Anda di halaman 1dari 10

SISTEM KELEMBAGAAN NEGARA MENURUT UUD

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah

: Hukum Tata Negara

Dosen Pengampu

: Lutfi El Falahi SH, MH

5 PA C

Disusun Oleh

Abda Achdani

:13621065

Yulianti

:13621069

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI


CURUP

2015

BAB I
A. Latarbelakang
Pembagian kekuasaan pemerintahan seperti didapat garis-garis besarnya dalam
susunan ketatanegaraan menurut Undang-Undang Dasar 1945 adalah bersumber kepada
susunan ketatanegaraan Indonesia asli, yang dipengaruhi besar oleh pikiran-pikiran
falsafah negara Inggris, Perancis, Arab, Amerika Serikat dan Soviet Rusia. Aliran pikiran
itu oleh Indonesia dan yang datang dari luar, diperhatikan sungguh-sungguh dalam
pengupasan ketatanegaraan ini, semata-mata untuk menjelaskan pembagian kekuasaan
pemerintahan menurut konstitusi proklamasi.
Dalam praktek bernegara dab pemerintahan, pembagian kekuasaan dalam Negara
(sharing of power) merupakan suatu hal yang tak terelakan, bahkan pembagian
kekuasaan itu tidak dapat dipisahkan denga esensi hidup bernegara atau tujuan
didirikannya Negara. Dalam konteks ini Tujuan Negara Republik Indonesia adalah: (1)
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2)
Memajukan kesejahteraan umum, (3) Mencerdaskan kehidupan bangsa, (4) ikut terlibat
dalam perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
social.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemikiran Tentang Pembagian Kekuasaan ?
2. Apa Esensi Pembagian Kekuasaan?
3. Bagaimana Azas-Azas Pembagian Kekuasaan?
C. Tujuan
Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang Bagaimana Pemikiran
Tentang Pembagian Kekuasaan, Apa Esensi Pembagian Kekuasaan Bagaimana, AzasAzas Pembagian Kekuasaan.

BAB II
A. Pemikiran tentang pembagian kekuasaan
Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia menurut UUD 1945, tidak menganut
suatu sistem negara manapun, tetapi adalah suatu sistem khas menurut kepribadian
bangsa indonesia, namun sistem ketatanegaraan Republik indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica1. Trias Politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaankekuasaan ini sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa.2
Ajaran trias politica tersebut adalah ajaran tentang pemisahan kekuasaan negara
menjadi tiga yaitu Legislatif, Eksekutif, dan Judikatif yang kemudian masing-masing
kekuasaan tersebut dalam pelaksanaannya diserahkan kepada satu badan mandiri, artinya
masing-masing badan itu satu sama lain tidak dapat saling mempengaruhi dan tidak dapat
saling meminta pertanggung jawaban.
Ajaran Trias Politica diajarkan oleh pemikir Inggris yaitu John Locke dan
pemikir Perancis yaitu de Montesquieu. Menurut ajarannya tersebut :3
1. Badan Legislatif, yaitu badan yang bertugas membentuk undang-undang.
2. Badan Eksekutif, yaitu badan yang bertugas melaksanakan undang-undang.
3. Badan Yudikatif, yaitu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan Undangundang, memeriksa dan mengadilinya.

1 Andukot,Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia Menurut UUD


1945,andukot.wordpress.com/2010/05/03/sistim-pembagian-kekuasaan-negararepublik-indonesia-menurut-uud-1945/(diakses Pada 29 Sept 2015)
2 Ahmad, Sukardja. Hukum Tata Negara & Hukum Administrasi Negara dalam
Perspektif Fikih Siyasah. Jakarta: Sinar Grafika, 2012, hal.129
3 Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2005, hal. 152
2

Trias Politica yang berlaku di Indonesia diatur dalam UUD 1945, dimana
kekuasaan tersebut yaitu :4
1. Kekuasaan legislatif yaitu DPR, Pasal 20 ayat (1), yang berbunyi:
Tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
yang berarti DPR memegang kekuasaan membentuk Undang-undang.
2. Kekuasaan eksekutif yaitu Presiden, Pasal 4 ayat (1), yang berbunyi
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar memegang kekuasaan pemerintahan .
:
3. Kekuasaan yudikatif yaitu Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung.
Pasal 24 ayat (1), yang berbunyi:
Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan lainlain badan kehakiman menurut undang-undang yang berarti memegang
kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan.
B. Esensi Pembagian Kuasa
Berdasarkan Undang-undang 1945 Indonesia adalah penganut sistem pembagian
kekuasaan (division of power) bukan pemisahan kekuasaan (separation of power)
sebagaimana sistem pemisahan kekuasaan yang dianut oleh Amerika Serikat. Adapun
esensi pembagian kekuasaan itu dalam Negara adalah untuk mencegah menumpuknya
kekuasaan di tangan satu orang sehingga bisa menimbulkan kecenderungan terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).
Dalam sebuah Negara ada dua alasan kenapa dalam sebuah Negara menganut
sistem pembagian kekuasaan atau pemisahan kekuasaan,yaitu:
1. Terkait dengan sejarah berdirinya suatu Negara bersangkutandan fakta yang
terdapat di masyarakat, seperti kondisi geografis, masyarakat pluraris atau

4 Andukot,Loc.cit,
3

bagaiamana pendiri Negara bersangkutan mengadopsi sistem ketata negaraan


yang dianut oleh Negara lain.
2. Terkait dengan dengan Negara yang pernah menjajah Negara bersangkutan
(bekas jajahan Negara lain)
C. Azas-Azas Pembagian Kekuasaan
Dimuka sudah disinggung tentang pembagian kekuasaan Negara yaitu eksekutif,
legislative dan eksekutif yang biasa di sebut trichotomy atau yang lebih dikenal trias
politica. Teory ini sering dihubungkan dengan Montesque, yang memang penggagas awal
sistem ini. Menurutnya, dalam setiap pemerintahan terdapat tiga jenis kekuasaan yaitu
Legislatif, eksekutif, dan Yudikatif, dimana ketiha jenis kekuasaan itu mesti terpisah satu
sama lainya, baik mengenai tugas (Fuctie) maupun mengenai alat perlengkapan (organ )
yang melakukanya5. Dari gagasan Montesque ini dengan gamblang adanya pemisah
antara ketiga kekuasaan tersebut dan tidak adanya campur tangan antar lembaga dan
orang yang menanganinya.
Adapun asas Kekuasaan yang dianut UUD 1945 Pra-Amandemen adalah
Pembagian kekuasaan tidak pemisahan kekuasaan (Separation of power). Tetapi dalam
sistem ketata negaraan menurut UUD 1945 mengenal adanya pembagian kekuasaan
sebagai berikut:
1. Pada dasarnya UUD 1945 mengenal pembagian pembagian kekuasaan;
2. UUD 1945 membagi kekuasaan kepasa tiga lembaga yang diatur secara
mendasar kedudukan dan fungsinya;
3. Antar lembaga Negara ada kerjasama di dalam menjalankan fungsi
tugasnya sesuai aturan perundang-undangan;

5 Desbayy,Sistem Kelembagaan Negara Menurut UUD 1994,


http://desbayy.blogspot.co.id/2015/05/makalah-sistem-kelembagaannegara.html( 29 Sept 2015 )
4

dan

4. Fungsi yudikatif, dalam menjalankan tugasnya merupakan kekuasaan yang


merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan yang lain, baik eksekutif maupun
legislative. Disamping itu lembaga penuntut umum (kejaksaan agung) yang
tidak terdapat penyebutannya didalam UUD 1945.6
Menyikapi hal ini menurut Ismail Suny, Dalam suatu negara hukum yang penting
bukan ada atau tidak adanya trial politica, persoalannya adalah dapat atau tidakkah alatalat kekuasaan negara itu dihindarkan dari praktik birokrasi dan tirani. Dan hal ini
tidaklah tergantung pada pemisahan kekuasaan itu sendiri, tetapi kepada adanya sendi
negara demokrasi yaitu kcdaulatan rakyat.
Dalam perjalanannya sistem ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan
yang sangat mendasar sejak adanya amendemen UUD 1945 yang dilakukan MPR pada
tahun 1999 hingga 2002. Perubahan tersebut dilatarbelakangi adanya kehendak untuk
membangun pemerintahan yang demokratis dengan checks and balances yang setara dan
seimbang di antara cabang-cabang kekuasaan, mewujudkan supremasi hukum dan
keadilan, serta menjamin dan melindungi hak asasi manusia.
Dalam kelembagaan negara, salah satu tujuan utama amendemenUUD 1945
adalah untuk menata keseimbangan (check and balance) antar lembaga negara.
Hubungan itu ditata sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pemusatan kekuasaan pada
salah satu institusi negara saja apalagi, the central goal of a constitution is to create the
precondition for well functioning democratic order. Dengan penumpukan kekuasaan pada
satu institusi negara, kehidupan ketatanegaraan yang lebih demokratik tidak mungkin
diwujudkan.
6 Ibid,
5

Bentuk nyata dari perubahan mendasar hasil amendemen UUD 1945 adalah
perbedaan yang substansial tentang kelembagaan negara menurut UUD 1945 hasil
amandemen dengan UUD 1945, terutama yang menyangkut lembaga negara, kedudukan,
tugas, wewenang, hubungan kerja dan cara kerja lembaga yang bersangkutan.
Berkaitan dengan kelembagaan negara, perubahan pertama UUD 1945 memuat
pengendalian kekuasaan presiden dan tugas serta wewenang DPR dan presiden dalam hal
pembentukan undang-undang. Perubahan kedua UUD 1945 menata ulang keanggotaan,
fungsi, hak, maupun cara pcngisiannya. Perubahan ketiga, membahas ulang kedudukan
dan kekuasaan MPR, jabatan presiden yang berkaitan dengan tata cara pemilihan dan
pemilihan secara langsung, pembentukan lembaga negara baru meliputi Mahkamah
Konstitusi, Dewan perwakilan daerah, dan komisi yudisial serta pengaturan tambahan
BPK. Dan perubahan keempat UUD 1945, meliputi keanggotaan MPR, pemilihan
presiden dan wakil presiden tahap kedua dan kemungkinan presiden/wakil presiden
berhalangan tetap, serta kewenangan presiden.
UUD 1945 hasil amendemen menetapkan 4 (empat) kekuasaan dan 7 (tujuh)
lembaga negara sebagai berikut:7
1. Kekuasaan Eksaminatif (Inspektif), yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);
2. Kekuasaan Legislatif, yaitu: Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang
tersusun atas: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD).
3. Kekuasaan Pemerintahan Negara (Eksekutif), yaitu Presiden, dan Wald'
Presiden.

7 Pengetahuan,Azas-Azas Hukum Tata Negara,


http://pengetahuanoke.blogspot.co.id/2013/04/asas-asas-hukum-tata-negaraindonesia.html(diakses Pada 29 sept 2015)
6

4. Kekuasaan Kehakiman (Yudikatif), meliputi: Mahkamah Agung (MA),


Mahkamah Konstitusi (MK).
5. Lembaga Negara Bantu (The Auxiliary State Body), yaitu Komisi Yudisial
(KY)

BAB III
A. Simpulan
Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia menurut UUD 1945, tidak menganut
suatu sistem negara manapun, tetapi adalah suatu sistem khas menurut kepribadian
bangsa indonesia, namun sistem ketatanegaraan Republik indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica.
7

Trias Politica adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan ini


sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang sama untuk mencegah penyalahgunaan
kekuasaan oleh pihak yang berkuasa..
UUD 1945 hasil amendemen menetapkan 4 (empat) kekuasaan dan 7 (tujuh)
lembaga negara sebagai berikut:
6. Kekuasaan Eksaminatif (Inspektif), yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);
7. Kekuasaan Legislatif, yaitu: Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang
tersusun atas: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD).
8. Kekuasaan Pemerintahan Negara (Eksekutif), yaitu Presiden, dan Wald'
Presiden.
9. Kekuasaan Kehakiman (Yudikatif), meliputi: Mahkamah Agung (MA),
Mahkamah Konstitusi (MK).
10. Lembaga Negara Bantu (The Auxiliary State Body), yaitu Komisi Yudisial
(KY).

Daftar Pustaka

Ahmad, Sukardja. Hukum Tata Negara & Hukum Administrasi Negara dalam Perspektif Fikih
Siyasah. Jakarta: Sinar Grafika, 2012
Andukot,Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia Menurut UUD
1945,andukot.wordpress.com/2010/05/03/sistim-pembagian-kekuasaan-negara-republikindonesia-menurut-uud-1945/
Desbayy,Sistem Kelembagaan Negara Menurut UUD 1994,
http://desbayy.blogspot.co.id/2015/05/makalah-sistem-kelembagaan-negara.html
8

Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005
Pengetahuan,Azas-Azas Hukum Tata Negara, http://pengetahuanoke.blogspot.co.id/2013/04/asasasas-hukum-tata-negara-indonesia.html(diakses Pada 29 sept 2015)

Anda mungkin juga menyukai