Bab Ii
Bab Ii
Kota Gorontalo
BAB II
RONA EKSISTING WILAYAH
PERENCANAAN DAN ARAH
PENGEMBANGAN
1.
1.
Kondisi Fisik
Posisi dan Luas
Posisi wilayah perencanaan berada di wilayah administrasi Kecamatan
Gambar 2
Peta Deliniasi Kawasan Perencanaan
2.
A. Topograf
Kondisi topograf Kota Gorontalo adalah tanah datar yang dilalui tiga
buah sungai yang bermuara di Teluk Tomini, Pelabuhan Gorontalo. Bagian
II - 1
Kota Gorontalo
Selatan
diapit
dua
pegunungan
berbatu
kapur/pasir.
Ketinggian
dari
permukaan laut antara 0 sampai 470 meter. Pesisir pantai landai berpasir.
Tabel 2
Ketinggian Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL), Menurut Kec. di Kota
Gorontalo, 2012
Kecamatan
Kota Barat
Dungingi
Kota Selatan
Kota Timur
Hulontalangi
Dumbo Raya
Kota Utara
Kota Tengah
Sipatana
II - 2
Kota Gorontalo
Gambar 3
Kondisi Topograf kawasan
Gambar 4
Peta Kelas Lereng Kota Gorontalo
B. Geologi
Tanah diartikan adalah lapisan atas bumi yang merupakan campuran
dari pelapukan batuan dan jasad makhluk hidup yang telah mati dan
membusuk. Oleh pengaruh cuaca, jasad makhluk hidup tadi menjadi lapuk,
mineral-mineralnya terurai (terlepas), dan kemudian membentuk tanah yang
II - 3
Kota Gorontalo
subur. Tanah juga disebut lithosfer (lith = batuan) karena dibentuk dari hasil
pelapukan batuan. Berdasarkan data yang dikumpulkan, maka jenis tanah
yang terdapat di Kota Gorontalo adalah Ordo Inceptisol. Tanah ini terbentuk
pada daerah curah hujan sedang sampai tinggi dan bisa juga di jumpai pada
sepanjang aliran sungai. Tanah golongan ini terbentang luas di seputar garis
khatulistiwa yaitu dari Tropical of Cancer sampai tropical of capricorn atau
220 30
Gorontalo.
Gambar 5
Peta Jenis Tanah Kota Gorontalo
II - 4
Kota Gorontalo
Tabel 3.
Sebaran Jenis Tanah Berdasarkan Luas Masing-masing Kecamatan
di Kota Gorontalo, Tahun 2012
Kecamatan
Kota Barat
Kota Selatan
Kota Timur
Dungingi
Kota Tengah
Kota Utara
Jumlah (Km2)
Persentase (%)
Aluvial
Latosol
Podsolik
Total
7.51
0.85
5.66
2.84
2.06
4.72
23.64
29.91
12.57
14.14
1.37
0.48
28.56
36.14
0.60
10.95
11.55
14.61
20.08
17.04
19.35
4.67
4.81
13.07
79.03
100.00
Dari tabel di atas, jenis tanah di Kota Gorontalo di dominasi oleh jenis
latosol, tersebar merata di setiap kecamatan, sebesar 36,14%. Jenis tanah ini
yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif, warna tanah tergantung
susunan bahan induknya dan keadaan iklim. Latosol merah berasal dari vulkan
intermedier,
tanah
ini
subur,
dan
dimanfaatkan
untuk
pertanian
dan
barat/barat
laut
yang
banyak
mengandung
uap
air,
sehingga
II - 5
Kota Gorontalo
Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa
peralihan pada bulam Mei dan Oktober.
Kecepatan angin pada tahun 2012 yang dipantau Stasiun Pengamatan
BMKG Jalaudin hamper merata setiap bulannya, yaitu pada kisaran antara 1
sampai 3 knot.
Suhu udara ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat/wilayah tersebut
terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2012,
Gorontalo mempunyai suhu udara dengan rata-rata 26,63 derajat celcius.
Sementara itu, rata-rata kelembaban relative adalah 82,58 persen dan
perputaran/pertemuan arus angin. Karena itu, jumlah curah hujan beragam
menurut bulan dan letak stasiun pengamatan . catatan curah hujan tahun
2012 berkisar anatara 27-412 mm. Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada
bulan Februari 2012 yaitu 24 hari.
3.
2.
Sub pusat pelayanan kota, melayani sub wilayah kota dan pusat
lingkungan; dan
3.
Kecamatan
Kota
Barat,
dan
Kecamatan
Dungingi,
Kecamatan
wilayah
perencanaan
Kawasan
Pusat
Perkantoran
Pemerintah Tepian Sungai Bone Kota Goronatalo telah sesuai antara struktur
sistem pusat pelayanan dengan arahan penggembangan kawasan. Dimana
kawasan perencanaan yang termasuk dalam administrasi Kecamatan Kota
Timur
berdasarkan
rencana
struktur
sistem
pusat
pelayanan
memiliki
klasifkasi sebagai Sub PPK yang salah satunya memiliki fungsi sebagai
perkantoran pemerintahan. Fungsi dari kecamatan ini memiliki sinkronisasi
II - 6
Kota Gorontalo
dengan arahan pemanfaatan ruang Kota Gorontalo yang terdapat dalam RTRW
Kota Gorontalo tahun 2010-2030 yang mengarahkan salah satu kelurahan dari
Kecamatan
Kota
Timur
yaitu
Kelurahan
Tamalate
sebagai
kawasan
4.
Sistem Transportasi
Gambar 6
Peta Jaringan Drainase Eksisting Kawasan Perencanaan
Kondisi
geometrik
jalan
di
wilayah
perencanaan
yang
terbagi
berdasarkan kelas jalan yang ada di wilayah perencanaan, yaitu jalan utama
berupa Jalan kolektor primer dan beberapa jalan-jalan lingkungan yang masuk
dalam wilayah perencanaan secara garis besar dalam kondisi yang cukup baik.
II - 7
Kota Gorontalo
Gambar 7
Geometri Jalan dengan Kondisi Aspal
Untuk ruas jalan kolektor primer maka lebar lajur rata-rata adalah 3 m
dan lebar bahu jalan adalah 2 m serta lebar badan jalan 6 m. Perkerasan jalan
terbuat dari aspal beton dengan bahu yang juga diperkeras aspal. Dengan
lebar lajur dan bahu jalan yang bervariasi maka DAMIJA pada koridor
perencanaan juga bervariasi. Mengenai gambar penampang jalan yang ada
dalam wilayah perencanaan dapat dilihat pada Gambar berikut
Gambar 8
Penampang jalan di kawasan perencanaan
B. Geometrik Persimpangan
Persimpangan
merupakan
pertemuan
dari
ruas-ruas
jalan
yang
geometrik
persimpangan
pada
koridor
perencanaan
yaitu
II - 8
Kota Gorontalo
arus jalan atau persimpangan tiga lengan dan beberapa persimpangan
sederhana yang merupakan pertemuan dua arus jalan.
Gambar 9
Geometrik Persimpangan
C. Perabot Jalan
Hal-hal yang dapat dikategorikan sebagai perabot jalan adalah Tiang
lampu penerangan jalan, rambu-rambu lalu-lintas, jembatan penyeberangan
dan zebra cross, halte, boks telepon, kotak tempat sampah dan petanda
(signage). Berdasarkan survey yang dilakukan.
1) Lampu Penerangan Jalan
Penerangan
jalan
di
kawasan
Perencanaan
pada
koridor
depan
lampu
penerangan
juga
dipergunakan
sebagai
pengendali
persimpangan yang diletakkan pada pulau-pulau jalan yang ada. Untuk lampu
penerangan pada kawasan belakang (enclave) secara kuantitas juga cukup
memadai untuk kebutuhan masyarakat, mengingat bahwa kawasan tersebut
didominasi oleh permukiman (rumah penduduk) dan perkantoran.
Gambar 10
II - 9
Kota Gorontalo
Lampu penerangan jalan pada dua sisi
2) Petanda (Signage)
Petanda atau signage di kawasan perencanaan berupa papan informasi
maupun reklame atau baliho banyak terdapat di kawasan ini secara menyebar.
Penempatan
reklame
rata-rata
adalah
pada
kawasan
pertokoan
atau
Gambar 11
Baliho dan umbul-umbul yang terpasang di persimpangan jalan
5.
II - 10
Kota Gorontalo
Pada dasarnya, peruntukan lahan di Kawasan City Center Kota Gorontalo
terbagi menjadi permukiman, perkatoran, perdagangan dan lahan non
terbangun. Peruntukan lahan di Kawasan City Center Kota Gorontalo sebagian
besar merupakan lahan non terbangun yang luasnya mencapai 44,87 Ha
sedangkan lahan terbangun luasnya mencapai 4,49 Ha.
Pemanfaatan ruang secara detail di Kawasan City Center Kota Gorontalo
adalah sebagai berikut:
1)
Rumah
Tinggal.
Untuk
rumah
sebagai
tempat tinggal ini mempunyai dua bentuk yaitu rumah yang murni
sebagai rumah tinggal dan rumah yang telah bersatu dengan toko
(ruko). Hal ini memperlihatkan bahwa dalam pemanfaatan ruang untuk
kegiatan tempat tinggal masyarakat telah menjadi efsien dengan
demikian tidak memerlukan lahan yang lebih untuk tempat tinggal
sekaligus sebagai tempat usaha/bekerja dan hal
Namun
konstruksi
tempat
tinggal
permanen
lebih
Gambar 12
Pemanfaatan rumah tinggal menjadi tempat berdagang atau biasa disebut rumah toko
(ruko)
2)
Perdagangan.
Pemanfaatan
ruang
untuk
II - 11
Kota Gorontalo
dengan etalase yang terbuka. Selain berupa bangunan juga ini banyak
yang memanfaatkan trotoar. Konstruksi bangunan perdagangan ini
bermacam-macam
baik
itu
konstruksi
permanen
maupun
semi
Gambar 13
Pemanfaatan trotoar untuk kegiatan perdagangan dengan konstruksi bangunan semi
permanen (kiri) dan pedagang dengan etalase terbuka dengan konstruksi permanen
(kanan).
3)
Fasilitas
pelayanan
umum
di
kawasan
Pelayanan
perencanaan
Umum.
antara
lain
Fasilitas
fasilitas
Gambar 14
II - 12
Kota Gorontalo
Fasilitas kesehatan berupa klinik (kiri) dan Kantor Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Prov. Gorontalo (kanan)
jalan,
II - 13
Kota Gorontalo
RTH berupa tutupan vegetasi merupakan ruang terbuka hijau yang
memiliki luas yang cukup luas di kawasan perencanaan ini yaitu sekitar
18,95%.
Apabila diperbandingkan antara pemanfataan ruang untuk kegiatan
terbangun dan non terbangun di kawasan perencanaan maka presentase
pemanfaatan ruang untuk kegiatan non terbangun lebih besar dibandingkan
kegiatan terbangun.
Gambar 15
Kondisi kawasan non terbangun
E. Karakteristik Lingkungan
Wilayah perencanaan merupakan wilayah dengan dominasi lahan non
terbangun, permukiman serta perdagangan dan jasa (industri kecil). Identitas
kawasan (image of the city) berupa edge, nodes, landmark, district dan path
pada wilayah perencanaan adalah:
1) Edge
Unsur lingkungan yang dikategorikan sebagai edge pada wilayah
perencanaan adalah lahan kosong atau tutupan vegetasi. Edge di
kawasan perencanaan merupakan lahan non terbangun.
II - 14
Kota Gorontalo
Permukiman
Permukiman
Tutupan Vegetasi
Lahan Kosong
Sungai
Gambar 16
Edge Kawasan Perencanaan
2) Nodes
Nodes di kawasan perencanaan merupakan persimpangan antara Jl. By
Pass dengan Jl. Sultan Botutihe serta beberapa persimpangan dalam
kawasan perencanaan. Secara lebih jelas dapat dilihat dalam gambar
berikut ini :
II - 15
Kota Gorontalo
Gambar 17
Nodes Kawasan Perencanaan
3) Landmark
Landmark yang merupakan tanda atau ciri khas suatu kawasan atau
kota dalam kawasan perencanaan, dimana landmark berupa Jembatan
Talumolo II.
Gambar 18
Landmark Kawasan Perencanaan berupa Jembatan Talumolo II
II - 16
Kota Gorontalo
4) District
Bagian wilayah perencanaan yang dikategorikan sebagai district adalah
kawasan permukiman dan kawasan perkantoran.
5) Path
Path pada wilayah perencanaan berupa ruas jalan By Pass
yang
Gambar 19
Path Kawasan Perencanaan Berupa Jaringan Jalan Utama
F. Lingkage System
Linkage system di kawasan city center terbentuk dari konektivitas
antara JL. By Pass dan Jl. Sultan Botutihe yang merupakan jalan utama. Saat ini
linkage yang terbentuk belum memperlihatkan intensitas pemanfaatan yang
tinggi hanya pada kawasan-kawasan tertentu dan pada waktu-waktu tertentu
seperti pada pagi dan sore hari. Hal ini dikarenakan tata guna lahan kawasan
perencanaan yang berada di kawasan perencanaan merupakan kawasan
perkantoran jadi masyarakat cenderung mengakses jalan ini pada pagi hari
saat berangkat menuju tempat aktiftas dan pada sore hari saat pulang kantor.
Jalan By Pass merupakan jalan dengan klasifkasi jalan arteri. Jalan ini
merupakan jalan yang dapat menghubungkan beberapa jalan penting seperti
ke Jalan Botutihe dan
dengan
kawasan
perkantoran
terpadu
yang
berada
kawasan
II - 17
Kota Gorontalo
6.
tersedia cukup lengkap dan berfungsi dengan baik, terutama pelayanan listrik,
telepon dan air bersih.
A. Prasarana Lingkungan
1) Jaringan Listrik
Sistem jaringan listrik di kawasan perencanaan masih menggunakan air
system
atau
jaringan
kabel
udara
dengan
menggunakan
kabel
Gambar 20
Kabel jaringan listrik di kawasan perencanaan yang masih menggunakan jaringan
kabel udara.
II - 18
Kota Gorontalo
Gambar 21
Tandon penampungan air bersih yang berada di kawasan perencanaan (kiri) dan
meteran air yang terletak di rumah warga (kanan)
3) Jaringan Telepon
Tidak terdapat jaringan telepon di kawasan perencanaan. Ini disebabkan
kawasan ini merupakan kawasan yang baru berkembang.
4) Jaringan Persampahan
Sistem pengelolaan sampah yang ada dalam kawasan perencanaan
masih belum di kelola oleh pemerintah setempat. Penduduk setempat
belum memisahkan sampah organic dan anorgank. Pengelolaan sampah
di
kawasan
perencanaan
cenderung
membuang
sampah
dan
membakarnya langsung, menimbun ataupun membuangnya kesaluransaluran (drainase) yang ada di sekitarnya, sehingga hal ini akan
menimbulkan tersumbatnya saluran tersebut.
Gambar 22
Pengelolaan sampah pada tempatnya dengan cara dibakar (kiri) dan sampah
yang dibuang oleh warga di drainase (kanan)
5) Jaringan Drainase
Saluran drainase yang ada di kawasan perencanaan menggunakan
Sistem tercampur (combined system) dimana air buangan rumah
tangga disatukan dengan air hujan disatukan melalui satu saluran yang
sama. Dimensi drainase yang berada di kawasan perencanaan memiliki
lebar yang beragam mulai 0,50 - 2 meter Saluran drainase di kawasan
II - 19
Kota Gorontalo
perencanaan berkonstruksi beton namun terdapat pula drainase dengan
konstruksi tanah.
Gambar 23
Drainase dengan konstruksi beton (kiri) dan drainase dengan konstruksi tanah (kanan)
Pada Jalan By Pass tidak terdapat drainase jalan sehingga jalan ini
berpotensi mengalami kerusakan akibat genangan air hujan.
Gambar 24
Jalan By Pass yang belum memiliki drainase jalan
B. Sarana Lingkungan
Sarana lingkungan yang ada berupa sarana penunjang permukiman
berupa perdagangan, dan fasilitas kesehatan berupa klinik Annisa serta
perkantoran
berupa
Kantor
DPRD
Provinsi
Gorontalo,
Kantor
Badan
permanen.
II - 20
Kota Gorontalo
Beberapa
bangunan
perkantoran
ini
merupakan
bangunan
baru
menggunakan
trotoar
sebagai
area
berjualan.
Fasilitas
Gambar 25
Lapak dagang yang berada di trotoar jalan dan memiliki konstruksi semi permanen.
3) Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan berupa klinik yang berada di kawasan perencanaan
dan posyandu menyebar dibeberapa lokasi permukiman penduduk.
Gambar 26
Fasilitas sarana klinik
7.
A. Penggunaan Bangunan
II - 21
Kota Gorontalo
Pengaturan bangunan pada kawasan perencanaan dilihat dari bentuk,
ukuran blok, pengelompokan dan konfgurasi blok kawasan masih sangat
beragam sesuai dengan kepemilikan bangunan tersebut. Berdasarkan arahan
rencana detail tata ruang Kota Gorontalo kawasan perencanaan diperuntukkan
sebagai kawasan perkantoran pemerintahan, perdagangan dan jasa, dan
pelayanan sosial skala pelayanan kota.
Pada prinsipnya pengaturan bangunan di kawasan RTBL diprioritaskan
untuk menjamin aspek-aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan para
pemakai bangunan maupun lingkungan. Peraturan bangunan meliputi :
Struktur bangunan
antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan
luas lahan/tapak perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai, merupakan
bagian dari Intensitas pemanfaatan lahan menyangkut pemanfaatan lahan
pada tapak/persil yang merupakan alokasi dan distribusi luas lantai maksimum
bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya.
Kondisi eksisting yang terdapat di kawasan
perencanaan
pada
umumnya bangunan yang memiliki satu lantai dengan luas kapling yang
sedang dan bangunan yang tergolong bangunan sederhana utamannya yang
peruntukannya
sebagai
bangunan
perumahan,
sedangkan
bangunan
perkantoran memiliki kapling yang luas karena adanya berbagai aktivitas dan
tempat parkir, bangunan tergolong bangunan dengan konstruksi yang cukup
baik yang ditunjang oleh luasnya lahan di kawasan tersebut.
1) Jumlah Lantai
Jumlah lantai bangunan adalah angka dari hasil yang diijinkan oleh KLB
pada suatu kawasan dalam bentuk luasan, sementara pengaturan
ketinggian lantai maksimum yang diijinkan/disyaratkan.
Dalam wilayah perencanaan, ketinggian bangunan yang ada sebagian
besar bangunan berlantai 1-2 lantai.
II - 22
Kota Gorontalo
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Gorontalo dan
RDTR Kota Gorontalo, telah ditetapkan Koefsien Dasar Bangunan (KDB)
dan Jumlah Lantai/ Koefsien Lantai Bangunan (KLB). Adapun, Rencana
Ketinggian Lantai Bangunan di Kawasan Perencanaan adalah 1-3 lantai
dengankategori rendah.
Gambar 27
Bangunan yang berada di kawasan perencanaan memiliki ketinggian 1-2 lantai.
pagar
lahan/tapak.
Jarak
ini
memberikan
ruang
untuk
penghijauan di area tepi jalan. Selain itu area ini bias mengantisipasi
pelebaran jalan.
Garis Sempadan Bangunan (GSB), yaitu jarak antara As jalan dengan
muka bangunan. Aturan ini juga hampir sama dengan GSP, namun ini
memiliki ruang terbuka yang lebih luas. Makin besar jarak GSB makin
memberikan kesan yang lapang dan segar suatu kota. Makin sempit
jarak ini, makin memberikan kesan kecil, terhimpit, sumpek dan padat.
Kondisi ini akan mengganggu sirkulasi udara perkotaan, mengurangi
proses penyerapan CO2, meningkatkan efek panas, ini berpengaruh
pada kondisi Global Warning.
Garis sempadan bangunan adalah jarak yang diperbolehkan mendirikan
bangunan dengan membatasi jarak terdekat bangunan terhadap as
jalan, dihitung dari batas terluar muka bangunan yang berfungsi
sebagai pembatas ruang. Dalam kaitannya
II - 23
Kota Gorontalo
dimana bangunan lama yang ada tidak sesuai dengan GSB yang telah
ditetapkan pemerintah Kota Gorontalo, karena bangunan lama pada
saat dibangun belum ada aturan GSB yang mengikat.
Gambar 28
Sempadan Bangunan di Kawasan Perencanaan
2) Jarak Bangunan
Jarak antar bangunan adalah jarak bangunan satu dengan yang lainnya
diperlukan untuk menyelamatkan bangunan dari peristiwa yang tidak
diinginkan, dan sekaligus memberikan untuk ruang serapan air tanah
dan sirkulasi udara, cahaya dan yang paling penting adalah menjaga
kepadatan bangunan.
Jarak antar bangunan pada lokasi perencanaan sangat bervariasi, untuk
kawasan perencanaan jarak antar bangunan antara 5 - 15 meter.
D. Bentuk dan Tampilan Bangunan
Bentuk dan tampilan arsitektur bangunan gedung meliputi persyaratan
penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian,
dan
keselarasan
bangunan
gedung
dengan
lingkungannya,
serta
keserasian,
dan
keselarasan
bangunan
gedung
dengan
II - 24
Kota Gorontalo
Bentuk dan tampilan bangunan dikawasan perencanaan koridor jalan By
Pass, untuk bangunan perumahan yang masih semi permanen dengan
bentuk bangunan sederhan dengan menggunakan bahan dari kayu lokal dan
untuk bangunan komersial, ruko, dan gudang dan industri berbentuk
bangunan modern dengan bangunan permanen
Gambar 29
Bentuk dan tampilan bangunan
E. Orientasi Bangunan
Orientasi
bangunan
adalah
mengatur
arah
bangunan
dengan
Pertimbangan kondisi
Gambar 30
Bangunan yang berorientasi ke jalan
2.
Kondisi Kependudukan
1. Persebaran Penduduk
II - 25
Kota Gorontalo
Persebaran penduduk di Kawasan City Center Kelurahan Tamalate Kota
Gorontalo yaitu sebagai berikut.
Tabel 4
Persebaran Penduduk di Kawasan Perencanaan City Centre Kelurahan Tamalate
Kota Gorontalo Tahun 2009
N
o
Blok
Sub Blok
Luas Lingkungan
Lingkungan
(Km2)
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
I
II
III
IV
V
Jumlah Penduduk
Tahun 2009
(Jiwa)
427
719
770
499
576
0.0571
0.0913
0.0829
0.1802
0.4083
No
Blok
Sub Blok
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
I
II
III
IV
V
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
7.478,11
7.875,14
9.288,30
2.769,15
1.410,73
II - 26
Kota Gorontalo
padat yaitu sebesar 7.875,14 jiwa/km2 disusul dengan sub blok lingkungan I
dengan kepadatan penduduk sebesar 7.478,11 jiwa/km2.
II - 27