Anda di halaman 1dari 42

GEOLOGI FISIK

DOSEN : Pak Romie Hendrawan

DISUSUN OLEH:
NAMA
NIM

: Pantun M. V. Turnip
: DBD 115 021

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN
PENDIDIKAN TINGGI
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
TAHUN 2016

1. Sejarah Pembentukan Bumi


Bumi terbentuk melalui proses yang panjang dan terus berkembang
hingga terbentuk sekarang ini. Para ilmuwan berpendapat bahwa proses
pembentukan Bumi sudah dimulai sejak bermiliar-miliar tahun yang lalu.
Planet Bumi bermula dari awan raksasa yang selalu berputar di antariksa.
Awan raksasa tersebut akan membentuk bola-bola yang menarik butir-butir
debu dan gas. Bola-bola debu dan gas inilah awal mula terbentuknya Bumi,
planet-planet, serta bulan-bulan lain.
Saat gravitasi Bumi semakin besar, gas dan debu tersebut akan termampat dan
semakin lama semakin padat. Hal ini menyebabkan Bumi semakin panas dan
menjadi bola berpijar. Bagian luar Bumi lambat laun mulai mendingin dan
mengeras. Tetapi Bumi belum dingin sama sekali. Bagian tengah Bumi masih
sangat panas. Proses pembentukan Bumi di atas hampir sama dengan pendapat
Kant-Laplace yang mengemukakan bahwa Bumi ini mulai terbentuk selama
bermiliar tahun yang lalu ketika dilepaskan dari matahari dalam bentuk gas
pijar, yang lambat laun mendingin dan membentuk kerak batuan.
Walaupun banyak teori atau pendapat dari para ilmuwan tentang proses
pembentukan Bumi, tetapi tidak seorang pun yang sungguhsungguh
mengetahui dengan pasti bagaimana dan kapan Bumi terbentuk. Ya, menjadi
tantangan bagi dunia ilmu pengetahuan yang suatu saat bisa kamu pecahkan.
Proses perkembangan planet Bumi dari masa ke masa tidak dapat dipisahkan
dengan sejarah terbentuknya tata surya. Hal ini dikarenakan Bumi merupakan
salah satu anggota keluarga Matahari, di samping planet-planet lain, komet,
asteroid, dan meteor.
Berdasarkan hipotesis nebula (teori kabut gas) yang dikembangkan oleh
seorang ahli filsafat Jerman, Immanuel Kant (1755) serta ahli astronomi
Prancis, Pierre Simon Marquis de Laplace (1796), diperoleh gambaran bahwa
sistem tata surya berasal dari
massa gas (kabut gas) yang bercahaya dan berputar perlahan-lahan.
Massa gas tersebut secara berangsur-angsur mendingin, mengecil, dan
mendekati bentuk bola. Oleh karena massa gas itu berotasi dengan kecepatan
yang makin lama semakin tinggi, pada bagian khatulistiwanya (ekuator)
mendapat gaya sentrifugal paling besar, massa tersebut akhirnya
menggelembung. Akhir dari bagian yang menggelembung tersebut, ada bagian
yang terlepas (terlempar) dan membentuk bola-bola pijar dengan ukuran
berbeda satu sama lain. Massa gas induk tersebut akhirnya menjadi Matahari,
sedang kan bola-bola kecil yang terlepas dari massa induknya pada akhirnya
mendingin menjadi planet, termasuk Bumi. Pada saat terlepas dari massa
induknya, planet-planet anggota tata surya masih merupakan bola pijar dengan
suhu sangat tinggi. Oleh karena planet berotasi, ada bagian tubuhnya yang
terlepas dan berotasi sambil beredar mengelilingi planet tersebut. Benda
tersebut selanjutnya dinamakan Bulan (satelit alam).

Menurut hasil penelitian para ahli astronomi dan geologi, Bumi terbentuk atau
terlepas dari tubuh Matahari sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Perkiraan
kelahiran Bumi ini didasarkan atas penelaahan Paleontologi (ilmu yang
mempelajari fosil-fosil sisa makhluk hidup purba di masa lampau) dan
stratigrafi (ilmu yang mempelajari struktur lapisan-lapisan batuan pembentuk
muka Bumi).

Ilustrasi siklus pembentukan Bumi terbagi menjadi:


(a) Bumi masih berbentuk bola pijar;
(b) Bumi mendingin berangsur-angsur membentuk litosfer;
(c) pembentukan atmosfer Bumi;
(d) Bumi terbentuk sempurna.
Pada saat terlahir sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, Bumi kita masih
merupakan bola pijar yang sangat panas. Lama kelamaan secara berangsurangsur Bumi kita mendingin. Akibat proses pendinginan, bagian luar Bumi
membeku membentuk lapisan kerak Bumi yang disebut litosfer. Selain
pembekuan kerak Bumi, pendinginan massa Bumi ini mengakibatkan
terjadinya proses penguapan gas secara besar-besaran ke angkasa. Proses
penguapan ini terjadi dalam jutaan tahun sehingga terjadi akumulasi uap dan
gas yang sangat banyak.
Pada saat inilah mulai terbentuk atmosfer Bumi. Uap air yang terkumpul di
atmosfer dalam waktu jutaan tahun tersebut pada akhirnya dijatuhkan kembali
sebagai hujan untuk kali pertamanya di Bumi, dengan intensitas tinggi dan
dalam waktu yang sangat lama. Titik-titik air hujan yang jatuh selanjutnya
mengisi cekungan-cekungan muka Bumi membentuk bentang perairan laut
dan samudra.
Seorang ahli ilmu cuaca dari Jerman yang bernama Alfred Wegener (1912),
dalam teorinya yang terkenal, yaitu Teori Pengapungan Benua (Continental
Drift Theory) mengemukakan bahwa sampai sekitar 200 juta tahun yang lalu,
di Bumi baru ada satu benua dan samudra yang maha luas. Benua raksasa ini
dinamakan Pangea, sedangkan kawasan samudra yang mengapitnya
dinamakan Panthalasa.
Sedikit demi sedikit Pangea mengalami retakan-retakan dan pecah. Sekitar
180 juta tahun yang lalu, benua raksasa tersebut pecah menjadi dua, yaitu
pecahan benua di sebelah utara dinamakan Laurasia dan di bagian selatan
dinamakan Gondwana. Kedua benua itu dipisahkan oleh jalur laut sempit yang
dinamakan Laut Tethys. Sisa Laut Tethys pada saat ini merupakan jalur
cebakan minyak Bumi di sekitar laut-laut di kawasan Timur Tengah.

Baik di antara Laurasia maupun Gondwana kemudian terpecah-pecah lagi


menjadi daratan yang lebih kecil dan bergerak secara tidak beraturan dengan
kecepatan gerak berkisar antara 110 cm pertahun. Dalam sejarah
perkembangan planet Bumi, Laurasia merupakan cikal bakal benua-benua
yang saat ini letaknya di sebelah utara ekuator (belahan Bumi utara), meliputi
Eurasia, Amerika Utara, dan pulaupulau kecil di sekitarnya. Adapun
Gondwana merupakan cikal bakal benua-benua di belahan Bumi selatan,
meliputi Amerika Selatan, Afrika, Sub Benua India, Australia, dan Antartika.

Teori-teori tentang proses terbentuknya bumi


1.Teori Kabut(Nebula)

Teori Kabut Nebula

Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi.
Salah satunya adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel
Kant (1755) dan Piere De Laplace(1796).Mereka terkenal dengan Teori Kabut
Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang
kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini
membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat.
Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa
terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar

inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.Teori nebula ini
terdiri dari beberapa tahap,yaitu

Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang


begitu pekat dan besar.

Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan


terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat
yang bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil
dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.

Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan


secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan
membentuk Susunan Keluarga Matahari.

2.Teori Planetisimal

Teori Planetesimal

Pada
awal
abad
ke-20, Forest
Ray
Moulton,
seorang
ahli
astronomi Amerika bersama rekannya Thomas C.Chamberlain, seorang ahli
geologi, mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan
matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, Pada suatu saat melintas
bintang lain yang ukurannya hampir sama dengan matahari, bintang tersebut
melintas begitu dekat sehingga hampir menjadi tabrakan. Karena dekatnya

lintasan pengaruh gaya gravitasi antara dua bintang tersebut mengakibatkan


tertariknya gas dan materi ringan pada bagian tepi.
Karena pengaruh gaya gravitasi tersebut sebagian materi terlempar meninggalkan
permukaan matahari dan permukaan bintang. Materi-materi yang terlempar mulai
menyusut dan membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut planetisimal.
Planetisimal- Planetisimal lalu menjadi dingin dan padat yang pada akhirnya
membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.
3.Tori Pasang Surut Gas(Tidal)

Teori Pasang Surut Gas

Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918,
yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek,
sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat
matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut
yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya
massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi,
jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekat,
maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh
matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut
akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang
besar sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar
itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom
ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet.
Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari
tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang

pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar


mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini
berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus,
sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif
lebih cepat.
4.Teori Bintang Kembar

Teori Bintang Kembar


Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori
ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak
sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak
mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan
bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak itu. Bintang yang tidak
meledak itu sekarang disebut dengan matahari, sedangkan pecahan bintang yang
lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.

5.Teori Big Bang

Teori Big Bang


Berdasarkan Theory Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan
milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang
berputar pada porosnya. Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan
ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram
raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar
angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka
waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan
membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti,
kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang
terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalangumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian, gumpalan-gumpalan itu
membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.

Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara


bertahap hingga terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam
proses pembentukan bumi, yaitu:

Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum mengalami


perlapisan atau perbedaan unsur.

Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya


diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam,
sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke permukaan.

Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel
dalam, mantel luar, dan kerak bumi.

Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang
angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium
di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogenhelium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki
permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini
seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.
Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh
masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu
pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah
diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat .
2.

Bagian-Bagian Bumi

Berbagai kajian dan penelitian geofisika telah membuktikan bahwa bumi


terbentuk dari 7 lapisan tertentu dari dalam ke luar dengan susunan sebagai
berikut:

Secara struktur bumi dibagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu kerak bumi (crush),
selimut (mantle), dan inti (core). Struktur bumi seperti itu mirip dengan telur,
yaitu cangkangnya sebagai kerak, putihnya sebagai selimut, dan kuningnya
sebagai inti bumi.

1. Kerak Bumi (Crush)


Kerak bumi merupakan lapisan kulit bumi paling luar (permukaan bumi).
Kerak bumi terdiri dari dua jenis, yaitu kerak benua dan kerak samudra.
Lapisan kerak bumi tebalnya mencapai 70 km dan tersusun atas batuan-batuan
basa dan masam. Namun, tebal lapisan ini berbeda antara di darat dan di dasar
laut. Di darat tebal lapisan kerak bumi mencapai 20-70 km, sedangkan di
dasar laut mencapai sekitar 10-12 km. Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi
seluruh makhluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100C.

Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 580 km. kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak
bumi dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat lainnya. Kerak bumi
dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang disebut
sima. Ketebalan kerak samudra berkisar antara 5-15 km (Condie, 1982)dengan
berat jenis rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya disebut lapisan basaltis
karena batuan penyusunnya terutama berkomposisi basalt.
Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya
di sebut sial. Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km (Condie !982)
rata-rata 35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. kerak benua
biasanya disebut sebagai lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama
terdiri dari batuan yang berkomposisi granit.
Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur kerak benua biasanya
lebih tua dari kerak samudra. Batuan kerak benua yang diketahui sekitar 200
juta tahun atau Jura. Umur ini sangat muda bila dibandingkan dengan kerak
benua yang tertua yaitu sekitar 3800 juta tahun. Tabel Skala waktu geologi
dapat dilihat di Skala Waktu Geologi.

2. Selimut Bumi (Mantle)


Selimut atau selubung bumi merupakan lapisan yang letaknya di bawah
lapisan kerak bumi. Sesuai dengan namanya, lapisan ini berfungsi untuk
melindungi bagian dalam bumi.Selimut bumi tebalnya mencapai 2.900 km
dan merupakan lapisan batuan yang padat yang mengandung silikat dan
magnesium. Suhu di bagian bawah selimut mencapai 3.000 C, tetapi
tekananannya belum mempengaruhi kepadatan batuan.Inti bumi dibungkus
oleh mantel yang berkomposisi kaya magnesium. Inti dan mantel dibatasi oleh
Gutenberg Discontinuity. Mantel bumi terbagi menjadi dua yaitu mantel atas
yang bersifat plastis sampai semiplastis memiliki kedalaman sampai 400 km.
Mantel bawah bersifat padat dan memiliki kedalaman sampai 2900 km.
Mantel atas bagian atas yang mengalasi kerak bersifat padat dan bersama
dengan kerak membentuk satu kesatuan yang dinamakan litosfer. Mantel atas
bagian bawah yang bersifat plastis atau semiplastis disebut sebagi asthenosfer.
Selimut bumi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu litosfer, astenosfer, dan mesosfer.
a. Litosfer merupakan lapisan terluar dari selimut bumi dan tersusun atas
materi-materi padat terutama batuan. Lapisan litosfer tebalnya mencapai 50100 km. Bersama-sama dengan kerak bumi, kedua lapisan ini disebut lempeng
litosfer. Litosfer tersusun atas dua lapisan utama, yaitu lapisan sial (silisium
dan aluminium) serta lapisan sima (silisium dan magnesium).
1) Lapisan sial adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silisium dan
alumunium. Senyawa dari kedua logam tersebut adalah SiO2 dan Al2O3.
Batuan yang terdapat dalam lapisan sial antara lain batuan sedimen, granit,
andesit, dan metamorf.
2) Lapisan sima adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silisium dan
magnesium. Senyawa dari kedua logam tersrsebut adalah SiO2 dan MgO.
Berat jenis lapisan sima lebih besar jika dibandingkan dengan berat jenis
lapisan sial. Hal itu karena lapisan sima mengandung besi dan magnesium.
b. Astenosfer merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan litosfer.
Lapisan yang tebalnya 100-400 km ini diduga sebagai tempat formasi magma
(magma induk).

c. Mesosfer merpakan lapisan yang terletak di bawah lapisan astenosfer.


Lapisan ini tebalnya 2.400-2.700 km dan tersusun dari campuran batuan basa
dan besi.

3. Inti Bumi (Core)


Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2900-6371 km. Terbagi
menjadi dua macam yaitu inti luar dan inti dalam. Inti luar berupa zat cair
yang memiliki kedalaman 2900-5100 km dan inti dalam berupa zat padat yang
berkedalaman 5100-6371 km. Inti luar dan inti dalam dipisahkan oleh Lehman
Discontinuity. Dari data Geofisika material inti bumi memiliki berat jenis yang
sama dengan berat jenis meteorit logam yang terdiri dari besi dan nikel. Atas
dasar ini para ahli percaya bahwa inti bumi tersusun oleh senyawa besi dan
nikel.Inti bumi merupakan lapisan paling dalam dari struktur bumi. Lapisan
inti dibedakan menjadi 2, yaitu lapisan inti luar (outer core) dan inti dalam
(inner core).
a. Inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya
mencapai 2.200 C.
b. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar
2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi (NiFe) yang suhunya
mencapai 4500 derajat celcius.

3.

Teori Tektonik Lempeng

Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika


(pergerakan) bumi tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur
gempa bumi, dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh
pergerakan lempeng. Menurut teori ini, permukaan bumi terpecah menjadi
beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi dari tiap-tiap lempeng ini selalu
berubah-ubah. Pertemuan antara lempeng-lempeng ini, merupakan tempat-tempat
yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi,
gunung berapi, dan pembentukan dataran tinggi.
Tahun 1912, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman, Alferd Wegener
mengemukakan tentang konsep pengapungan benua. Hipotesanya yaitu bumi pada
awalnya hanya terdiri dari satu benua (super continent) yang disebut Pangaea dan
dikelilingi oleh lautan yang dainamakan Panthalassa. Kemudian Pangaea ini
pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil dan bergerak ke tempatnya seperti

sekarang ini. Hal ini didukung oleh bukti kesamaan garis pantai, kesamaan fosil
kesamaan struktur dan batuan antar benua.
Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat
dan kaku yang terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis.
Selubung bagian atas bumi merupakan massa yang mendekati titik lebur atau bisa
dikatakan hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau lempeng litosfer yang
padat dapat bergerak di atasnya. Kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat
suatu rakit yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel
astenosfer yang liat dan sangat panas. Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak
samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai
di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih
tebal dari kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun
akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak
bumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng
kerak bumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak
samudera atau keduanya.

Arus konveksi

Dinamika Tektonik Lempeng

Dalam teori tektonik lempeng dinyatakan bahwa pada dasarnya kerak-bumi


(litosfir) terbagi dalam 13 lempeng besar dan kecil. Adapun lempeng-lempeng
tersebut terlihat pada gambar 2.18 sebagai berikut:

1). Lempeng Pasific (Pasific plate),


2). Lempeng Euroasia (Eurasian plate),
3). Lempeng India-Australia (Indian-Australian plate),
4). Lempeng Afrika (African plate),
5). Lempeng Amerika Utara (North American plate),
6). Lempeng Amerika Selatan (South American plate),
7). Lempeng Antartika (Antartic plate)

serta beberapa lempeng kecil seperti :


1). Lempeng Nasca (Nasca plate),
2). Lempeng Arab (Arabian plate), dan
3). Lempeng Karibia (Caribian plate).
4). Lempeng Philippines (Phillippines plate)
5). Lempeng Scotia (Scotia plate)
6). Lempeng Cocos (Cocos plate)

Gambar 2.18 Lempeng-lempeng utama litosfir

Batas-batas dari ke 13 lempeng tersebut diatas dapat dibedakan berdasarkan


interaksi antara lempengnya sebagai berikut (gambar 2.19):
(1). Batas Konvergen: Batas konvergen adalah batas antar lempeng yang saling
bertumbukan. Batas lempeng konvergen dapat berupa batas Subduksi
(Subduction) atau Obduksi (Obduction). Batas subduksi adalah batas
lempeng yang berupa tumbukan lempeng dimana lsalah satu empeng
menyusup ke dalam perut bumi dan lempeng lainnya terangkat ke
permukaan (gambar 2.20 Bawah). Contoh batas lempeng konvergen dengan
tipe subduksi adalah Kepulauan Indonesia sebagai bagian dari lempeng
benua Asia Tenggara dengan lempeng samudra HindiaAustralia di sebelah
selatan Sumatra-Jawa-NTB dan NTT. Batas kedua lempeng ini berupa suatu
zona subduksi yang terletak di laut yang berbentuk palung (trench) yang
memanjang dari Sumatra, Jawa, hingga ke Nusa Tenggara Timur. Contoh
lainnya adalah kepulauan Philipina, sebagai hasil subduksi antara lempeng
samudra Philipina dengan lempeng samudra Pasifik. Obduksi (Obduction)
adalah batas lempeng yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua
dengan benua yang membentuk suatu rangkaian pegunungan (gambar 2.20
Atas). Contoh batas lempeng tipe obduksi adalah pegunungan Himalaya
yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua India dengan lempeng
benua Eurasia.

Gambar 2.19

Gambar

Batas-batas lempeng : Konvergen


(atas), Divergen (tengah)
dan
Transforms (bawah).

2.20
Jenis
Batas
Konvergen:
Obduction/Obduksi
(atas)
dan
Subduction/Subduksi (bawah)

(2). Batas Divergen: Batas divergen adalah batas antar lempeng yang saling
menjauh satu dan lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya
tarik (tensional force) yang mengakibatkan naiknya magma kepermukaan

dan membentuk material baru berupa lava yang kemudian berdampak pada
lempeng yang saling menjauh. Contoh yang paling terkenal dari batas
lempeng jenis divergen adalah Punggung Tengah Samudra (Mid Oceanic
Ridges) yang berada di dasar samudra Atlantik, disamping itu contoh
lainnya adalah rifting yang terjadi antara benua Afrika dengan Jazirah Arab
yang membentuk laut merah.

(3). Batas Transform: Batas transform adalah batas antar lempeng yang saling
berpapasan dan saling bergeser satu dan lainnya menghasilkan suatu sesar
mendatar jenis Strike Slip Fault. Contoh batas lempeng jenis transforms
adalah patahan San Andreas di Amerika Serikat yang merupakan pergeseran
lempeng samudra Pasifik dengan lempeng benua Amerika Utara.
Berdasarkan teori tektonik lempeng, lempeng-lempeng yang ada saling bergerak
dan berinteraksi satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng lempeng tersebut juga
secara tidak langsung dipengaruhi oleh rotasi bumi pada sumbunya. Sebagaimana
diketahui bahwa kecepatan rotasi yang terjadi bola bumi akan akan semakin cepat
ke arah ekuator. Pada gambar 2.21 diperlihatkan prinsip-prinsip dari pergerakan
lempeng bumi, dimana pada bagian kutub (Euler pole) masuk kedalam lingkaran
besar sedangkan ke arah ekuator masuk kedalam lingkaran kecil. Interaksi antar
lempeng dapat saling mendekat (subduction), saling menjauh dan saling
berpapasan (strike slip fault).

Gambar 2.21 Prinsip Prinsip Pergerakan Lempeng

Pada daerah konvergen terjadi perusakan litosfer yang berlebihan. Tumbukan


pada zona konvergen ini dipengaruhi oleh tipe material yang terlibat.
1.

Tumbukan itu dapat berupa :


Tumbukan lempeng benua dengan lempeng samudra

Tumbukan ini, lempeng samudra akan tertekuk ke bawah dengan sudut 45 atau
lebih, menyusup ke bawah blok benua menuju atenosfer.
2.
Tumbukan lempeng samudra dengan lempeng samudra
Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka salah satu akan menyusup di bawah
yang lain dan menghasilkan aktivitas vulkanik. Gunung api yang terbentuk
cenderung di lantai samudra. Bila tumbuh ke atas permukan laut, maka akan
terjadi serangkaian pulau-pulau gunung api baru yang terletak beberapa ratus
kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng samudra bertemu.
3.
Tumbukan lempeng benua dengan lempeng benua
Pada tumbukan ini, terjadi penyusupan lempeng ke bawah benua sehingga
menyebabkan massa benua dan sedimen lantai samudra tertekan , terlipat, dan
terdeformasi. Akibatnya adalah terbentuknya formasi pegunungan baru. Peristiwa
ini terjadi pada saat bersatunya India ke benua Asia yang menghasilkan
pegunungan Himalaya.
Penyebab Lempeng Bergerak
Pendapat yang banyak diterima mengenai penyebab kempeng bergerak saat ini
adalah karena adanya arus konveksi di dalam selubung atau mantel. Sebagai
energi dalam hal ini adalah panas bumi. Panas bumi menyebar ke luar pusat bumi
sepanjang waktu. Konveksi di dalam bumi dikendalikan oleh gravitasi dan sifatsifat batuan yang mengkerut bila mendingin. Hal ini berarti litosfer samudra lebih
berat dari selubung di bawahnya. Sedangkan gaya gravitasi yang menarik
lempeng ini cukup kuat untuk menendalikan mantel..Menurut teori Lempeng
Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras
yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi
secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng
Tektonik muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil
menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan
meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua,
dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun
kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi
(earths mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel
ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi
dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada
kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua
(felsik).Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer.
Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di
lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam
beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya.
4. Komposisi Bumi
Massa bumi kira-kira adalah 5,981024 kg. Kandungan utamanya adalah besi
(32,1%), oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur
(2,9%), nikel (1,8%), kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2%

selebihnya terdiri dari berbagai unsur-unsur langka. Karena proses pemisahan


massa, bagian inti bumi dipercaya memiliki kandungan utama besi (88,8%)
dan sedikit nikel (5,8%), sulfur (4,5%) dan selebihnya kurang dari 1% unsur
langka.[10]
Ahli geokimia F. W. Clarke memperhitungkan bahwa sekitar 47% kerak bumi
terdiri dari oksigen. Batuan-batuan paling umum yang terdapat di kerak bumi
hampir semuanya adalah oksida (oxides); klorin, sulfur dan florin adalah
kekecualian dan jumlahnya di dalam batuan biasanya kurang dari 1%. Oksidaoksida utama adalah silika, alumina, oksida besi, kapur, magnesia, potas dan
soda. Fungsi utama silika adalah sebagai asam, yang membentuk silikat. Ini
adalah sifat dasar dari berbagai mineral batuan beku yang paling umum.
Berdasarkan perhitungan dari 1,672 analisa berbagai jenis batuan, Clarke
menyimpulkan bahwa 99,22% batuan terdiri dari 11 oksida . Konstituen
lainnya hanya terjadi dalam jumlah yang kecil.

Inti bumi merupakan lapisan paling dalam dari struktur bumi. Lapisan inti
dibedakan menjadi 2, yaitu lapisan inti luar (outer core) dan inti dalam (inner
core).

a. Inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya
mencapai 2.200 C.
b. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700
km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi (NiFe) yang suhunya mencapai 4500
derajat celcius.

5.

Mineral dan Skala Kekerasan Mineral

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah
mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral.
Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai

silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan
organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut
mineralogi. Mineral adalah zat padat berupa bahan an-organik yang terbentuk
secara alamiah berupa unsure atau persenyawaan dengan komposisi kimia tertentu
dan umumnya mempunyai struktur kristal tertentu yaitu bentuk-bentuk geometris
beraturan.
Selama ini, kita hanya tahu bahwa intan adalah benda paling keras di dunia.
Kemudian kita juga tahu bahwa bagian terkeras dari tubuh ialah gigi atau lebih
tepatnya email gigi (tooth enamel). Namun, belum banyak yang tahu seberapa
keras intan dibandingkan benda lain atau mana yang lebih keras antara gigi dan
besi. Kekerasan suatu benda diukur berdasarkan skala tertentu. Saat ini, skala
yang paling umum digunakan ialah Skala Kekerasan Mohs (Mohs Hardness
Scale). Skala ini disusun pada tahun 1812 oleh Friedrich Mohs, seorang
mineralogis asal Jerman. Prinsip dasarnya ialah dengan menggoreskan benda yang
akan diukur kekerasannya dengan benda lain yang lebih keras. Skala
pengukurannya mulai dari 1 hingga 10 dengan intan sebagai benda terkeras dan
talk sebagai yang terlunak (lihat tabel 1).

Sebagai tambahan, perlu diketahui bahwa kekerasan kuku jari kita sekitar 2-2,5
sedangkan gigi kita kekerasannya sekitar 5 pada skala Mohs. Pisau baja

kekerasannya hanya sedikit di atas 5, bahkan tidak lebih kuat daripada kaca
(kekerasan 5,5). Namun, baja yang bermutu tinggi kekerasannya dapat mencapai
6,5.
Dari perbandingan kekerasan pada Skala Mohs ini, dapat kita lihat bahwa bagian
terkeras dari tubuh kita hanya bernilai 5. Besi/baja terbaik sekalipun kekerasannya
hanya mencapai 6,5 atau mungkin 7, sangat jauh lebih lunak dibandingkan intan.
Sebab sekalipun hanya berbeda 1 tingkat, kekerasan sesungguhnya antara intan
dan korundum sangat berbeda jauh. Intan memiliki nilai kekerasan absolut 1500
sedangkan korundum hanya 400. Permata moissanite yang dalam Skala Mohs
kekerasannya 9,25 pun hanya memiliki nilai absolut 500, walaupun moissanite
lebih tahan panas dibandingkan intan.Jadi, hingga saat ini intan masih merupakan
benda terkeras yang diketahui. Namun, bukan tidak mungkin kelak akan
ditemukan benda yang kekerasannya mendekati intan mengingat perbedaan
kekerasan absolut yang begitu besar antara benda terkeras nomor 1 dan nomor 2.
Untuk mengetahui beberapa hal tentang mineral-mineral kunci dalam Skala Mohs
tersebut, berikut dilampirkan deskripsi singkat kesepuluh mineral tersebut:
1. Talk (talc)

Berwarna putih, kelabu, atau kecoklatan, tak pernah


ditemukan dalam bentuk kristal, merupakan produk alterasi magnesium silikat
pada batuan ultramafik dan metasomatisme pada marmer dolomitik. Talk dipakai
pada industri kertas, cat, karet, kosmetik, tekstil dan bubuk talk.
2. Gipsum (gypsum)

Berwarna putih, tak berwarna, hingga kekuningan, dapat

larut dalam HCL dan air panas, terbentuk dari presipitasi mataair panas, air asin,
atau sublimasi dari fumarol, terkadang berpendar jika terkena sinar ultraviolet,
banyak digunakan untuk membuat plester Paris dan juga campuran dalam
membuat semen.
3. Kalsit (calcite)

Warnanya bervariasi, terdapat dalam gua kapur sebagai


stalaktit dan stalakmit atau pada urat hidrotermal temperatur rendah yang
berasosiasi dengan sulfida, merupakan penyusun utama batu kapur dan marmer,
terbentuk dari evaporasi larutan kalsium bikarbonat atau air laut, dan dari sisa-sisa
organisme yang bersifat gampingan.
4. Fluorit (fluorite)

Berbentuk kubik, warnanya sangat bervariasi mulai dari


tidak berwarna hingga hitam, tidak larut dalam air, jika terkena sinar ultraviolet
akan menimbulkan fluorescent, dapat ditemukan pada urat hidrotermal temperatur
sedang hingga tinggi atau hasil dari sublimasi batuan vulkanik.
5. Apatit (apatite)

Tak berwarna hingga berwarna kuning, hijau dan coklat,


beberapa jenis apatit bisa kehilangan warnanya jika dipanaskan, dan ada pula

yang berpendar jika terkena sinar ultraviolet. Terdapat di semua jenis batuan,
stabil hampir di setiap lingkungan, banyak ditambang untuk pupuk, serta
merupakan penyusun utama pada gigi.
6. Feldspar (feldspars)

Merupakan kelompok mineral yang terdiri dari plagioklas,


potasium feldspar, dan feldspatoid dengan masing-masing anggotanya. Plagioklas
merupakan feldspar yang mengandung Kalsium dan Natrium.
Potasium feldspar merupakan feldspar yang mengandung Kalium. Sedangkan
feldspatoid merupakan feldspar yang kekurangan silika. Terbentuk langsung dari
kristalisasi magma, merupakan salah satu komponen mineral yang paling penting
dalam menentukan nama batuan beku, serta dalam menentukan derajat pelapukan
dan tingkat alterasi batuan.
7. Kuarsa (quartz)

Salah satu mineral paling umum di Bumi. Dalam kondisi


murni, kuarsa tidak berwarna, tetapi dapat beraneka warna tergantung
pengotornya. Kuarsa berwarna ungu disebut ametist (kecubung), warna kuning
disebut citrine, warna merah muda disebut rose, warna putih disebut milky quartz
sedangkan warna hitam disebut smoky quartz. Terbentuk langsung dari kristalisasi
magma atau dari sisa organisme tertentu. Stabil di berbagai lingkungan dan paling
tahan terhadap pelapukan.
8. Topaz (topaz)

Terbentuk pada suhu yang tinggi dan memiliki beragam


warna, tergantung pada jumlah fluorin yang ada ketika mineral ini terbentuk.
Dapat ditemukan pada pegmatit, granit, riolit dan beberapa urat hidrotermal
temperatur tinggi. Banyak digunakan sebagai permata.

9. Korundum (corundum)

Umumnya berwarna abu-abu atau coklat, yang berwarna


merah dinamakan rubi sedangkan yang berwarna biru disebut safir. Dapat dibuat
menjadi alat ampelas yang bagus atau batu permata yang sangat mahal, terbentuk
pada batuan metamorf derajat tinggi, kaya aluminium, dan sedikit silika.
10. Intan (diamond)

Hanya terdiri dari karbon (carbon) seperti grafit tetapi


memiliki ikatan yang sangat kuat, warnanya bisa bermacam-macam, mulai dari
tak berwarna hingga berwarna hitam. Dapat ditemukan pada batuan ultramafik
khususnya kimberlit, atau pada material endapan sungai.

Tabel di bawah berisi daftar mineral dan skala Mohsnya:


Kekerasa

Zat atau mineral

0.20.3

sesium, rubidium

0.50.6

litium, natrium, kalium

1.5

talk

galium, stronsium, indium, timah, barium, talium, timbal, grafit

boron
2

nitrida heksagonal, kalsium, selenium, kadmium, sulfur, telurium, bism


ut

2.53

magnesium, emas, perak, aluminium, seng, lantanum, serium, jet (lig


nit)

kalsit, tembaga, arsenik, antimon, torium, dentin

fluorit, besi, nikel

44.5

platinum, baja

apatit, kobal, zirkonium, paladium, tooth enamel, obsidian (kaca


vulkanik)

5.5

67

7.58

8.5

99.5

9.510

berilium, molibdenum, hafnium

ortoklas, titanium, mangan, germanium, niobium, rodium, uranium

kaca, kuarsa gabungan, besi


pirit, silikon, rutenium, iridium, tantalum, opal

kuarsa, vanadium, osmium, renium

baja keras, tungsten, zamrud, spinel, Phenakite, beril, Euclase, zirkon

topaz, zirkonia kubik

krisoberil, kromium, Yttrium aluminium garnet (YAG)

korundum (rubi, safir), silikon karbida (karborundum), tungsten


karbida, titanium karbida, stisovit

renium diborida, tantalum karbida, titanium diborida, boron [11][12][13]

10

intan/berlian, karbonado (berlian hitam)

>10

intan nanokristalin (hiperintan, fulerit ultrakeras)

Kekerasan
Mohs

Mineral

Formula

Kekerasan

kimia

absolut

Talek

Mg3Si4O10(OH)2

Gipsum

CaSO42H2O

Kalsit

CaCO3

Fluorit

CaF2

21

Apatit

Feldspar
Ortoklas

Ca5(PO4)3(OH,C
l,F)

KAlSi3O8

48

72

Gambar

Kekerasan
Mohs

Mineral

Formula

Kekerasan

kimia

absolut

Kuarsa

SiO2

100

Topaz

Al2SiO4(OH,F)2

200

Korundum

Al2O3

400

10

Intan

1600

Gambar

6.

Siklus Batuan
Siklus batuan adalah suatu proses yang menggambarkan
perubahan dari magma yang membeku akibat pengaruh cuaca hingga
menjadi batuan beku, lalu sadimen, batuan sadimen dan batuan
metamorphic dan akhirnya berubah menjadi magma kembali Transisi
ke beku
Ketika batu didorong jauh di bawah permukaan bumi, mereka dapat
melebur menjadi magma . Jika kondisi tidak lagi ada untuk magma
untuk tetap dalam keadaan cair, maka akan mendinginkan dan
mengeras menjadi batuan beku. Sebuah batu yang dingindalam bumi
disebut mengganggu atau plutonik dan akan mendinginkan sangat
lambat, menghasilkan tekstur yang kasar. Sebagai hasil dari vulkanik
aktivitas, magma (yang disebut lava saat mencapai permukaan bumi)
mungkin dingin sangat cepat ketika berada di permukaan bumi terkena
atmosfer dan disebut ekstrusif batuan vulkanik atau. Ini batuan halus
dan kadang-kadang dingin sangat cepat sehingga tidak ada kristal
dapat membentuk dan menghasilkan alami kaca , seperti obsidian.
Salah satu dari tiga jenis utama dari batuan (batuan beku, sedimen,
dan metamorf) dapat melebur menjadi magma dan dingin ke batuan
beku.
Pasca-vulkanik perubahan Batuan beku massa asal tidak cepat
didinginkan daripada mereka mulai berubah. Gas-gas dengan mana
magma dibebankan secara perlahan hilang, aliran lava sering tetap
panas dan mengepul selama bertahun-tahun. Gas-gas ini menyerang
komponen batuan dan mineral deposito baru dalam rongga dan celah.
Para zeolit ?? sebagian besar asal ini. Bahkan sebelum ini "pascavulkanik" proses telah berhenti, dekomposisi atmosfer atau pelapukan
dimulai sebagai mineral komponen batuan vulkanik beku dan tidak
stabil di bawah kondisi permukaan atmosfer. Hujan, salju, asam
karbonat , oksigen dan agen lainnya beroperasi terus menerus, dan
tidak berhenti sampai seluruh massa telah runtuh ke bawah dan
sebagian besar bahan-bahan yang telah diselesaikan menjadi produk
baru atau terbawa dalam larutan air. Dalam klasifikasi batuan
perubahan sekunder umumnya dianggap tidak penting: batuan
diklasifikasikan dan digambarkan seolah-olah mereka idealnya segar,
meskipun hal ini jarang terjadi di alam.
Sekunder perubahan.

Perubahan epigenetik (proses sekunder) dapat diatur di bawah


sejumlah judul, masing-masing yang khas dari kelompok batuan atau
mineral pembentuk batuan, meskipun biasanya lebih dari satu
perubahan akan ditemukan berlangsung di batu yang sama. silisifikasi ,
penggantian mineral silika kristal atau kripto-kristal, yang paling
umum di felsic batuan, seperti riolit , tetapi juga ditemukan pada ular,
dll Kaolinization adalah dekomposisi dari feldspar , yang merupakan
mineral yang paling umum di beku batu, ke kaolin (bersama dengan
kuarsa dan lainnya mineral lempung ), yang terbaik adalah ditunjukkan
oleh granit dan syenites . serpentinisasi adalah perubahan olivin ke
serpentin (dengan magnetit ), ini khas dari peridotites , namun terjadi
di sebagian besar mafik batuan . Dalam uralitization sekunder
hornblende menggantikan augit , ini terjadi sangat umum di diabases ,
chloritization adalah perubahan augit (biotit atau hornblende) untuk
klorit , dan terlihat di diabases banyak, batuan diorit dan greenstones .
Epidotization terjadi juga di batuan dari kelompok ini, dan terdiri
dalam pengembangan epidot dari biotit, hornblende, augit atau
plagioklas feldspar.Transisi ke malihan Ini berlian adalah mineral dari
dalam batuan beku atau metamorf yang terbentuk pada suhu tinggi dan
tekanan. Rocks terkena suhu tinggi dan tekanan dapat berubah
secara fisik atau kimia untuk membentuk batuan yang berbeda, yang
disebut metamorfik. Metamorfosis Daerah mengacu pada efek pada
massa batuan besar di daerah yang luas, biasanya dikaitkan dengan
peristiwa bangunan gunung dalam sabuk orogenic . Batuan ini
biasanya menunjukkan band yang berbeda berbeda mineralogi dan wa
rna, yang disebut foliation . Jenis lain utama dari metamorfosis
disebabkan ketika tubuh batuan datang ke dalam kontak dengan intrusi
batuan beku yang memanas ini batu negara sekitarnya. Ini kontak
metamorfosis menghasilkan sebuah batu yang diubah dan kembali
mengkristal oleh panas yang ekstrim dari magma dan / atau dengan
penambahan cairan dari magma yang menambahkan bahan kimia ke
batuan sekitarnya ( metasomatism ).
Setiap jenis yang sudah ada batuan dapat dimodifikasi oleh
proses metamorfosis.Transisi ke sedimen Batuan yang tersingkap ke
atmosfer yang tidak stabil dan bervariasi tunduk pada proses
pelapukan dan erosi . Pelapukan dan erosi memecahkan batu asli ke
dalam fragmen yang lebih kecil dan membawa pergi bahan terlarut.
Bahan ini terfragmentasi terakumulasi dan dimakamkan oleh bahan
tambahan. Sementara butir individu pasir masih anggota dari kelas

batuan itu terbentuk dari, batu yang terdiri dari biji-bijian seperti
menyatu bersama adalah sedimen. Batuan sedimen dapat dibentuk
dari lithification dari fragmen kecil terkubur ( klastik batuan sedimen),
akumulasi dan lithification bahan yang dihasilkan oleh hidup
organisme ( biogenik batuan sedimen - fosil ), atau bahan kimia
lithification diendapkan dari larutan mineral bantalan karena evaporasi
( endapan batuan sedimen). Batuan klastik dapat terbentuk dari
fragmen rusak terpisah dari batuan yang lebih besar dari jenis apapun,
karena proses seperti erosi atau dari bahan organik, seperti sisa-sisa tan
aman. Biogenik dan endapan batuan terbentuk dari pengendapan
mineral dari bahan kimia terlarut dari semua jenis batuan lainnya.

Proses Pembentukan Magma


Berdasarkan teori tektonika lempeng, diketahui bahwa lempeng-lempeng di bumi
ini (lempeng benua dan lempeng samudera) mengalami pergerakan secara terus
menerus. Akibat pergerakan tersebut, ada kalanya terjadilah tumbukan antar
lempeng yang dapat menghasilkan subduksi.

Zona subduksi adalah zona pertemuan antara dua buah lempeng dimana kedua
lempeng ini mengalami tumbukan, baik antara lempeng benua dengan lempeng
samudra, maupun lempeng samudra dengan lempeng samudra yang menyebabkan
salah satu dari lempeng tersebut menunjam di bawah lempeng yang lain.
Akibatnya terjadilah proses magmatisme.
Proses magmatisme yang terjadi pada zona subduksi ini pun menghasilkan
magma yang sumbernya dibagi atas 3 (tiga) kemungkinan, yaitu:
a. Berasal dari pelelehan sebagian mantel atas ( Paling dominan terjadi).
b. Berasal dari pelelehan sebagian kerak samudra yang menunjam ke
bawah.
c. Berasal dari pelelehan sebagian kerak benua bagian bawah (anateksis).
Magma yang dihasilkan dari 3 kemungkinan di atas, komposisinya sangat
bervariasi. Secara umum, magma yang berasal dari pelelehan kerak samudra yang
menunjam dan dari pelelehan mantel atas akan bersifat basa, namun apabila
magma naik menuju permukaan, akan terjadi proses diferensiasi sehingga magma
yang dihasilkan berubah sifat menjadi intermediet hingga asam. Sedang untuk
magma yang berasal dari pelelehan kerak benua bagian bawah (anateksis), pada
awalnya memang sudah bersifat asam sesuai dengan komposisi umum kerak
benua, kemungkinan besar jika naik menuju permukaan magma tidak akan
mengalami diferensiasi, sehingga magma yang dihasilkan tetap bersifat asam.
Proses magmatisme di zona subduksi berbeda dengan magmatisme di tatanan
tektonik lain karena adanya peran fluida pada kerak yang menunjam dan adanya
pelelehan sebagian baik dari baji mantel, kerak samudera, ataupun kerak benua
bagian bawah. Secara umum, mekanisme magmatismenya adalah adanya finger
tip effect, dimana kerak samudera yang menunjam menjadi lebih panas oleh
mantel dan gesekan yang mengakibatkan mineral melepas H2O dan adanya
pelelehan sebagian mantel.
Seperti yang telah kita ketahui, di bumi ada 3 jenis batuan yaitu batuan beku,
batuan sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga batuan tersebut dapat berubah
menjadi batuan metamorf tetapi ketiganya juga bisa berubah menjadi batuan
lainnya.
Batuan Beku
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, baik dibawah permukaan sebagai batuan intrusif/ plutonik maupun
diatas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).

Berdasarkan tempat pembekuaannya, batuan beku dibedakan menjadi tiga;


-

Batuan Beku Dalam ( plutonik atau intrusive), merupakan batuan beku


dimana tempat pembekuannya berada jauh didalam permukaan bumi.
Proses pembekuannya sangat lambat.
Batuan Beku Korok, merupakan batuan beku dimana tempat
pembekuannya berada dekat dengan lapisan kerak bumi.
Batuan Beku Luar ( Vulkanik atau Ekstrusif ), merupakan batuan beku
dimana tempat pembekuannya berada berada di permukaan bumi. Proses
nya sangat cepat, sehingga dapat terbentuk Kristal.

Mineral-mineral ini mengalami proses pendinginan yang sangat cepat akibat dari
perbedaan suhu yang cukup tinggi antara suhu awal dan suhu permukaan bumi.
Mineral-mineral ini dapat berupa debu atau cairan kental dan panas yang disebut
lava.
Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan yang disusun oleh material-material yang
dihasilkan oleh letusan gunung api. Secara genetik, batuan piroklastik dapat
dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
-

Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari


letusan eksplosif yang melemparkan material-material vulkanik dari
lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh ke bawah dan terkumpul di sekitar
gunung api.
Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), dihasilkan dari
pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik
yang tertransport dalam matrik fluida (gas atau cairan yang panas) yang
dihasilkan oleh erupsi volkanik, material vulkanik ini tertransportasi jauh
dari gunung api.
Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits), pergerakan lateral
materialmaterial piroklastik (rasio partikel : gas rendah; konsentrasi
partikel relatif rendah) yang mengalir dalam turbulent gas yang panas.

Batuan Sedimen
Semua batuan akan mengalami pelapukan dan erosi menjadi partikel-partikel atau
pecahan-pecahan yang lebih kecil yang akhirnya juga bisa membentuk batuan
sedimen. Proses pembentukan batuan sedimen tersebut dinamakan proses
sedimentasi.

Semua batuan yang ada di permukaan bumi akan mengalami pelapukan. Penyebab
pelapukan tersebut ada 2 macam:
1. Pelapukan secara fisika perubahan suhu dari panas ke dingin akan
membuat batuan mengalami perubahan. Hujan pun juga dapat membuat
rekahan-rekahan yang ada di batuan menjadi berkembang sehingga prosesproses fisika tersebut dapat membuat batuan pecah menjadi bagian yang
lebih kecil lagi.
2. Pelapukan secara kimia beberapa jenis larutan kimia dapat bereaksi
dengan batuan seperti contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan batu
gamping. Bahkan air pun dapat bereaksi melarutan beberapa jenis batuan.
Salah satu contoh yang nyata adalah hujan asam yang sangat
mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimia.
Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah menjadi
bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat.
Berpindahnya tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini
dapat terjadi melalui beberapa cara:
1. Akibat gravitasi: akibat adanya gravitasi bumi maka pecahan batuan
yang ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding
melalui tebing sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
2. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada
dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain.
Salah satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai
dalam mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
3. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan
batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah
gurun.
4. Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang
ada di Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan
batuan yang ada.
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa
selamanya. Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang
tiupannya, dan juga glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan
yang terbawa akan terendapkan. Proses ini yang sering disebut proses
pengendapan. Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan
secara berlapis dimana pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru

kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan
ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat di batuan
sedimen saat ini.
Pada saat perlapisan di batuan sedimen ini terbentuk, tekanan yang ada di
perlapisan yang paling bawah akan bertambah akibat pertambahan beban di
atasnya. Akibat pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-lapisan
batuan akan tertekan sehingga keluar dari lapisan batuan yang ada. Proses ini
sering disebut kompaksi. Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi
pengerasan terhadap material-material sedimen. Sehingga meningkat ke proses
pembatuan (lithifikasi), yang disertai dengan sementasi dimana material-material
semen terikat oleh unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori antara butir
sedimen.
Pada saat yang bersamaan pula, partikel-partikel yang ada dalam lapisan mulai
bersatu. Adanya semen seperti lempung, silika, atau kalsit diantara partikelpartikel yang ada membuat partikel tersebut menyatu membentuk batuan yang
lebih keras. Proses ini sering disebut sementasi. Setelah proses kompaksi dan
sementasi terjadi pada pecahan batuan yang ada, perlapisan sedimen yang ada
sebelumnya berganti menjadi batuan sedimen yang berlapis-lapis.
Berdasarkan bahan penyusunnya, batuan sedimen terbagi menjadi
a. Sedimen klastik yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari
hancuran batuan lain, kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang
selanjutnya mengalami diagenesa. Dikelompokkan berdasarkan butir
materialnya, menjadi cobble, pebble, granule, sand, silt, clay.
b. Sedimen organik-kimiawi Sedimen organik yaitu batuan sedimen yang
dibentuk atau diendapkan oleh bahan organik. Contoh dari batuan sedimen
organik adalah diatome dan batubara. Batuan sediment kimiawi yaitu yang
terangkut dalam bentuk larutan kemudian diendapkan secara kimia
ditempat lain. Contoh dari batuan sedimen kimiawi adalah limestone
(batugamping), lapisan garam, evaporit, dan rijang.
Klasifikasi batuan sedimen secara umum dapat dilihat pada tabel berikut.
Batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, dan batu gamping dapat
dibedakan dari batuan lainnya melalui adanya perlapisan, butiran-butiran sedimen
yang menjadi satu akibat adanya semen, dan juga adanya fosil yang ikut
terendapkan saat pecahan batuan dan fosil mengalami proses erosi, kompaksi dan
akhirnya tersementasikan bersama-sama.

Batubara
Salah satu batuan sedimen yang akrab dengan dunia pertambangan adalah
batubara, yang merupakan batuan sedimen organik.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas
dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas:
-

Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan
(luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur Karbon (C) dengan
kadar air kurang dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur Karbon (C) dan berkadar air 810% dari beratnya.
Sub-bituminus mengandung sedikit Karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan
dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah, terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah
sepanjang tahun. Dengan kata lain, gambut ini terbentuk pada kondisi
dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam
sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur
rendah dan menebal secara lokal.

Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang


terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun yang
selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau disebut pula batubara
coklat (brown coal).
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan
tahun, maka batubara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap
menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara
subbituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga
membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang
tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung
hingga membentuk antrasit.
Minyak bumi dan gas
Menurut Teori Biogenitik (Organik), disebutkan bahwa minyak bumi dan gas
alam terbentuk dari beraneka ragam binatang dan tumbuh-tumbuhan yang mati

dan tertimbun di bawah endapan Lumpur. Endapan Lumpur ini kemudian


dihanyutkan oleh arus sungai menuju laut, akhirnya mengendap di dasar lautan
dan tertutup Lumpur dalam jangka waktu yang lama, ribuan dan bahkan jutaan
tahun.
Akibat pengaruh waktu, temperatur tinggi, dan tekanan lapisan batuan di atasnya,
maka binatang serta tumbuh-tumbuhan yang mati tersebut berubah menjadi
bintik-bintik dan gelembung minyak atau gas. Akibat pengaruh waktu, temperatur,
dan tekanan, maka endapan Lumpur berubah menjadi batuan sedimen. Batuan
lunak yang berasal dari Lumpur yang mengandung bintikbintik minyak dikenal
sebagai batuan induk (Source Rock). Selanjutnya minyak dan gas ini akan
bermigrasi menuju tempat yang bertekanan lebih rendah dan akhirnya
terakumulasi di tempat tertentu yang disebut dengan perangkap (Trap).
Dalam suatu perangkap (Trap) dapat mengandung (1) minyak, gas, dan air, (2)
minyak dan air, (3) gas dan air. Jika gas terdapat bersama-sama dengan minyak
bumi disebut dengan Associated Gas. Sedangkan jika gas terdapat sendiri dalam
suatu perangkap disebut Non Associated Gas. Karena perbedaan berat jenis, maka
gas selalu berada di atas, minyak di tengah, dan air di bagian bawah. Karena
proses pembentukan minyak bumi memerlukan waktu yang lama, maka minyak
bumi digolongkan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui
(unrenewable).

Batuan metamorf
Batuan metamorf adalah batuan asal atau batuan induk baik berupa batuan beku,
batuan sedimen maupun batuan metamorf yang telah mengalami perubahan
mineralogi, tekstur serta struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di
atas proses diagenesa dan di bawah titik lebur; (200-350oC < T < 650-800oC) dan
tekanan yang tinggi (1 atm < P < 10.000 atm). Proses metamorfosa terjadi dalam
keadaan padat, isokimia (perubahan kimiawi dapat terjadi dalam batas tertentu)
dan meliputi proses-proses rekristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineralmineral baru dengan penyusunan kembali elemen-elemen kimia yang sebelumnya
telah ada (Graha, D.S, 1987). Proses metamorfisme tersebut terjadi di dalam bumi
pada kedalaman lebih kurang 3 km 20 km.
Perubahan temperatur/tekanan di sini dapat diakibatkan oleh pergerakan lempeng
bumi yang efeknya kita rasakan dalam bentuk gempa bumi, dimana gesekan antar
lempeng tersebut menghasilkan temperatur yang cukup tinggi untuk mengubah
sifat-sifat batuan.

Jenis metamorfisme dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


1) Berdasarkan area dan volume
-

Metamorfisme local, merupakan metamorfisme pada volume batuan yang


relative kecil (kurang dari 100 km)

Metamorfisme regional, merupakan metamorfisme yang terjadi pada


volume batuan yang relative besar (ribuan kilometer kubik)
2) Berdasarkan agen metamorfismenya

Metamorfisme kontak, metamorfisme dengan agen utamanya adalah


temperature yang terjadi karena intrusi batuan beku terhadap batuan
dangkal yang lebih dingin, biasa terjadi pada skala local. Kontak ini
disebut juga kontak aurele.

Metamorfisme dinamik, merupakan metamorfisme yang terjadi karena


deviatorik stress. Tipe ini terjadi pada zona sesar dan daerah yang terkena
jadtuah meteoric. Tipe ini terjadi pada daerah yang cukup luas.
Metamorfisme static, merupakan metamorfisme yang terjadi akibat
lithostatik yang terjadi pada kedalaman yang realtif dalam, seperti pada
fore arc basin dan palung.

Metamorfisme dinamotermal, merupakam metamorfisme yang paling


banyak dijumpai dan terjadi akabat kombinasi tekanan dan temperature.

Beberapa contoh batuan hasil metamorfosa antara lain adalah slate, schist,
quartzite, dan marble.
-

Shale mengalami metamorfisme regional yaitu akibat adanya zona patahan


sehingga membentuk slate. Slate mendapat tekanan dari lipatan dan
patahan sehingga derajat metamorfismenya meningkat dan membentuk
schist.
Mudstone, siltstone, sandstone, dan conglomerate berinteraksi dengan air
tanah. Karena pengaruh tekanan yang besar, komponen-komponen ini
membentuk metasandstone dan metaconglomerate. Metasandstone
mendapat tekanan yang lebih besar yang mengubahnya menjadi quarzite.
Dolostone mengalami metamorfisme regional akibat adanya zona patahan
yang mengubah dolostone menjadi marble.

Sedangkan contoh batuan metamorf yang ciri-cirinya hampir menyerupai batuan


beku adalah batu gneiss. Batu ini berasal dari batuan pluto granit yang mengalami

metamorfosis karena panas dan tekanan. Selain gneiss contoh batu yang lain
adalah mylonite. Mylonite merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh
rekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan
ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah
seperti schistose. Mylonite berasal dari metamorfisme dinamik, yaitu
metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan patahan
lempeng.
Peleburan Batuan
Dengan bertambahnya dalam suatu batuan dalam bumi, kemungkinan batuan yang
ada melebur kembali menjadi magma sangatlah besar. Ini karena tekanan dan
suhu yang sangat tinggi pada kedalaman yang sangat dalam. Akibat densitas dari
magma yang terbentuk lebih kecil dari batuan sekitarnya, maka magma tersebut
akan mencoba kembali ke permukaan menembus kerak bumi yang ada. Magma
juga terbentuk di bawah kerak bumi yaitu di mantle bumi. Magma ini juga akan
berusaha menerobos kerak bumi untuk kemudian berkumpul dengan magma yang
sudah terbentuk sebelumnya dan selanjutnya berusaha menerobos kerak bumi
untuk membentuk batuan beku baik itu plutonik ataupun vulkanik. Dan siklus
terbentuknya batuan pun kembali terjadi.

Anda mungkin juga menyukai