Anda di halaman 1dari 9

http://www.jtanzilco.com/main/index.php/component/content/article/1-kapnews/717-dampakkon..

DAMPAK KONVERGENSI IFRS TERHADAP KUALITAS


PENYAJIAN PELAPORAN KEUANGAN
LATAR BELAKANG
Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) di Indonesia saat ini masih
belum banyak dilakukan oleh kalangan ekonomi di Indonesia. Padahal penerapan IFRS dalam
sistem akuntasi perusahaan akan menjadi salah satu tolak ukur yang menunjukkan kesiapan
bangsa Indonesia bersaing di era perdagangan bebas.IFRS saat ini menjadi topik hangat di
kalangan ekonomi, khususnya di kalangan akuntan. IAI telah menetapkan tahun 2012
Indonesia sudah mengadopsi penuh IFRS. Di indonesia sebenarnya sebagian perusahaan
yang sudah mengacu pada IFRS, pengadopsian IFRS mestinya diikuti pula dengan
pengadopsian standar pengauditan internasional. Standar pelaporan keuangan perusahaan
tidak akanmendapatkan pengakuan tinggi, bila standar yang digunakan untuk pengauditan
masih
standar
lokal. International
Accounting
Standards,
yang
lebih
dikenal
sebagai International Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal
pelaporan akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional
dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi,
penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan
globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu Negara ikut serta dalam bisnis
lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua
Negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar
internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada
penerapan revaluation model, yaitu memungkinkan penilaian aset menggunakan nilai wajar,
sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis true and fair.
Alasan perlunya Standar Akuntansi Keuangan yang Konvergensi dengan IFRS,
diantaranya : (1) Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi
yang berkualitas di pasar modal internasional ; (2) Menghilangkan hambatan arus modal
internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan ; (3)
Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk
analisis keuangan bagi para analis ; (4) Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju
best practice. Permasalahan yang akan dihadapi dalam implementasi dan adopsi
IFRS : (1) Translasi Standar Internasional ; (2) Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan
Hukum Nasional ; (3) Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional ; (4) Frekuensi
Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional.
PELAPORAN KEUANGAN
Dalam penyusunan dan penyajian atas laporan keuangan, terdapat suatu konsep atau
pedoman yang mendasari hal tersebut sehingga laporan keuangan yang dihasilkan dapat
memenuhi ekspektasi kebutuhan penggunanya. Konsep ini disebut sebagai Kerangka
Konseptual. Kerangka kerja konseptual berfungsi sebagai acuan bagi komite penyusun
standar, penyusun laporan keuangan, auditor, serta pemakai laporan keuangan. Kerangka
kerja konseptual penting untuk meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan
keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar laporan
keuangan. Selain itu, masalah-masalah praktis yang baru akan dapat dipecahkan secara
cepat jika mengacu pada kerangka konseptual yang ada.Kerangka kerja konseptual untuk
pelaporan keuangan terdiri dari tiga tingkatan. Tingkat pertama adalah tujuan (objectives)
yang mengidentifikasi tujuan dan sasaran akuntansi serta merupakan bangunan inti dari
kerangka kerja konseptual. Pada tingkat kedua terdapat karakteristik kualitatif (qualitative

characteristic)
yang
membuat
informasi
akuntansi
berguna,
dan unsur-unsur
(elements)laporan keuangan (aset, liabiltas,ekuitas,pendapatan dan beban). Sedangkan
pada tingkat ketiga terdapat konsep-konsep pengukuran dan pengakuan (measurement and
recognition) yang akan digunakan dalam menetapkan dan mengaplikasikan standar-standar
akuntansi. Konsep-konsep ini meliputi asumsi, prinsip, dan kendala yang menjelaskan
lingkungan pelaporan berjalan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, sedangkantujuan
pelaporan keuangan bertujuan umum adalah menyediakan informasi keuangan tentang
entitas pelaporan yang bermanfaat bagi yang telah menjadi maupun yang potensial
investor, pemberi pinjaman, dan kreditor lainnya dalam pembuatan keputusan tentang
penyediaan sumber daya entitas. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Suatu laporan
keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna apabila informasi yang disajikan dalam
laporan
keuangan
tersebut
dapat
dipahami,
relevan,
andal
dan
dapat
diperbandingkan. Namun demikian, perlu disadari bahwa laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Dalam rangka penyajian laporan keuangan Perusahaan, salah satu
pihak pengguna laporan yang harus dipertimbangkan adalah investor.
Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Menurut
Standar Akuntansi Keuangan No. 1 ( Revisi2009 ) , Laporan Keuangan Dasar (basic financial
statement) terdiri dari: (1) Laporan Posisi Keuangan; (2) Laporan Laba-Rugi Komprehensif;
(3) Laporan Arus Kas; (4) Laporan Perubahan Ekuitas ; (5) Catatan atas Laporan Keuangan.
Pelaporan Keuangan (financial reporting) merupakan financial statement
plus, karena terdiri dari: (1) Laporan Keuangan Dasar (basic financial statement) ; (2)
Informasi Pelengkap, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga (SAK 2009) ; (3) Sarana pelaporan keuangan
lainnya, contohnya: analisis dan diskusi manajemen, surat kepada pemegang saham.
Pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan Perusahaan dimaksudkan untuk
memberikan suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi dengan
mendasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh (full disclosure), sehingga
dapat memberikan kualitas penyajian dan pengungkapan yang memadai bagi pengguna
informasi yang disajikan dalam pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Laporan
keuangan harus cukup informatif untuk mempengaruhi pertimbangan dan keputusan
seorang pemakai yang berpengetahuan. Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure)
mengakui bahwa penyajianinformasi dalam laporan keuangan baik jumlah maupun sifat,
harus memenuhi kaidah keseimbangan antara manfaat dan biaya.Jadi, pelaporan
keuangan (financial reporting) lebih luas daripada laporan keuangan (financial
statement). Karena, dalam pelaporan keuangan perusahaan dapat sekaligus melaporkan
hal-hal di luar akuntansi.
DAMPAK KONVERGENSI IFRS TERHADAP KUALITAS PELAPORAN KEUANGAN
Konvergensi IFRS dapat meningkatkan daya informasi dari pelaporan keuangan perusahaanperusahaan yang ada di Indonesia.Adopsi standar internasional juga sangat penting dalam
rangka
stabilitas
perekonomian. Manfaat
dari
program
konvergensi
IFRS
diharapkan akan mengurangi hambatan-hambatan investasi, meningkatkan transparansi
perusahaan, mengurangi biaya yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan, dan
mengurangi cost of capital. Sementara tujuan akhirnya laporan keuangan yang disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) hanya akan memerlukan sedikit rekonsiliasi
untuk menghasilkan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Banyaknya standar yang harus
dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi
publik untuk sedari dini mengantisipasi implementasi program konvergensi IFRS.

Beberapa dampak yang terjadi atas konvergensi IFRS terhadap kualitas penyajian
Pelaporan Keuangan, akan dijelaskan lebih rinci dari dalam perspektif kualitatif:
1. Perubahan konsep dari rule based ke principle based
Principle based mengandung makna bahwa standart akuntansi tidak bersifat ketat atau
rigid, melainkan hanya memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi yang harus
diikuti untuk memastikan pencapaian kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat
diperbandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung makna bahwa untuk
mencapai kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat diperbandingkan, dan objektif,
standar akuntansi harus bersifat ketat dan rigid.
2. Peran Profesional Judgement lebih dibutuhkan
Peralihan menuju principle based standar mempunyai arti standar akuntansi yang akan kita
gunakan menjadi lebih bersifat fleksibel karena aturan-aturan yang detail sudah
disederhanakan kedalam beberapa prinsip-prinsip dasar saja. Fleksibilitas dari IFRS inilah
yang menjadikan peran professional judgement lebih dibutuhkan baik dalam hal
mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam hal pengauditan. Dan hal terpenting yang
harus kita lakukan adalah bahwa semua dokumen serta proses Profesional Judgement itu
harus didokumentasikan.
3. Penggunaan Fair Value Accounting
Fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi
yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai
adalah nilai yang wajar mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen.Sehingga dengan
adanya fair value accounting maka penyajian atas pelaporan keuangan untuk nilai aset dan
instrumen keuangan tercatat pada nilai sebenarnya atau wajar sesuai dengan kondisi
pasar. Sehingga kualitas yang dihasilkan atas laporan keuangan menjadi dapat diandalkan.
4. Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan
Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
penilaian dan pengukuran menjadi penting, sehingga kebutuhan atas adanya pihak ketiga
didalam penyusunan laporan keuangan sangat besar. Karena laporan keuangan mewajibkan
untuk diungkapkan secara menyeluruh agar transparansi menjadi suatu hal penting bagi
pengguna laporan keuangan.
KESIMPULAN
Konvergensi IFRS memiliki pengaruh yang sangat besar pada perusahaan, khususnya pada
pelaporan keuangan perusahaan, dan kinerja perusahaan akan juga meningkat dengan
adanya pergeseran standar akuntansi yang akan digunakan oleh perusahaan tersebut.
Konvergensi standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan
menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan
item-item pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin
tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan
perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan
akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan
informasi yang valid untuk aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan.
Tujuan perusahaan mengadopsi IFRS agar perusahaan secara global dapat diterima,
sehingga pihak asing ingin berhubungan dengan perusahaan tersebut baik dari segi
investasi maupun kreditor. Dan kualitas penyajian pelaporan dan akuntasi keuangan juga
dapat digunakan sesuai kebutuhan pengguna laporan keuangan.

http://elraihany.wordpress.com/2013/04/24/konvergensi-ifrs-di-indonesiaperkembangan-dan-dampaknya-terhadap-bisnis-dan-auditor/

ELRAIHANY

Konvergensi IFRS Di Indonesia,


Perkembangan dan Dampaknya
Terhadap Bisnis dan Auditor
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya. Tujuan selanjutnya adalah memakmurkan nilai pemegang saham. Salah satu
alat yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuannya adalah laporan keuangan. Semakin
relevan dan handal suatu laporan keuangan yang dibuat, maka semakin besar kecenderungan yang
sejalan dengan kepercayaan investor untuk tetap menanamkan modalnya di perusahaan. Dengan
begitu, profit telah dicapai dan kemakmuran nilai pemegang saham juga telah terpenuhi.
Untuk menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan handal, laporan keuangan tersebut harus
disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku. Standar akuntansi diantaranya berisi tentang
aturan-aturan dalam pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan penyajian suatu pos dalam
laporan keuangan. Standar akuntansi ini juga digunakan agar laporan keuangan antar perusahaan
memiliki keseragaman dalam penyajiannya, sehingga memudahkan pengguna untuk memahami
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut. Agar tidak menimbulkan ambiguitas
dan salah paham terhadap laporan keuangan, standar akuntansi tidak hanya harus dipahami oleh
penyusun laporan keuangan dan auditor, tetapi juga harus dipahami oleh pembaca.
Di Indonesia, standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan yang memiliki
akuntabilitas publik signifikan adalah PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). Standar ini
merupakan kumpulan dari berbagai standar Akuntansi di dunia dan telah disesuaikan untuk

digunakan di Indonesia. Praktik akuntansi di setiap negara berbeda-beda, ini dikarenakan adanya
pengaruh lingkungan, ekonomi, sosial dan politis di masing-masing negara tersebut. Adanya
tuntutan globalisasi atau tuntutan untuk menyamakan persepsi akuntansi di setiap negara
mengakibatkan

munculnya

Standar

Akuntansi

Internasional

yang

lebih

dikenal

dengan

IFRS (International Financial Reporting Standards). Ini bertujuan untuk memudahkan proses
rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara.
PEMBAHASAN
A. Konvergensi IFRS di Indonesia
Baskerville (2010) dalam Utami, et al. (2012) mengungkapkan bahwa konvergensi dapat berarti
harmonisasi atau standardisasi, namun harmonisasi dalam konteks akuntansi dipandang sebagai
suatu proses meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi dengan menetapkan batas tingkat
keberagaman. Jika dikaitkan dengan IFRS maka konvergensi dapat diartikan sebagai proses
menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS.
Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia melakukan
adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan
keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami dan
dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca atau pengguna lain.
Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang
strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui
tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara -negara maju. Sedangkan
pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara
negara berkembang seperti Indonesia.
Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
1.

Tahap Adopsi (2008 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK,
persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.

2.

Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan
infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap beberapa
PSAK berbasis IFRS.

3.

Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara
bertahap.

Kemudian

dilakukan

evaluasi

terhadap

dampak

penerapan

PSAK

secara

komprehensif.
Mengapa IFRS?
Indonesia merupakan bagian dari IFAC (International Federation of Accountant) yang harus tunduk
pada SMO (Statement Membership Obligation), salah satunya adalah dengan menggunakan IFRS

sebagai accounting standard. Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah
Indonesia sebagai anggota G20 forum.
Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington DC, 15 November 2008, prinsipprinsip G20 yang dicanangkan adalah:
1.

Strengthening Transparency and Accountability

2.

Enhancing Sound Regulation

3.

Promoting Integrity in Financial Markets

4.

Reinforcing International Cooperation

5.

Reforming International Financial Institutions

Selanjutnya,

pertemuan

G20

di

London,

April

2009

menghasilkan

kesepakatan

untuk Srengthening Financial Supervision and Regulation:


to call on the accounting standard setters to work urgently with supervisors and regulators to
improve standards on valuation and provisioning and achieve a single set of high-quality global
accounting standards.
B. Dampak Implementasi IFRS Terhadap Bisnis dan Auditor
Implementasi IFRS dapat memberikan dampak positif dan negatif dalam dunia bisnis dan jasa audit
di Indonesia. Berikut ini adalah berbagai dampak dalam penerapan IFRS :
1.

Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih
mudah dikomunikasikan ke investor global.

2.

Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar.

3.

Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif.

4.

Smoothing

income menjadi

semakin

sulit

dengan

penggunakan balance

sheet

approach dan fair value.


5.

Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedikit


menurun yakni bila penggunaan professional judgment ditumpangi dengan kepentingan untuk
mengatur laba (earning management).

6.

Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.

Fleksibilitas dalam standar IFRS yang bersifat principles-based akan berdampak pada tipe dan
jumlah skill professional yang seharusnya dimiliki oleh akuntan dan auditor. Pengadopsian IFRS
mensyaratkan akuntan maupun auditor untuk memiliki pemahaman mengenai kerangka konseptual
informasi keuangan agar dapat mengaplikasikan secara tepat dalam pembuatan keputusan.
Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kejadian
maupun transaksi bisnis dan ekonomi perusahaan secara fundamental sebelum membuat judgment.

Selain keahlian teknis, akuntan juga perlu memahami implikasi etis dan legal dalam implementasi
standar (Carmona & Trombetta, 2008).
Pengadopsian IFRS juga menciptakan pasar yang luas bagi jasa audit. Berbagai estimasi yang
dibuat oleh manajemen perlu dinilai kelayakannya oleh auditor sehingga auditor juga dituntut
memiliki kemampuan menginterpretasi tujuan dari suatu standar. AAA Financial Accounting
Standard Committee (2003) bahkan meyakini kemungkinan meningkatnya konflik antara auditor dan
klien.
KESIMPULAN
Konvergensi IFRS di Indonesia perlu didukung agar Indonesia memperoleh pengakuan maksimal
dari komunitas Internasional khusunya di mata investor global. Dengan diadopsinya IFRS di
Indonesia, maka proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara akan semakin mudah. Dapat
dikatakan demikian karena diterapkannya suatu standar internasional akan meningkatkan
kepercayaan internasional untuk berinvestasi di Indonesia.

http://riyanikusuma.wordpress.com/2012/11/16/dampak-yang-timbul-akibatpenerapan-ifrs/

DAMPAK YANG TIMBUL AKIBAT PENERAPAN IFRS


Sudah banyak negara-negara yang mengadaptasi IFRS sebagai pedoman dalam pelaporan keuangan.
Bahkan ada pula negara-negara yang telah mengadopsi penuh (full adoption) yaitu menterjemahan IFRS
sebagai standar akuntansi di negaranya. Seperti negara Uni Eropa, Hongkong, Australia, Malaysia, dan
Singapura. Indonesia sebagai bagian dari dunia internasional, mau tidak mau harus mengikuti perubahan
tersebut karena tuntutan bisnis global. Indonesia kabarnya baru akan menerapkannya pada tahun 2012
ini. Dengan mengikuti IFRS, berarti laporan keuangan akuntansi Indonesia telah menggunakan bahasa
global sehingga mudah dipahami oleh pasar global. Perusahaan di Indonesia akan lebih mudah dalam
melakukan transaksi lintas negara termasuk merger dan akuisisi. Telah banyak perusahaan di Indonesia
yang mengalami akuisisi dan merger lintas negara. Misal, akuisisi Philp Morris terhadap Sampoerna
(2005), dan ANTV oleh Star TV. Aktivitas akuisisi dan merger lintas negara bukanlah hal yang tabu pada
saat ini, sebagaimana yang dikatakan oleh Thomas Friedman, world is flat.
Perubahan konseptual yang dialami oleh dunia akuntansi di Indonesia, tentu akan menimbulkan dampak
yang bermacam-macam bagi perkembangan ilmu akuntansi di Indonesia. Menurut Ketua Tim
Implementasi IFRS-IAI, Dudi M. Kurniawan (Kompas, 6 Mei 2010) bahwa dengan mengadopsi IFRS,
Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus. Pertama, meningkatkan standar akuntansi
keuangan (SAK). Kedua, mengurangi biaya SAK. Ketiga, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan
laporan keuangan. Keempat, meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan. Kelima, meningkatkan
transparansi keuangan. Keenam, menurunkan biaya modal peluang penghimpunan dana melalui pasar
modal. Ketujuh, meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
Namun dalam praktiknya, menerapkan standar baru ini tidaklah mudah. Banyak pelaku bisnis yang
mengeluhkan kesulitan dalam penerapan standar baru tersebut di perusahaannya. Biaya yang harus
dikeluarkan untuk investasi di bidang teknologi dan informasi untuk mendukung penerapan IFRS tidaklah
sedikit. Belum lagi ditambah dengan biaya-biaya pelatihan (training) IFRS bagi karyawan juga tidaklah
sedikit. Sekedar informasi, biaya inventasi untuktraining IFRS berkisar antara 3 juta sampai 5 juta per
orang. Tentu saja bukan biaya yang murah bagi perusahaan berskala menengah.
Pemerintah juga harus ikut berperan dalam penerapan IFRS di Indonesia. Terutama di bidang perpajakan
yang berkaitan dengan revaluasi aktiva sebagai konsekuensi dari penerapan fair value. Pemerintah
masih memberlakukan pajak final sebesar 10% atas transaksi revaluasi atas aktiva tetap. Dengan fair
value, berarti nilai aset dihitung berdasarkan harga pasar. Ini berarti, aset-aset perusahaan akan
cenderung mengalami kenaikan dan perusahaan berkewajiban membayar pajak final 10% atas revaluasi
aktiva tetap. Mungkinkan perusahaan bersedia membayar pajak final, padahal tidak ada aliran kas masuk
yang berarti.

Sejak tahun 2004, IAI telah melakukan harmonisasi (konvergensi) antara GAAP dan IFRS untuk
mencapai daya saing global. Diharapkan pada tahun ini perbedaan antara GAAP dan IFRS dapat
diselesaikan dan IFRS pun dapat diterapkan sepenuhnya.
Selain itu, terdapat Kendala yang dihadapi dalam penerapan IFRS secara penuh. Ada tiga permasalahan
utama yang dihadapi oleh Indonesia dalam melakukan adopsi penuh IFRS.
1.

Permasalahan pertama adalah kurang siapnya infrastruktur seperti DSAK (Dewan Standar
Akuntansi Keuangan) sebagai financial accounting standard setter di Indonesia.
2.
Permasalahan kedua adalah kondisi peraturan perundang-undangan yang belum tentu sinkron
dengan IFRS.
3.
Permasalahn ketiga adalah kurang siapnya sumber manusia dan dunia pendidikan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai