Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Eksema Dermatitis
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Eksema Dermatitis
EKSEMA DERMATITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN EKSEMA DERMATITIS
I.
KONSEP DASAR
A. Pengertian
1. Eksema dermatitis adalah semua lesi kulit yang disertai kemerahan, lepuh, basah, sisik,
menebal dan gatal. (Price.2006:)
2. Eksema dermatitis adalah kelainan pathogen yang unik, tetapi semuanya memiliki gambaran
3.
1)
Parspapilare yaitu bagian yang menonjol keepidermis, berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
2) Pars retikulare yaitu bagian dibawahnya yang menonjol kearah sub kutan, bagian ini terdiri
atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikukulin.
c. Lapisan subkutis adakah kelanjutan dermis yang terdiri dari jaringan ikat longgar berisi selsel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bukit, besar, dengan inti terbesar
kepinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulu adikosa,
berfungsi sebagai cadangan makanan dan merupakan bantalan. Lapisan ini terdapat pada
ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening. Tebal tipisnya jaringa lemak
tergantung pada lokasinya.
d. Adneksa kulit terdiri atas:
1) Kelenjar kulit terdapat dilapisan dermis, terdiri atas:
a) Kelenjar keringat (glandila sudorifera) ada 2 macam, yaitu:
i. Kelenjar ekrin dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan
dan baru berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Terletak dangkal didermis dengan pekret
yang encer.
ii.
axial, arelamamae, pubis, labia minora dan saluran telinga luar. Terletak lebih dalam dan
sekretnya lebih kental.
b) Kelenjar palit (glandula sebasea). Terletak diseluruh permukaan kulit manusia kecuali
ditelapak tangan dan kaki. Kelenjar ini disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen
dan secret kelenjar berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar ini terdapat di samping
akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut.
2)
Kuku adalah bagian terminal tanduk (stratum korneum) yang menebal. Bagian kuku yang
terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (naikl root), bagian yang terbuka diatas dasar
jaringan lemak kulit pada ujung jari disebut bagian kuku (nail plate), dan yang paling ujung
Gangguan yang bersifat panas misalnya radiasi, sengatan sinar ultraviolet. Gangguan infeksi
luar terutama kuman atau bakteri maupun jamur.
b. Fungsi absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, benda padat, tetapi cairan yang mudah
menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut dalam lemak. Kemampuan absobrsi
c.
d. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf motorik yang berfungsi untuk menerima/merangsang
panas yang diperankan oleh badan-badan nuffini di dermis dan subkutis. Terhadap rangsang
dingin diperankan oleh badan-badan Krause didermis.
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Diperankan dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit.
f. Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak dilapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf.
g. Fungsi kreatinisasi
Kreatinisasi berfungsi untuk memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik
h. Fungsi pembentukan vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
( FKUI, 2007 : 3 )
C. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh:
deterjen,asam, basa, oli, semen), fisik (contoh : sinar, suhu), mikroorganisme (contoh:
bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. Sebagian lain
tidak diketahui etiologinya yang pasti. (FKUI, 2007,129)
D. Klasifikasi
1. Eksogen
a. Dermatitis kontak iritan primer
Yang termasuk iritan primer yang secara fisik merusak kulit adalah asam, basa, deterjen, dan
produk-produk minyak bumi. Gambaran yang khas dari dermatitis adalah telapak tangan dan
ujung jari kering, sering disertai kulit yang tretak dan terasa sakit pada lipatan kulit serta pada
bagian lunak jari. Secra teoritis, pengobatannya sederhana, baik dengan mencegah agar tidak
terjadi kontak antara pasien dengan iritan atau dengan melindungi tangan mereka terhadap
bahan tersebut. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin untuk menghindari terjadinya kontak
dengan iritan.
b. Dermatitis kontak alergi
Penyakit ini timbul akibat terjadinya reaksi hypersensitivitas tipe lambat terhadap suatu
allergen eksternal. Tidak terhitung banyaknya zat kimia yang dapat beraksi sebagai allergen,
tetapi
sangat jarang yang menimbulkan masalah. Mungkin saja paparan allergen telah
Eksema discoid
Pada kelainan ini, timbul eksema yang tersebar, terbatas jelas, mengeluarkan eksudat, dan
ditutupi krusta, yang terdapat pada tubuh dan ekstrimitas. Suatu steroid topical yang poten
e.
Eksema asteatotika
Eksema asteatotika ditemukan pada tungkai, tetapi bisa juga terdapat pada perut bagian
bawah, lengan, dan kadang-kadang bisa di seluruh bagian tubuh. Hal ini sering terjadi pada
pasien usia lanjut yang dirawat di rumah sakit dan dimandikan lebih sering dari pada kalau
mandi di rumah.
(Graham. 2005. 68)
E. Gejala Klinis
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada stadium
penyakit, batasnya sirkumskrip, dapat pula difus. Penyebarannya dapat setempat,
1.
serta permukaan kulit. Plester bedah dari plastik yang mengandung kortikosteroid pada
lapisan perekat dapat dipotong menjadi ukuran tertentu dan ditempelkan pada setiap lesi.
Umumnya plastik pembalut ini tidak boleh digunakan lebih 12 jam dalam sehari.
Untuk memasang kasa ini dirumah, pasien harus mendapatkan instruksi berikut:
1) Mencuci daerah yang sakit, kemudian mengeringkannya;
2) Mengoleskan obat pada lesi ketika kulit tersebut berada dalam keadaan basah;
3) Menutupi dengan lembaran plastik (misalnya, plastik pembalut, sarung tangan vinil, kantong
4)
plastik);
Menutupi dengan pembalut elastic, kasa atau plester kertas agar bagian tepinya tersegel.
Kasa harus dilepas selama 12 jam dari setiap 24 jam untuk mencegah penipisan kulit (atrofi),
striae (guratan mirip sabuk), telangiektasia(lesi yang merah dan kecil akibat pelebaran
c.
pembuluh darah).
Mandi terapeutik (balneoterapi)
Rendaman yang dikenal dengan istilah balneoterapi dapat digunakan jika lesi mengenai
daerah kulit yang luas; bentuk terapi ini dilakukan untuk menghilangkan krusta, skuama serta
obat lama dan untuk meredakan inflamasi serta rasa gatal yang menyertai dermatosis akut.
Suhu air rendaman harus nyaman bagi pasien, dan lama tetapi rendaman tidak boleh lebih
dari 30 menit karena perendaman dan pencelupan cenderung menimbulkan maserasi kulit.
Untuk berbagai tipe terapi rendaman dan pemakaiannya.
3) Salep
Bersifat menahan kehilangan air dan melumasi serta melindungi kulit,prerarat ini unuk
kelainan kulit yang kronis. Dioleskan dengan tangan yang memakai sarung tangan.
(Smeltzer, 2002 :1843 )
b. Pengobatan sistemik
1) Kortikosteroid
Digunakan untuk eksaserbasi akut dalam jangka pendek. Pemakaian jangka panjang
menimbulkan eferk sampina yaitu lesi akan bertambah berat.
2) Antihistamin
Membantu mengurangi rasa gatal yang hebat terutama malam hari, sehingga menggangu
tidur dengan dosis 10-75 mg secara oral pada malam hari.
3) Anti infeksi eritromisin, asitromisin, atau klaritromisin, dikloksasilin, oksasilin, atau generasi
pertama sefalosporin.
( Marwali , 2000 : 9 dan FKUI, 2007 : 145)
Pengobatan yang paling tepat adalah menghilangkan penyebab dermatitis. Tetapi dermatitis
1.
2.
3.
4.
a.
b.
1)
2)
I.
1.
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu
bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra violet
baru akan bersifat sebagai alergen. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris
dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk
menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi dengan
secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa menembus bahan tersebut.Untuk
dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dalam keadaan tenang
penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel
merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat.
4. Uji intrademal
Spuit steril berukuran 0,5 ml atau 1ml dengan jarum intradermal dengan ukuran 26 / 27
digunakan untuk menyuntikan 0,02 hingga 0,03ml alergen intradermal. Jarum ditusukan
dengan jarum menghadap ke atas dan spuit berada dalam posisi agak miring. Kulit di tembus
secra superfisial, dan sejumlah kecil alergen disuntikan untuk menimbulkan suatu tonjolan
kecil yang berdiameter kurang lebih 5mm. Setiap kali penyuntikan harus di gunakan spuit
dan jarum tersendiri.
(Smeltzer, 2002:1763)
II.
A.
1.
2.
a.
nyeri).
R=Region/radiasi(lokasi)
Rasa gatal tersebut terasa dimana? Apakah menjalar? Jika menjalar sampai dimana?
S=Sevirity Scale/(tingkat keperahan)
Berapa lama berlangsungnya dan apakah mengganggu aktifitas sehari-hari?
T=Timing(waktu)
Kapan pertama kali dirasakan? Apakah timbul setiap saat atau sewaktu-waktu?
b. Riwayat kesehatan dahulu
Untuk informasi riwayat kesehatan yang dahulu, misalnya demam, penyakit kulit yang
pernah diderita penyakit pernapasan atau pencernaan, riwayat alergi, dan lain-lain.
c.
a.
b.
1)
2)
f.
g.
a.
b.
c.
penyembuhan.
Masase dengan lembut kulit sehat disekitar yang sakit jangan dilakukan pada area yang
kemerahan.
Rasional : membantu melancarkan sirkulasi.
Berikan pelembab pada kulit yang mengalami kekeringan.
Rasional : memberikan kelembaban pada kulit menimbulkan rasa nyaman.
Kolaborasi pemberian terapi.
Rasional : membantu dalam penyembuhan.
Evaluasi :
Mencapai integritas kulit yang sempurna (kulit yang lebih halus)
Tidak ada lesi baru yang timbul.
Mempertahankan kulit agar selalu dalam keadaan lunak.
Mempertahankan kulit agar tidak terjadi kekeringan.
a.
b.
c.
a.
Rasional : bantal dan sprei plastik dapat meningktakan ketidaknyamanan oleh karena
peningkatan produksi panas.
b. Evaluasi keluhan nyeri atau ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik termasuk
intensitas.
Rasional : mempengaruhi pilihan atau pengawasan keeefektifan. Intervensi, tingkat ansietas
dapat mempengaruhi. Persepsi atau reaksi terhadap nyeri.
Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan pruritus, vesikel dan bula.
Rasional : membantu untuk menghilangkan ansietas.
d. Dorong umtuk menggunakan teknik manajemen stres, imajinasi visualisasi, sentuhan
c.
terapeutik.
Rasional : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control, dan dapat
e.
f.
3.
diri seseorang.
Batasan Karakteristik:
a. Mayor : Respons negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual, misalnya; malu,
keadaan yang memalukan, bersalah.
Minor :
Bersembunyi tidak menampakkan diri pada lingkugan.
Perubahan dalam keterlibatan sosial.
Perasaan negatif terhadap tubuh.
Perasaan ketidakberdayaan.
Kriteria Hasil :
a. Mengimplementasikan pola penanganan baru.
b. Mengungkapkan dan mendemonstrasikan penerimaan penampilan (kerapian, postur,
b.
1)
2)
3)
4)
kehadiran diri).
c. Mendemonstrsikan keinginan dan kemapuan untuk mengambil perawatan diri.
Intervensi :
a. Kaji makan kehilangan atau perubahan pada pasien atau orang terdekat.
Rasional : pada tahap terjadinya traumatik mengakibatkan perubahan yang tiba-tiba sehingga
membutuhkan dukungan dalam proses penyembuhan.
b. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan (tentang pikiran, perasaan, pandangan
dirinya).
Rasional : episode awal dalam menentukan terapi.
c.
situasi, dan penarikan menarik diri karena pasien tidak siap mengatasi masalah pribadi.
d. Berikan informasi yang dapat dipercaya.
Rasional : informasi yang tepat dapat menimbulkan semangat dan motivasi pasien untuk
e.
a.
b.
c.
perawat.
Evaluasi :
Pasien mengungkapkan atau menyatakan penerimaan situasi diri.
Mengembangkan kesadaran untuk penerimaan diri.
Mengekspresikan optimisme tentang hasil akhir terapi.
(Hetharia, 2009, 104)
Resiki tinggi serangan penyakit berulang b/d predisposisi genetic, perubahan hormone, status
4.
nutrisi, infeksi, serta stres emosional mempengaruhi periode remisi dan ekserbasi.
Tujuan: terjadi penurunan resiko serangan penyakit berulang
Kriteria evaluasi:
a. Mengungkapkan tentang pengertian proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan untuk
menurunkan serangan penyakit berulang.
b. Mengenal perubahan gaya hidup
c. Secara subjektif menyatakan motivasi yang kuat untuk menurunkan resiko
Intervensi:
a. Beritahu pasien/ orang terdekat mengenai dosis, aturan dan efek pengobatan, diet yang
dianjurkan, dan pembatasan aktivitas yang dapat dilakukan.
Rasional: informasi dibutuhkan untuk meningkatkan perawatan diri, menambah kejelasan
efektivitas pengobatan.
b. Untuk menghindari infeksi sekunder
Rasional: pasien dan orang tua harus menjaga kondisi kulit dan mempertahankan lipatan kulit
agar tetap bersih dan kering
c. Instruksi untuk menggunakan sampo obat harus ditegaskan kembali kepada penderita
ketombe yang memerlukan terapi
Rasional: akan menurunkan risiko serangan penyakit berulang
d. Berikan dukungan
Rasional: untuk meningkatkan upaya dalam menurunkan resiko dan dukungan positif
(Muttaqin. 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba
Medika.
Brown, Robin Graham dan Tony Burns. 2005. Dermatologi. Jakarta : Erlangga.
Smeltzer, Suzanne C. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 3. Jakarta :
EGC.
FKUI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Price Anderson Sylvia. 1994. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Hetharia, Rospa. 2009. Asuhan Keperawatan gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Trans Info
Media.
Raharyani, Loetfia Dwi. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta : EGC.
Mitchel, Richard N. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta : EGC.
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : hipocrates.