DISUSUN OLEH:
NAMA
NIM
: Pantun M. V. Turnip
: DBD 115 021
Menurut hasil penelitian para ahli astronomi dan geologi, Bumi terbentuk atau
terlepas dari tubuh Matahari sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Perkiraan
kelahiran Bumi ini didasarkan atas penelaahan Paleontologi (ilmu yang
mempelajari fosil-fosil sisa makhluk hidup purba di masa lampau) dan
stratigrafi (ilmu yang mempelajari struktur lapisan-lapisan batuan pembentuk
muka Bumi).
Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi.
Salah satunya adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel
Kant (1755) dan Piere De Laplace(1796).Mereka terkenal dengan Teori Kabut
Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang
kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini
membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat.
Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa
terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar
inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.Teori nebula ini
terdiri dari beberapa tahap,yaitu
2.Teori Planetisimal
Teori Planetesimal
Pada
awal
abad
ke-20, Forest
Ray
Moulton,
seorang
ahli
astronomi Amerika bersama rekannya Thomas C.Chamberlain, seorang ahli
geologi, mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan
matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, Pada suatu saat melintas
bintang lain yang ukurannya hampir sama dengan matahari, bintang tersebut
melintas begitu dekat sehingga hampir menjadi tabrakan. Karena dekatnya
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918,
yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek,
sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat
matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut
yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya
massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi,
jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekat,
maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh
matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut
akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang
besar sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar
itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom
ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet.
Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari
tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang
Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel
dalam, mantel luar, dan kerak bumi.
Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang
angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium
di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogenhelium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki
permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini
seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh
masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu
pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah
diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat .
2.
Bagian-Bagian Bumi
Secara struktur bumi dibagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu kerak bumi (crush),
selimut (mantle), dan inti (core). Struktur bumi seperti itu mirip dengan telur,
yaitu cangkangnya sebagai kerak, putihnya sebagai selimut, dan kuningnya
sebagai inti bumi.
Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 580 km. kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak
bumi dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat lainnya. Kerak bumi
dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang disebut
sima. Ketebalan kerak samudra berkisar antara 5-15 km (Condie, 1982)dengan
berat jenis rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya disebut lapisan basaltis
karena batuan penyusunnya terutama berkomposisi basalt.
Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya
di sebut sial. Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km (Condie !982)
rata-rata 35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. kerak benua
biasanya disebut sebagai lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama
terdiri dari batuan yang berkomposisi granit.
Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur kerak benua biasanya
lebih tua dari kerak samudra. Batuan kerak benua yang diketahui sekitar 200
juta tahun atau Jura. Umur ini sangat muda bila dibandingkan dengan kerak
benua yang tertua yaitu sekitar 3800 juta tahun. Tabel Skala waktu geologi
dapat dilihat di Skala Waktu Geologi.
3.
sekarang ini. Hal ini didukung oleh bukti kesamaan garis pantai, kesamaan fosil
kesamaan struktur dan batuan antar benua.
Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat
dan kaku yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis.
Selubung bagian atas bumi merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa
dikatakan hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang
padat dapat bergerak di atasnya. Kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat
suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel
astenosfer yang liat dan sangat panas. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak
samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai
di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih
tebal dari kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun
akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak
bumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng
kerak bumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak
samudera atau keduanya.
Arus konveksi
Gambar 2.19
Gambar
2.20
Jenis
Batas
Konvergen:
Obduction/Obduksi
(atas)
dan
Subduction/Subduksi (bawah)
(2). Batas Divergen: Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling
menjauh satu dan lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya
tarik (tensional force) yang mengakibatkan naiknya magma kepermukaan
dan membentuk material baru berupa lava yang kemudian berdampak pada
lempeng yang saling menjauh. Contoh yang paling terkenal dari batas
lempeng jenis divergen adalah Punggung Tengah Samudra (Mid Oceanic
Ridges) yang berada di dasar samudra Atlantik, disamping itu contoh
lainnya adalah rifting yang terjadi antara benua Afrika dengan Jazirah Arab
yang membentuk laut merah.
(3). Batas Transform: Batas transform adalah batas antar lempeng yang saling
berpapasan dan saling bergeser satu dan lainnya menghasilkan suatu sesar
mendatar jenis Strike Slip Fault. Contoh batas lempeng jenis transforms
adalah patahan San Andreas di Amerika Serikat yang merupakan pergeseran
lempeng samudra Pasifik dengan lempeng benua Amerika Utara.
Berdasarkan teori tektonik lempeng, lempeng-lempeng yang ada saling bergerak
dan berinteraksi satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng lempeng tersebut juga
secara tidak langsung dipengaruhi oleh rotasi bumi pada sumbunya. Sebagaimana
diketahui bahwa kecepatan rotasi yang terjadi bola bumi akan akan semakin cepat
ke arah ekuator. Pada gambar 2.21 diperlihatkan prinsip-prinsip dari pergerakan
lempeng bumi, dimana pada bagian kutub (Euler pole) masuk kedalam lingkaran
besar sedangkan ke arah ekuator masuk kedalam lingkaran kecil. Interaksi antar
lempeng dapat saling mendekat (subduction), saling menjauh dan saling
berpapasan (strike slip fault).
Tumbukan ini, lempeng samudra akan tertekuk ke bawah dengan sudut 45 atau
lebih, menyusup ke bawah blok benua menuju atenosfer.
2.
Tumbukan lempeng samudra dengan lempeng samudra
Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu akan menyusup di bawah
yang lain dan menghasilkan aktivitas vulkanik. Gunung api yang terbentuk
cenderung di lantai samudra. Bila tumbuh ke atas permukan laut, maka akan
terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api baru yang terletak beberapa ratus
kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng samudra bertemu.
3.
Tumbukan lempeng benua dengan lempeng benua
Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah benua sehingga
menyebabkan massa benua dan sedimen lantai samudra tertekan , terlipat, dan
terdeformasi. Akibatnya adalah terbentuknya formasi pegunungan baru. Peristiwa
ini terjadi pada saat bersatunya India ke benua Asia yang menghasilkan
pegunungan Himalaya.
Penyebab Lempeng Bergerak
Pendapat yang banyak diterima mengenai penyebab kempeng bergerak saat ini
adalah karena adanya arus konveksi di dalam selubung atau mantel. Sebagai
energi dalam hal ini adalah panas bumi. Panas bumi menyebar ke luar pusat bumi
sepanjang waktu. Konveksi di dalam bumi dikendalikan oleh gravitasi dan sifatsifat batuan yang mengkerut bila mendingin. Hal ini berarti litosfer samudra lebih
berat dari selubung di bawahnya. Sedangkan gaya gravitasi yang menarik
lempeng ini cukup kuat untuk menendalikan mantel..Menurut teori Lempeng
Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras
yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi
secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng
Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil
menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan
meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua,
dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun
kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi
(earths mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel
ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi
dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada
kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua
(felsik).Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer.
Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di
lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam
beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya.
4. Komposisi Bumi
Massa bumi kira-kira adalah 5,981024 kg. Kandungan utamanya adalah besi
(32,1%), oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur
(2,9%), nikel (1,8%), kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2%
Inti bumi merupakan lapisan paling dalam dari struktur bumi. Lapisan inti
dibedakan menjadi 2, yaitu lapisan inti luar (outer core) dan inti dalam (inner
core).
a. Inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya
mencapai 2.200 C.
b. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700
km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi (NiFe) yang suhunya mencapai 4500
derajat celcius.
5.
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah
mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral.
Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai
silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan
organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut
mineralogi. Mineral adalah zat padat berupa bahan an-organik yang terbentuk
secara alamiah berupa unsure atau persenyawaan dengan komposisi kimia tertentu
dan umumnya mempunyai struktur kristal tertentu yaitu bentuk-bentuk geometris
beraturan.
Selama ini, kita hanya tahu bahwa intan adalah benda paling keras di dunia.
Kemudian kita juga tahu bahwa bagian terkeras dari tubuh ialah gigi atau lebih
tepatnya email gigi (tooth enamel). Namun, belum banyak yang tahu seberapa
keras intan dibandingkan benda lain atau mana yang lebih keras antara gigi dan
besi. Kekerasan suatu benda diukur berdasarkan skala tertentu. Saat ini, skala
yang paling umum digunakan ialah Skala Kekerasan Mohs (Mohs Hardness
Scale). Skala ini disusun pada tahun 1812 oleh Friedrich Mohs, seorang
mineralogis asal Jerman. Prinsip dasarnya ialah dengan menggoreskan benda yang
akan diukur kekerasannya dengan benda lain yang lebih keras. Skala
pengukurannya mulai dari 1 hingga 10 dengan intan sebagai benda terkeras dan
talk sebagai yang terlunak (lihat tabel 1).
Sebagai tambahan, perlu diketahui bahwa kekerasan kuku jari kita sekitar 2-2,5
sedangkan gigi kita kekerasannya sekitar 5 pada skala Mohs. Pisau baja
kekerasannya hanya sedikit di atas 5, bahkan tidak lebih kuat daripada kaca
(kekerasan 5,5). Namun, baja yang bermutu tinggi kekerasannya dapat mencapai
6,5.
Dari perbandingan kekerasan pada Skala Mohs ini, dapat kita lihat bahwa bagian
terkeras dari tubuh kita hanya bernilai 5. Besi/baja terbaik sekalipun kekerasannya
hanya mencapai 6,5 atau mungkin 7, sangat jauh lebih lunak dibandingkan intan.
Sebab sekalipun hanya berbeda 1 tingkat, kekerasan sesungguhnya antara intan
dan korundum sangat berbeda jauh. Intan memiliki nilai kekerasan absolut 1500
sedangkan korundum hanya 400. Permata moissanite yang dalam Skala Mohs
kekerasannya 9,25 pun hanya memiliki nilai absolut 500, walaupun moissanite
lebih tahan panas dibandingkan intan.Jadi, hingga saat ini intan masih merupakan
benda terkeras yang diketahui. Namun, bukan tidak mungkin kelak akan
ditemukan benda yang kekerasannya mendekati intan mengingat perbedaan
kekerasan absolut yang begitu besar antara benda terkeras nomor 1 dan nomor 2.
Untuk mengetahui beberapa hal tentang mineral-mineral kunci dalam Skala Mohs
tersebut, berikut dilampirkan deskripsi singkat kesepuluh mineral tersebut:
1. Talk (talc)
larut dalam HCL dan air panas, terbentuk dari presipitasi mataair panas, air asin,
atau sublimasi dari fumarol, terkadang berpendar jika terkena sinar ultraviolet,
banyak digunakan untuk membuat plester Paris dan juga campuran dalam
membuat semen.
3. Kalsit (calcite)
yang berpendar jika terkena sinar ultraviolet. Terdapat di semua jenis batuan,
stabil hampir di setiap lingkungan, banyak ditambang untuk pupuk, serta
merupakan penyusun utama pada gigi.
6. Feldspar (feldspars)
9. Korundum (corundum)
0.20.3
sesium, rubidium
0.50.6
1.5
talk
boron
2
2.53
44.5
platinum, baja
5.5
67
7.58
8.5
99.5
9.510
10
>10
Kekerasan
Mohs
Mineral
Formula
Kekerasan
kimia
absolut
Talek
Mg3Si4O10(OH)2
Gipsum
CaSO42H2O
Kalsit
CaCO3
Fluorit
CaF2
21
Apatit
Feldspar
Ortoklas
Ca5(PO4)3(OH,C
l,F)
KAlSi3O8
48
72
Gambar
Kekerasan
Mohs
Mineral
Formula
Kekerasan
kimia
absolut
Kuarsa
SiO2
100
Topaz
Al2SiO4(OH,F)2
200
Korundum
Al2O3
400
10
Intan
1600
Gambar
6.
Siklus Batuan
Siklus batuan adalah suatu proses yang menggambarkan
perubahan dari magma yang membeku akibat pengaruh cuaca hingga
menjadi batuan beku, lalu sadimen, batuan sadimen dan batuan
metamorphic dan akhirnya berubah menjadi magma kembali Transisi
ke beku
Ketika batu didorong jauh di bawah permukaan bumi, mereka dapat
melebur menjadi magma . Jika kondisi tidak lagi ada untuk magma
untuk tetap dalam keadaan cair, maka akan mendinginkan dan
mengeras menjadi batuan beku. Sebuah batu yang dingindalam bumi
disebut mengganggu atau plutonik dan akan mendinginkan sangat
lambat, menghasilkan tekstur yang kasar. Sebagai hasil dari vulkanik
aktivitas, magma (yang disebut lava saat mencapai permukaan bumi)
mungkin dingin sangat cepat ketika berada di permukaan bumi terkena
atmosfer dan disebut ekstrusif batuan vulkanik atau. Ini batuan halus
dan kadang-kadang dingin sangat cepat sehingga tidak ada kristal
dapat membentuk dan menghasilkan alami kaca , seperti obsidian.
Salah satu dari tiga jenis utama dari batuan (batuan beku, sedimen,
dan metamorf) dapat melebur menjadi magma dan dingin ke batuan
beku.
Pasca-vulkanik perubahan Batuan beku massa asal tidak cepat
didinginkan daripada mereka mulai berubah. Gas-gas dengan mana
magma dibebankan secara perlahan hilang, aliran lava sering tetap
panas dan mengepul selama bertahun-tahun. Gas-gas ini menyerang
komponen batuan dan mineral deposito baru dalam rongga dan celah.
Para zeolit ?? sebagian besar asal ini. Bahkan sebelum ini "pascavulkanik" proses telah berhenti, dekomposisi atmosfer atau pelapukan
dimulai sebagai mineral komponen batuan vulkanik beku dan tidak
stabil di bawah kondisi permukaan atmosfer. Hujan, salju, asam
karbonat , oksigen dan agen lainnya beroperasi terus menerus, dan
tidak berhenti sampai seluruh massa telah runtuh ke bawah dan
sebagian besar bahan-bahan yang telah diselesaikan menjadi produk
baru atau terbawa dalam larutan air. Dalam klasifikasi batuan
perubahan sekunder umumnya dianggap tidak penting: batuan
diklasifikasikan dan digambarkan seolah-olah mereka idealnya segar,
meskipun hal ini jarang terjadi di alam.
Sekunder perubahan.
batuan itu terbentuk dari, batu yang terdiri dari biji-bijian seperti
menyatu bersama adalah sedimen. Batuan sedimen dapat dibentuk
dari lithification dari fragmen kecil terkubur ( klastik batuan sedimen),
akumulasi dan lithification bahan yang dihasilkan oleh hidup
organisme ( biogenik batuan sedimen - fosil ), atau bahan kimia
lithification diendapkan dari larutan mineral bantalan karena evaporasi
( endapan batuan sedimen). Batuan klastik dapat terbentuk dari
fragmen rusak terpisah dari batuan yang lebih besar dari jenis apapun,
karena proses seperti erosi atau dari bahan organik, seperti sisa-sisa tan
aman. Biogenik dan endapan batuan terbentuk dari pengendapan
mineral dari bahan kimia terlarut dari semua jenis batuan lainnya.
Zona subduksi adalah zona pertemuan antara dua buah lempeng dimana kedua
lempeng ini mengalami tumbukan, baik antara lempeng benua dengan lempeng
samudra, maupun lempeng samudra dengan lempeng samudra yang menyebabkan
salah satu dari lempeng tersebut menunjam di bawah lempeng yang lain.
Akibatnya terjadilah proses magmatisme.
Proses magmatisme yang terjadi pada zona subduksi ini pun menghasilkan
magma yang sumbernya dibagi atas 3 (tiga) kemungkinan, yaitu:
a. Berasal dari pelelehan sebagian mantel atas ( Paling dominan terjadi).
b. Berasal dari pelelehan sebagian kerak samudra yang menunjam ke
bawah.
c. Berasal dari pelelehan sebagian kerak benua bagian bawah (anateksis).
Magma yang dihasilkan dari 3 kemungkinan di atas, komposisinya sangat
bervariasi. Secara umum, magma yang berasal dari pelelehan kerak samudra yang
menunjam dan dari pelelehan mantel atas akan bersifat basa, namun apabila
magma naik menuju permukaan, akan terjadi proses diferensiasi sehingga magma
yang dihasilkan berubah sifat menjadi intermediet hingga asam. Sedang untuk
magma yang berasal dari pelelehan kerak benua bagian bawah (anateksis), pada
awalnya memang sudah bersifat asam sesuai dengan komposisi umum kerak
benua, kemungkinan besar jika naik menuju permukaan magma tidak akan
mengalami diferensiasi, sehingga magma yang dihasilkan tetap bersifat asam.
Proses magmatisme di zona subduksi berbeda dengan magmatisme di tatanan
tektonik lain karena adanya peran fluida pada kerak yang menunjam dan adanya
pelelehan sebagian baik dari baji mantel, kerak samudera, ataupun kerak benua
bagian bawah. Secara umum, mekanisme magmatismenya adalah adanya finger
tip effect, dimana kerak samudera yang menunjam menjadi lebih panas oleh
mantel dan gesekan yang mengakibatkan mineral melepas H2O dan adanya
pelelehan sebagian mantel.
Seperti yang telah kita ketahui, di bumi ada 3 jenis batuan yaitu batuan beku,
batuan sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga batuan tersebut dapat berubah
menjadi batuan metamorf tetapi ketiganya juga bisa berubah menjadi batuan
lainnya.
Batuan Beku
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, baik dibawah permukaan sebagai batuan intrusif/ plutonik maupun
diatas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Mineral-mineral ini mengalami proses pendinginan yang sangat cepat akibat dari
perbedaan suhu yang cukup tinggi antara suhu awal dan suhu permukaan bumi.
Mineral-mineral ini dapat berupa debu atau cairan kental dan panas yang disebut
lava.
Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan yang disusun oleh material-material yang
dihasilkan oleh letusan gunung api. Secara genetik, batuan piroklastik dapat
dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
-
Batuan Sedimen
Semua batuan akan mengalami pelapukan dan erosi menjadi partikel-partikel atau
pecahan-pecahan yang lebih kecil yang akhirnya juga bisa membentuk batuan
sedimen. Proses pembentukan batuan sedimen tersebut dinamakan proses
sedimentasi.
Semua batuan yang ada di permukaan bumi akan mengalami pelapukan. Penyebab
pelapukan tersebut ada 2 macam:
1. Pelapukan secara fisika perubahan suhu dari panas ke dingin akan
membuat batuan mengalami perubahan. Hujan pun juga dapat membuat
rekahan-rekahan yang ada di batuan menjadi berkembang sehingga prosesproses fisika tersebut dapat membuat batuan pecah menjadi bagian yang
lebih kecil lagi.
2. Pelapukan secara kimia beberapa jenis larutan kimia dapat bereaksi
dengan batuan seperti contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan batu
gamping. Bahkan air pun dapat bereaksi melarutan beberapa jenis batuan.
Salah satu contoh yang nyata adalah hujan asam yang sangat
mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimia.
Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah menjadi
bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat.
Berpindahnya tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini
dapat terjadi melalui beberapa cara:
1. Akibat gravitasi: akibat adanya gravitasi bumi maka pecahan batuan
yang ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding
melalui tebing sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
2. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada
dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain.
Salah satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai
dalam mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
3. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan
batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah
gurun.
4. Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang
ada di Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan
batuan yang ada.
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa
selamanya. Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang
tiupannya, dan juga glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan
yang terbawa akan terendapkan. Proses ini yang sering disebut proses
pengendapan. Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan
secara berlapis dimana pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru
kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan
ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat di batuan
sedimen saat ini.
Pada saat perlapisan di batuan sedimen ini terbentuk, tekanan yang ada di
perlapisan yang paling bawah akan bertambah akibat pertambahan beban di
atasnya. Akibat pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-lapisan
batuan akan tertekan sehingga keluar dari lapisan batuan yang ada. Proses ini
sering disebut kompaksi. Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi
pengerasan terhadap material-material sedimen. Sehingga meningkat ke proses
pembatuan (lithifikasi), yang disertai dengan sementasi dimana material-material
semen terikat oleh unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori antara butir
sedimen.
Pada saat yang bersamaan pula, partikel-partikel yang ada dalam lapisan mulai
bersatu. Adanya semen seperti lempung, silika, atau kalsit diantara partikelpartikel yang ada membuat partikel tersebut menyatu membentuk batuan yang
lebih keras. Proses ini sering disebut sementasi. Setelah proses kompaksi dan
sementasi terjadi pada pecahan batuan yang ada, perlapisan sedimen yang ada
sebelumnya berganti menjadi batuan sedimen yang berlapis-lapis.
Berdasarkan bahan penyusunnya, batuan sedimen terbagi menjadi
a. Sedimen klastik yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari
hancuran batuan lain, kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang
selanjutnya mengalami diagenesa. Dikelompokkan berdasarkan butir
materialnya, menjadi cobble, pebble, granule, sand, silt, clay.
b. Sedimen organik-kimiawi Sedimen organik yaitu batuan sedimen yang
dibentuk atau diendapkan oleh bahan organik. Contoh dari batuan sedimen
organik adalah diatome dan batubara. Batuan sediment kimiawi yaitu yang
terangkut dalam bentuk larutan kemudian diendapkan secara kimia
ditempat lain. Contoh dari batuan sedimen kimiawi adalah limestone
(batugamping), lapisan garam, evaporit, dan rijang.
Klasifikasi batuan sedimen secara umum dapat dilihat pada tabel berikut.
Batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, dan batu gamping dapat
dibedakan dari batuan lainnya melalui adanya perlapisan, butiran-butiran sedimen
yang menjadi satu akibat adanya semen, dan juga adanya fosil yang ikut
terendapkan saat pecahan batuan dan fosil mengalami proses erosi, kompaksi dan
akhirnya tersementasikan bersama-sama.
Batubara
Salah satu batuan sedimen yang akrab dengan dunia pertambangan adalah
batubara, yang merupakan batuan sedimen organik.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas
dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas:
-
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur Karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur Karbon (C) dan berkadar air 810% dari beratnya.
Sub-bituminus mengandung sedikit Karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan
dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah, terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah
sepanjang tahun. Dengan kata lain, gambut ini terbentuk pada kondisi
dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam
sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur
rendah dan menebal secara lokal.
Batuan metamorf
Batuan metamorf adalah batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku,
batuan sedimen maupun batuan metamorf yang telah mengalami perubahan
mineralogi, tekstur serta struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di
atas proses diagenesa dan di bawah titik lebur; (200-350oC < T < 650-800oC) dan
tekanan yang tinggi (1 atm < P < 10.000 atm). Proses metamorfosa terjadi dalam
keadaan padat, isokimia (perubahan kimiawi dapat terjadi dalam batas tertentu)
dan meliputi proses-proses rekristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineralmineral baru dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimia yang sebelumnya
telah ada (Graha, D.S, 1987). Proses metamorfisme tersebut terjadi di dalam bumi
pada kedalaman lebih kurang 3 km 20 km.
Perubahan temperatur/tekanan di sini dapat diakibatkan oleh pergerakan lempeng
bumi yang efeknya kita rasakan dalam bentuk gempa bumi, dimana gesekan antar
lempeng tersebut menghasilkan temperatur yang cukup tinggi untuk mengubah
sifat-sifat batuan.
Beberapa contoh batuan hasil metamorfosa antara lain adalah slate, schist,
quartzite, dan marble.
-
metamorfosis karena panas dan tekanan. Selain gneiss contoh batu yang lain
adalah mylonite. Mylonite merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh
rekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan
ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah
seperti schistose. Mylonite berasal dari metamorfisme dinamik, yaitu
metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan patahan
lempeng.
Peleburan Batuan
Dengan bertambahnya dalam suatu batuan dalam bumi, kemungkinan batuan yang
ada melebur kembali menjadi magma sangatlah besar. Ini karena tekanan dan
suhu yang sangat tinggi pada kedalaman yang sangat dalam. Akibat densitas dari
magma yang terbentuk lebih kecil dari batuan sekitarnya, maka magma tersebut
akan mencoba kembali ke permukaan menembus kerak bumi yang ada. Magma
juga terbentuk di bawah kerak bumi yaitu di mantle bumi. Magma ini juga akan
berusaha menerobos kerak bumi untuk kemudian berkumpul dengan magma yang
sudah terbentuk sebelumnya dan selanjutnya berusaha menerobos kerak bumi
untuk membentuk batuan beku baik itu plutonik ataupun vulkanik. Dan siklus
terbentuknya batuan pun kembali terjadi.