com/doc/305969205/Pert-Ke-1-Domisili-Fiskal
http://dokumen.tips/documents/bahan-ajar-pajak-internasional-anang-mury-kurniawan.html
BAB I
DOMISILI FISKAL
Materi :
A. Pengertian Domisili Fiskal
B. Subyek Pajak Dalam negeri
C. Subyek Pajak Luar Negeri
D. Perbedaan Subyek Pajak Dalam Negeri dan Luar Negeri
E. Tidak Termasuk Subyek Pajak
F. Penentuan Domisili Fiskal di Beberapa Negara
G. Surat Keterangan Domisili
penduduk (resident)dan
istilah subjek
pajak
luar
negeri untuk
bukan
bukan
mempengaruhi
pemajakan atas penghasilan seseorang. Pemajakan untuk penduduk, umumnya dikenakan dengan
menggunakan prinsip world wide income, sehingga akan dikenakan pajak di negara domisili,
baik penghasilan yang diterima atau diperoleh di dalam negeri maupun penghasilan yang
diterima atau diperoleh di luar negeri. Sedangkan pemajakan untuk bukan penduduk, umumnya
dikenakan di negara sumber hanya atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari negara
tersebut.
B. Subjek Pajak Dalam Negeri
Sesuai pasal 2 ayat (3) UU PPh, maka kriteria dari subjek dalam negeri adalah sebagai
berikut.
Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi wajib pajak apabila telah menerima atau
memeroleh penghasilan yang besarnya melebihi penghasilan tidak kena pajak. Subjek pajak
badan dalam negeri menjadi wajib pajak sejak saat didirikan, atau bertempatkedudukan di
Indonesia.
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia
lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia;
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari
badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
dan
pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.
c. Warisan yang belums terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
Pada prinsipnya, orang pribadi yang menjadi subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi
yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia. Sedangkan yang termasuk dalam pengertian
orang pribadi bertempat tinggal di Indonesia adalah mereka yang mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia.
UU PPh tidak melihat status subjek pajak orang pribadi berdasarkan kewarganegaraan,
namun lebih pada faktor:
a.
tempat tinggal;
b.
c.
mudah untuk dilihat, tetapi bagaimana membuktikan bahwa seseorang punya niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia? Apakah ketika seseorang mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia ditimbang menurut keadaan! Salah satu cara untuk menentukan seseorang
punya niat untuk bertempat tinggal di Indonesia atau tidak, yaitu dengan melihat, apakah
seseorang tersebut terikat dengan kontrak kerja, sehingga mengharuskan bertempat tinggal di
Indonesia dan harus tinggal di Indonesia dalam jangka waktu yang cukup lama.
Keberadaan orang pribadi di Indonesia yang lebih dari 183 hari tidaklah harus berturut-turut,
tetapi ditentukan oleh jumlah hari orang tersebut berada di Indonesia, dalamjangka waktu 12
(dua belas) bulan sejak kedatangannya di Indonesia.
Ilustrasi
Mr. John seorang warga negara asing (WNA) mengikat kontrak untuk bekerja selama dua tahun
pada sebuah perusahaan pertambangan yang melakukan kegiatan pengeboran minyak dan gas
(migas) lepas pantai di Indonesia. Mr. John berada di Indonesia selama 300 hari dalam setiap
tahunnya.
Bagaimanakah status subjek pajak Mr. John menurut UU PPh?
Dari ilustrasi kasus di atas, maka dapat diketahui bahwa:
a. dengan menandatangani kontak kerja, maka hal ini menunjukkan bahwa Mr. John punya niat
untuk berada di Indonesia; dan
b. Mr. John secara fisik berada di Indonesia selama 300 hari selama satu tahun atau lebih dari 183
hari dalam satu tahunnya.
Dengan demikian, menurut ketentuan UU PPh, Mr. John dianggap sebagai subjek pajak
dalam negeri.
Untuk wajib pajak badan dalam negeri penentuan domisili fiskal dilihat dari tempat didirikan
atau tempat kedudukan badan tersebut. Pengertian didirikan di Indonesia merupakan dasar
hukum atas pendirian badan tersebut, dengan menggunakan hukum Indonesia dan kemudian
didaftarkan di Indonesia. Contohnya, untuk mendirikan perseroan terbatas, maka harus
menggunakan dasar hukum UU omor 40 Tahun 2007 dan ketentuan lain yang terkait dengan
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalamjangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan
b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia
tidak 1ebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalamjangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat
menerima atau memero1eh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Subjek pajak luar negeri, baik orang pribadi maupun badan sekaligus merupakan wajib pajak,
karena menerima dan/atau memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia atau
menerima dan I atau memero1eh penghasilan yang sumber dari Indonesia melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.
Ilustrasi
Mr. Bill seorang warga negara asing (WNI) yang mempunyai keahlian dalam bidang geocesmic. Mr.
Bill beker]a pada sebualt perusahaan pertambangan yang sedang dalam tahap eksplorasi di
kawasan Indonesia Timur Pekerjaan tersebut mengharnskan Mr. Bill untuk melakukan
kunjungan ke lokasi penambangan beberapa kali dalam satu tahun. Mr. Bill berada di Indonesia
selama 120 hari dalam setiap tahunya:
dividen;
bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan, sehubungan dengan jaminan pengembalian
utang;
royalti, sewa, dan penghasilan lain, sehubungan dengan penggunaan harta;
imba1an, sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
hadiah dan penghargaan;
pensiun dan pembayaran berka1a lainnya;
premi swap dan transaksi 1indung nilai 1ainnya; dan atau
keuntungan, karena pembebasan utang.
Sesuai ketentuan ini, misalnya suatu badan subjek pajak dalam negeri membayarkan royalti
sebesar Rp. 100.000.000 kepada wajib pajak luar negeri, maka subjek pajak dalam negeri
tersebut berkewajiban untuk memotong pajak penghasilan sebesar 20% dari Rp. 100.000.000,00
atau Rp. 20.000.000. Sebagai contoh lain, seorang atlet dari luar negeri yang ikut mengambil
bagian dalam perlombaan lari maraton di Indonesia merebut hadiah uang, maka atas hadiah terse
but dikenai pemotongan pajak penghasilan sebesar 20%.
Selain itu, PPh pasal26 juga dikenakan pada penghasilan dari penjualan atau pengalihan
harta di Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2), dan penghasilan dari penjualan
atau pengalihan saham yang diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap di Indonesia, dan premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.
Besarnya PPh pasa126 yang dipotong adalah 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan
netto.
SUMBER: http://winbiewimpie.blogspot.co.id/2015/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html