Anda di halaman 1dari 4

TERKIKISNYA IDENTITAS BANGSA

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, ungkapan dunia


berada dalam genggaman bukanlah isapan jempol semata. Dengan
ponsel yang terhubung ke internet, hampir segala informasi yang ada
di muka bumi dapat diketahui dengan mudah dan cepat( kompas
klasika, 06/12/14). Hal tersebut merupakan indikasi dari globalisasi.
Anthony Giddens (1991) dalam bukunya the consequences of
modernity mendefinisikan globalisasi sebagai intensifikasi hubungan
sosial

dunia

yang

menghubungkan

tempat-tempat

yang

jauh

sehingga peristiwa yang terjadi di tempat lain sampai berkilo-kilo


meter jauhnya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena dampak
dari globalisasi. Dampaknya dapat dilihat mulai dari segi politik,
ekonomi, sosial, budaya, pendidikan hingga karakter warganya
sendiri. Indonesia berjuang keras untuk menghadapi era globalisasi
yang kuat ini. Era yang di mana seseorang harus mampu bersaing
ketat dengan yang lain. Akan tetapi hal tersebut bertolak belakang
dengan realitas yang ada di Indonesia.
Tidak Mampu Bersaing
Indonesia yang dikenal sebagai Negara Kepulauan, Negara
Agraris dan Negara Demokratis serta Negara yang memiliki beragam
budaya tidak mampu untuk bersaing dengan Negara lain. Misalnya
saja mengenai produksi barang-barang lokal. Saat ini, Indonesia
adalah konsumen barang impor terbesar di Asia Tenggara bahkan
mungkin di dunia. Produksi barang-barang lokal sedikit demi sedikit
tersingkir oleh barang-barang impor, barang-barang produksi dari luar
negeri.

Warga Negara Indonesia yang menjadi konsumen utama barang


impor ini adalah dari golongan remaja, generasi muda yang akan
menentukan masa depan Indonesia nantinya. Segala tingkah laku dan
sikapnya akan mencerminkan suatu Negara itu sendiri. Namun,
bukannya

menjadi

harapan

bangsa

dan

negaranya

bahkan

sebaliknya, mereka menjadi perusak dan penyakit negara sendiri.


Nilai-nilai nasionalisme mereka luntur, tergerus akibat masuknya
budaya dari luar khususnya dari Negara barat yang bertentangan
dengan budaya Indonesia. Ancaman disintegrasi bangsa dan negara
yang akan menggoyahkan Negara Kesatuan Republik Indonesia juga
semakin mengkhawatirkan.
Akibatnya masuk pengaruh asing yang bertentangan dengan
budaya,

etika

dan

moralitas

lokal

Negara

Indonesia,

dan

mengakibatkan kemerosotan akhlak dan sopan santun warga negara


khususnya pemuda. Di samping itu juga dapat mengakibatkan warga
negara gengsi terhadap sesuatu yang bersifat lokal. Memudarnya
apresiasi

warga

menimbulkan

terhadap

sikap

nilai

individualis.

seni

dan

Sangat

budaya

lokal

disayangkan

yang
ketika

kemerosotan terus dibiarkan terjadi begitu saja. Karena hal ini akan
mengakibatkan terancamnya kedaulatan dan kesejahteraan Negara
Indonesia. Apalagi ketika hal ini terjadi pada para pemuda bangsa.
Dalam keadaan seperti itu membuktikan bahwa Indonesia kalah
saing dan tersingkirkan olah Negara-negara lain. Seperti halnya juga
yang telah diberitakan di media massa bahwasannya Presiden Joko
Widodo telah menandatangani kerjasama minyak impor dari Negara
Cina. Jika ini terus berlanjut maka sikap ketergantungan terhadap
sesuatu yang impor akan semakin bertambah. Dan hal ini akan
berbahaya terhadap kesejahteraan Negara Indonesia.

Hilangnya Identitas Bangsa


Berpenampilan necis dengan busana trendi ala Korea dan
makanan berkelas serta khas ala Eropa sudah umum di zaman
sekarang. Di toko mewah ataupun tidak, di restoran mahal maupun
murah semuanya ada. Disadari atau tidak, kebiasaan ini menjadikan
sesuatu yang bersifat lokal semakin sedikit bahkan hilang. Sehingga
secara otomatis keragaman lokal akan tersingkir dan warganya
menjadi individualis.
Warga Indonesia menjadi konsumtif akibat pengaruh asing ini.
pengaruh

ini

menyebabkan

tumbuhnya

gaya

hidup

konsumerisme( gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah


sebagai ukuran kebahagiaan), pragmatisme( melakukan kegiatan
yang bermanfaat saja), hedonisme( menganggap kesenangan dan
kenikmatan

materi

sebagai

tujuan

utama

dalam

hidup)

dan

individualistis( hanya mementingkan diri sendiri).


Sangat memprihatinkan jika ini terus berlanjut. Identitas warga
yang semula memiliki budaya yang beragam, etika ketimuran yang
melekat dan baik, sikap gotong royong yang kuat kini mulai tergerus
oleh globalisasi. Budaya luar dijunjung tinggi tetapi budaya lokal
ditinggal pergi. Para pahlawan berjuang keras sampai mati hanya
untuk mendapatkan kemerdekaan dan menghilangkan ketertindasan,
diskriminasi dan kekejaman penjajah. Justru saat ini tidak dapat
diingkari lagi bahwa Indonesia telah dinodai dengan sikap penerusnya
yang bahkan membuat mereka sendiri tertindas, terjajah dan menjadi
boneka-boneka orang asing kembali.
Dengan adanya tren global ini semestinya dari pemerintah
mampu memberikan pemberdayaan terhadap masyarakat. Dan sebab

adanya era globalisasi, seseorang seharusnya menjadikannya menuju


modernisasi

bukannya

westernisasi

ataupun

lainnya.

Sebab

kurangnya kemampuan dan disiplin ilmu yang kurang itulah yang


membuat sebuah negara itu hancur seketika.
Mengembalikan Identitas Bangsa
Di kehidupan sehari-hari mungkin sering terlihat seorang wanita
yang memakai rok mini lengkap dengan kaus kutang dan celana jeans
robek di lutut serta paha. Kemudian seorang pria memakai pakaian
robek sana-sini untuk menunjukkan bahwa dia adalah seorang
preman ataupun anggota geng. Oleh sebab kebiasaan ini, Indonesia
semakin hancur moral warganya dan membuat kedaulatan serta
kesejahteraan negara musnah.
Oleh

sebab

bertanggung

itu,

jawab

pemberdayaan

pemerintah

atas

terhadap

warganya

sebagai

pihak

harus

segera

masyarakat.

Apapun

itu

yang

paling

memberikan
bentuknya,

metodenya, pendekatannya, asalkan dapat membuat warganya


menjadi baik dan mampu bersaing di era globalisasi dan menjaga
kedaulatan Negara dan tidak bertentangan dengan aturan negara.
Penegasan aturan negara juga harus dijunjung setinggi-tingginya
supaya tidak terdapat penyelewengan dari rakyat maupun pejabat
pemerintahan yang dapat menganggu kedaulatan Negara. Di sinilah
komitmen untuk mengembalikan identitas bangsa dan menjaganya
kembali utuh.

Anda mungkin juga menyukai