Anda di halaman 1dari 27

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo

BAB II
RONA EKSISTING WILAYAH
PERENCANAAN DAN ARAH
PENGEMBANGAN
1.
1.

Kondisi Fisik
Posisi dan Luas
Posisi wilayah perencanaan berada di wilayah administrasi Kecamatan

Kota Timur, Kelurahan Tamalate, Kota Gorontalo. Wilayah yang direncanakan


memiliki luas 129 Ha, dengan kawasan inti 31 Ha. Untuk lebih jelasnya terkait
wilayah perencanaan dapat dilihat pada gambar 2 yaitu peta deliniasi wilayah
perencanaan.

Gambar 2
Peta Deliniasi Kawasan Perencanaan

2.

Topografi, Geologi dan Sumberdaya Air

A. Topograf
Kondisi topograf Kota Gorontalo adalah tanah datar yang dilalui tiga
buah sungai yang bermuara di Teluk Tomini, Pelabuhan Gorontalo. Bagian

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 1

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
Selatan

diapit

dua

pegunungan

berbatu

kapur/pasir.

Ketinggian

dari

permukaan laut antara 0 sampai 470 meter. Pesisir pantai landai berpasir.
Tabel 2
Ketinggian Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL), Menurut Kec. di Kota
Gorontalo, 2012

Kecamatan
Kota Barat
Dungingi
Kota Selatan
Kota Timur
Hulontalangi
Dumbo Raya
Kota Utara
Kota Tengah
Sipatana

Tinggi DPL (m)


11
10
5
6
9
5
15
11
18

Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kota Gorontalo

Berdasarkan tingkat kemiringan lereng, wilayah Kota Gorontalo dapat


dikelompokkan kedalam 5 kelompok :

Wilayah dengan kemiringan lereng 0 8% (datar), tersebar diseluruh


kecamatan, khususnya di Kecamatan Kota Utara.

Wilayah dengan kemiringan lereng 8 15% (landai), tersebar di tiga


kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat, Kota Selatan dan Kota Timur.

Wilayah dengan kemiringan lereng 15 25 % (bergelombang/ berbukit),


tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat, Kota Selatan
dan Kota Timur.

Wilayah dengan kemiringan lereng 25 40% (berbukit), tersebar di tiga


kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat, Kota Selatan dan Kota Timur.

Wilayah dengan kemiringan lereng >40% (curam sampai sangat


curam), tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat, Kota
Selatan dan Kota Timur.
Sebagian besar kawasan di Kecamatan Kota Timur berada di kelas

lereng 25-40%, sedangkan untuk Kelurahan Tamalate sendiri berada di kelas


lereng 0-8%.

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 2

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo

Gambar 3
Kondisi Topograf kawasan

Gambar 4
Peta Kelas Lereng Kota Gorontalo

B. Geologi
Tanah diartikan adalah lapisan atas bumi yang merupakan campuran
dari pelapukan batuan dan jasad makhluk hidup yang telah mati dan
membusuk. Oleh pengaruh cuaca, jasad makhluk hidup tadi menjadi lapuk,
mineral-mineralnya terurai (terlepas), dan kemudian membentuk tanah yang

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 3

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
subur. Tanah juga disebut lithosfer (lith = batuan) karena dibentuk dari hasil
pelapukan batuan. Berdasarkan data yang dikumpulkan, maka jenis tanah
yang terdapat di Kota Gorontalo adalah Ordo Inceptisol. Tanah ini terbentuk
pada daerah curah hujan sedang sampai tinggi dan bisa juga di jumpai pada
sepanjang aliran sungai. Tanah golongan ini terbentang luas di seputar garis
khatulistiwa yaitu dari Tropical of Cancer sampai tropical of capricorn atau
220 30

lintang selatan. Berikut ini gambar sebaran jenis tanah di Kota

Gorontalo.

Gambar 5
Peta Jenis Tanah Kota Gorontalo

Berdasarkan peta jenis tanah Kota Gorontalo, sebagian besar jenis


tanah di Kecamatan Kota Timur adalah jenis tanah Podsolik, dan untuk
Kelurahan Tamalate sendiri memiliki jenis tanah Aluvial. Tabel berikut
menggambarkan informasi keadaan jenis tanah di Kota Gorontalo berdasarkan
luasan.

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 4

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo

Tabel 3.
Sebaran Jenis Tanah Berdasarkan Luas Masing-masing Kecamatan
di Kota Gorontalo, Tahun 2012

Jenis Tanah Luas (Km2)

Kecamatan
Kota Barat
Kota Selatan
Kota Timur
Dungingi
Kota Tengah
Kota Utara
Jumlah (Km2)
Persentase (%)

Aluvial

Latosol

Podsolik

Total

7.51
0.85
5.66
2.84
2.06
4.72
23.64
29.91

12.57
14.14
1.37
0.48
28.56
36.14

0.60
10.95
11.55
14.61

20.08
17.04
19.35
4.67
4.81
13.07
79.03
100.00

Dari tabel di atas, jenis tanah di Kota Gorontalo di dominasi oleh jenis
latosol, tersebar merata di setiap kecamatan, sebesar 36,14%. Jenis tanah ini
yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif, warna tanah tergantung
susunan bahan induknya dan keadaan iklim. Latosol merah berasal dari vulkan
intermedier,

tanah

ini

subur,

dan

dimanfaatkan

untuk

pertanian

dan

perkebunan. Penyebarannya di seluruh Indonesia.


Jenis alluvial (29,91%), adalah tanah hasil erosi yang diendapkan di
dataran rendah. Ciri-ciri tanah aluvium adalah berwarna kelabu dan subur.
Tanah ini cocok untuk tanaman padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan
buah-buahan. Dan Jenis tanah podsolik (14,61%) adalah jenis tanah yang
terbentuk akibat pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah.
Tanah podsolik bercirikan miskin unsur hara, tidak subur, dan berwarna merah
sampai kuning.
C. Iklim dan Curah Hujan
Di Gorontalo dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Keadaan ini berkaitan erat dengan arus angin yang bertiup di
wilayah Kota Gorontalo. Pada bulan Oktober sampai April arus angin berasal
dari

barat/barat

laut

yang

banyak

mengandung

uap

air,

sehingga

mengakibatkan musim penghujan. Sementara itu, pada bulan Juni sampai


September arus angin berasal dari timur yang tidak mengandung uap air.

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 5

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa
peralihan pada bulam Mei dan Oktober.
Kecepatan angin pada tahun 2012 yang dipantau Stasiun Pengamatan
BMKG Jalaudin hamper merata setiap bulannya, yaitu pada kisaran antara 1
sampai 3 knot.
Suhu udara ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat/wilayah tersebut
terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2012,
Gorontalo mempunyai suhu udara dengan rata-rata 26,63 derajat celcius.
Sementara itu, rata-rata kelembaban relative adalah 82,58 persen dan
perputaran/pertemuan arus angin. Karena itu, jumlah curah hujan beragam
menurut bulan dan letak stasiun pengamatan . catatan curah hujan tahun
2012 berkisar anatara 27-412 mm. Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada
bulan Februari 2012 yaitu 24 hari.
3.

Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Makro


Berdasarkan RTRW Kota Gorontalo rencana struktur sistem pusat

pelayanan kegiatan kota disusun berdasarkan klasifkasi menurut hierarkinya


meliputi:
1.

Pusat pelayanan kota, untuk melayani seluruh wilayah kota dan/atau


regional;

2.

Sub pusat pelayanan kota, melayani sub wilayah kota dan pusat
lingkungan; dan

3.

Pusat lingkungan, melayani skala lingkungan.


Untuk Rencana Sub pusat Pelayanan Kota (Sub PPK), meliputi kawasan

dengan fungsi perkantoran pemerintahan, perdagangan jasa, serta pelayanan


sosial dan budaya yang tersebar di 9 (sembilan) kecamatan, yaitu Kecamatan
Kota Utara, Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Selatan, Kecamatan Kota
Timur,

Kecamatan

Kota

Barat,

dan

Kecamatan

Dungingi,

Kecamatan

Hulonthalangi, Kecamatan Dumbo Raya dan Kecamatan Sipatana.


Kedudukan

wilayah

perencanaan

Kawasan

Pusat

Perkantoran

Pemerintah Tepian Sungai Bone Kota Goronatalo telah sesuai antara struktur
sistem pusat pelayanan dengan arahan penggembangan kawasan. Dimana
kawasan perencanaan yang termasuk dalam administrasi Kecamatan Kota
Timur

berdasarkan

rencana

struktur

sistem

pusat

pelayanan

memiliki

klasifkasi sebagai Sub PPK yang salah satunya memiliki fungsi sebagai
perkantoran pemerintahan. Fungsi dari kecamatan ini memiliki sinkronisasi

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 6

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
dengan arahan pemanfaatan ruang Kota Gorontalo yang terdapat dalam RTRW
Kota Gorontalo tahun 2010-2030 yang mengarahkan salah satu kelurahan dari
Kecamatan

Kota

Timur

yaitu

Kelurahan

Tamalate

sebagai

kawasan

pengembangan perkantoran terpadu pemerintah Provinsi Gorontalo.

4.

Sistem Transportasi

A. Pola Jaringan Jalan dan Geometrik Jalan


Pola jaringan jalan arteri di kawasan rencana tata bangunan lingkungan
ini sangat ditentukan oleh Jl. By Pass Kota Gorontalo. Jalan ini menghubungkan
daerah utara dan bagian selatan Kota Gorontalo.

Gambar 6
Peta Jaringan Drainase Eksisting Kawasan Perencanaan

Kondisi

geometrik

jalan

di

wilayah

perencanaan

yang

terbagi

berdasarkan kelas jalan yang ada di wilayah perencanaan, yaitu jalan utama
berupa Jalan kolektor primer dan beberapa jalan-jalan lingkungan yang masuk
dalam wilayah perencanaan secara garis besar dalam kondisi yang cukup baik.

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 7

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo

Gambar 7
Geometri Jalan dengan Kondisi Aspal

Untuk ruas jalan kolektor primer maka lebar lajur rata-rata adalah 3 m
dan lebar bahu jalan adalah 2 m serta lebar badan jalan 6 m. Perkerasan jalan
terbuat dari aspal beton dengan bahu yang juga diperkeras aspal. Dengan
lebar lajur dan bahu jalan yang bervariasi maka DAMIJA pada koridor
perencanaan juga bervariasi. Mengenai gambar penampang jalan yang ada
dalam wilayah perencanaan dapat dilihat pada Gambar berikut

Gambar 8
Penampang jalan di kawasan perencanaan

B. Geometrik Persimpangan
Persimpangan

merupakan

pertemuan

dari

ruas-ruas

jalan

yang

fungsinya untuk melakukan perubahan arah arus lalu lintas. Persimpangan


merupakan simpul dari jaringan jalan, dimana jalan-jalan bertemu dan lintasan
kendaraan berpotongan. Persimpangan dapat bervariasi dari persimpangan
sederhana yang terdiri dari pertemuan dua ruas jalan sampai persimpangan
kompleks yang terdiri dari pertemuan dari beberapa ruas jalan.
Dalam wilayah perencanaan terdapat beberapa persimpangan, secara
umum

geometrik

persimpangan

pada

koridor

perencanaan

yaitu

persimpangan empat arus jalan atau persimpangan 3 lengan, persimpangan 3

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 8

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
arus jalan atau persimpangan tiga lengan dan beberapa persimpangan
sederhana yang merupakan pertemuan dua arus jalan.

Gambar 9
Geometrik Persimpangan

C. Perabot Jalan
Hal-hal yang dapat dikategorikan sebagai perabot jalan adalah Tiang
lampu penerangan jalan, rambu-rambu lalu-lintas, jembatan penyeberangan
dan zebra cross, halte, boks telepon, kotak tempat sampah dan petanda
(signage). Berdasarkan survey yang dilakukan.
1) Lampu Penerangan Jalan
Penerangan

jalan

di

kawasan

Perencanaan

pada

koridor

depan

(periphery) menggunakan pola pemasangan pada sisi kanan-kiri jalan, di sisi


sebelah dalam trotoar dan menggunakan tiang listrik yang ada. Sedangkan
beberapa

lampu

penerangan

juga

dipergunakan

sebagai

pengendali

persimpangan yang diletakkan pada pulau-pulau jalan yang ada. Untuk lampu
penerangan pada kawasan belakang (enclave) secara kuantitas juga cukup
memadai untuk kebutuhan masyarakat, mengingat bahwa kawasan tersebut
didominasi oleh permukiman (rumah penduduk) dan perkantoran.

Gambar 10

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 9

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
Lampu penerangan jalan pada dua sisi

2) Petanda (Signage)
Petanda atau signage di kawasan perencanaan berupa papan informasi
maupun reklame atau baliho banyak terdapat di kawasan ini secara menyebar.
Penempatan

reklame

rata-rata

adalah

pada

kawasan

pertokoan

atau

perdagangan dan jasa, sedangkan untuk penempatan papan informasi ada


yang ditempatkan langsung menempel pada bangunan yang diinformasikan,
ada yang menggunakan tiang-tiang penyangga atau menggunakan bangunan
yang dibuat khusus untuk menempelkan informasi tersebut dan bersifat
tetap/permanen. Untuk reklame yang bersifat masal berupa iklan atau baliho
di kawasan perencanaan rata-rata ditempatkan pada setiap persimpangan
utama kawasan dan dapat berupa papan iklan, umbul-umbul dan lain
sebagainya.

Gambar 11
Baliho dan umbul-umbul yang terpasang di persimpangan jalan

5.

Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan


Di dalam pemanfaatan ruang di kawasan perencanaan secara umum

untuk kawasan terbangun dimanfaatkan untuk tempat tinggal, tempat usaha


maupun tempat berinteraksi sosial sedangkan untuk kawasan non terbangun
sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan tempat berinteraksi sosial, ruang
terbuka hijau, kegiatan transportasi serta utilitas. Berdasarkan data digitasi
GIS untuk kawasan City Center Kota Gorontalo, presentasi kawasan terbangun
sebesar 9,09% sedangkan untuk kawasan tidak terbangun sebesar 90,91%.
Pola pemanfaatan ruang di wilayah perencanaan (Kawasan City Center)
mencakup kajian mengenai kondisi eksisting peruntukan lahan dan perpetakan
lahan.
A. Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Terbangun

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 10

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
Pada dasarnya, peruntukan lahan di Kawasan City Center Kota Gorontalo
terbagi menjadi permukiman, perkatoran, perdagangan dan lahan non
terbangun. Peruntukan lahan di Kawasan City Center Kota Gorontalo sebagian
besar merupakan lahan non terbangun yang luasnya mencapai 44,87 Ha
sedangkan lahan terbangun luasnya mencapai 4,49 Ha.
Pemanfaatan ruang secara detail di Kawasan City Center Kota Gorontalo
adalah sebagai berikut:
1)

Rumah

Tinggal.

Untuk

rumah

sebagai

tempat tinggal ini mempunyai dua bentuk yaitu rumah yang murni
sebagai rumah tinggal dan rumah yang telah bersatu dengan toko
(ruko). Hal ini memperlihatkan bahwa dalam pemanfaatan ruang untuk
kegiatan tempat tinggal masyarakat telah menjadi efsien dengan
demikian tidak memerlukan lahan yang lebih untuk tempat tinggal
sekaligus sebagai tempat usaha/bekerja dan hal

ini terjadi hampir

diseluruh kawasan perencanaan. Konstruksi rumah tinggal yang berada


dilokasi perencanaan beragam mulai dari permanen hingga semi
permanen.

Namun

konstruksi

tempat

tinggal

permanen

lebih

mendominasi di kawasan perencanaan.

Gambar 12
Pemanfaatan rumah tinggal menjadi tempat berdagang atau biasa disebut rumah toko
(ruko)

2)

Perdagangan.

Pemanfaatan

ruang

untuk

perdagangan hasil industri sebagian besar merupakan bangunan

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 11

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
dengan etalase yang terbuka. Selain berupa bangunan juga ini banyak
yang memanfaatkan trotoar. Konstruksi bangunan perdagangan ini
bermacam-macam

baik

itu

konstruksi

permanen

maupun

semi

permanen. Konstruksi semi permanen merupakan konstruksi yang


paling sering digunakan oleh para pedagang.

Gambar 13
Pemanfaatan trotoar untuk kegiatan perdagangan dengan konstruksi bangunan semi
permanen (kiri) dan pedagang dengan etalase terbuka dengan konstruksi permanen
(kanan).

3)

Fasilitas
pelayanan

umum

di

kawasan

Pelayanan
perencanaan

Umum.
antara

lain

Fasilitas
fasilitas

pendidikan, kesehatan, perkantoran dan lain sebagainya. Pemanfaatan


ruang untuk kegiatan perkantoran di kawasan perencanaan terhitung
cukup banyak dan memiliki kapasitas yang sangat penting dalam
pembangunan daerah, antara lain terdapat Kantor DPRD Provinsi
Gorontalo, Kantor Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Provinsi Gorontalo (BAPPEDA), Kantor Pos Pemadam Kebakaran, Kantor
Pusat Layanan Autis dan lain sebagainya.

Gambar 14

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 12

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
Fasilitas kesehatan berupa klinik (kiri) dan Kantor Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Prov. Gorontalo (kanan)

B. Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Non Terbangun


Peruntukan lahan non terbangun yang ada di Kawasan City Center Kota
Gorontalo sebagian besar merupakan lahan kosong yang belum dimanfaatkan,
lahan terbuka berupa kebun, pohon kelapa, rawa, dan sungai. Namun, terkait
dengan perkembangan kawasan perencanaan masa mendatang, lahan non
terbangun tersebut berpeluang besar menjadi lahan terbangun dengan
pemanfaatan lahan yang perlu disesuaikan dengan kondisi fsik yang ada.
Tempat interaksi sosial. Untuk kegiatan interaksi sosial yang

memanfaatkan ruang non terbangun adalah lahan terbuka.


Transportasi. Untuk kegiatan transportasi adalah berupa

jalan,

jembatan, persimpangan jalan dan lain sebagainya.

Utilitas. Seluruh jaringan utilitas lingkungan yang ada memanfaatkan


kawasan non terbangun yang ada. Utilitas lingkungan tersebut antara
lain: jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan
drainase, tempat pembuangan sampah maupun jaringan air limbah.

C. Pola dan Fungsi Ruang Luar


Unsur-unsur ruang luar yang digunakan untuk mengidentifkasi pola
wilayah perencanaan adalah jaringan jalan, sungai dan ruang terbuka hijau
(hutan kota, semak belukar). Pola wilayah perencanaan memperlihatkan
bentuk linier. Garis linier dibentuk oleh jalan kolektor primer kawasan city
center sebagai jalan utama kawasan. Ruang luar yang diidentifkasikan di
wilayah perencanaan terdiri dari jalan dan lahan non terbangun berupa lahan
kosong.

Jalan merupakan ruang luar yang membentuk wilayah


perencanaan. Fungsi utamanya adalah untuk aktivitas gerak, yaitu
sebagai ruang sirkulasi masyarakat, baik dengan kendaraan bermotor,
non-bermotor dan pejalan kaki. Jalan By Pass yang merupakan jalan
kolektor primer sebagai jalan utama terkait dengan lokasinya yang
menghubungkan jalan utama kota yaitu Jl. Sultan Botutihe.

Lahan non terbangun yang berupa lahan kosong dapat


dimanfaatkan sebagai sarana konservasi tanah, konservasi air serta
ruang publik bagi permukiman yang ada di sekitarnya.

D. Kondisi Ruang Terbuka Hijau

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 13

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
RTH berupa tutupan vegetasi merupakan ruang terbuka hijau yang
memiliki luas yang cukup luas di kawasan perencanaan ini yaitu sekitar
18,95%.
Apabila diperbandingkan antara pemanfataan ruang untuk kegiatan
terbangun dan non terbangun di kawasan perencanaan maka presentase
pemanfaatan ruang untuk kegiatan non terbangun lebih besar dibandingkan
kegiatan terbangun.

Gambar 15
Kondisi kawasan non terbangun

E. Karakteristik Lingkungan
Wilayah perencanaan merupakan wilayah dengan dominasi lahan non
terbangun, permukiman serta perdagangan dan jasa (industri kecil). Identitas
kawasan (image of the city) berupa edge, nodes, landmark, district dan path
pada wilayah perencanaan adalah:
1) Edge
Unsur lingkungan yang dikategorikan sebagai edge pada wilayah
perencanaan adalah lahan kosong atau tutupan vegetasi. Edge di
kawasan perencanaan merupakan lahan non terbangun.

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 14

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
Permukiman

Permukiman
Tutupan Vegetasi

Lahan Kosong

Sungai

Gambar 16
Edge Kawasan Perencanaan

2) Nodes
Nodes di kawasan perencanaan merupakan persimpangan antara Jl. By
Pass dengan Jl. Sultan Botutihe serta beberapa persimpangan dalam
kawasan perencanaan. Secara lebih jelas dapat dilihat dalam gambar
berikut ini :

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 15

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo

Gambar 17
Nodes Kawasan Perencanaan

3) Landmark
Landmark yang merupakan tanda atau ciri khas suatu kawasan atau
kota dalam kawasan perencanaan, dimana landmark berupa Jembatan
Talumolo II.

Gambar 18
Landmark Kawasan Perencanaan berupa Jembatan Talumolo II

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 16

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
4) District
Bagian wilayah perencanaan yang dikategorikan sebagai district adalah
kawasan permukiman dan kawasan perkantoran.
5) Path
Path pada wilayah perencanaan berupa ruas jalan By Pass

yang

merupakan jalan utama kawasan.

Gambar 19
Path Kawasan Perencanaan Berupa Jaringan Jalan Utama

F. Lingkage System
Linkage system di kawasan city center terbentuk dari konektivitas
antara JL. By Pass dan Jl. Sultan Botutihe yang merupakan jalan utama. Saat ini
linkage yang terbentuk belum memperlihatkan intensitas pemanfaatan yang
tinggi hanya pada kawasan-kawasan tertentu dan pada waktu-waktu tertentu
seperti pada pagi dan sore hari. Hal ini dikarenakan tata guna lahan kawasan
perencanaan yang berada di kawasan perencanaan merupakan kawasan
perkantoran jadi masyarakat cenderung mengakses jalan ini pada pagi hari
saat berangkat menuju tempat aktiftas dan pada sore hari saat pulang kantor.
Jalan By Pass merupakan jalan dengan klasifkasi jalan arteri. Jalan ini
merupakan jalan yang dapat menghubungkan beberapa jalan penting seperti
ke Jalan Botutihe dan

ke Jalan Gorontalo Outer Ring Road. Selain

menghubungkan jalan tersebut, Jalan By Pass ini akan menghubungkan


beberapa kelurahan seperti Kelurah Tamalate dengan Kelurahan Dulomo
Selatan yang termasuk dalam PPK III dengan fungsi kawasan sebagai kegiatan
perkantoran pemerintahan skala Provinsi/Regional. Jalan ini sangat penting
dalam mengaitkan kawasan perkantoran yang berada di Kelurahan Dulomo
Selatan

dengan

kawasan

perkantoran

terpadu

yang

perencanaan yaitu di Kelurahan Tamalate.

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

berada

kawasan

II - 17

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
6.

Kondisi Prasarana Wilayah


Pelayanan jaringan utilitas sepanjang wilayah perencanaan yang

tersedia cukup lengkap dan berfungsi dengan baik, terutama pelayanan listrik,
telepon dan air bersih.
A. Prasarana Lingkungan
1) Jaringan Listrik
Sistem jaringan listrik di kawasan perencanaan masih menggunakan air
system

atau

jaringan

kabel

udara

dengan

menggunakan

kabel

terbungkus untuk keamanan dari bahaya kebakaran, terutama pada


sambungan kerumah-rumah. Pada sistem jaringan ini terpasang atas
tiang-tiang dan beberapa gardu pengatur daya listrik yang terpasang
pada beberapa titik jalur listrik. Pada tiang listrik ini juga terpasang
lampu penerangan jalan. Pola jaringan listrik ini juga mengikuti pola
jaringan jalan yang ada.

Gambar 20
Kabel jaringan listrik di kawasan perencanaan yang masih menggunakan jaringan
kabel udara.

2) Jaringan Air Bersih


Pelayanan akan kebutuhan air bersih dikawasan perencanaan sebagian
di suplay oleh PDAM Kota Gorontalo selebihnya menggunakan sumur
bor. Sistem pola jaringan berupa jaringan sekunder dengan jaringan air
bersih mengikuti jalan By Pass.

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 18

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo

Gambar 21
Tandon penampungan air bersih yang berada di kawasan perencanaan (kiri) dan
meteran air yang terletak di rumah warga (kanan)

3) Jaringan Telepon
Tidak terdapat jaringan telepon di kawasan perencanaan. Ini disebabkan
kawasan ini merupakan kawasan yang baru berkembang.
4) Jaringan Persampahan
Sistem pengelolaan sampah yang ada dalam kawasan perencanaan
masih belum di kelola oleh pemerintah setempat. Penduduk setempat
belum memisahkan sampah organic dan anorgank. Pengelolaan sampah
di

kawasan

perencanaan

cenderung

membuang

sampah

dan

membakarnya langsung, menimbun ataupun membuangnya kesaluransaluran (drainase) yang ada di sekitarnya, sehingga hal ini akan
menimbulkan tersumbatnya saluran tersebut.

Gambar 22
Pengelolaan sampah pada tempatnya dengan cara dibakar (kiri) dan sampah
yang dibuang oleh warga di drainase (kanan)

5) Jaringan Drainase
Saluran drainase yang ada di kawasan perencanaan menggunakan
Sistem tercampur (combined system) dimana air buangan rumah
tangga disatukan dengan air hujan disatukan melalui satu saluran yang
sama. Dimensi drainase yang berada di kawasan perencanaan memiliki
lebar yang beragam mulai 0,50 - 2 meter Saluran drainase di kawasan

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 19

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
perencanaan berkonstruksi beton namun terdapat pula drainase dengan
konstruksi tanah.

Gambar 23
Drainase dengan konstruksi beton (kiri) dan drainase dengan konstruksi tanah (kanan)

Pada Jalan By Pass tidak terdapat drainase jalan sehingga jalan ini
berpotensi mengalami kerusakan akibat genangan air hujan.

Gambar 24
Jalan By Pass yang belum memiliki drainase jalan

B. Sarana Lingkungan
Sarana lingkungan yang ada berupa sarana penunjang permukiman
berupa perdagangan, dan fasilitas kesehatan berupa klinik Annisa serta
perkantoran

berupa

Kantor

DPRD

Provinsi

Gorontalo,

Kantor

Badan

Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Gorontalo (BAPPEDA), Kantor


Pos Pemadam Kebakaran, Kantor Pusat Layanan Autis dan lain sebagainya.
1) Fasilitas Perkantoran
Untuk fasilitas perkantoran yaitu Kantor DPRD Provinsi Gorontalo, Kantor
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Gorontalo
(BAPPEDA), Kantor Pos Pemadam Kebakaran, Kantor Pusat Layanan
Autis dan lain sebagainya

dengan kondisi bangunan

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

permanen.

II - 20

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
Beberapa

bangunan

perkantoran

ini

merupakan

bangunan

baru

misalnya Kantor BAPPEDA.


2) Fasilitas Perdagangan
Fasilitas perdagangan yang ada berupa warung dan toko dengan skala
lingkungan menyebar sepanjang jaringan jalan utama. Warung dan Toko
di kawasan perencanaan kebanyakan berkonstruksi semi permanen
dengan

menggunakan

trotoar

sebagai

area

berjualan.

Fasilitas

perdagangan ini menunjang pemenuhan kebutuhan masyarakat seharihari.

Gambar 25
Lapak dagang yang berada di trotoar jalan dan memiliki konstruksi semi permanen.

3) Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan berupa klinik yang berada di kawasan perencanaan
dan posyandu menyebar dibeberapa lokasi permukiman penduduk.

Gambar 26
Fasilitas sarana klinik

7.

Kondisi Tata Bangunan

A. Penggunaan Bangunan

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 21

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
Pengaturan bangunan pada kawasan perencanaan dilihat dari bentuk,
ukuran blok, pengelompokan dan konfgurasi blok kawasan masih sangat
beragam sesuai dengan kepemilikan bangunan tersebut. Berdasarkan arahan
rencana detail tata ruang Kota Gorontalo kawasan perencanaan diperuntukkan
sebagai kawasan perkantoran pemerintahan, perdagangan dan jasa, dan
pelayanan sosial skala pelayanan kota.
Pada prinsipnya pengaturan bangunan di kawasan RTBL diprioritaskan
untuk menjamin aspek-aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan para
pemakai bangunan maupun lingkungan. Peraturan bangunan meliputi :

Jarak antar bangunan

Bahan selubung bangunan

Utilitas dan sistem mekanikal elektrikal bangunan

Struktur bangunan

Wajah Arsitektur Bangunan.

Mengenai elemen ruang luar dan bangunan


B. Koefsien Dasar Bangunan dan Koefsien Lantai Bangunan
Koefsien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka presentase perbandingan

antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan
luas lahan/tapak perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai, merupakan
bagian dari Intensitas pemanfaatan lahan menyangkut pemanfaatan lahan
pada tapak/persil yang merupakan alokasi dan distribusi luas lantai maksimum
bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya.
Kondisi eksisting yang terdapat di kawasan

perencanaan

pada

umumnya bangunan yang memiliki satu lantai dengan luas kapling yang
sedang dan bangunan yang tergolong bangunan sederhana utamannya yang
peruntukannya

sebagai

bangunan

perumahan,

sedangkan

bangunan

perkantoran memiliki kapling yang luas karena adanya berbagai aktivitas dan
tempat parkir, bangunan tergolong bangunan dengan konstruksi yang cukup
baik yang ditunjang oleh luasnya lahan di kawasan tersebut.
1) Jumlah Lantai
Jumlah lantai bangunan adalah angka dari hasil yang diijinkan oleh KLB
pada suatu kawasan dalam bentuk luasan, sementara pengaturan
ketinggian lantai maksimum yang diijinkan/disyaratkan.
Dalam wilayah perencanaan, ketinggian bangunan yang ada sebagian
besar bangunan berlantai 1-2 lantai.

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 22

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Gorontalo dan
RDTR Kota Gorontalo, telah ditetapkan Koefsien Dasar Bangunan (KDB)
dan Jumlah Lantai/ Koefsien Lantai Bangunan (KLB). Adapun, Rencana
Ketinggian Lantai Bangunan di Kawasan Perencanaan adalah 1-3 lantai
dengankategori rendah.

Gambar 27
Bangunan yang berada di kawasan perencanaan memiliki ketinggian 1-2 lantai.

C. Garis Sempadan Bangunan dan Jarak Bangunan


1) Garis Sempadan Bangunan
Garis Sempadan Pagar (GSP), yaitu jarak antara tengah jalan kota
terhadap

pagar

lahan/tapak.

Jarak

ini

memberikan

ruang

untuk

penghijauan di area tepi jalan. Selain itu area ini bias mengantisipasi
pelebaran jalan.
Garis Sempadan Bangunan (GSB), yaitu jarak antara As jalan dengan
muka bangunan. Aturan ini juga hampir sama dengan GSP, namun ini
memiliki ruang terbuka yang lebih luas. Makin besar jarak GSB makin
memberikan kesan yang lapang dan segar suatu kota. Makin sempit
jarak ini, makin memberikan kesan kecil, terhimpit, sumpek dan padat.
Kondisi ini akan mengganggu sirkulasi udara perkotaan, mengurangi
proses penyerapan CO2, meningkatkan efek panas, ini berpengaruh
pada kondisi Global Warning.
Garis sempadan bangunan adalah jarak yang diperbolehkan mendirikan
bangunan dengan membatasi jarak terdekat bangunan terhadap as
jalan, dihitung dari batas terluar muka bangunan yang berfungsi
sebagai pembatas ruang. Dalam kaitannya

dengan struktur jalan,

maka kapling yang besar diarahkan pada jalan yang mempunyai


khirarki yang paling tinggi dan kapling yang paling kecil disepanjang
jalan yang lebih kecil.
Berdasarkan kondisi eksisiting kawasan perencanaan, garis sempadan
bangunan bervariasi yaitu antara 5 sampai 25 meter dari pinggir jalan,

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 23

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
dimana bangunan lama yang ada tidak sesuai dengan GSB yang telah
ditetapkan pemerintah Kota Gorontalo, karena bangunan lama pada
saat dibangun belum ada aturan GSB yang mengikat.

Gambar 28
Sempadan Bangunan di Kawasan Perencanaan

2) Jarak Bangunan
Jarak antar bangunan adalah jarak bangunan satu dengan yang lainnya
diperlukan untuk menyelamatkan bangunan dari peristiwa yang tidak
diinginkan, dan sekaligus memberikan untuk ruang serapan air tanah
dan sirkulasi udara, cahaya dan yang paling penting adalah menjaga
kepadatan bangunan.
Jarak antar bangunan pada lokasi perencanaan sangat bervariasi, untuk
kawasan perencanaan jarak antar bangunan antara 5 - 15 meter.
D. Bentuk dan Tampilan Bangunan
Bentuk dan tampilan arsitektur bangunan gedung meliputi persyaratan
penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian,
dan

keselarasan

bangunan

gedung

dengan

lingkungannya,

serta

pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat


terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.
Bentuk dan penampilan bangunan gedung harus memperhatikan
bentuk dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Persyaratan tata ruang dalam bangunan harus memperhatikan fungsi ruang,
arsitektur bangunan gedung, dan keandalan bangunan gedung. Persyaratan
keseimbangan,

keserasian,

dan

keselarasan

bangunan

gedung

dengan

lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan


gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan
lingkungannya. Ketentuan mengenai penampilan bangunan gedung, tata
ruang dalam, keseimbangan, dan keselarasan bangunan gedung dengan
lingkungannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 24

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
Bentuk dan tampilan bangunan dikawasan perencanaan koridor jalan By
Pass, untuk bangunan perumahan yang masih semi permanen dengan
bentuk bangunan sederhan dengan menggunakan bahan dari kayu lokal dan
untuk bangunan komersial, ruko, dan gudang dan industri berbentuk
bangunan modern dengan bangunan permanen

Gambar 29
Bentuk dan tampilan bangunan

E. Orientasi Bangunan
Orientasi

bangunan

adalah

mengatur

arah

pertimbangan kondisi fsik dan non fsik lingkungan.


fsik lingkungan seperti

bangunan

dengan

Pertimbangan kondisi

arah matahari, arah angin, jarak bangunan dan

aksesibilitas, sementara pertimbangan non fsik adalah pengaruh ideologi,


nilai nilai budaya setempat. Untuk bangunan yang berada pada sepanjang
jalan baik jalan kolektor maupun jalan lingkungan dan setapak menghadap ke
jalan dengan pertimbangan untuk memudahkan akses pencapaian.

Gambar 30
Bangunan yang berorientasi ke jalan

2.

Kondisi Kependudukan
1. Persebaran Penduduk

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 25

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
Persebaran penduduk di Kawasan City Center Kelurahan Tamalate Kota
Gorontalo yaitu sebagai berikut.
Tabel 4
Persebaran Penduduk di Kawasan Perencanaan City Centre Kelurahan Tamalate
Kota Gorontalo Tahun 2009

N
o

Blok

Sub Blok

Luas Lingkungan

Lingkungan

(Km2)

Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan

I
II
III
IV
V

Jumlah Penduduk
Tahun 2009
(Jiwa)
427
719
770
499
576

0.0571
0.0913
0.0829
0.1802
0.4083

Sumber: Rencana Detail Kota Gorontalo

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kelurahan


Tamalate terbagi kedalam 5 Sub Blok Lingkungan. Sub blok lingkungan yang
memiliki jumlah penduduk terbanyak berdasarkan data Rencana Detail Tata
Bangunan dan Lingkunga terdapat dalam lingkungan III yaitu sebanyak 770.
Selanjutnya sub blok lingkungan II dengan 719 jiwa dan sub lingkungan V
dengan jumlah penduduk sekitar 576 jiwa.
2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk

di Kawasan City Center Kota Gorontalo dapat

dilihat pada tabel berikut.


Tabel 5
Kepadatan Penduduk di Kawasan Perencanaan City Centre
Kelurahan Tamalate Kota Gorontalo Tahun 2009

No

Blok

Sub Blok
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan

I
II
III
IV
V

Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
7.478,11
7.875,14
9.288,30
2.769,15
1.410,73

Sumber: Rencana Detail Kota Gorontalo

Berdasarkan data diatas kepadatan penduduk terbesar berada di sub


blok lingkungan III dengan kepadatan penduduk sebesar 9.288,30 jiwa/km 2.
Kemudian sub blok lingkungan II memiliki kepadatan penduduk yang cukup

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 26

DRAFT LAPORAN AKHIR - Review RTBL Kawasan City Centre

Kota Gorontalo
padat yaitu sebesar 7.875,14 jiwa/km2 disusul dengan sub blok lingkungan I
dengan kepadatan penduduk sebesar 7.478,11 jiwa/km2.

Dinas Pekerjaan Umum


Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo

II - 27

Anda mungkin juga menyukai