Breeding
Breeding
Oleh:
CHANDRA KUSUMAWARDANA
H 3407010
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
Chandra Kusumawardana
H 3407010
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Pada tanggal : juli 2010
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan tim penguji :
Penguji I
Penguji II
Ir. Lutojo, MP
NIP195509121987031001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir
berjudul Manajemen Breeding Sapi Potong Di Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Sragen untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh derajat Ahli Madya di Program Studi Agribisnis Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, kami sampaikan banyak
terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk
melakukan magang
2. Bapak Ir. Heru Irianto, MM selaku Ketua Program Diploma III
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan izin untuk melaksanakan magang
3. Bapak Ir. Sudiyono, MP selaku Ketua Minat Program Studi Diploma
III Agribisnis Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan izin serta dorongan untuk
melaksanakan magang
4. Bapak Ir. Lutojo, MP selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan
tugas akhir
5. Bapak Ir. YBP. Subagyo, MS selaku Dosen Pembimbing Magang yang
telah dengan sabar membimbing dan mengarahkan kami dalam
penyusunan tugas akhir
6. Bapak Ir. Lutojo, MP selaku penguji II yang telah memberikan
bimbingan dalam pelaksanaan magang dan penyusunan tugas akhir
dengan sabar, bijaksana serta kecermatan yang luar biasa
iii
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi D III Agribisnis Peternakan dan
seluruh Daerah Fakultas Pertanian yang dengan tulus ikhlas
memberikan ilmu selama ini
8. Ir. Sri Hardiarti selaku Kepala Dinas Peternakan Sragen, drh.
Shintawati Widjaja selaku kepala UPTD Aneka Usaha Ternak dan
Perikanan Kabupaten Sragen dan seluruh karyawan yang telah
bersedia memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian
dan magang ini
9. Ibu dan Bapak yang penulis sayangi terima kasih atas semua yang
kalian berikan selama ini
10. Berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan
dari Allah SWT. Penulis berharap tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan dibidang
peternakan
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................
iii
vii
viii
ix
B. Perkandangan .......................................................................................
C. Pakan ....................................................................................................
D. Reproduksi/Perkawinan .......................................................................
11
12
13
13
13
14
15
16
16
16
17
18
19
20
20
20
23
24
26
27
27
29
32
32
34
3. Pakan ..............................................................................................
35
35
37
38
38
40
42
45
A. Kesimpulan ..........................................................................................
45
B. Saran ....................................................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Table
Judul
Halaman
22
23
25
26
30
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Judul
Halaman
viii
19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Judul
Halaman
xi
xiii
xiv
xiv
xv
xv
xvi
xvi
xvii
xvii
ix
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ternak sapi sebagai salah satu ternak besar, khususnya di Indonesia
telah lama diusahakan oleh petani. Peternakan di Indonesia sekarang ini sudah
berkembang pesat, hal ini terbukti dengan banyaknya peternak di Indonesia
yang mulai berkembang pesat. Fenomena tersebut muncul karena masyarakat
mulai sadar akan pentingnya kebutuhan gizi yang cukup. Salah satu makanan
yang mengandung gizi adalah daging. Cara yang digunakan untuk
mendapatkan daging yang berkualitas baik seperti pengelolaan usaha,
pembibitan, manajemen pakan dan memperhatikan kondisi lingkungan sekitar
serta sumber daya yang ada.
Upaya untuk mencapai bobot badan yang optimal dan memiliki nilai
ekonomis yang tinggi adalah dengan memberikan pakan yang memenuhi
kebutuhan gizi bagi ternak. Pakan ternak ruminansia terdiri atas hijauan,
konsentrat dan pakan tambahan. Hijauan memiliki kandungan serat kasar lebih
dari 18%, sedangkan konsentrat mengandung serat kasar kurang dari 18%.
Pemberian pakan dalam pemeliharaan ternak adalah untuk memenuhi
kebutuhan ternak atau menunjang kelangsungan hidupnya, disamping
didukung dengan kondisi lingkungan. Pemilihan bahan pakan dan cara
penyajiannya sangat menentukan keberhasilan usaha penggemukan.
Seiring dengan permintaan masyarakat akan produk peternakan ini
yang semakin meningkat, maka diperlukan teknologi yang tinggi. Menurut
Sudarmono dan Sugeng (2008), umumnya para peternak di Indonesia didalam
usahanya masih menggunakan cara tradisional. Mereka banyak menyerahkan
kepada alam. Pengadaan bibit, pemberian makanan, pemeliharaan, atau lain
sebagainya belum menggunakan teknologi modern. Pemeliharaan sapi yang
mereka lakukan hanyalah sebagai usaha sampingan saja. Dalam usaha
xi
B. Tujuan Magang
1. Tujuan umum
a. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan
mengenali kegiatan kegiatan di lapangan kerja yang berkaitan
dibidang peternakan.
b. Meningkatkan pemahaman mengenai hubungan antara teori dan
penerapannya, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
c. Meningkatkan kompetensi kelulusan.
d. Meningkatkan pengalaman dan skill kerja manusia
2. Tujuan khusus
a. Mengaplikasikan ilmu dalam praktek kerja lapangan
b. Meningkatkan pengetahuan tentang penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam usaha peternakan
c. Melatih kepekaan mengidentifikasi permasalahan dan mencari
alternative solusi yang aplikatif
d. Memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja dalam bidang
manajemen breeding ternak sapi potong yang dilakukan di Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen
C. Perumusan Masalah
Seiring dengan perkembangan penduduk yang pesat dan pertumbuhan
penduduk yang cukup tinggi maka kebutuhan daging sebagai salah satu
sumber protein hewani turut meningkat. Masyarakat yang semakin maju, kini
telah meyadari arti dari peningkatan nilai gizi dalam makanan mereka. Untuk
memenuhi kebutuhan daging, terutama daging sapi maka peluang usaha ini
banyak diminati pengusaha untuk membuka usaha peternakan khususnya
peternakan sapi potong.
Semua aktivitas yang berhubungan dengan perbaikan populasi atau
kelompok ternak bibit dapat dilaksanakan dengan meningkatkan kualitas
genetik ternak. Dengan adanya kemajuan teknologi, peningkatan kualitas
genetik diupayakan melalui Inseminasi Buatan (IB) atau perkawinan buatan
xii
xiii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
xiv
berpunuk besar dan berkulit longgar, gelambir dibawah leher sampai perut
lebar dengan banyak lipatan-lipatan. Telinga panjang menggantung dan
berujung runcing. Sapi ini adalah tipe sapi potong terbaik untuk
dikembangkan.
Keturunan sapi Brahman ini disebut Australian Brahman Cross (ABC)
yang biasa dilengkapi sertifikat untuk menunjukkan persentase genetis sapi
Brahman (Abidin, 2002)
Sapi Brangus merupakan keturunan Bos Taurus dan Bos sondaicus
yang merupakan persilangan antara sapi jantan Aberdeen Angus dengan sapi
betina Brahman, yaitu mengandung 3/8 darah Brahman dan 5/8 darah Angus.
Sapi brangus tidak bertanduk, tetapi bergelambir, telinga tidak terlalu besar
dan berpunuk kecil, bulunya agak halus, berwarna hitam atau merah. Sapi ini
mempunyai pertumbuhan yang cepat, mutu dagingnya baik dan persentase
karkas yang tinggi (Sosroamidjojo, 1991)
B. Perkandangan
Kandang merupakan tempat tinggal ternak sepanjang waktu, sehingga
pembangunan kandang sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternak,
harus bisa menjamin hidup yang sehat dan nyaman. Bangunan kandang harus
memberikan jaminan hidup yang nyaman bagi sapi dan tidak menimbulkan
kesulitan dalam pelaksanaan tata laksana. Oleh karena itu konstruksi, bentuk,
macam kandang harus dilengkapi dengan ventilasi yang sempurna, dinding,
atap, lantai, tempat pakan, tempat minum, serta adanya saluran drainase yang
menuju bak penampung kotoran (Anonimus, 1991)
Sedapat mungkin bangunan kandang tunggal dibangun menghadap ke
timur dan kandang ganda membujur ke arah utara selatan. Sehingga hal ini
memungkinkan sinar pagi bisa masuk ke dalam ruangan atau lantai kandang
secara leluasa. Sinar pagi besar artinya bagi kehidupan ternak karena
membantu proses pembentukan vitamin D di dalam tubuh/ unsur ultraviolet
berfungsi
sebagai
desinfektan
dan
xv
pembasmi
bibit
penyakit,
serta
xvi
xvii
kasar dalam bahan kering yang dipergunakan sebagai bahan pakan ternak.
Termasuk kelompok makanan hijauan ialah bangsa rumput (graminae),
leguminosa, dan hijauan dari tumbuhan lain seperti daun nangka, daun waru,
dan lain sebagainya. Kelompok makanan hijauan ini biasanya disebut
makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan ternak bisa diberikan dalam
dua bentuk, yakni hijauan segar dan hijauan kering (Anonimus, 1983)
Menyusun ransum bukanlah pekerjaan yang mudah. Harus diusahakan
agar kandungan zat-zat makanan dalam ransum sesuai dengan kebutuhan
ternak yang dipelihara. Dengan demikian, kebutuhan hidup pokok,
pertumbuhan dan produksi ternak dapat terpenuhi. Khusus ternak bibit, harus
diperhatikan pula untuk reproduksinya. Sayangnya tidak ada satu jenis bahan
pakan pun di dunia ini yang kandungan zat-zat makanannya sesuai dengan
kebutuhan ternak. Oleh karena itu, penyediaan bahan pakan perlu
dikombinasikan dengan beberapa jenis bahan pakan lain agar dapat disusun
menjadi ransum yang seimbang (Sarwono dan Arianto, 2002)
D. Reproduksi/ Perkawinan
Reproduksi pada hewan betina merupakan suatu proses yang kompleks
dan dapat terganggu pada berbagai stadium sebelum dan sesudah permulaan
siklus reproduksi. Siklus ini dimulai dengan pubertas atau dewasa kelamin
yang ditandai dengan berfungsinya organ-organ kelamin betina. Kemudian
musim kawin yang ditandai dengan siklus birahi, kopulasi, adanya kelahiran
setelah kebuntingan dan anak disapih. Maka ternak betina akan kembali ke
masa siklus birahi dan seterusnya (Toelihere, 1981)
Siklus birahi ternak betina terbagi menjadi 4 fase yaitu proestrus,
estrus, metestrus, dan diestrus. Proestrus ditandai dengan pertumbuhan folikel
tersier menjadi folikel de graff. Kelenjar endometrium memanjang, cervix
mulai merelaks dan lumen cervix mulai memproduksi lendir. Estrus ditandai
dengan adanya kopulasi, ovum telah masak dan dinding folikel menjadi tipis
serta terjadi ovulasi (pecahnya dinding folikel dan keluarnya ovum dari
folikel). Metestrus ditandai dengan pembentukan corpus hemorragicum di
xviii
pelaksanaan
inseminasi
buatan,
bagi
para
pelaksana
bunting,
diperiksa
kembali
setelah
90-120
hari
setelah
inseminasi
ulang
pada
(Partodihardjo,1980).
xix
sapi
yang
sedang
bunting
F. Penanganan Limbah
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha
peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan,
pengolahan produk ternak, dll. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan
limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak,
darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dll (Sihombing, 2000)
Limbah kandang yang berupa kotoran ternak, baik padat (feses)
maupun cair (air kencing, air bekas mandi sapi, air bekas mencuci kandang
dan prasarana kandang) serta sisa pakan yang tercecer merupakan sumber
xx
xxi
BAB III
TATA LAKSANA PELAKSANAAN
xxii
pustaka dilakukan
dengan
mencari
informasi
xxiii
D. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang
dikumpulkan ada dua jenis data yaitu:
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
responden. Dalam pelaksanaan kegiatan Magang Perusahaan ini data
primer didapat dari wawancara dengan kepala UPTD Aneka Usaha
Ternak, penanggungjawab divisi sapi UPTD Aneka Usaha Ternak, staf
UPTD Aneka Usaha Ternak, dan anak kandang UPTD Aneka Usaha
ternak.
2. Dalam kegiatan Magang Perusahaan ini yang menjadi data sekunder
adalah data yang diambil dari buku, catatan yang diperoleh selama
berada di perusahaan dan jurnal yang berhubungan dengan kegiatan
Magang Perusahaan.
xxiv
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peternakan
dan
Perikanan
Kabupaten
Sragen.
Dengan
xxv
perkembangan
perusahaan
yang
meningkat
maka
dapat
xxvi
xxvii
KABID
KEPALA UPTD
KABAG TU
DIVISI
SAPI
DIVISI
PAKAN
TERNAK
DIVISI
DOMBA
DIVISI
KELINCI
DIVISI
KUDA
DIVISI
PUPUK
Nur H
Yunanto, S.Pt
Yoyok H
Mahdi
Warsono
Sukardi
DIVISI AYAM
Sulistyorini
S.pt
xxix
xxx
Pedet
Jenis pakan
Pemberian
Konsentrat
3kg/ekor/hari
Hijauan segar
5kg/ekor/hari
Jerami
adlibitum
Sapi Dara
Jenis pakan
Pemberian
Konsentrat
3kg/ekor/hari
Hijauan segar
5kg/ekor/hari
Jerami
adlibitum
xxxiii
b. Pemberian pakan
Tabel 3. Pemberian pakan pada sapi bunting
Jenis pakan
Pemberian
Konsentrat
3kg/ekor/hari
Hijauan segar
5kg/ekor/hari
Jerami
adlibitum
Konsentrat
4kg/ekor/hari
Hijauan segar
5kg/ekor/hari
Jerami
adlibitum
xxxiv
Sapi Laktasi
Jenis pakan
Pemberian
Konsentrat
4kg/ekor/hari
Hijauan segar
5kg/ekor/hari
Jerami
adlibitum
xxxv
xxxvi
xxxvii
xxxviii
IB
yang
tidak
tepat
waktunya
dapat
Terlambat
Pagi
Hari berikutnya
Sore
xxxix
pelaksanaan
IB
dengan
menggunakan
insemination
gun
melalui
vagina
dan
xl
xli
Pecahnya amnion
xlii
xliii
xliv
xlv
dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai
gizinya rendah. Konsentrat yang digunakan di peternakan ini
adalah konsentrat hasil formulasi sendiri dengan menyesuaikannya
dengan kebutuhan ternak. Konsentrat ini diberi nama Matery Feed
dan telah diuji di laboratorium serta telah diperjual belikan bila ada
pesanan. Kandungan nutrien dari konsentrat Matery Feed menurut
Balai Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan terdiri dari air
9,58%, abu 10,16%, protein kasar 13,85%, lemak kasar 5,47%
serat kasar 22,26%, Ca 0,55% dan P 0,55%.
3.2 Formulasi ransum
Formulasi atau menyusun ransum harus memperhatikan
kandungan zat-zat yang terdapat di dalam bahan makanan agar
didapatkan susunan ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak
yang dipelihara. Hal tersebut harus diperhatikan agar kebutuhan
pokok, pertumbuhan dan produksi ternak terpenuhi. Khusus untuk
ternak bibit, kebutuhan reproduksinya harus selalu diperhatikan.
Bahan pakan yang digunakan untuk penyusunan ransum
adalah:
-
Bekatul
83 kg
Onggok
70 kg
Jagung
63 kg
Sekam
111 kg
Bungkil kecap
92 kg
Kulit singkong
108 kg
Kulit kacang
227 kg
Onggok basah
100 kg
Rumput laut
108 kg
Wheat brand
50 kg
xlvi
xlvii
xlviii
xlix
dengan
menggunakan
antibiotik
berupa
amphoprim.
kontraksi rumen sangat kuat sehingga hewan sering terhuyunghuyung atau sebentar bentar berbaring dan berdiri.
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan pelayuan
atau penjemuran hijauan, menghindarkan pemberian pakan yang
berasal dari jenis leguminosa yang terlalu banyak dan diusahakan
penggembalaan ternak tidak terlalu pagi karena rumput masih
basah akibat embun atau air hujan. Pengobatan dilakukan dengan :
a. Menggunakan penicillin untuk membasmi bakteri penghasil gas
b. Jika keadaan penderita sudah parah maka dilakukan menusuk
perut sebelah kiri dengan trocar dan cannula.
d. Luka atau lecet
Luka atau lecet merupakan penyakit yang disebabkan
apabila ternak sapi terjatuh, terpeleset, terbentur benda keras
ataupun terjerat tali sehingga membuat robeknya lapisan kulit.
Luka atau lecet bukanlah penyakit yang berbahaya namun bila
tidak segera ditangani dapat menyebabkan luka atau lecet tersebut
akan membusuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap dan
dalam jangka panjang dapat menyebabkan timbulnya parasit
seperti belatung.
Pencegahan penyakit ini dengan mengusahakan lantai tidak
licin dan pengelolaan lingkungan yang baik. Pengobatan penyakit
dengan menyemprotkan antibiotik berupa gusanex atau furanex.
Antibiotik tersebut juga dapat mencegah adanya lalat sekaligus
untuk mengeringkan dan menandai luka atau lecet.
6. Penanganan Limbah
Limbah khususnya di bidang peternakan dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan. Limbah yang berupa kotoran sapi (feses dan
urine) dan sisa pakan ternak merupakan media penyebarluasan
mikroorganisme pathogen seperti jamur, bakteri, parasit dan bibit
tanaman liar yang dapat merugikan manusia maupun ternak itu
sendiri. Untuk menyelesaikan masalah tersebut maka perlu diadakan
li
dapat
meningkat
ataupun
menurun
sesuai
dengan
permintaan konsumen.
b. Pengolahan pupuk cair
Pupuk cair ini dibuat dari bahan-bahan alami seperti tetes,
urine sapi, kunyit, lengkuas, temu ireng, jahe, kencur dan brotowali.
Untuk membuat pupuk cair kurang lebih 100 liter dibutuhkan tetes
lii
5 liter, urine sapi 100 liter, kunyit 2 kg, lengkuas 2 kg, temu ireng 2
kg, jahe 2 kg, kencur 2 kg dan brotowali 2 kg.
Penjualan pupuk cair UPTD Aneka Usaha Ternak adalah
dalam bentuk pengemasan produk botol. Setiap botol berisi 1 liter
yang dijual dengan harga Rp 10.000,- per botolnya. Sasaran pasar
dari penjualan pupuk cair ini adalah petani, pecinta tanaman hias,
pecinta bunga dan instansi pemerintah. Setiap bulan UPTD Aneka
Usaha Ternak mampu menjual 30-50 botol. Produksi tersebut
dapat
meningkat
ataupun
menurun
tergantung
permintaan
liii
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. UPTD Aneka Usaha Ternak merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen sebagai pembibitan dan
percontohan sapi Brangus. Jenis ternak yang diusahakan adalah
Brangus, Peranakan Ongole (PO) dan Brahman.
2. Sistem kandang yang digunakan adalah sistem ganda dengan kandang
head to head dengan bentuk bangunan kandang yang setengah terbuka.
Dan aturan pakan yang diberikan berupa konsentrat, hijauan dan
jerami.
3. Sistem perkawinan yang digunakan adalah Inseminasi Buatan (IB)
dengan menggunakan straw produksi BIB Lembang, Ungaran dan
Singosari. Manajemen breeding yang dilakukan sudah cukup baik
meskipun terdapat sedikit kekurangan dalam deteksi birahi.
4. Penanganan kelahiran di UPTD Aneka Usaha Ternak kebanyakan
dilakukan secara normal. Jadi induk dibiarkan melahirkan secara
alami. Apabila terdapat kesulitan dalam melahirkan akan dibantu oleh
petugas yang menangani kelahiran.
5. Program vaksinasi di UPTD Aneka Usaha Ternak jarang dilakukan
Program vaksinasi dilakukan apabila adanya perintah dari Dinas untuk
memvaksin ternak
B. Saran
1. Pengontrolan manajemen perkawinan hendaknya lebih diintensifkan
karena masih banyak terdapat keterlambatan deteksi birahi sehingga
kegagalan perkawinan dapat diminimalkan.
2. Pedet lepas sapih sebaiknya ditempatkan di kandang khusus pedet
karena kandang yang dipakai sebelumnya merupakan kandang indukan
liv
lv
DAFTAR PUSTAKA
lvi
lvii