Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi
penyebab kematian peringkat atas dengan angka kematian (mortalitas) dan angka kejadian
penyakit (morbiditas) yang tinggi serta membutuhkan diagnosis dan terapi yang cukup lama
(WHO,2006). HIV merupakan virus yang menyerang sel darah putih (limfosit) di dalam
tubuh yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia sehingga menyebabkan
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). 1
Berdasarkan laporan global, pada tahun 2012 jumlah penderita HIV mencapai 35,3
juta orang (Global Report UNAIDS, 2013). Data dari Kementerian Kesehatan melaporkan
jumlah kumulatif kasus HIV yang telah dilaporkan hingga September 2013 sebanyak 118.787
kasus yang tersebar di 33 provinsi dengan 348 kab/kota di Indonesia. Di Indonesia persentase
kumulatif HIV paling banyak ditemukan kasus pada kelompok umur 25-49 tahun (73,4%).
Dan pada kasus AIDS yang paling banyak terdeteksi yaitu pada kelompok umur 30-39 tahun
(39,5%).2
Kelompok umur yang paling beresiko terhadap penularan HIV dan kejadian AIDS
adalah kelompok umur produktif yaitu rentang umur 20-39 tahun Saat ini, ibu rumah tangga
merupakan salah satu kelompok yang sangat

rentan

HIV/AIDS. Secara global, di dunia setiap

harinya sekitar 2000 anak usia 15 tahun ke bawah terinfeksi HIV akibat penularan dari ibu ke
bayinya. Sementara itu, sekitar 1.400 anak-anak usia 15 tahun meninggal akibat AIDS.2
Prevalensi HIV pada ibu hamil diproyeksikan meningkat dari 0,38% (2012) menjadi
0,49% (2016), dan jumlah ibu hamil HIV positif yang memerlukan layanan pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) juga akan meningkat dari 13.189 orang pada tahun
2012 menjadi 16.191 orang pada tahun 2016. Demikian pula jumlah anak berusia di bawah
15 tahun yang tertular HIV dari ibunya pada saat dilahirkan ataupun saat menyusui akan
meningkat dari 4.361 (2012) menjadi 5.565 (2016), yang berarti terjadi peningkatan angka
kematian anak akibat AIDS. 1,3
Resiko penularan HIV dari ibu ke bayi berkisar 24-25%. Namun, resiko ini dapat
diturunkan menjadi 1-2% dengan tindakan intervensi bagi ibu hamil HIV positif, yaitu
melalui layanan konseling dan tes HIV sukarela, pemberian obat antiretroviral, persalinan
sectio caesaria, serta pemberian susu formula untuk bayi . Indonesia telah mengembangkan

upaya pencegahan HIV melalui pelayanan Voluntary Counselling and testing atau yang
dikenal dengan singkatan VCT .3

Anda mungkin juga menyukai