Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KONSUMSI BATANG ROKOK

DENGAN TINGKAT HIPERTENSI


Erwin Ariestiyanto dan Ida Untari
Akper PKU Muhammadiyah Surakarta
Jl. Tulang Bawang Selatan No 26 Tegalsari RT 06 RW III Kadipiro Banjarsari Surakarta
idauntari@yahoo.co.id
Abstrak:
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Dari segi kesehatan, tidak ada satu titik yang menyetujui atau melihat manfaat
yang dikandungnya. Namun tidak mudah untuk menurunkan terlebih menghilangkannya.
Karena itu gaya hidup ini menarik sebagai suatu masalah kesehatan, minimal dianggap
sebagai faktor risiko dari berbagai macam penyakit, misalnya hipertensi. Di semua tempat
banyak yang merokok. Daerah pedesaan, kebanyakan rokok yang dikonsumsi adalah jenis
sigaret kretek Penduduk Desa Gunung Simo Boyolali mempunyai kebasaan merokok dengan
jumlah rata-rata 8-12 batang per hari dan didukung data Puskesmas Simo tahun 2010 penderita
hipertensi sebanyak 253. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah
konsumsi batang rokok dengan tingkat hipertensi di Dukuh Candi Desa Gunung Kecamatan
Simo Kabupaten Boyolali.
Metode penelitian berupa kuantitatif dengan korelasi analitik. Sampel menggunakan
quota sampling sejumlah 30 pada masyarakat yang menderita hipertensi dengan merokok.
Instrumen penelitian menggunakan check list. Analisa menggunakan uji Spearman Rank,
dibantu program komputer SPSS versi 16.
Hasil: Ada hubungan antara jumlah konsumsi batang rokok dengan tingkat hipertensi
dengan hitung>tabel (0,463>0,361) atau nilai p : 0,010 < 0,05 pada signifikansi 95%.
Kesimpulan: terdapat hubungan antara jumlah konsumsi batang rokok dengan
tingkat hipertensi di Dukuh Candi Desa Gunung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali.
Kata Kunci: Jumlah Konsumsi Batang Rokok, Tingkat Hipertensi
CORELATION BETWEEN TOTAL CIGARETTE CONSUMPTION
LEVEL WITH HYPERTENSION
Abstract:
Background: Smoking is one habit that commonly encountered in everyday life. In
terms of health, there is no single point in favor of or see the benefit. But not easy to lose
first removed. Because it's interesting lifestyle as a health issue, at least regarded as risk
factors for various diseases, such as hypertension. In all of the many who smoke. Rural
areas, most of the cigarettes consumed is a type of clove cigarette Villagers Mount Simo
Boyolali have alkalinity smoking by the average number of cigarettes per day 8-12 and the
data supported health center Simo in 2010 as many as 253 patients with hypertension
Objective this research to know the corelation between the amount of cigarette
consumption to the level of hypertension in Hamlet Village Temple Mount Sub Simo Boyolali.
Research Methods: Quantitative research with analytical correlations. Samples using
quota sampling a total of 30 in the community who suffer from hypertension and smoking.
The research instrument used check list. Analysis using the Spearman Rank test, assisted
computer program SPSS version 16.
There was a corelation between the amount of cigarette consumption to the level of
hypertension with r count > r table (0.463 > 0.361) or p value: 0.010 < 0.05 at 95%
significance.
Conclusion: there is a corelation between the amount of cigarette consumption to the
level of hypertension in Hamlet Village Temple Mount Sub Simo Boyolali.
Keywords: Total Cigarette Consumption, level of Hypertension

PENDAHULUAN
Rokok adalah silinder dari kertas
berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm atau bervariasi tergantung negara
dengan diameter sekitar 10 mm yang
berisi daun tembakau yang telah dicacah
(Aula, 2010). Rokok merupakan salah satu
produk industri dan komuditi internasional
yang mengandung sekitar 4000 bahan
kimiawi. Unsur yang paling penting antara
lain tar, nikotin, metil klorida, aseton,
amonia dan karbon monoksida, dari 4000
zat kimia itu 20 diantaranya adalah racun
mematikan dari 20 racun maut itu, 8
diantaranya adalah zat karsinogenik atau
penyebab kanker ganas dan sisanya
adalah racun tikus hidrogen sianida yang
biasa digunakan untuk mengeksekusi
narapidana yang dihukum mati, bahan
bakar roket atau metanol, bahan bakar
korek api atau butan, arsen atau racun
serangga, racun knalpot atau karbon
monoksida, amonia dan racun hama
(Partodiharjo, 2006).
Jenis rokok berdasarkan bahan
pembungkus, meliputi : 1). Klobot dari
daun jagung, 2). Kawung dari daun aren,
3). Sigaret dari kertas, 4). Cerutu dari daun
tembakau.
Jenis rokok berdasarkan bahan
baku atau isi, meliputi : 1). Rokok putih
yang berisi saus untuk mendapatkan efek
rasa dan aroma tertentu, 2). Rokok kretek
berisi daun tembakau dan cengkeh yang
diberi saus, 3). Rokok klembak berisi daun
tembakau, cengkeh dan kemenyan serta
saus.
Bahan kimia yang terkandung
dalam rokok antara lain : Nikotin, Aseton,
Metanol, Naftalen, Karbonmonoksida,
Hidrogen Sianida, Amonia, Toluen, Arsen,
DDT (racun serangga), Butena, Kadnium
(Partodiharjo,
2006).
Zat-zat
kimia
beracun seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap akan masuk ke
dalam aliran darah dapat merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan proses aterosklerosis dan
tekanan darah tinggi (Karyadi, 2002).
Macam-macam perokok meliputi:
Perokok aktif : orang yang secara
langsung menghisap rokok dan perokok
pasif : Yaitu orang yang tidak secara
langsung
menghisap
rokok
tetapi

menghisap asap rokok yang dikeluarkan


dari mulut orang yang sedang merokok.
Tipe perokok menurut jumlah rokok
yang dihisap, meliputi : 1). Perokok ringan
apabila merokok kurang dari 10 batang
per hari, 2). perokok sedang apabila
merokok 10-20 batang per hari dan 3).
perokok berat apabila merokok lebih dari
20 batang per hari (Bustan, 2007)
Pada penelitian di Jepang 90%
wanita yang terkena kanker payudara dan
kanker rahim adalah istri yang suaminya
perokok, dan menurut penelitian di
Amerika Serikat 86 % anak yang
kecerdasannya rendah adalah anak yang
orang tuanya merokok (Partodiharjo,
2006).
Organisasi
Kesehatan
Dunia
(WHO)
menyatakan,
tembakau
membunuh lebih dari lima juta orang per
tahun, dan diproyeksikan akan membunuh
10 juta sampai tahun 2020. Dari jumlah
itu, 70 persen korban berasal dari negara
berkembang.
Lembaga
demografi
Universitas Indonesia mencatat, angka
kematian akibat penyakit yang disebabkan
rokok tahun 2004 adalah 427.948 jiwa,
berarti 1.172 jiwa per hari atau sekitar 22,5
persen dari total kematian di Indonesia
(Bustan, 2007).
Prevalensi merokok berdasarkan
jumlah total batang yang dihisap pertahun
pada 5 negara yang mengkonsumsi
terbanyak. Pada tahun 2002: Indonesia
mengkonsumsi 182 milyar batang rokok,
menduduki peringkat kelima konsumsi rokok
terbesar setelah Cina (1697 milyar batang),
Amerika Serikat (464 milyar batang), Rusia
(375 milyar batang), dan Jepang (299 milyar
batang).
Pada tahun 2008 menunjukkan
konsumsi rokok di Indonesia sebesar 240
milyar batang meningkat tajam setelah tahun
2005 sebesar 214 milyar batang. Sedangkan
berdasarkan jumlah perokok, Indonesia
adalah negara ketiga dengan jumlah perokok
terbesar di dunia setelah Cina dan India,
dimana jumlah perokok di Cina 30 %, India
11,2 %, dan di Indonesia mencapai 4,8 %. Di
Jawa Tengah prevalensi perokok umur lebih
dari 15 tahun mencapai 34,3 % (Riskesdas,
2007).
Penyakit hipertensi masih menjadi
perhatian bidang kesehatan karena angka
prevalensinya yang tinggi dan akibat

jangka panjang yang ditimbulkannya.


Hipertensi adalah suatu peningkatan
tekanan darah di dalam arteri, dikatakan
tekanan darah tinggi jika pada saat duduk
tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih dan tekanan distolik mencapai 90
mmHg atau lebih (Ruhyanudin, 2007)
Di Indonesia sekitar 90 % merupakan
hipertensi primer atau esensial merupakan
peningkatan tekanan darah yang tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa
faktor
diduga
berkaitan
dengan
berkembangnya hipertensi primer seperti
genetik dan bertambahnya usia. Sedangkan
sekitar 10 % merupakan hipertensi sekunder
sebagai peningkatan tekanan darah karena
suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya
seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid,
selain itu penyebab hipertensi sekunder
diantaranya merokok (Udjianti, 2010).
Prevalensi hipertensi di Jawa Tengah
mencapai 21,4 % (Riskesdas, 2007). Dari
data Puskesmas Simo pada tahun 2010
bahwa pasien hipertensi di desa Gunung
Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali
sebanyak 253 pasien
(Rekam Medis
Puskesmas Simo, 2010), sehingga peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan judul
hubungan antara jumlah konsumsi batang
rokok dengan tingkat hipertensi di dukuh
Candi desa Gunung Kecamatan Simo
Kabupaten Boyolali.
Gejala hipertensi pada umumnya
tidak mempunyai keluhan khusus dan
tidak mengetahui dirinya menderita
hipertensi. Seorang penderita hipertensi
datang berobat ke dokter di dorong oleh
keluhan-keluhan yang disebabkan oleh
kenaikan tekanan darah itu sendiri yang
mengganggu, ada kelainan pembuluh
darah, atau adanya penyakit lain yang
menyebabkan tekanan darah tinggi,
seperti sakit kepala, terutama pada waktu
bangun tidur kemudian menghilang sendiri
setelah beberapa jam, kemerahan pada
wajah, cepat capek, lesu, impotensi,
gejala-gejala yang mungkin timbul karena
adanya kelainan pembuluh darah antara
lain : mimisan, kencing darah (hematuria),
penglihatan terganggu karena gangguan
retina, nyeri dada (angina pectoris), lemah
dan lesu yang sering karena adanya
gangguan iskemia pada pembuluh darah
otak (Karyadi, 2002).

Klasifikasi hipertensi menurut tipe,


antara lain : 1). Hipertensi sistole dan
diastole, dimana tekanan darah sistole
140 mmHg atau lebih dan diastole 90
mmHg atau lebih, 2). Hipertensi sistole
terisolasi, kenaikan tekanan sistolik 140
mmHg atau lebih tetapi tekanan diastolik
kurang dari 90 mmHg atau masih dalam
kisaran normal, hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut, 3). White coat
hypertension (hipertensi baju putih),
seseorang menjadi hipertensi sewaktu
tekanan darahnya diukur di kamar praktek
atau di rumah sakit dan kembali normal
bila tekanan darah diukur di luar fasilitas
kesehatan
misalnya
di
rumahnya
(Lumbantobing,
2008).
Klasifikasi
hipertensi menurut tingkat keparahannya
menurut Ruhyanudin (2007)
Tabel 1. Kalsifikasi hipertensi
Kategori

Normal
Normal tinggi
Stadium 1
(hipertensi ringan)
Stadium 2
(hipertensi sedang)
Stadium 3
(hipertensi berat)
Stadium 4
(hipertensi maligna)

Tekanan
darah
sistolik
(mmHg)
Dibawah
130
130-139
140-159

Tekanan
darah diastolic
(mmHg)

160-179

100-109

180-209

110-119

210 atau
lebih

120 atau lebih

Dibawah 85
85-89
90-99

Faktor pemicu hipertensi yang tidak


dapat dikontrol, antara lain : Usia, jenis
kelamin, keturunan (genetik), sedangkan
faktor yang dapat dikontrol : Kegemukan
(obesitas), dislipidemia, Stres, peminum
alcohol,
Konsumsi garam berlebih,
diet yang tidak seimbang, olahraga atau
aktivitas fisik berlebihan atau berat,
merokok.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
mengetahui
hubungan antara jumlah
konsumsi batang rokok dengan tingkat
hipertensi
METODE PENELITIAN
Metode penelitian menggunakan
analisa korelasi. Populasinya semua
perokok di Dukuh Candi Desa Gunung
Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali
dengan jumlah populasi 140 responden

dengan teknik sampling purposive sejumlah


30 responden dengan kriteria inklusi :
masyarakat yang menderita hipertensi
dengan merokok dan bersedia menjadi
responden.
Instrumen penelitian menggunakan
check list untuk jumlah konsumsi batang
rokok
dan
alat
ukur
aneroid
sphygmomanometer
dan
stetoskop,
digunakan untuk mengukur tekanan
darah.
Analisa
korelasi
menggunakan
spearman rank test pada signifikansi 95
%.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
1. Jumlah konsumsi rokok per hari.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jumlah
Konsumsi Batang Rokok Per Hari
No
1
2
3

Konsumsi
Rokok
Ringan
Sedang
Berat
Total

26
3
1
30

86,7
10,0
3,3
100

Terdapat variasi konsumsi jumlah rokok


dimana mayoritas perokok ringan
dimana mengkonsumsi kurang dari 10
batang per hari.
2. Hipertensi
Tabel 3. Distribusi frekuensi
hipertensi responden
No
1
2
3

Hipertensi
Ringan
Sedang
Berat
Total

f
26
3
1
30

%
86,7
10,0
3,3
100

Hipertensi pada responden bervariasi


dengan mayoritas hipertensi ringan
sejumlah 26 (86,7%).
3. Analisis korelasi Spearmans Rank.
Pada hasil penelitian dengan 26
responden didaptkan perokok ringan
(mengkonsumsi kurang dari 10
batang rokok per hari), 24 responden
menderita hipertensi ringan dan 2
responden
menderita
hipertensi
sedang. Dari 3 responden perokok
sedang (mengkonsumsi 10 20

batang rokok per hari), 2 responden


menderita hipertensi ringan dan 1
responden
menderita
hipertensi
sedang. Seorang responden perokok
berat (mengkonsumsi lebih dari 20
batang rokok per hari) menderita
hipertensi berat. Distribusi tersebut
memberikan
gambaran
secara
deskriptif bahwa jumlah konsumsi
rokok yang lebih banyak akan
berakibat hipertensi yang lebih berat
ditunjukan dalam table 4.
Tabel 4. Hubungan Jumlah Konsumsi
Batang Rokok dengan Tingkat
Hipertensi
No
1
2
3

Konsumsi
Rokok Per
Hari
Ringan
Sedang
Berat
Total

Hipertensi
Ringan

Sedang

Berat

24
2
0
26

2
1
0
3

0
0
1
1

Total
26
3
1
30

Nilai
hitung

Nilai p
hitung

0,463

0,010

Perhitungan
menghasilkan
angka koefisien korelasi rho () sebesar
0,463 > 0,361 dengan probabilitas (p)
sebesar 0,010 < 0,05 menunjukkan
bahwa pengujian signifikan pada taraf
kesalahan 5%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan
antara jumlah konsumsi batang rokok
per hari dengan tingkat hipertensi.
Angka koefisien korelasi
bernilai positif berarti bahwa arah
hubungan kedua variabel positif atau
berbanding lurus yang berarti semakin
banyak jumlah konsumsi batang rokok
per hari semakin berat hipertensi yang
diderita.
PEMBAHASAN
1. Jumlah Konsumsi Batang Rokok Per
Hari
Jumlah konsumsi rokok per hari dapat
digunakan sebagai indikator tingkatan
merokok seseorang. Dalam penelitian
ini konsumsi rokok dikategorikan
menjadi 3 yaitu kurang dari 10 batang
per hari (perokok ringan), 10 20
batang per hari (perokok sedang), dan
lebih dari 20 batang per hari (perokok
berat). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden
(86,7%) termasuk perokok ringan yaitu
mengkonsumsi kurang dari 10 batang

rokok per hari. Hal ini dikarenakan


masyarakat tahu bahaya merokok,
masyarakat merokok dengan alasan
bukan kecanduan tetapi merokok dapat
memberikan
ketenangan
dan
menghilangkan
stress.
Menurut
Partodiharjo (2006 : 62) merokok dapat
memberikan
ketenangan,
menghilangkan sakit kepala dan stress
serta dapat mengusir perasaan malas.
Hanya sebagian kecil saja yang
termasuk perokok sedang (10,0%) dan
perokok berat (3,3%). Dengan demikian
secara keseluruhan konsumsi rokok
penderita hipertensi di Dukuh Candi
Desa Gunung Kecamatan Simo
Kabupaten Boyolali termasuk relatif
sedikit. Jumlah konsumsi rokok per hari
dapat digunakan sebagai indikator
tingkatan merokok seseorang. Dalam
penelitian
ini
konsumsi
rokok
dikategorikan menjadi 3 yaitu kurang
dari 10 batang per hari (perokok
ringan), 10 20 batang per hari
(perokok sedang), dan lebih dari 20
batang per hari (perokok berat). Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
sebagian besar responden (86,7%)
termasuk
perokok
ringan
yaitu
mengkonsumsi kurang dari 10 batang
rokok per hari. Hal ini dikarenakan
masyarakat tahu bahaya merokok,
masyarakat merokok dengan alasan
bukan kecanduan tetapi merokok dapat
memberikan
ketenangan
dan
menghilangkan
stress.
Menurut
Partodiharjo (2006 : 62) merokok dapat
memberikan
ketenangan,
menghilangkan sakit kepala dan stress
serta dapat mengusir perasaan malas.
Hanya sebagian kecil saja yang
termasuk perokok sedang (10,0%) dan
perokok berat (3,3%). Dengan demikian
secara keseluruhan konsumsi rokok
penderita hipertensi di Dukuh Candi
Desa Gunung Kecamatan Simo
Kabupaten Boyolali termasuk relatif
sedikit.
2. Hipertensi
Hipertensi
adalah
suatu
peningkatan tekanan darah dalam
arteri, dikatakan tekanan darah tinggi
jika pada saat duduk tekanan sistolik
mencapai 140 mmHg atau lebih dan

tekanan diastolik mencapai 90 mmHg


atau lebih (Ruhyanuddin, 2007: 138).
Dalam penelitian ini istilah variabel
hipertensi menunjuk pada tingkatan
hipertensi yang diderita responden
yang meliputi ringan, sedang, atau
berat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden
(86,7%) menderita hipertensi ringan.
Hal ini dikarenakan masyarakat Dukuh
Candi rata-rata berusia kurang dari 60
tahun. Menurut Karyadi (2002) umur
mempengaruhi terjadinya hipertensi,
dengan bertambahnya umur, resiko
terkena hipertensi menjadi lebih besar
sehingga prevalensi hipertensi di
kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu
sekitar 40 % dengan kematian sekitar
50 % di atas usia 65 tahun. Hanya
sebagian kecil saja yang menderita
hipertensi
sedang
(10,0%)
dan
hipertensi berat (3,3%). Dengan
demikian sebagian besar penyakit
hipertensi yang diderita masyarakat di
Dukuh Candi Desa Gunung Kecamatan
Simo Kabupaten Boyolali termasuk
ringan.
Faktor resiko yang memicu
terjadinya hipertensi dibagi menjadi dua
yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol
dan faktor yang dapat dikontrol. Faktor
yang tidak dapat dikontrol meliputi usia,
jenis kelamin, dan keturunan (genetik).
Faktor yang dapat dikontrol meliputi
kegemukan (obesitas), dislipidemia,
stress, konsumsi alkohol berlebih,
konsumsi garam berlebih, aktivitas fisik,
diet yang tidak seimbang, dan merokok.
3. Hubungan Jumlah Konsumsi Batang
Rokok Per Hari dengan Tingkat
Hipertensi
Hasil
analisis
bivariat
menunjukkan bahwa ada hubungan
antara jumlah konsumsi batang rokok per
hari dengan tingkat hipertensi (p < 0,05).
Tingkat hubungan antara kedua variabel
termasuk sedang ( = 0,463) dan
arahnya berbanding lurus. Zat-zat kimia
beracun
dalam
rokok
dapat
mengakibatkan tekanan darah tinggi
atau hipertensi. Salah satu zat beracun
tersebut yaitu nikotin, dimana asupan
nikotin sedikit sehingga hipertensi yang
diderita
ringan.
Nikotin
dapat

meningkatkan
adrenalin
yang
membuat jantung berdebar lebih cepat
dan bekerja lebih keras, frekuensi
denyut jantung meningkat dan kontraksi
jantung
meningkat
sehingga
menimbulkan tekanan darah meningkat
(Aula, 2010 : 29). Konsep ini
mengandung
pengertian
bahwa
semakin banyak kadar zat-zat beracun
tersebut maka semakin berat juga
hipertensi yang terjadi. Kadar zat-zat
kimia rokok dalam darah secara
langsung ditentukan banyak sedikitnya
konsumsi rokok. Semakin banyak
jumlah konsumsi batang rokok per hari
semakin berat hipertensi yang diderita
masyarakat di Dukuh Candi Desa
Gunung Kecamatan Simo Kabupaten
Boyolali.
Terlepas dari perbedaan tingkat
hipertensi
yang
terjadi
karena
perbedaan jumlah konsumsi rokok,
pada dasarnya merokok berpengaruh
terhadap kejadian hipertensi. Zat-zat
kimia beracun seperti nikotin dan
karbon monoksida yang dihisap melalui
rokok yang masuk ke dalam aliran
darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri, mengakibatkan
proses aterosklerosis dan tekanan
darah tinggi. Pada studi autopsi,
dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan
merokok dengan adanya aterosklerosis
pada seluruh pembuluh darah. Merokok
pada penderita tekanan darah tinggi
semakin
meningkatkan
resiko
kerusakan pada pembuluh darah arteri
(Karyadi, 2002).
KESIMPULAN
Penduduk desa dukuh Candi Desa
Gunung Kecamatan Simo Kabupaten
Boyolali mayoritas perokok ringan yaitu 26
responden (86,7 %), perokok sedang 3
responden (10 %) dan perokok berat 1
responden (3,3 %).
Penduduk menderita hipertensi
ringan 26 responden atau 86,7 %
sedangkan hipertensi sedang 3 (10 %)
dan hipertensi berat 1 (3,3 %).
Ada hubungan positif antara jumlah
konsumsi batang rokok per hari dengan
tingkat hipertensi pada masyarakat
dengan hasil p : 0,010 < 0,05 atau :
0,463 > 0,364 pada signifikansi 95 %,

semakin tinggi jumlah konsumsi batang


rokok per harinya semakin beresiko
mengalami hipertensi.
SARAN
Diperlukan metode dan kebijakan
pemerintah maupun Puskesmas dalam
mengatasi masalah hipertensi yang ada
dihubungkan dengan jumlah konsumsi
rokok penduduk
DAFTAR PUSTAKA
Aula L.E. Stop Merokok. Jogjakarta : Gara
Ilmu.2010.
Bustan M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular. Edisi Kedua. Jakarta :
Rineka Cipta.2007.
Karyadi E. Hidup Bersama Penyakit
Hipertensi, Asam Urat, Jantung
Koroner. Jakarta : PT. Intisari
Mediatama.2002.
Lumbantobing SM. Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.2008.
Partodiharjo S. Kenali Narkoba dan
Musuhi Penyalahgunaan. Jakarta :
Erlangga.2006.
NN, Rekam Medis Puskesmas Simo. Buku
Laporan Penyakit Tidak Menular.
2010.
Ruhyanudin F. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem
Kardivaskuler. Edisi 2. Malang :
UMM.2007.
Udjianti WJ. Keperawatan Kardiovaskuler.
Jakarta : Salemba Medika. 2010.

Anda mungkin juga menyukai