PEMBAHASAN
2.1.
Lokasi
Kabupaten
pengolahan
Barito
Selatan
batubara
Propinsi
batubara
(crushing
plant)
Kalimantan
berada
Tengah.
dihubungkan
dengan
di
Lokasi
jalan
Pengusahaan
Penambangan
Batubara
(PKP2B)
Nomor
oleh Pemerintah dalam hal ini Departemen Pertambangan dan Energi (yang
sat ini merupakan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral).
Berdasarkan PKP2B, PT Adaro Indonesia berhak melakukan
eksplorasi, penambangan dan pemasaran batubara untuk jangka waktu 30
tahun sejak dimulainya tahap produksi tahun 1991 dan pada tahun
1992
wilayah
PT
Adaro
Indonesia
mencakup
area seluas
2.2.
dan batubara coklat (Brown Coal) terbentuk pada periode ini, kecuali
batubara di Cekungan Moscow yang berasal dari Zaman Karbon
Bawah.Selanjutnya seluruh endapan gambut diasumsikan terjadi pada
Zaman Kuarter.
2.2.2. Genesa Bahan Galian Batubara
Penimbunan lanau dan sedimen lainnya, bersama dengan
pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur
rawa dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat
dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan tersebut terkena
suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi tersebut
menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan
kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan
kemudian batu bara. Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous
Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai
zaman batu bara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290
juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh
suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai
maturitas organik. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite
(batu bara muda) atau brown coal (batu bara coklat) Ini adalah batu
bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batu
bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi
dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan
tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda
mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas
organiknya dan mengubah batu bara muda menjadi batu bara subbitumen. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu
bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk
bitumenatauantrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas
organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk
antrasit. Jenis-jenis Batu Bara Tingkat perubahan yang dialami batu bara,
dari gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan
memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai
tingkat mutu batu bara. Batu bara dengan mutu yang rendah, seperti
batu bara muda dan sub-bitumen biasanya lebih lembut dengan materi
yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah. Baru bara muda memilih
tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah, dan
dengan demikian kandungan energinya rendah. Batu bara dengan mutu
yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna
hitam cemerlang seperti kaca. Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi
memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang
lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih banyak. Antrasit
Definisi Batu bara adalah bahan bakar fosil. Batu bara dapat terbakar,
terbentuk dari endapan, batuan organik yang terutama terdiri dari karbon,
hidrogen dan oksigen. Batu bara terbentuk dari tumbuhan yang telah
terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi
pengaruh tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk
lapisan batu bara.
anaerob,
pengendapannya
berwarna
terkena
coklat
proses
sampai
hitam
yang
sejak
fisika dan
kimia,
yang
mana
tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar
fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi
disebut dengan pembatubaraan (coalification). Faktor tumbuhan purba
yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi dan lokasi
tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan
(sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta
perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan
terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu,
karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal
field) dan lapisannya (coal seam).
Karena
tingkat
pembatubaraan
secara
umum
dapat
Teori Insitu
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembenrtuk
lapisan batubara terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan
asal itu berada. Dengan demikian setelah tumbuhan tersebut mati,
belum mengalami proses transportasi, segera tertimbun oleh
lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara
yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan
merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relatif kecil,
Dapat dijumpai pada lapangan batubara Muara Enim (SumSel).
2.
Teori Drift
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembenrtuk
lapisan batubara terbentuknya ditempat yang berbeda dengan
tempat tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian setelah
tumbuhan tersebut mati, diangkut oleh media air dan berakumulasi
disuatu tempat, segera tertimbun oleh lapisan sedimen dan
Posisi Geotektonik
Merupakan suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi gaya-
cekungan
pengendapan
batubara
maupun
kecepatan
penurunannya.
2.
Morfologi (Topografi)
Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat
Iklim
Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan
Penurunan
Umur Geologi
Posisi geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan
Tumbuhan
Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara. Pertumbuhan
dari flora terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan
iklim dan topografi tertentu, merupakan faktor penentu terbentuknya
berbagai type batubara.
7.
Dekomposisi
Dekomposisi flora merupakan bagian dari transformasi biokimia
pada
kecepatan
perkembangan
tumbuhan
dan
proses
pembusukan. Bila tumbuhan tertutup oleh air dengan cepat, maka akan
terhindar oleh proses pembusukan, tetapi terjadi proses disintegrasi atau
penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan yang telah mati terlalu lama
berada di udara terbuka, maka kecepatan pembentukan gambut akan
berkurang, sehingga hanya bagian keras saja tertinggal yang menyulitkan
penguraian oleh mikrobiologi.
8.
Metamorfosa Organik
Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan
atau pengaburan oleh sedimen baru. Pada tingkat ini proses degradasi
biokimia tidak berperan lagi tetapi lebih didominasi oleh proses
dinamokimia. Proses ini menyebabkan terjadninya perubahan gambut
menjadi batubara dalam berbagai mutu. Selama proses ini terjadi
pengurangan air lembab, oksigen dan zat terbang serta bertambahnya
prosentas karbon pada, belerang dan kandungan abu. Tekanan dapat
disebabkan oleh lapisan sedimen penutup yang sangat tebal atau karena
tektonik. Hal ini menyebabkan bertambahnya tekanan dan percepatan
proses metamorfosa organic. Proses ini akan dapat mengubah gambut
menjadi batubara sesuai dengan perubahan sifat kimia, fisik, dan optiknya.
a. Terbentuknya lapisan batubara tebal
Lapisan batubara tebal merupakan deposit batubara yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Salam satu syarat yang dapat
membentuk lapisan batubara tebal adalah apabila terdapat suatu cekungan
yang oleh karena adanya beban pengendapan bahan-bahan pembentuk
batubara di atasnya mengakibatkan dasar cekungan tersebut turun secara
perlahan-lahan. Cekungan ini umumnya terdapat didaerah rawa-rawa
(hutan bahaku) di tepai pantai. Dasar cekungan yang turun secara
Bentuk Pinch
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis dibagian
tengah. Pada umumnya dasar dari lapisan natubara merupakan
batuan yang plastis, misalnya batulempung. Sedang di atas lapisan
batubara secara setempat ditutupi oleh batupasir yang secara lateral
merupakan pengisian suatu alur.
3.
4.
5.
Bentuk Fault
Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana deposit
batubara mengalami beberapa seri patahan. Keadaan ini akan
mengacaukan di dalam perhitungan cadangan, akibat adanya
perpindahan perlapisan akibat pergeseran kea rah vertical. Dalam
6.
Bentuk Fold
Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana deposit
batubara mengalami perlipatan. Makin intensif gaya yang bekerja
pembentuk perlipatan akan makin komplek. Dalam melakukan
eksplorasi batubara di daerah tersebut juga terjadi patahan harus
dilakukan dengan tingkat ketilitian yang tinggi.
air 70% dari beratnya. Batubara ini berwarna hitam, sangat rapuh
dan seringkali menunjukkan struktur serat kayu. Nilai kalor rendah
karena kandungan air yang sangat banyak (30-75 %), kandungan
karbon sangat sedikit (60-68&), kandungan abu dan sulfur yang
banyak (52.5-62.5). Batubara jenis ini dijual secara eksklusif
sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU).Lignite dijumpai pada kondisi yang masih muda, berkisar
Cretaceous sampai Tersier.
2.
Sub-Bituminous
karakteristiknya berada di antara batubara lignite
dan bituminous, terutama digunakan sebagai bahan bakar
untuk PLTU. Sub-bituminous coal mengandung sedikit
carbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber
panas
yang
tidak
efisien
3.
Bituminous
batubara yang tebal, biasanya berwarna hitam
mengkilat,
terkadang
cokelat
tua.
Bituminous
coal
4.
Antrasit
peringkat teratas batubara, biasanya dipakai untuk
bahan pemanas ruangan di rumah dan perkantoran.
Batubara antrasit berbentuk padat (dense), batu-keras
dengan warna jet-black berkilauan (luster) metalik dengan
struktur
kristal
dan
konkoidal
pecah.
dan
3,6%
bahan
volatile.
2.3.
Survei Rinci
Peta geologi
1:50.000-10.000 1:1.000-3.000
1:50.000-10.000 1:1.000-3.000
1:500-1.000
1:500-1.000
stratigrafi/lapisan batubara
1:200-500
1:20 1.000
1:25.000-10.000 1:1.000-5.000
1:10.00
1:1.000-5.000
1:200-500
1:1.000-5.000
1:10.000
1:1.000-5.000
stratifikasi,
kesamaan
(sorting)
struktur
3.
(unconformity),
erosi
dalam
lapisan,
4.
batubara.
Outcrop bisasanya tersebar di samping aliran di dalam lembah.
Apabila outcrop tidak kontinu dan tanah diatasnya tipis,maka
dilakukan penggalian (stripping) untuk membuat outcrop kontinu.
Walaupun lapisan tanahnya tebal, apabila diduga terdapat gejala
geologi yang penting seperti lapisan batubara atau pathan, maka
sebaiknya dilakukan pencekan dengan menggali parit (trench)
dengan lebar 1m dan kedalaman 3m sampai 5m. Pekerjaan utama
yang dikaukan didalam parit sebagai berikut :
1.
Pengukuran : mengukur arah orintasi dan kemiringan lapisan
2.
3.
4.
3)
4)
coring penuh dalam jarak yang lebar (jauh) dan dilakukan bersama
logging
geofisik.
Metode
pengeboran
banyak
menggunakn
2.
4.
5.
6.
7.
8.
murah.
Biaya Eksplorasi
Berikut merupakan biaya eksplorasi PT Adaro Indonesia pada periode
bulan Desember 2013.
Tabel 1. Biaya Eksplorasi PT Adaro Indonesia Bulan Desember 2013
2.5.
Sumber
Resource)
Daya
Batubara
Hipotetik
(Hypothetical
Coal
tahap
penyelidikan
survei
tinjau.
kembali
sebagai
sumber
daya
teridentifikasi
(identified resources).
2.
ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik
pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam daerah
antara 1,2 km 4,8 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan
ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm
atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm atau lebih.
3.
4.
areal
dengan membuat
penampang-penampang
yang
Pada
masing-masing
penampang
akan
diperoleh
c.
2.
Tonnase batubara = A x B x C,
dimana:
A = bobot ketebalan rata-rata batubara dalam inci, feet, cm
atau m
B = berat batubara per stuan volume yang sesuai atau
metric ton.
C = area batubara dalam acre atau hektar
Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh
dalam perhitungan sumber daya batubara. Bila lapisan batubara
memiliki kemiringan yang berbeda-beda, maka perhitungan
dilakukan secara terpisah.
1.
Kemiringan 00 100
Perhitungan
Tonase
dilakukan
langsung
dengan
menggunakan rumus
Tonnase = ketebalan batubara x berat jenis batubara x area
batubara
2.
3.
3.
kualitas
batubara,overallslope,
ratio, geogicall
loose, mining
lebar mineflor,
recovery, processing
striping
recovery.
menggunakan
land
dengan
berat
jenis
batubara,
faktor
geologi,
dari
Striping
ratio
yaitu
perbandingan
antara
5.
= (S1 + 4M + S2) L
6
= Luas penampang ujung
= Volume
Metode Krigging
Kriging yaitu suatu teknik perhitungan untuk estimasi atau
simulasi dari suatu variabel terregional (regionalized variable) yang
memakai pendekatan bahwa data yang dianalisis dianggap sebagai
suatu realisasi dari suatu variabel acak (random variable), dan
keseluruhan variable acak dalam daerah yang dianalisis tersebut
akan membentuk suatu fungsi acak dengan menggunakan model
struktural variogram atau kovariogram (Dr. Ir. Rukmana Nugraha
Adhi, 1998).
Kriging adalah penaksiran geostatistik linier tak bias yang
paling bagus untuk mengestimasi kadar blok karena menghasilkan
varians estimasi minimum BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator). (Dr. Ir. Totok Darijanto, 2003). Kriging diambil dari
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. PT Adaro Indonesia adalah salah satu kontraktor pemerintah melalui
Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
generasi pertama yang telah dirikan
pada
tahun
1982
dan
maturitas organiknya dan mengubah batu bara muda menjadi batu bara
sub-bitumen. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga
batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk
bitumenatauantrasit. Jenis-jenis Batu Bara Tingkat perubahan yang
dialami batu bara, dari gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai
pengarangan memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut
disebut sebagai tingkat mutu batu bara.
3. Eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, survei
tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi rinci. Tujuan
penyelidikan geologi ini adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan,
keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitas suatu
endapan
batu
bara
sebagai
dasar
analisis/kajian
kemungkinan
Metode Penampang
Metode USGS 1984
Metode Mean Area
Metode Cross Section
Metode Krigging