Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Serangga (Insecta) adalah kelompok utama dari hewan
beruas yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah
mereka disebut pula hexapoda dari bahasa Yunani yang berarti
"berkaki enam". Kajian mengenai kehidupan serangga disebut
entomologi. Serangga termasuk dalam kelas insekta subfilum
uniramia yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera
(misalnya

lalat),

Coleoptera

(misalnya

kumbang,

kunang-

kunang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah) dan Lepidoptera


(misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri
dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki
sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota
karena memiliki sayap. Serangga merupakan hewan beruas
dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga
relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi.
Kunang-kunang

adalah

sejenis

serangga

yang

dapat

mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari.


Cahaya ini dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak mengandung
ultraviolet maupun sinar infra merah dan memiliki panjang
gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah
pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96%.
Kunang-kunang termasuk dalam golongan Lampyridae yang
merupakan familia dalam ordo kumbang Coleoptera. Ada lebih
dari 2000 spesies kunang-kunang, yang dapat ditemukan di
daerah empat musim dan tropis di seluruh dunia.
Saat

ini

berterbangan

kunang-kunang
pada

malam hari.

sangat
Hal ini

jarang
bisa

ditemukan
dikarenakan

lingkungan yang sudah tidak sesuai dengan kehidupan serangga


tersebut. Kepadatan populasi penduduk membuat lahan semakin

sesak untuk ditinggali, sehingga kebanyakan tempat tinggal


dibangun secara bertingkat yang membuat bumi ini semakin
panas. Hal ini juga dapat memicu penurunan jumlah populasi
kunang-kunang. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas
lingkungan yang sesuai bagi kehidupan kunang-kunang dan
mengapa serangga ini penting untuk dijaga kelestariannya.
Dalam pembahasan juga akan dikaitkan dengan lingkungan
kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana morfologi kunang-kunang ?
2. Mengapa kunang-kunang perlu dilestarikan ?
3. Apakah lingkungan kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
sudah sesuai untuk kehidupan kunang-kunang ? jika belum,
bagaimana solusi untuk membuat lingkungan yang sesuai ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui morfologi kunang-kunang
2. Menuliskan penyebab pentingnya melestarikan kunang-kunang
3. Mengidentifikasi kesesuaian lingkungan kampus UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang untuk kehidupan kunang-kunang dan
mencari solusi untuk membuat lingkungan yang sesuai.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kunang-kunang
Kunang-kunang adalah

sejenis

serangga

yang

dapat

mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari.


Cahaya ini dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak mengandung
ultraviolet maupun sinar infra merah dan memiliki panjang
gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah
pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96%.
Kunang-kunang termasuk dalam golongan Lampyridae yang
merupakan familia dalam ordo kumbang Coleoptera. Ada lebih
dari 2000 spesies kunang-kunang, yang dapat ditemukan di
daerah empat musim dan tropis di seluruh dunia. Banyak
sepesies ini yang ditemukan di rawa atau hutan yang basah di
mana tersedia banyak persediaan makanan untuk larvanya.
Kunang-kunang,

yang

memancarkan

sinar

untuk

saling

mengenali atau untuk memberi tanda kawin, menggunakan


panjang gelombang sinar yang berbeda, tergantung pada
spesiesnya. Selain itu, pada beberapa spesies, kunang-kunang
jantan yang mula-mula menyorotkan sinar untuk menarik sang
betina, sementara pada spesies lainnya, sang betina yang
memanggil.
B. Metamorfosis Kunang-kunang
Metamorfosis pada

kunang-kunang yaitu betina akan

meletakan telur sekitar seratus butir atau lebih di tanah, di dasar

pohon.

Telur

akan

menetas

dalam

waktu

2-4

minggu.

Kebanyakan larva kunang-kunang ditemukan di kayu-kayu yang


telah membusuk atau serasah hutan atau di daerah lembab di
tepi sungai dan kolam pada malam hari. Beberapa spesies hidup
dalam air (sehubungan ditemukanya insang trakeal).
Larva instar tiga sampai instar enam Luciola substiata
berenang dan hidup di dalam air. Kecepatan berenang larva
tersebut

lebih

kurang

0,9

m/jam. Larva

bersifat

karnifora,

memakan serangga lain, dan siput. Spesies tropical genus


Pyractomena bersifa arboreal, memakan siput arboreal dan
pupanya mengantung di bawah daun seperti kupu- kupu
chrysalis. Larva akan hidup setara satu atau dua tahun. Pada
kunang-kunang dewasa selain untuk memberi peringatan tanda
bahaya,

cahaya

pada

tubuhnya

berfungsi

untuk

menarik

perhatian pasangannya. Tidak hanya kunang-kunang dewasa,


bayi kunang-kunang yang masih berupa larva juga mengeluarkan
cahaya. Cahaya pada larva berguna untuk memperingatkan
hewan lain yang akanmemangsa mereka agar tidak mendekat.
Setelah bertelur, kunang-kunang betina akan meletakkan
telur- telurnya dibawah permukaan tanah. Telur-telur tersebut
akan menetas menjadi larva setelah 3-4 minggu dan akan terus
diberi makan hingga musim panas berakhir. Setelah kira-kira 12 minggu dari berakhirnya musim panas, larva tersebut akan
berubah menjadi pupa, kemudian berubah menjadi kunangkunang dewasa.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kunangkunang
Ada 2 faktor yang menjadi penyebab populasi kunangkunang menurun. Kedua faktor itu adalah pembangunan dan
polusi cahaya. Pembukaan lahan hutan untuk permukiman ini
membuat habitat kunang-kunang hilang sedikit demi sedikit.

Kegiatan

manusia

yang

menggunakan

pestisida

dan

menimbulkan polusi, juga mengganggu aktivitas dari kunangkunang itu sendiri. penerangan yang digunakan di malam hari,
ternyata

menjadi

sebuah

polusi

cahaya

bagi

serangga

ini. Menurut para ilmuwan, cahaya-cahaya yang muncul dari


aktivitas manusia menyulitkan kunang-kunang untuk memberi
sinyal cahaya pada pasangannya. Hal-hal inilah yang membuat
kunang-kunang jarang terlihat di kota- kota besar. Kunangkunang bukanlah hewan biasa, keberadaan kunang-kunang dapat
dijadikan sebagai indikator (petunjuk) bersih atau tidaknya
sebuah lingkungan. Kunang-kunang dapat hidup jika lingkungan
tersebut memiliki udara yang segar, tanah subur, dan air yang
jernih.
D. Lingkungan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang memiliki
gedung-gedung bertingkat yang jumlahnya cukup banyak jika
dibandingkan

dengan

tanamannya.

Halaman

rumput

yang

dulunya luas mulai diganti dengan paving dengan alasan


mempermudah jalannya kendaraan dan kenyamanan. Pepohonan
yang cukup rindang bisa dihitung dengan jari jumlahnya,
sehingga kampus yang dulu sejuk saat ini menjadi panas. Green
house yang seharusnya dijadikan tempat penghijauan juga
menjadi gersang kurang terawat karena desain bangunan yang
kurang sesuai menurut anggapan beberapa pihak. Tembok tebal
dan kaca-kaca membuat kondisi semakin panas, ditambah lagi
dengan asap kendaraan bermotor yang dikendarai oleh para
mahasiswa dan beberapa dosen.
Kondisi tersebut membuat kampus UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang kurang cocok bagi kehidupan kunang-kunang.
Serangga ini lebih memilih tempat yang lembab dan sejuk dari
pada tempat dengan banyak gedung bertingkat dan hilir mudik

kendaraan. Terlebih kondisi sungai di depan rektorat kampus


yang terlihat coklat dengan tumpukan sampah yang tidak pernah
habis membuat kunang-kunang tidak bisa berkembang biak
dengan sempurna.
E. Solusi
Kondisi lingkungan yang cukup buruk ini bisa diperbaiki
dengan penghijauan dan mempertahankan rerumputan agar
tidak diganti terlalu banyak dengan paving. Selain itu dengan
cara membatasi jumlah kendaraan bermotor agar tidak setiap
hari menambah polusi udara di lingkungan kampus. Tanaman
yang menghasilkan bunga juga perlu ditanam lebih banyak untuk
menarik perhatian serangga. Perlu adanya penyaring (filter)
untuk sungai di depan rektorat dan pembersihan rutin agar
sampah tidak menumpuk di lingkungan kampus. Terakhir tentu
kesadaran

dari

individu

masing-masing

untuk

menjaga

kelestarian lingkungan dengan misalnya membuang sampah


pada tempatnya.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kunang-kunang termasuk dalam golongan Lampyridae
yang

merupakan

Coleoptera

dan

familia

dapat

dalam

ordo

menghasilkan

kumbang

cahaya

pada

malam hari.
2. Kunang-kunang perlu dilestarikan karena dapat menjadi
indikator pencemaran lingkungan. Selain itu kunangkunang dapat membantu penyerbukan tanaman.
3. Lingkungan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang belum
sesuai bagi kehidupan kunang-kunang. Solusinya adalah
dengan

membatasi

jumlah

kendaraan,

membatasi

paving, membersihkan sungai, dan menanam bunga.


B. Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait kunang-kunang
di lingkungan kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

DAFTAR PUSTAKA

Borror et al. 2005. Study of Insect Ed-7. Amerika: Thomson Book


Cole.
Hendro Darmodjo, Kaligis, J R E. 2012. Prosiding Seminar
Nasional Biologi XV. Universitas Lampung: Perhimpunan
Biologi Indonesia.
Lutz,F.E. 1935. Book Of Insects. New York: G.P.Putnams Sons.
Yahya, Harun. 2007. Hewan-Hewan Bercahaya. Jakarta: PT
Bangun Satya Wacana.

Anda mungkin juga menyukai