ABSTRACT
Tea waste is by-product of tea manufacturer that is potential as an alternative of protein source. Twenty male cross-breed weanling rabbits were used to investigate the optimum utilization of tea waste in ration of rabbit. Completely randomized design was used with
four treatments and five replications. The levels of tea waste in pellet rations as the treatment consisted of 0% (AT0), 10% (AT10), 20% (AT20), and 30% (AT30) of dry matter. The
dry matter intake, average daily gain (AVG), ration conversion, mortality, and economical
value were measured in this experiment. The result showed that the treatments did not
significantly affect dry matter intake, average daily gain, and ration conversion. The mortality was 0 percent and the profit increased in ration containing tea waste. It was concluded
that tea waste could support good performance of the rabbits and it could be used as an
alternative of protein sources until 30% in ration.
Key words: rabbit, tea waste, protein sources
PENDAHULUAN
Kelinci merupakan salah satu sumber
protein hewani berkualitas yang dapat dijadikan
alternatif dalam pemenuhan gizi masyarakat,
namun pengembangannya saat ini masih belum
maksimal. Hal ini dikarenakan beberapa kendala, diantaranya ketersediaan pakan berkualitas yang masih bersaing dengan ternak lain terutama unggas. Kenyataannya para peternak
menganggap akan lebih menguntungkan memberikan pakan berkualitas untuk unggas dibandingkan untuk kelinci. Pemahaman ini kemungkinan dapat menghambat pengembangan ter-
25
KHOTIJAH ET AL.
Media Peternakan
Tabel 1. Komposisi bahan makanan dan zat makanan ransum penelitian berdasarkan bahan kering
Perlakuan
Kandungan (%)
Komposisi bahan makanan
Ampas teh
Pollard
Dedak padi
Jagung kuning
Bungkil kedelai
Rumput lapang
Minyak kelapa
Premix
CaCO 3
Zat makanan
Bahan kering
Abu
Protein kasar
Serat kasar
Lemak kasar
BETN
Kalsium
Phospor
GE (kkal/kg)
AT0
AT10
AT20
AT30
0,0
28,7
17,3
21,6
11,6
19,0
0,5
0,5
0,8
10,0
27,0
14,2
23,9
7,3
16,1
0,5
0,5
0,5
20,0
24,8
10,0
27,0
3,3
13,4
0,5
0,5
0,5
30,0
19,8
6,4
31,6
0,0
10,2
1,0
0,5
0,5
86,9
6,7
15,6
10,4
3,8
50,5
0,8
0,6
3678
88,8
6,1
15,5
13,0
3,9
50,2
0,8
0,5
3590
86,8
6,1
15,4
16,8
3,4
45,9
0,9
0,7
3600
89,8
5,1
14,5
15,0
4,3
50,7
1,1
0,6
3466
Keterangan: hasil analisa Lab. Ilmu dan Teknologi Pakan Fapet IPB (2001)
26
Vol. 27 No. 1.
Ransum
AT0
AT10
AT20
AT30
27
KHOTIJAH ET AL.
Media Peternakan
Ransum
AT0
AT10
AT20
AT30
Nilai ini masih berada pada kisaran pertambahan bobot hidup kelinci yang normal untuk
daerah tropis, karena menurut Cheeke (1987)
pertambahan bobot hidup kelinci yang sedang
tumbuh di daerah tropis dapat mencapai 10 sampai dengan 20 g/ekor/hari. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot hidup
kelinci selama penelitian (P > 0,05). Hal ini menjelaskan bahwa penggunaan ampas teh sampai
taraf 30% dalam ransum tidak berdampak negatif terhadap performa kelinci, tinggi rendahnya
bobot hidup yang diperoleh cenderung sesuai
dengan tinggi rendahnya konsumsi ransum.
Meskipun secara statistik tidak berbeda
nyata, terlihat ada kecenderungan peningkatan
pertambahan bobot hidup kelinci sampai taraf
penggunaan ampas teh 20% dan lebih dari itu
terjadi penurunan pertambahan bobot hidup.
Turunnya pertumbuhan ini kemungkinan disebabkan oleh adanya perubahan keseimbangan
asam amino pada ransum yang mengandung
30% ampas teh, karena dalam ransum tersebut
tidak mengandung bungkil kedelai sebagai
21,90
24,00
23,30
19,70
sumber protein yang berkualitas, sehingga tingkat pertumbuhan menjadi kurang baik.
Konversi Ransum
Konversi ransum menggambarkan jumlah
ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan
satu unit pertambahan bobot badan.Tabel 4
memperlihatkan nilai konversi ransum yang
diperoleh dari masing-masing ransum penelitian.
Nilai konversi ransum berdasarkan
analisis statistik tidak dipengaruhi taraf penggunaan ampas teh dalam ransum (P > 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa ransum yang mengandung ampas teh dapat dimanfaatkan oleh
tubuh kelinci sama efisien dengan ransum yang
tidak mengandung ampas teh.
Nilai Mortalitas dan Ekonomis
Tingkat mortalitas dalam penelitian ini
diamati berdasarkan jumlah kelinci yang mati
selama penelitian yang disebabkan oleh perlakuan yang diberikan. Selama pemeliharaan
Ransum
Konversi ransum
AT0
AT10
AT20
AT30
4,80
4,70
5,00
6,20
28
Vol. 27 No. 1.
29