Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanggulangan secara
baik, karena hipertensi merupakan salah satu faktor resiko penting yang dapat menyebabkan
kerusakan organ target seperti otak, jantung, ginjal dan pembuluh darah.1 Hipertensi seringkali
disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa
disertai dengan gejala-gejala terlebih dahulu sebagai peringatan bagi penderita.
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600
juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya.
Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat 3
Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut RISKESDAS 2013 yang didapat melalui
pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8 persen, Jika saat ini penduduk Indonesia
sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. tertinggi
di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%)
dan Jawa Barat (29,4%). Menurut Kementerian Kesehatan (2013) juga menyatakan bahwa
terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun
2013.4
Definisi hipertensi tidak berubah sesuai dengan umur, Tekanan Darah Sistolik (TDS)
>140 mmHg dan Tekanan Darah Diastolik (TDD) >90 mmHg. The joint National Comitee
i=on Prevention, Detection, Evaluation, and treatment of High Bloodpressure (JNC VII) dan

WHO atau International Society of Hypertension guidelines subcommittees setuju bahwa TDS
dan keduanya digunakan untuk klasifikasi Hipertensi..
Hipertensi diderita lebih dari sepertiga penduduk dunia. Penduduk yang berusia lebih dari 65
tahun, 65-75% di antaranya mengalami hipertensi. Pada kaum lansia, hubungan antara tekanan
darah dan fungsi kognitif semakin mendapat perhatian serius karena hipertensi dapat
menyebabkan gangguan kognitif. Dalam praktik sehari-hari, gangguan kognitif pada penderita
hipertensi kurang diperhatikan. Hanya penderita hipertensi yang telah mengalami stroke baru
diperhatikan ada tidaknya gangguan kognitif. Pendapat yang demikian ini merupakan
kesimpulan yang sangat salah. Demikian pandangan dr. Paulus Anam Ong, PhD, dalam
sesi Hipertension and Vascular Cognitive Impairment yang merupakan bagian dari 5thScientific
Meeting On Hypertension, di Jakarta, 26 Februari 2011.
Apabila tekanan darah sistolik yang tinggi dan kronis akan mengakibatkan gangguan
fungsi kognitif yang dapat berlanjut menjadi demensia vaskular dibandingkan dengan individu
yang

normotensi. Demensia

vaskuler, secara

kausatif dikaitkan

dengan penyakit

serebrovaskuler. Hipertensi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk menderita


demensia..
Peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi akan menyebabkan perburukan kemampuan autoregulasi otak karena peningkatan tekanan sistolik dan diastolik mempengaruhi
pembuluh darah di otak. Selain itu, hipertensi juga menurunkan vasoreaktif pembuluh darah di
otak. Jadi, hipertensi pada pembuluh darah yang besar menyebabkan aterosklerotik, sedangkan
pada pembuluh darah yang kecil menyebabkan interna vaskular remodelling. Intinya, hipertensi

dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif meski belum demensia dan belum mengalami
stroke

B. Rumusan Masalah
Dalam merumuskan masalah ini, saya akan mengemukakan beberapa permasalahan yang
berkaitan dengan latar belakang di atas, yaitu : apakah ada hubungan hipertensi dengan gangguan
fungsi kognitif pada orang usia 60 tahun keatas?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum: untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara hipertensi dengan
gangguan kognitif pasien usia 60 tahun keatas.
Tujuan Khusus:
A. Diketahuinya gambaran hipertensi pada pasien usia 60 tahun keatas.
B. Diketahuinya gambaran gangguan kognitif pada pasien hipertensi usia 60 tahun

D.

keatas.
C. Diketahuinya hubungan antara hipertensi dengan gangguan kognitif.
Ruang Lingkup
Penelitian ini di batasi pada kajian tentang gambaran gangguan fungsi kognitif pada
orang dengan Hipertensi. Objek penelitian ini adalah orang dengan usia 60 tahun keatas
dengan memiliki riwayat Hipertensi di daerah Jakarta Selatan pada bulan Agustus Desember Tahun 2014.
A. Manfaat Penelitian
a. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan hipertensi
dan fungsi kognitif.
Melatih dalam mendeteksi dini gangguan kognitif dengan menggunakan MoCA
INA dan Mini Cog.
b. Bagi Penelitian
Data yang didapatkan dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya
yang akan membahas masalah hipertensi atau gangguan fungsi kognitif.

c. Bagi Masyarakat
Data yang didapat dapat disumbangkan sebagai evidence base dalam program
kerja di pusat layanan kesehatan.
Memberikan informasi tentang hubungan stres dengan munculnya dispepsia
fungsional pada siswa/siswi kelas XII maupun masyarakat umum.
REFERENSI :
Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI mengenai HIPERTENSI tahun 2013
JNC VII
IPD jilid
Referat UNDIP tentang HIPERTENSI :
http://eprints.undip.ac.id/44611/3/Edwin_22010110120099_Bab2KTI.pdf
Referat UNAND Tentang gangguan fungsi kognitif :
http://repository.unand.ac.id/21743/3/bab%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai