut
pertandingan olahraga secara kompetitif, pencapaian akademik, kontes
mendapatkan popularitas.
d) Aktivitas mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu, misalnya penyalahgunaan
obat.

2). Pertahanan Jangka Pendek


a) Penutupan identitas, yaitu cepat mengadopsi identitas yang disenangi orangorang yang berarti tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi.
b) Identitas negatif, yaitu penilaian negatif yang bertentanagn dengan nilai dan
harapan masyarakat.
3). Pertahanan Ego
a) Fantasi, yaitu kemampuan menggunakan tanggapan tanggapan yang dimiliki
b)
c)
d)
e)

untuk menetapkan tanggapan baru.


Disosiasi, yaitu respon yang tidak sesuai dengan stimulus.
Isolasi, yaitu menarik diri dari interaksi dengan dunia luar.
Projeksi, yaitu kelemahan diri sendiri dilontarkan pada orang lain.
Displacement, yaitu mengeluarkan perasaan perasaan yang tertekan pada
orang yang kurang mengancam atau kurang menimbulkan reaksi emosi.

D. Rentang Respon

Respon adaptif
Aktualisasi
Diri

Konsep diri
Positif

Respon maladaptif
Harga diri
Rendah

Keracunan
Identitas

Depersonalisasi

Keterangan :
1. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal hal positif maupun yang negative dari
dirinya
3. Harga diri rendah: individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan
merasa lebih rendah dari orang lain
4. Identitas kacau: kegagalan individu mengintegrasikan aspek aspek identitas
masa kanak kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada
masa dewasa yang harmonis
5. Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain
E. Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi
sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah
laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes
RI, 2000 : 336). Isolasi sosial menarik diri sering ditujukan dengan perilaku antara
lain :
Data Subyektif :
1. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan.
2. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.
3. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.
Data Obyektif :
1. Kurang spontan ketika diajak bicara.
2. Apatis

3. Ekspresi wajah kosong


4. Menurun/tidak adanya komunikasi verbal.
5. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.
F. POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Gangguan citra tubuh
G. Masalah Keperawatan
Masalah dan data yang perlu dikaji
N
o
1

Masalah

Data Subyektif

Keperawatan
Masalah utama : - Mengungkapkan
gangguan

konsep

diri : harga diri


rendah

Data Obyektif
ingin -

diakui jati dirinya


- Mengungkapkan tidak ada

Tidak

sendiriMerusak orang
lain
Ekspresi malu
Menarik diri

bisa apa-apa.
- Mengungkapkan

hubungan sosial
Tampak
mudah

dirinya -

efektifnya - Mengungkapkan

koping individu

ketidakmampuan
lain.
- Mengungkapkan

tersinggung
Tidak mau makan dan

tidak tidur
Tampak

dan

ketergantungan
-

malu

tidak

melakukan

aktivitas

yang

diajak

seharusnya

dapat

melakukan
tidak -

berdaya dan tidak ingin


sosial

terhadap orang lain


Tampak sedih dan

dan tidak bisa ketika


sesuatu.
- Mengungkapkan

isolasi

dari

meminta bantuan orang

diri

lagi yang peduli.


- Mengungkapkan
tidak -

tidak berguna.
- Mengkritik diri sendiri.
- Perasaan tidak mampu.
2

Merusak

hidup lagi.
: - Mengungkapkan

enggan -

dilakukan
Wajah

tampak

murung
Ekspresi

wajah

menarik diri

bicara dengan orang lain


- Klien mengatakan malu

kosong

diajak bicara
Suara pelan dan tidak

jelas
Hanya
jawaban

(ya/tidak)
Menghindar
didekati

I.

Diagnosa keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Tidak efektifnya koping individu
3. Isolasi sosial : menarik diri

ada

kontak mata ketika

bertemu dan berhadapan


dengan orang lain.

tidak

memberi
singkat
ketika

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J (2004). Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Depkes Ri, (2000). Petunjuk Tehnik Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Skizofrenia,
Direktorat Kesehatan Jiwa, Jakarta.
Keliat, B.A, (2005). Seri Keperawatan Gangguan Konsep Diri, Cetakan II, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (2005). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi
3, EGC, Jakarta.
Town, M.C, (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri
(terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai