Anda di halaman 1dari 40

BAB II

LAPORAN KASUS

STATUSKEPANITERAANKLINIKBEDAH
RUMAHSAKITUMUMDAERAHBUDHIASIH

Nama Mahasiswa

: Novi Agustina

NIM

: 030.007.189

Dokter Pembimbing : dr. David Idrial, Sp. OT


A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. MF

Umur

: 18 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Jl. Asrama BS Rt 09/10. No: 20, Cililitan

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pelajar

Agama

: Islam

Suku bangsa

: Betawi

Status pernikahan

: Belum menikah

Tanggal Masuk RS: 19 Februari 2012

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan ibu pasien pada
tanggal 20 Februari 2012.
1. KELUHAN UTAMA
Tungkai kanan dan tungkai kiri tidak sama panjang, setelah kecelakaan motor 7 bulan
SMRS.
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
OS mengeluh tungkai kanan dan tungkai kiri nya tidak sama panjang setelah OS
mengalami kecelakaan motor 7 bulan SMRS. Tungkai kanan OS lebih pendek dari tungkai
kirinya. OS juga mengeluhkan bengkak di daerah paha sebelah kanan yang terjadi beberapa
saat OS mengalami kecelakaan, bengkak hingga saat ini masih dialami OS, kadang terasa
nyeri, terutama saat OS berjalan.OS mengeluhkan menjadi sulit berjalan karena kedua
tungkainya tidak sama panjang, dan saat ini OS berjalan menggunakan tongkat. Saat ini OS
datang ke RSUD Budhi Asih untuk melakukan operasi pada tungkai kanan nya.
OS tidak mengeluhkan kelainan pada tungkai kiri dan juga anggota gerak lainnya. Sakit
kepala, mual, muntah disangkal oleh OS. BAB dan BAK normal.
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pada tanggal 26 Juni 2011, OS mengalami kecelakaan motor, OS sedang mengendarai
motor dengan kecepatan 80 km/jam menabrak mobil dibagian belakang. Paha kanan OS
terbentur stang motor kemudian OS terpental 100 meter kedalam gerobak sayur. Tidak ada
pingsan atau pun muntah setelah jatuh, dan tidak ada benturan dikepala. Setelah jatuh OS
tidak bisa bangun sendiri karena rasa sakit di tungkai kanan nya, setelah itu OS langsung
dibawa ke IGD RSUD Budhi Asih. Tindakan yang dilakukan di IGD saat itu adalah
pembersihan luka terbuka pada tungkai bawah kanan, pemasangan bidai pada tungkai kanan,
pemberian antibiotik, penghilang nyeri dan dilakukan pemeriksaan rontgen tungkai kanan.
Pada saat itu OS di diagnosis fraktur femur 1/3 proksimal tertutup dan fraktur tibia 1/3
proksimal terbuka. Kemudian OS mendapatkan perawatan di bangsal RSUD Budhi Asih
selama 1 minggu dan direncanakan operasi tungkai kanan oleh dokter, namun OS menolak
untuk melakukan operasi, dan pulang setelah 1 minggu di rawat.
2

Setelah pulang dari RS, OS melanjutkan pengobatannya ke alternatif/tukang urut. OS


mengatakan tungkai kanan atas dan bawahnya di urut setiap dua kali seminggu selama 7
bulan setelah keluar dari RS, OS merasakan tungkai kanan nya tidak membaik dan menjadi
lebih pendek sehingga pada akhirnya OS memutuskan untuk datang ke poli bedah orthopedi
dan dijadwalkan untuk dilakukan operasi pada tungkai kanan nya dan kembali di rawat di
RSUD Budhi Asih.
OS mengaku memiliki riwayat penyakit asma yang jarang kambuh.
4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama. Riwayat penyakit hipertensi,
kencing manis, asma dan keganasan pada anggota keluarga disangkal oleh OS.
5. RIWAYAT KEBIASAAN
Minum-minuman alkohol dan merokok disangkal oleh OS. OS juga mengaku jarang
berolahraga.
6. RIWAYAT ALERGI
OS menyangkal adanya alergi obat ataupun makanan

C. PEMERIKSAAN FISIK (20 Februari 2012)


Keadaan Umum
Kesadaran

: Compos mentis

Kesan sakit

: Tampak sakit sedang

BB/TB

: 56 Kg/ 172 cm

BMI

: 18,9 kg/m2

Kesan gizi

: Gizi normal

Tanda Vital :
Tekanan darah: 120/80 mmHG

Suhu: 36,2 0C
3

Nadi: 84 x/menit

Pernafasan: 16 x/menit

Status generalis
1. Kepala

: Normocephal, (-) jejas

2. Mata

: CA -/-; SI -/-; pupil bulat isiokor; refleks cahaya langsung/tidak langsung +/+

3. Leher

: KGB dan Tiroid tidak teraba membesar; JVP: 5+1 mmH20

4. Thoraks
Jantung :
-

Inspeksi : tampak pulsasi ictus cordis

Palpasi

: iktus cordis teraba di ICS V 1 cm medial linea midklavikularis

iiiiiiiiiiiiiiiiisinistra.
-

Perkusi

Batas Atas

: ICS III linea parasternalis sinistra.

Batas Kiri

: ICS V, 1 cm medial linea midklavikularis sinistra.

Batas Kanan

: ICS III-V linea sternalis dekstra.

Auskultasi: BJ I normal, BJ II normal, reguler. Murmur (-) Gallop (-)

Paru:
-

Inspeksi : tampak pergerakan dinding dada simetris saat statis dan dinamis

Palpasi

: pergerakan dinding dada simetris, vocal fremitus simetris

Perkusi

: sonor pada kedua lapang paru.

Auskultasi: suara nafas vesikuler, rhonki -/-, whezzing -/-\

5. Abdomen

Inspeksi

: warna kulit sawo matang, datar, (-) ikterik, (-) spider nevi

Palpasi

: teraba supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
4

Perkusi

Auskultasi: bising usus (+) normal, 3x/ menit

6. Ekstremitas

: timpani

Akral hangat pada keempat ekstremitas (+); Oedema (-).

Status Lokalis (Regio Femoris Dextra)


Look :
-

(+) pembengkakan di tungkai atas kanan; (-) angulasi; (-) rotasi

(+) deformitas

Feel
-

:
(+) pembengkakan di tungkai atas kanan, 6 cm diatas lutut, ukuran: 10 x 8 cm, suhu
kulit normal, teraba keras, (-) mobile, (-) nyeri tekan

Panjang tungkai kanan: 96 cm, panjang tungkai kiri: 100 cm.

Move :
-

(-) krepitasi

ROM aktif-pasif terbatas akibat nyeri

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG (7 Februari 2012)


Laboratorium:
Leukosit

: 12.700 /uL

Eritrosit

: 4,9 juta/uL

Hemoglobin

: 15,1 gr/dl

Hematokrit

: 44 %
5

Trombosit

: 243.000

LED

: 4 mm/jam

Hit jenis leukosit

basofil / eosinofil / batang / segmen / limfosit / monosit : 0 / 0 / 2 / 72 / 19 / 7


Masa perdarahan

: 230 menit

Masa pembekuan

: 1200 menit

Rontgen:
-

Thorax PA

: paru dan jantung dalam batas normal

Os. Femur dextra AP - Lateral :


Deskripsi:

fraktur lama pertengahan transverse displace

Os. Femur dextra cum contractionum dengan kalus

Tidak tampak destruksi tulang


Kesan: Fraktur femur dextra 1/3 tengah

E. RESUME
OS, laki-laki, usia 18 tahun datang dengan keluhan kelainan pada tungkai kanannya
setelah kecelakaan motor 7 bulan SMRS. Kedua tungkai tidak sama panjang, tungkai kanan
lebih pendek dari tungkai kiri. OS juga mengeluh adanya pembengkakan di paha kanan sejak
OS mengalami kecelakaan, bengkak terus menerus dan kadang terasa sakit terutama saat
berjalan. Saat ini OS berjalan dengan menggunakan tongkat. Setelah kecelakaan motor 7
bulan yang lalu, OS sempat dirawat selama 1 minggu di RS dan OS menolak operasi yang
disarankan oleh dokter. Setelah pulang dari RS, OS melakukan pengobatan alternatif dengan

di urut, 2x/minggu selama 7 bulan, sampai akhirnya dirasakan tidak ada perubahan pada
tungkainnya OS pergi ke RS dan dijadwalkan untuk operasi tungkai kanan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan: status lokalis femur dextra Look: (+) pembengkakan
di tungkai atas kanan; (-) angulasi; (-) rotasi; (+) deformitas. Feel : (+) pembengkakan di
tungkai atas kanan, 6 cm diatas lutut, ukuran: 10 x 8 cm, suhu kulit normal, teraba keras, (-)
mobile, (-) nyeri tekan; Panjang tungkai kanan: 96 cm, panjang tungkai kiri: 100 cm. Move:
(-) krepitasi; ROM aktif-pasif terbatas akibat nyeri.
Pada pemeriksaan Rontgen Os. femur dextra, didapatkan: fraktur lama pertengahan
transverse displace; Os. Femur dextra cum contractionum dengan kalus.

F. DIAGNOSIS KERJA
Malunion fraktur femur 1/3 tengah transverse displace tertutup

G. PENATALAKSANAAN
-

IVFD Asering 20 tetes/menit

Operasi release soft tissue skletal deffect

Osteotomi

Skletal traksi

Pro operasi ORIF

H. PROGNOSIS
-

Ad Vitam

: Ad bonam

Ad Sanationam

: Dubia ad bonam

Ad Fungsionam

: Dubia ad bonam

LAPORAN PEMBEDAHAN
(20 FEBRUARI 2012)

Tanggal

: 20 Februari 2012

Dokter Bedah

: dr. David, Sp OT

Diagnosis

: Malunion fraktur femur dextra

Jenis Operasi

: Clear, Elektif, Mayor

Tindakan Pembedahan:
-

Release soft tissue

Osteotomi

Skletal traksi

Pro ORIF

Uraian Pembedahan:
1.

Posisi LLD dalam spinal anastesi

2. Asepsis dan antisepsis medan operasi, mempersempit dengan duk steril


3. Insisi posterior lateral diperdalam
4. Ditemukan malunion fraktur femur, dilakukan osteotomi dan release soft tissue
5. Kontrol perdarahan dan tutup luka operasi dengan meninggalkan drain
6. Pasang skletal traksi
7. Operasi selesai
Instruksi Post Operasi
1. Awasi Keadaan Umum
2. IVFD Asering 1500 cc/24 jam
8

3. Terapi:
-

Inj Sulbacef 2x1 gr

Inj Tramadol 100 gr dalam 500 cc cairan/ 8 jam

Inj Ketesse 3x50 gr

Inj Ranitidine 2x150 gr


4. Cek darah perifer bila Hb < 10 gr/dl tranfusi PRC 500cc s/d Hb > 10 gr/dl
5. Pasang skletal traksi beban 4 kg
6. Rontgen kontrol femur dextra AP-Lateral dengan terpasang traksi beban 4 Kg
7. Tirah baring 24 jam

FOLLOW UP

Tanggal
21/2/12

S
Nyeri
bekas op
(+)
Demam
(-)

O
TD:120/80 mmHg
N: 84 x/menit
S: 35,8 0C
P: 16x/menit
Status Lokalis:
(Femur dextra)
Look:
- Luka bekas op tertutup elastic
perban,
- drain (+): darah
- (+) skletal traksi beban 4kg
Fell: NT (+)

23/2/12

Lab: 20/2/12
- Leukosit: 13400/ul
- Hb: 13,4 gr/dl
- Ht: 39 %
- Trombosit: 256.000/ul
Nyeri
TD:100/80 mmHg
bekas op N: 74 x/menit

A
Post Osteotomi
H-1
Malunion fr.
Femur dextra

P
- IVFD Asering 1500/24 jam
- Diit TKTP
- Inj Sulbacef 2x1 gr
- Inj Tramol 3x100gr dalam
500 cc cairan
- Inj ketesse 3x50 gr drip 100
cc (15 menit)
- Inj Ranitidine 2x150 gr
- Pertahankan skletal traksi
beban 4kg
- Elevasi bed 20 cm
- Rontgen kontrol femur
dextra AP-Lateral
(terpasang beban 4 kg)

Post Osteotomi - Diit TKTP


H-3
- Inj Sulbacef 2x1 gr
9

S: 36,2 0C
P: 14x/menit

<<
Demam
(-)

28/2/12

Status Lokalis:
(Femur dextra)
Look:
- Luka bekas op tertutup elastic
perban,
- drain (+): darah
- (+) skletal traksi beban 6kg
Fell: NT (+)
Nyeri
TD:120/80 mmHg
bekas op N: 80 x/menit
<<
S: 35,8 0C
Demam
P: 16x/menit
(-)
Status Lokalis:
(Femur dextra)
Look:
- Luka bekas op tertutup elastic
perban,
- (+) skletal traksi beban 11kg
Fell: NT (+)
-

1/3/12

5/3/12

Nyeri
bekas op
<<
Demam
(-)

Lab: 26/2/12
Leukosit: 7100/ul
Hb: 12,5 gr/dl
Ht: 40%
Trombosit: 326.000/ul
HbsAg (+) Reaktif
TD:110/70 mmHg
N: 76 x/menit
S: 36 0C
P: 14x/menit

Status Lokalis:
(Femur dextra)
Look:
- Luka bekas op tertutup elastic
perban,
- (+) skletal traksi beban 12kg
Fell: NT (+)
Puasa
TD:110/80 mmHg
(+)
N: 80 x/menit
Demam
S: 36 0C
(-)
P: 16x/menit

Malunion fr. - Inj Ketoprofen 2x100 gr


Femur dextra - Tab Ranitidine 2x150 mg
- Pertahankan skletal traksi
beban 4kg 6kg
- Pro rawat luka & GV

Post Osteotomi H-8


Malunion fr. Femur dextra
-

Diit TKTP
Tab Ciprofloxacin 2x500mg
Tab As. Mefenamat 3x500
mg
Tab Ranitidine 2x150 mg
Pertahankan skletal traksi
beban 11kg
- Aff DC

Post Osteotomi H-10


Malunion fr. Femur dextra
-

Diit bebas TKTP


Tab Ciprofloxacin 2x500mg
Tab As. Mefenamat 3x500
mg
Tab Ranitidine 2x150 mg
Pertahankan skletal traksi
beban 11kg12 kg
- Rencana op ORIF & Bone
graft Senin 5/3/12

Malunion fr.
Femur dextra

Pre Op ORIF & bone graft

Status Lokalis:
(Femur dextra)
Look:
10

- Luka bekas op tertutup elastic


perban,
- (+) skletal traksi beban 12kg
Fell: NT (+)
-

Lab: 2/3/12
Leukosit: 14500/ul
Hb: 11,7 gr/dl
Ht: 34%
Trombosit: 421.000/ul

Rontgen Os Femur AP-Lateral (3 Maret 2012)


Deskripsi:
(+) soft

tissue sweling

(+) kalus
Fraktur lama

pertengahan transverse displace

Kesan:
Fraktur

femur 1/3

tengah tranverse

LAPORAN PEMBEDAHAN
(5 MARET 2012)

Tanggal

: 5 Maret 2012

Dokter Bedah

: dr. David, Sp OT
11

Diagnosis

: Malunion fraktur femur dextra

Jenis Operasi

: Clear, Elektif, Mayor

Tindakan Pembedahan:
-

ORIF plate & screw

Bone graft

Uraian Pembedahan:
1. Posisi LLD dalam anastesi spinal
2. Asepsis dan antisepsis medan operasi, dipersempit dengan doek steril
3. Incisi longitudinal luka lama operasi di perdalam
4.

Ditemukan fragmen fraktur femur, dilanjutkan pemasangan locking plate 10 holes +


screw 5,0 10 pcs

5. Cek stabilitas stabil


6. Kontrol perdarahan & pasang graft (hon gross)
7. Tutup luka op, di pasang dry vac (vacum drain)
8. Operasi selesai
Instruksi Post Operasi
1. Awasi Keadaan Umum
2. IVFD Asering 1500 cc/24 jam
3. Terapi:
-

Inj Sulbacef 2x1 gr

Inj Gentamycin 2x50 gr

Inj Tramadol 100 gr dalam 500 cc cairan/ 8 jam

Inj Ketesse 3x50 gr drip 100cc cairan (15 menit)


12

Inj Ranitidine 2x150 gr

4. Rontgen kontrol femur dextra AP-Lateral


5. Cek darah perifer/rutin bila Hb < 10 gr/dl tranfusi PRC 500cc s/d Hb > 10 gr/dl
6. Lain-lain lapor

FOLLOW UP
Tanggal
6/3/12

S
Nyeri
bekas op
(+)
Demam
(-),

O
TD:110/70 mmHg
N: 80 x/menit
S: 36 0C
P: 16x/menit
Status Lokalis:
(Femur dextra)
Look:
- Luka bekas op tertutup elastic
perban,
- drain (+): 200cc/24 jam semi
hemoragic

A
Post operasi
ORIF H-1
Malunion fr.
Femur dextra

P
- IVFD Asering 1000/24 jam
- Diit TKTP
- Inj Gentamicin 2x50 gr
- Inj Tramadol 2x100gr dalam
500 cc cairan
- Inj ketesse 3x50 gr drip 100
cc (15 menit)
- Inj Ranitidine 2x150 gr
- Mobilisasi duduk
- Pesan tongkat/ axillary cruth
bilaeral
- Cek lab rutin post tranfusi

Fell: NT (+)
Move:
ROM terbatas akibat nyeri
Lab: 5/3/12
- Leukosit: 13100/ul
- Hb: 10,5 gr/dl
- Ht: 31 %
- Trombosit: 444.000/ul

13

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG


Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan, dan otot
menyusun kurang lebih 50%.Kesehatan baikya fungsi system musculoskeletal sangat
tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang- tulang memberi perlindungan
terhadap organ vital termasuk otak, jantung dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka
yang kuat untuk meyangga struktur tubuh otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh
bergerak metrik.
Tulang meyimpam kalsium, fosfor, magnesium, fluor. Tulang dalam tubuh manusia yang
terbagi dalam empat kategori: tulang panjang (missal femur tulang kumat) tulang pendek
(missal tulang tarsalia),tulang pipih (sternum) dan tulang tak teratur (vertebra). Tulang
tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau spongius).Tulang tersusun atas
sel,matrik protein,deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas,osteosit
dan osteocklas. Osteoblas berfungi dalam pembetukan tulang dengan mensekresikan matriks
tulang. Matrik merupakan kerangka dimana garam - garam mineral anorganik di timbun.
Ostiosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharahan fungsi tulang dan tarletak
ostion. Ostioklas adalah sel multi nukliar yang berperan dalam panghancuran,resorpsi dan
remodeling tulang. Tulang diselimuti oleh membran fibrus padat di namakan periosteum
mengandung saraf,bempembuluh darah dan limfatik. Endosteum adalah membrane faskuler
tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga rongga dalam tulang
kanselus.
Sumsum tulang merupakan jaringan faskuler dalam rongga sumsum tulang panjang dan
dalam pipih.Sumsum tulang merah yang terletak di sternum,ilium,fertebra dan rusuk pada
orang dewasa,bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih.pembentukan
tulang .Tulang mulai tarbentuk lama sebelum kelahiran. (Mansjoer. 2000 : 347)

FRAKTUR
A. Definisi Fraktur dan Mekanisme Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan jaringan
lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan.
14

Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya
benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat
berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan
tulang klavikula atau radius distal patah.
Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma
tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan
luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi
atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut
fraktur dislokasi.
A. Etiologi / Predisposisi
Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan
pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbsi
Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan
Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan
orang yang bertugas dikemiliteran.

15

B. Patofisiologi
Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah
tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan
lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan
sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang
dibawah periosteum dan jaringan tulang yang mengitari fraktur. Terjadinya respon inflamasi
akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan
leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk
memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang
terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian
merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh
darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot,
sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang
iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini
menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf.
C. Pembagian Fraktur
Secara umum, berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur dengan
dunia luar, fraktur juga dapat dibagi menjadi 2, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.
Disebut fraktur tertutup apabila kulit di atas tulang yang fraktur masih utuh. Sedangkan
apabila kulit di atasnya tertembus dan terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur
dengan dunia luar maka disebut fraktur terbuka, yang memungkinkan kuman dari luar dapat
masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah sehingga cenderung untuk mengalami
kontaminasi dan infeksi.

Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi atas : complete, dimana tulang
patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau lebih, serta incomplete (parsial).
Fraktur parsial terbagi lagi menjadi:
1.

Fissure/Crack/Hairline: tulang terputus seluruhnya tetapi masih tetap di tempat, biasa


terjadi pada tulang pipih
16

2.

Greenstick Fracture: biasa terjadi pada anak-anak dan pada os radius, ulna, clavicula,
dan costae

3.

Buckle Fracture: fraktur di mana korteksnya melipat ke dalam

Berdasarkan garis patah/konfigurasi tulang dibagi menjadi :


1.

Transversal: garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-100o dari sumbu tulang)

2.

Oblik: garis patah tulang melintang sumbu tulang (<80o atau >100o dari sumbu tulang)

3.

Longitudinal: garis patah mengikuti sumbu tulang

4.

Spiral: garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih

5.

Comminuted: terdapat 2 atau lebih garis fraktur

Jenisjenis fraktur
Berdasarkan hubungan antar fragmen fraktur:
1. Undisplace: fragmen tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnya
2. Displace: fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi atas:
-

Shifted Sideways: menggeser ke samping tapi dekat

Angulated: membentuk sudut tertentu


17

Rotated: memutar

Distracted: saling menjauh karena ada interposisi

Overriding: garis fraktur tumpang tindih

Impacted: satu fragmen masuk ke fragmen yang lain

D. Manifestasi Klinis
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang.
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
3. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
5. Tenderness / keempukan.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/perdarahan ).
8. Pergerakan abnormal.
9. Dari hilangnya darah.
10. Krepitasi
11. Apabila fraktur terjadi pada ekstremitas atau persendian, maka akan ditemui keterbatasan
LGS (lingkup gerak sendi).
E. Pemeriksaan Penunjang
Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur, sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan rontgen: Dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu anterior-posterior dan lateral
Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur. Pemeriksaan ini juga berguna untuk
mengikuti proses penyembuhan tulang.
18

b. Scan

tulang,

tomogram,

CT-scan/

MRI:

Memperlihatkan

frakur

dan

mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak


c. Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel),
Peningkatan Sel darah putih adalah respon stres normal setelah trauma.
F. Diagnosis Fraktur
Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik dan pemeriksaan sinar-x pasien.
Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut. Bila berdasarkan
pengamatan klinis diduga ada fraktur, maka perlakukanlah sebagai fraktur sampai terbukti
lain.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara Umum
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi
(circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi,
baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan
penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden period 16 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan foto radiologis.
Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan
yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.
Penatalaksanaan Kedaruratan
Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari adanya
fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai adanya fraktur,
penting untuk meng-imobilisasi bagian tubuh segara sebelum pasien dipindahkan.
Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat
dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah untuk

19

mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang dapat
menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut.
Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan menghindari
gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting
untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang. Daerah yang cedera
diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang
kemudian dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga
dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas yang sehat bertindak
sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera ektremitas atas, lengan dapat
dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal
cedera harus dikaji untuk menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.
Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah
kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi fraktur, bahkan
bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan di
atas.
Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian dilepaskan dengan
lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera. Pakaian pasien
mungkin harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai
digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Prinsip Penanganan Fraktur
Prinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian
fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi
Reduksi, yaitu : restorasi fragmen fraktur sehingga didapati posisi yang dapat diterima.

Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada


kesejajarannya dan posisi anatomis normal.

Sasarannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi anatomik


normalnya.

20

Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.

Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya
tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk
mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan
perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera
sudah mengalami penyembuhan.
Metode reduksi :
1. Reduksi tertutup, pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan)
dengan Manipulasi dan Traksi manual. Sebelum reduksi dan imobilisasi, pasien harus
dimintakan persetujuan tindakan, analgetik sesuai ketentuan dan bila diperlukan diberi
anestesia. Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai
atau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan
menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan tulang. Rontgen harus dilakukan untuk
mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.
2. Traksi
Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi
disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Secara umum traksi dilakukan dengan
menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan
sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah.
Metode pemasangan traksi antara lain :
a. Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan
emergency
b. Traksi mekanik, ada 2 macam :
-

Traksi kulit (skin traction)


Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan
dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.

Traksi skeletal

21

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction.
Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit
melalui tulang / jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi antara lain:
1. Mengurangi nyeri akibat spasme otot
2. Memperbaiki & mencegah deformitas
3. Immobilisasi
4. Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
5. Mengencangkan pada perlekatannya
Prinsip pemasangan traksi :
-

Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik.

Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar
reduksi dapat dipertahankan

Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus.

Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol.

Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai. Traksi yang dipasang harus
baik dan terasa nyaman.

3. Reduksi terbuka, pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan


pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,
kawat, sekrup, palt, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahan kan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

22

Imobilisasi

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan


dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.

Sasarannya

adalah

mempertahankan

reduksi

di

tempatnya

sampai

terjadi

penyembuhan.

Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal (bebat,


brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alat-alat internal
(nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll)

Tabel 1. Perkiraan Waktu Imobilisasi yang Dibutuhkan untuk Penyatuan Tulang Fraktur

Rehabilitasi
23

Sasarannya meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang
sakit.

Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi


dan imobilisasi adalah peninggian untuk meminimalkan bengkak, memantau status
neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan isometrik dan pengaturan otot,
partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali secara
bertahap dapat memperbaiki kemandirian fungsi. Pengembalian bertahap pada aktivitas
semula diusahakan sesuai batasan terapeutik.

Tabel 2. Ringkasan Tindakan terhadap Fraktur

PROSES PENYEMBUHAN TULANG


Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel, pembentukan kalus,
penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling.
1. Inflamasi.
24

Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya


pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan
hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena
terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah
putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan
nyeri.
2. Proliferasi Sel.
Setelah kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang
fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast
dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel
periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada
patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum,
tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro
minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur
kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.
3. Tahap Pembentukan Kalus.
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain
sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan
fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk
menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan
pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung
dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi
digerakkan.
4. Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi).
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu patah
tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal,
penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan. Mineral terus menerus ditimbun
sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat
elektronegatif.
5. Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling).
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi
tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulanbulan sampai bertahun tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan,
fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus stres fungsional
pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada
tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung.
25

Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami remodeling


(pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara
progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi
osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup,
dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang
positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga
terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur.

H. KOMPLIKASI
1. Sindroma Kompartemen
Sindroma kompartemen adalah suatu sindrom yang terjadi karena beberapa hal, bisa
disebabkan oleh fraktur, di mana terjadi peningkatan tekanan intrakompartemen sehingga
terjadi

iskemia

terisinya cairan

jaringan. Peningkatan tekanan ini disebabkan oleh


ke dalam kompartemen (fascia), dan tidak diikuti oleh

pertambahan

luas/volume

kompartemen

itu

sendiri.

Cairan

tersebut

dapat berupa darah atau edema yang disebabkan

oleh fraktur.

Dengan meningkatnya tekanan intrakompartemen


(interstitial) yang melampaui tekanan perfusi kapiler

(pembuluh

darah),

akan menyebabkan aliran darah yang seyogyanya

mensuplai oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi tidak adekuat (kolaps). Hal ini akan
memicu terjadinya iskemia jaringan, yang menyebabkan edema sehingga tekanan
intrakompartemen tersebut akan semakin meningkat. Bila hal ini tidak diatasi, maka iskemia
yang terjadi akan menimbulkan kematian jaringan dan nekrosis, yang pada akhirnya dapat
mengancam nyawa.
Secara umum terdapat beberapa tanda (sign) untuk sindroma kompartemen, yang
disingkat menjadi 5P:
Pain (nyeri), yang sering ditemukan dan terjadi di awal sindrom
Parestesia, yaitu gangguan pada saraf sensorik
Paralisis, yaitu gangguan motorik yang ditemukan setelah beberapa waktu
Pallor, yaitu pucat pada kulit akibat berkurangnya suplai darah
Pulselessness, yaitu kehilangan denyut arteri
26

Cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan teknik fasciotomi, suatu tindakan operatif
untuk membebaskan cairan yang terperangkap di dalam kompartemen.
2. Major Blood Loss
Hal ini disebabkan vaskularisasi yang ekstensif pada daerah femur. Apabila terjadi
perdarahan secara signifikan (lebih dari 1 liter) dapat berakibat secara sistemik, seperti shock,
hipotensi, dan takikardia.
Lieurance et al mengemukakan bahwa sekitar 40 persen penderita fraktur femur
mengalami kehilangan darah rata-rata sebanyak 1.276 cc. Hal ini dapat diminimalisasi
dengan cara mengimobilisasi tulang yang mengalami fraktur, memperbaiki deformitas,
menyambung (ligasi) pembuluh darah serta resusitasi.
3. Infeksi
Pada fraktur, infeksi dapat terjadi melalui 3 jalur:
Fraktur terbuka yang disertai luka yang terpajan ke lingkungan luar
Fraktur yang disertai hematoma, di mana bakteri dibawa oleh aliran darah
Infeksi pasca operasi
Infeksi pada fraktur dapat dibagi menjadi infeksi luar (superfisial) dan infeksi dalam.
Pada infeksi luar, penanganan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik dan pembersihan
serta mengelola luka dengan baik. Jika infeksi terjadi di dalam, maka drainase pus,
pembersihan jaringan nekrotik dan mengelola luka merupakan penanganan yang baik.
Pemberian antibiotik juga dapat dilakukan, namun tidak semua antibiotik memiliki spektrum
yang tepat. Sebaiknya dilakukan analisis mikroorganisme sebelum pemberian antibiotik.
4. Penyembuhan abnormal pada fraktur
MALUNION
Malunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat
deformitas yang terbentuk angulasi, varus / valgus, rotasi, kependekan atau union secara
menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.
Etiologi

27

Fraktur tanpa pengobatan

Pengobatan yang tidak adekuat

Reduksi dan imobilisasi yang tidak baik

Pengambilan keputusan serta teknik yang salah pada awal pengobatan

Osifikasi premature pada lempeng epifisis karena adanya trauma

Gambaran klinis

Deformitas dengan bentuk yang bervariasi

Gangguan fungsi anggota gerak

Nyeri dan keterbatasan pergerakan sendi

Ditemukan komplikasi seperti paralysis tardi nervus ulnaris

Osteoarthritis apabila terjadi pada daerah sendi

Bursitis atau nekrosis kulit pada tulang yang mengalami deformitas

Pemeriksaan radiologist
Pada foto roentgen terdapat penyambungan fraktur tetapi pada posisi yang tidak sesuai
dengan keadaan yang normal.
Pengobatan
Konservatif
Dilakukan refrakturisasi dengan pembiusan umum dan imobilisasi sesuai dengan fraktur yang
baru. Apabila ada kependekan anggota gerak dapat digunakan sepatu orthopedic.
Operatif
28

Osteotomi koreksi (osteotomi Z) dan bone graft disertai dengan fiksasi interna

Osteotomi dengan pemanjangan bertahap, misalnya pada anak anak.

Osteotomi yang bersifat baji

DELAYED UNION
Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3 -5 bulan (3 bulan
untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah)
Etiologi
Etiologi delayed union sama dengan etiologi pada nonunion
Gambaran klinis

Nyeri anggota gerak pada pergerakan dan waktu berjalan.

Terdapat pembengkakan

Nyeri tekan

Terdapat gerakan yang abnormal pada daerah fraktur

Pertambahan deformitas

Pemeriksaan radiologist

Tidak ada gambaran tulang baru pada ujung daerah fraktur

Gambaran kista pada ujung ujung tulang karena adanya dekalsifikasi tulang

Gambaran kalus yang kurang disekitar fraktur.

Pengobatan
Konservatif
29

Pemasangan plester untuk imobilisasi tambahan selama 2 3 bulan.


Operatif
Bila union diperkirakan tidak akan terjadi, maka segera dilakukan fiksasi interna dan
pemberian bone graft.
NONUNION
Disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6 8 bulan dan tidak didapatkan
konsolidasi sehingga didapat pseudoarthrosis (sendi palsu). Pseudoarthrosis dapat terjadi
tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi sama sama dengan infeksi disebut infected
pseudoarthrosis.
Beberapa jenis nonunion terjadi menurut keadaan ujung ujung fragmen tulang.
Hipertrofik
Ujung ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari normal yang disebut gambaran
elephants foot. Garis fraktur tampak dengan jelas. Ruangan antar tulang diisi dengan tulang
rawan dan jaringan ikat fibrosa. Pada jenis ini vaskularisasinya baik sehingga biasanya hanya
diperlukan fiksasi yang rigid tanpa pemasangan bone graft.
Atrofik (Oligotrofik)
Tidak ada tanda tanda aktivitas seluler pada ujung fraktur. Ujung tulang lebih kecil dan
bulat serta osteoporotik dan avaskular. Pada jenis ini disamping dilakukan fiksasi rigid juga
diperlukan pemasangan bone graft.
Gambaran klinis

Nyeri ringan atau sama sekali tidak ada

Gerakan abnormal pada daerah fraktur yang membentuk sendi palsu yang disebut
pseudoarthrosis.

Nyeri tekan atau sama sekali tidak ada.


30

Pembengkakan bisa ditemukan dan bisa juga tidak terdapat pembengkakan sama
sekali

Pada perabaan ditemukan rongga diantara kedua fragmen.

Pemeriksaan radiologist

Terdapat gambaran sklerotik pada ujung ujung tulang

Ujung ujung tulang berbentuk bulat dan halus

Hilangnya ruangan meduler pada ujung ujung tulang

Salah satu ujung tulang dapat berbentuk cembung dan sisi lainnya cekung
(psedoarthrosis)

Pengobatan

Fiksasi interna rigid dengan atau tanpa bone graft

Eksisi fragmen kecil dekat sendi. Misalnya kepala radius, prosesus stiloid ulna

Pemasangan protesis, misalnya pada fraktur leher femur

Stimulasi elektrik untuk mempercepat osteogenesis.

PENYEBAB NONUNION DAN DELAYED UNION

Vaskularisasi pada ujung ujung fragmen yang kurang

Reduksi yang tidak adekuat

Imobilisasi yang tidak adekuat sehingga terjadi gerakan pada kedua fragmen.

Waktu imobilisasi yang tidak cukup

Infeksi
31

Distraksi pada kedua ujung karena adanya traksi yang berlebihan

Interposisi jaringan lunak diantara kedua fragmen tulang

Terdapat jarak yang cukup besar antara kedua fragmen

Destruksi tulang misalnya oleh karena tumor atau osteomielitis (fraktur patologis)

Disolusi hematoma fraktur oleh jaringan sinovia (fraktur intrakapsuler)

Kerusakan periosteum yang hebat sewaktu terjadi fraktur atau operasi

Fiksasi interna yang tidak sempurna

Delayed union yang tidak diobati

Pengobatan yang salah atau sama sekali tidak dilakukan pengobatan

Terdapat benda asing diantara kedua fraktur, misalnya pemasangan screw diantara
kedua fragmen.

FRAKTUR FEMUR
A. Anatomi dan Fisiologi Tulang Femur
Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan
trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi
dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat
lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput.
Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki
tulang pada fovea.

32

Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke bawah,
belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada wanita sedikit lebih
kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat
dirubah oleh penyakit.
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang. Yang
menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista
intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum
quadratum.
Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan bulat
pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea aspera.
Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai
crista

supracondylaris

medialis

menuju

tuberculum

adductorum

pada

condylus

medialis.Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada


permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis,
yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal
dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.
Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior
dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan oleh
permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulatio genu. Di atas
condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan
langsung dengan epicondylus medialis.
33

Otot-otot femur
terdiri dari 3 kelompok
1. Kelompok
anterior (ekstensor)
- m.

rectus

femoris
- m.
vastus lateralis
- m.
vastus medialis
m.
vastus
intermedius genu
- m. sartorius
2. Kelompok medial (adduktor)
- m. pectineus
- m. gracilis
- m. adductor longus
- m. adductor brevis
- m. adductor magnus
3. Kelompok posterior (fleksor)
- m. biscep femoris
- m. semitendinosus
- m. semimembranosus
- m. psoas major
- m. iliacus
- m. tensor fascia lata
Vaskularisasi femur: arteri femoralis superficial, a obturator, vena saphena magna, vena
obturator, vena femoralis.
B. Definisi Fraktur Femur
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat
trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak
dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok.
C. Klasifikasi Fraktur Femur
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam kapsul sendi panggul
-

Fraktur kapital: pada kaput femur

Fraktur subkapital: fraktur yang terletak dibawah kaput femur


34

Fraktur transervikal: fraktur pada kolum femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler;
Terjadi di luar kapsul sendi panggul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang
lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
-

Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minor

Fraktur intertrokanter

Fraktur subtrokanter

Fraktur Kolum Femur


Fraktur kolum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal
femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris
sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter. Fraktur kolum femur dapat disebabkan
oleh trauma langsung yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah
trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh
trauma tidak langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan
deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa
pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur
yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri
tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan.
Standar pemeriksaan radiologi untuk fraktur kolum femur adalah rontgen pinggul dan
pelvis anteroposterior dan cross-table lateral.
Klasifikasi fraktur kolum femur menurut Gardens adalah sebagai berikut :
a. Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)
b. Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran
c. Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment)
d. Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang
bersinggungan

35

Klasifikasi Gardens untuk Fraktur Kolum FemurKlasifikasi Pauwels untuk fraktur kolum
femur juga sering digunakan. Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis
fraktur dan bidang horizontal pada posisi tegak.
a. Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30 dengan bidang horizontal pada posisi tegak
b. Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50 dengan bidang horizontal pada posisi
tegak
c. Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50 dengan bidang horizontal pada posisi
tegak

Klasifikasi Pauwels untuk Fraktur Kolum Femur


Fraktur Subtrochanter Femur
Faktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi dalam
beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi
Fielding & Magliato, yaitu :
-

tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor

36

tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor

tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor

Fraktur Batang Femur/ Diafisis femur


Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu
lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam shock, salah satu
klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan
daerah yang patah. Dibagi menjadi :
1. Tertutup
2. Terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah
dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;

Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya
diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar.

Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari
luar.

Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak
yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)

Gambaran Klinis
Penderita pada umumnya dewasa muda. Ditemukan pembengkakan dan deformitas pada
tungkai atas berupa rotasi eksterna dan pemendekan tungkai dan mungkin datang dalam
keadaan schok.
Penatalaksanaan
4. Terapi konservatif

37

Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi definitif


untuk mengurangi spasme otot

Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada sendi lutut. Indikasi traksi
terutama yang bersifat kominutif dan segmental.

Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur secara klinis

5. Terapi operatif
-

Pemasangan plate and screw terutama pada fraktur proksimal dan distal femur

Mempergunakan K-nail, AO-nail atau jenis-jenis lain baik dengan operasi tertutup
ataupun terbuka. Indikasi K-nail, AO-nail terutama pada fraktur diafisis.

Fiksasi eksternal terutama pada fraktur segmental, fraktur kominutif, infected


pseudoartrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.

Fraktur Supracondyler Femur


Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini
biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot otot gastrocnemius, biasanya
fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi
sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.
Fraktur Intercondylair
Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga umumnya
terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.
Fraktur Condyler Femur
Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai
dengan tekanan pada sumbu femur keatas.

Fraktur Suprakondiler Femur Dan Fraktur Interkondiler


38

Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur dan batas
metafisis dengan diafisis femur. Fraktur suprakondiler femur sering bersama-sama
dengan fraktur interkondiler yang memberikan masalah pengelolaan yang lebih
kompleks.

Klasifikasi menurut Neer, Grantham, Shelton (1967) :

Tipe I: fraktur suprakondiler dan kondiler bentuk T.

Tipe IIA: fraktur suprakondiler dan kondiler dengan sebagian metafisis (bentuk Y).

Tipe II: sama seperti IIA tetapi bagian metafisis lebih kecil.

Tipe III: fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler yang tidak total.

39

DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif Watampone. 2007. 355-71;
429-45.
2. Brinker. Review of Orthopaedic Trauma, Pennsylvania: Saunders Company, 2001.53-63.
2. Fizuhri SB. Uji Banding Penggunaan Skrew Paralel pada Fraktur Colum Femur: Sebuah
Studi Biomekanika. Available at: http://www.digilib.ui.edu/opac/themes/libri2/ detail.jsp?
id=107838&lokasi=lokal. Accessed on: March 1, 2012.
3. Apley AG, Solomon L. Apleys System of Orthopaedics Fractures.
ButterworthHeinemann, 1993. 364-374.
4. Anonim. Femur. Available at: http://www.answer.com/library/sport%20science%20and
%20 medicine-cid.29334. Accesed on: March 3, 2012
5. Penyembuhan tulang. Available at: http://prastiwisp.wordpress.com/2010/07/08/prosespenyembuhan-dan-pertumbuhan-tulang-komposisi-tulang/. Accesed on: February 29, 2012

40

Anda mungkin juga menyukai