Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infeksi Saluran Reproduksi
Infeksi saluran reproduksi merupakan infeksi yang disebabkan oleh
organisme yang biasanya berada di saluran reproduksi atau diperoleh dari luar
selama melakukan hubungan seks atau karena prosedur pengobatan/tindakan.
Infeksi saluran reproduksi (ISR), adalah infeksi di alat kelamin, ditularkan
tanpa hubungan seksual, misalnya infeksi yang diakibatkan kesalahan dalam
prosedurmedis. ISR yang ditularkan tidak melalui hubungan seksual disebabkan
overgrowth/pertumbuhan yang luar biasa kuman/jamur dalam vagina yang apatogen (basil doderlien, stafilokokus, streptokokus, jamur kandida) menjadi
ganas/patogen disamping disebabkan alergi (pembalut, cairan pembersih
vagina) atau karena pemakaian kontrasepsi dalam rahim/IUD pada pasangan
usia subur. (Kemenkes, 2011)
Infeksi saluran reproduksi adalah masuk dan berkembangbiaknya kuman
penyebab infeksi kedalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut
dapat berupa bakteri, jamur, virus dan parasit. Perempuan lebih mudah terkena
ISR dibandingkan laki-laki, karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat ke
anus dan saluran kencing. ISR pada perempuan juga sering tidak diketahui ,
karena

Gambar 2.1 Anatomi Reproduksi Pria dan Wanita

kurang jelas dibandingkan laki-laki.

gejalanya

Tabel 2.1 Penyakit-Penyakit Infeksi Saluran Reproduksi


Infection
Bacterial
vaginosis

Symptoms
A thin, white, gray or yellowish
cloudy discharge with a foul or
fishy odor that may become
stronger after sexual intercourse
Itching and irritation

Complications
Pelvic inflammatory
disease
Infections of the
membranes around the
fetus

Treatment
Metronidazole (used first;
taken as a vaginal gel or by
mouth)
Clindamycin

Infections of the uterus


after delivery of a baby or
after surgery
Chlamydial
infection

Usually, no symptoms

Pelvic inflammatory
disease

A yellow, puslike discharge


A frequent need to urinate

Azithromycin
Doxycycline

Infection and scarring of


the fallopian tubes

Pain during urination

Ofloxacin
Tetracycline

Abnormal vaginal bleeding


Genital herpes

If present during delivery,


Painful blisters that form sores in possibly serious infection
in the newborn
the genital area, in the vagina,
and on the cervix
Itching

Acyclovir
Famciclovir
Valacyclovir

Sometimes a fever and flu-like


symptoms
Gonorrhea

Ceftriaxone with
A puslike discharge

Pelvic inflammatory
disease

A frequent need to urinate


Pain during urination

Infection of the fallopian


tubes

Fever

Arthritis

Pelvic pain

azithromycin or
doxycycline

Syphilis
Painless sore on the vagina or
vulva

Rarely, serious heart or


brain disorders

Penicillin

Later, a fever and flu-like


symptoms
Trichomoniasis
A usually profuse, greenish
yellow, frothy, fishy-smelling
discharge

No known serious
complications

Metronidazole
(given by mouth only)

Itching and irritation


Yeast infection
(candidiasis)

No serious complications
Thick, white, clumpy discharge
(like cottage cheese)

Butoconazole
Clotrimazole

Moderate to severe itching and


burning (but not always)
Redness and swelling of the
genital area

Econazole
Fluconazole
Ketoconazole
Miconazole
Terconazole
Tioconazole

Sumber: Vaginal Infections Women's Health Issues Merck Manual Home Edition.mht

2.2 Penyebab Infeksi Saluran Reproduksi


Infeksi Saluran Reproduksi semakin disadari telah menjadi masalah
kesehatan dunia dan masalah kesehatan masyarakat yang serius tetapi
tersembunyi. Infeksi alat reproduksi dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi
keadaan umum dan mengganggu kehidupan seks. Berdasarkan penyebabnya,
infeksi saluran reproduksi dibagi menjadi :
1. Infeksi endogen oleh flora normal komensal yang berlebihan termasuk
didalamnya kandidiasis dan vaginosis bakterialis.
2. Penyakit menular seksual yaitu infeksi genital yang ditularkan melalui
hubungan seks dengan pasangan yang telah terinfeksi termasuk

diantaranya trikomoniasis ,gonore, chlamidia , condiloma akuminata ,


herpes genital dan lain-lain.
3. Infeksi iatrogenik yaitu disebabkan melalui prosedur medis yang kurang
atau tidak steril.
Tabel 2.2 Jenis ISR dan Cara Penularannya
Jenis ISR
Infeksi endogen

Asal
Organisme yang
biasanya ditemukan di
vagina

Infeksi iatrogenik

Di dalam tubuh atau


dari luar tubuh :
Endogen (vagina), IMS
(serviks atau
vagina), Pencemaran
dari
luar

Infeksi yang
ditularkan
melalui
hubungan seks

Pasangan seks yang


menderita IMS

Cara Penularan
Biasanya
tidak
ditularkan dari seorang
kepada
orang
lain,
tetapi pertumbuhan
yang berlebihan dapat
mengarah
timbulnya gejala-gejala
Pemeriksaan
atau
intervensi selam
kehamilan, persalinan
atau masa nifas.
Infeksi
mungkin
terdorong masuk
melalui
serviks
ke
saluran genital
bagian
atas
dan
menyebabkan infeksi
serius
pada
rahim,
tubafallopi dan
organ panggul lain.
Jarum atau alat lain
yang
terkontaminasi,
misalnya sonde
uterus,
dapat
menyebarkan
infeksi
bila
control terhadap infeksi
lemah
Hubungan seks dengan
pasangannya
yang sudah menderita
IMS

2.3 Faktor Resiko Infeksi Saluran Reproduksi


1. Kurang memperhaikan kebersihan dan kesehatan alat genital
2. Hubungan seks yang tidak sehat.
a. Berganti-ganti pasangan seksual

Contoh
Infeksi jamur, infeksi
vagina yang
disebabkan oleh bakteri
(vaginosis bakterial)

Penyakit
radang
panggul (Pelvic
Inflammatory
Diseases/PID)
setelah
terjadi
keguguran atau
prosedur trans-servikal.
Juga
banyak
komplikasi
infeksi yang
berasal dari kehamilan
dan masa
nifas.

Gonore,
klamidiosis,
sifilis,
chancroid,
trikomoniasis, herpes
genital, HIV

b. Seks tanpa pengaman, misal kondom.


c. Mengenal seks sejak dini tanpa edukasi yang baik.
3. Penyalahgunaan NAPZA.
4. Penggunaan jarum suntik bergantian.
2.4 Pemeriksaan Dasar Ginekologi
Sebagaimana pemeriksaan klinik obstetri, pemeriksaan ginekologi
dilakukan secara lengkap dan sistematis. Untuk menghindari kontaminasi
pemeriksaan inspekulo seharusnya dilakukan sebelum pemeriksaan dalam.
Anamnesis
Identitas pasien (umur, alamat, pekerjaan ibu/suami dll)
Keluhan utama yang menyebabkan datang memeriksakan diri.
o

Perdarahan

Keputihan

Benjolan di perut

Terlambat datang bulan

Nyeri.

Ingin anak

Memeriksakan diri sehubungan dengan KB, pap smear,


menopause, dll.

Penjabaran sehubungan dengan keluhan utama.


o

Perdarahan:

Sejak kapan terjadinya.

Apakah didahului terlambat bulan.

Hubungan dengan menstruasi.

Hubungan dengan kontrasepsi hormonal.

Banyaknya, encer, bergumpal, lamanya.

Apakah didahului kontak berdarah

Apakah disertai sakit perut.

Apakah disertai kesadaran menurun sampai pingsan.

Pada umur lanjut: apakah sebelumnya sudah berhenti


menstruasi.

Keputihan:

Sejak kapan.

Hubungan dengan menstruasi.

Apakah disertai gatal.

Apakah bercampur darah.

Apakah berbau.

Apakah disertai nyeri panggul.

Encer atau disertai gumpalan.

Benjolan di perut

Sejak kapan terasa ada tumor.

Apakah disertai demam.

Apakah disertai sesak di bagian bawah.

Apakah disertai gangguan menstruasi.

Apakah disertai perdarahan.

Apakah mengganggu BAB dan BAK

HPHT, riwayat haid, menarke, teratur, siklus, lama haid.


Menikah atau belum, riwayat pernikahan (umur pertama kali menikah,
lama menikah, kehidupan seks).
Riwayat obstetri (GPA, riwayat persalinan lalu).
Riwayat pemakaian kontrasepsi.
Riwayat infertilitas.
Riwayat penyakit infeksi, khususnya PMS (pada yang high risk).
Riwayat operasi/penyakit ginekologi, payudara.
Riwayat pemakaian obat-obatan.
Pemeriksaan fisik umum
Serupa dengan pemeriksaan fisik umum lainnya
Penilaian keadaan umum dan kesadaran penderita.

Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan)


Pemeriksaan tubuh secara sistematik.
Pemeriksaan kepala dan leher.
Pemeriksaan dada (termasuk pemeriksaan payudara).
Pemeriksaan Abdomen
o

Inspeksi: Besarnya tumor, permukaan abdomen: mengkilat,


meteorisme, gerakan usus.

Palpasi: Permukaan tumor, besar tumor, konsistensi, pergerakan


tumor bebas atau terbatas. Adakah nyeri tekan, adakah cairan
bebas, pembesaran hepar.

Perkusi: Meteorisme, tanda cairan bebas, nyeri ketok.

Auskultasi: Bising usus, gerak janin, DJJ.

Pemeriksaan anggota gerak/ ekstremitas (antara lain edema tungkai


bawah dan kaki, pembesaran kelenjar).

Pemeriksaan fisik khusus ginekologi


Inspeksi
Vulva: kotor/bersih, rambut normal/tdk, ulkus, luka, bengkak.
Cairan : nanah atau darah atau campuran.
Inspeksi luar : keadaan vulva / uretra, ada tidaknya tanda radang, luka /
perdarahan, discharge, kelainan lainnya. Labia dipisahkan dengan dua
jari pemeriksa untuk inspeksi lebih jelas.
Inspeksi dalam menggunakan spekulum (in speculo) : Labia dipisahkan
dengan dua

jari

pemeriksa,

alat

spekulum

Cusco (cocorbebek)

dimasukkan ke vagina dengan bilah vertikal kemudian di dalam liang


vagina diputar 90o sehingga horisontal, lalu dibuka. Deskripsi keadaan
porsio serviks (permukaan, warna), keadaan ostium, ada/tidaknya
darah/cairan/ discharge di forniks, dilihat keadaan dinding dalam vagina,
ada/tidak tumor, tanda radang atau kelainan lainnya. Spekulum ditutup
horisontal, diputar vertikal dan dikeluarkan dari vagina.
Palpasi

10

Tumor pada labium.


Tanda infeksi; abses, kemerahan, panas.
Kelenjar Bartholini dan Skene.
Palpasi : colok vaginal (vaginal toucher, VT) dengan dua jari sebelah
tangan dan bimanual dengan tangan lain menekan fundus dari luar
abdomen.

Ditentukan

konsistensi,

tebal,

arah

dan

ada/tidaknya

pembukaan serviks. Diperiksa ada/tidak kelainan uterus dan adneksa


yang dapat ditemukan.
Pemeriksaan spekulum (inspekulo)
Amati dinding vagina, forniks dan serviks (erosi, polip, ulkus, tumor),
adakah cairan atau perdarahan dari kanalis servikalis.
Pemeriksaan sekret vagina/ serviks,
o

Preparat basah saline & KOH

Pewarnaan gram

Kultur untuk Klamidia dan GO

sitologi serviks; tes pap, tes Schiller, tes IVA


Kolposkopi
Biopsi serviks (lebih baik dengan tuntunan kolposkopi atau tes Schiller).
Pemeriksaan vagina
Vagina, forniks dan serviks dipalpasi
Pemeriksaan bimanual =>
o

nilai uterus : besar, ukuran, bentuk, posisi, konsistensi

Adneksa kiri, kanan : pembesaran => besar, ukuran, bentuk,


konsistensi, mobilitas, sensitivitas

Pemeriksaan rectal dan rectovaginal


Pada wanita yang belum menikah, rutin pada wanita menopause.
Berdasarkan indikasi
Sfingter ani, mukosa usus, massa hemoroid
Pemeriksaan rektovaginal, proses keganasan, metastasis

11

Pemeriksaan penunjang
Analisis urin, planotest
Pemeriksaan darah (darah rutin, gol darah, rhesus, VDRL, kimia darah,
kultur darah, TORCH, HBs Ag, HIV, petanda tumor dll)
Pemeriksaan sekret vagina/serviks; tes saline & KOH, gram, kultur,
Pemeriksaan apusan vagina/ serviks; tes Pap, tes Schiller, tes IVA.
Pemeriksaan radiologi
o

Foto thoraks, BNO/IVP, foto kolon.

USG ginekologi, USG Doppler, CT scan abdomen/pelvis, MRI

Pemeriksaan EKG.
2.5 Kandidiasis Vaginitis
Kandidiasis vaginitis merupakan satu dari penyakit jamur yang terbanyak
setelah vaginitis bakterial. Antara 20-25% dari kasus vaginitis disebabkan oleh
infeksi kandida. Diperkirakan 75% dari wanita dewasa didunia pernah menderita
kandidiasis vaginitis sekali selama hidup dan 40-50% akan mengalami episode
kedua. Wanita dengan kandidiasis vaginitis sering menghindar aktivitas seksual
karena sakit, tidak nyaman selama berhubungan dan bisa menularkan penyakit
pada pasangannya (. Keadaan ini dapat mengganggu fungsi seksual dan
gangguan perkawinan serta menurunkan kualitas hidup penderita. Pengaruh
psikososial penyakit bervariasi, sebagian sampai tidak ikut berpartisipasi dalam
kegiatan sosial, olah raga atau aktivitas yang lain, dan menyebabkan susah
berkonsentrasi dalam pekerjaan. Oleh karena itu penanganan penyakit ini perlu
dilakukan dengan baik.
2.5.1 Penyebab Kandidiasis Vaginitis

12

Kandida albikan penyebab terbanyak


yang dapat diisolasi > 80% dari penderita
kandidiasis vagina. Kandida albikan dapat
dijumpai dikulit yang normal, vagina dan
disaluran pencernaan. Ditempat ini ia hidup
sebagai saprofit tetapi pada keadaan tertentu
dengan pemakaian antibiotika yang cukup
lama atau keadaan hormonal yang mengubah ekologi sekelilingnya, maka
kandida ini akan tumbuh dengan cepat dan berubah bentuk dengan membuat
miselia sehingga jamur ini menjadi pathogen.
2.5.2 Faktor Predisposisi Kandidiasis Vaginitis
a. Faktor Lokal
Mode pakaian ketat dan pakaian dalam yang dibuat dari serat sintetis
rnenyebabkan panas, kulit lembab, mengelupas dan permukaan mukosa genital
sangat rentan terhadap infeksi kandida. Efek ini diperberat oleh kegemukan. Hal
ini ditambah dengan serbuk pencuci yang gagal membunuh jamur yang
mengkontaminasi pakaian dalam. Kulit yang sensitif terhadap spray vagina,
deodoran dapat menimbulkan kerusakan integritas epitel vagina dan merupakan
predisposisi dan infeksi.
Kandidiasis vaginitis dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Apabila
persiapan hubungan seksual tidak adekuat, vagina relatif kering merupakan
predisposisi terjadinya trauma mukokutaneus yang mempermudah terjadinya
infeksi.

b. Kehamilan
Koloni vagina rata-rata meningkat selama kehamilan dan insiden keluhan
vaginitis meningkat terutama pada trimester terakhir. Pedersen pada tahun 1969
menemukan 42% kandidiasis vagina pada kehamilan trimester terakhir dan
menurun menjadi 11% pada hari ke tujuh setelah melahirkan. Kandungan
glikogen pada sel sel vagina meningkat dengan tingginya kadar hormon dalam
sirkulasi. Ini mempertinggi proliferasi, pengembangbiakan dan perlekatan dari
kandida albikan. Pertumbuhan jamur akan distimulasi dengan tingginya kadar

13

hormon estrogen, karena hormon ini dapat menurunkan PH vagina menjadi


suasana yang lebih asam.
c. Imunosupresi
Pemberian obat dalam jangka waktu yang lama terutama kortikosteroid
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kandida albikan, oleh karena obat ini
bersifat imunosupresi.
d. Diabetes Militus
Glukose yang tinggi pada urine dan peningkatan konsentrasi sekresi
vagina pada diabetes melitus mempertinggi pertumbuhan jamur.
e. Pengobatan Antibiotika
Penggunaan antibiotika dapat mengurangi pertumbuhan bakteri yang
sensitif tetapi tidak berpengaruh terhadap kandida. Antibiotika dapat membunuh
bakteri gram negatif yang memproduksi anti kandida komponen, sehingga dapat
merangsang pertumbuhan kandida.
f.

Kontrasepsi Oral
Episode gejala dari kandidiasis vagina biasanya lebih banyak pada wanita

dengan pemakaian kontrasepsi oral daripada wanita yang tidak. Dikatakan


bahwa kontrasepsi oral menyebabkan perubahan-perubahan pseudogestasional
pada epitel vagina. Penelitian yang dilakukan oleh Caterall dengan pil estrogen
dosis tinggi rnendapatkan hasil bahwa penderita kandidiasis vagina gagal diobati
dengan bermacam-macam obat dan segera sembuh setelah pemakaian
kontrasepsi oral dihentikan. Tapi penelitian lain tidak dapat menunjukan
perbedaan frekuensi kandidiasis vagina dengan pemakaian pil atau cara KB
yang lain.

2.5.3 Patogenesis Kandidiasis Vaginitis


Diperkirakan sekitar 20% dari wanita seksual aktif mengandung strain
kandida albikan didalam saluran pencernaan dan vagina. Apakah kandida
albikan dianggap sebagai bagian dari flora normal vagina yang asimtomatik
masih kontroversial. Beberapa penulis menganggap beberapa perubahan lokal
atau sistemik pada wanita dengan daya tahan tubuh yang lemah dapat
memudahkan timbulnya kandidiasis vagina.

14

Pada pasien dengan koloni kandida albikan, sering dihubungkan dengan


trauma vagina lokal yang kecil sebagai akibat dari hubungan seksual,
pemasangan tampon vagina atau perubahan bakteri yang dihubungkan dengan
pemakaian antibiotika. Tampaknya bahwa flora normal dapat menghasilkan
komponen

anti

kandida

yang

dapat

menghambat

pertumbuhan

dan

perkembangbiakan jamur.
Hipersensitifitas terhadap antigen kandida, penting dievaluasi pada
beberapa wanita dengan jamur yang sedikit, dapat merupakan reaksi imunitas
humoral yang mempunyai efek pada kandidiasis vagina. Sekresi antibodi
mukosa mengandung sistem kompleks yang terbanyak adalah imunoglobulin A.
Tingginya level Ig A pada sekresi vagina dapat mengurangi perlekatan kandida
pada sel epitel dan mengurangi insiden vaginitis.
Imunitas seluler dihubungkan dengan gangguan fungsi T sel, seperti pada
keganasan hematologi atau infeksi dengan human imunodefisiensi virus,
sehingga dengan menurunnya fungsi T sel, dapat menyebabkan insiden dan
beratnya penyakit kandida makin meningkat.
Kandidiasis vaginitis yang rekuren terdapat beberapa faktor endogen dan
eksogen seperti diabetis melitus yang tidak terkontrol, penggunaan hormon
estrogen, penggunaan antibiotika berspektrum luas dan adanya penurunan daya
tahan tubuh. Faktor lainnya seperti penggunaan pakaian yang ketat dari bahan
nilon dan tidak adanya ventilasi dibawah pakaian memudahkan timbulnya infeksi
karena peningkatan keringat dan peningkatan suhu permukaan tubuh. Banyak
wanita dengan kandidiasis vagina rekuren tidak ditemukan faktor predisposisinya
Infeksi ulangan kandidiasis vaginitis dianggap berasal dari saluran pencernaan
oleh karena pada suatu penelitian organisme kandida albikan diperoleh dan
100% kultur rektal pada wanita kandidiasis vaginitis merupakan strain yang sama
Peran transmisi hubungan seksual yaitu ditemukannya koloni kandida dikulit
penis kira kira 20% dari laki laki pasangan wanita dengan kandidiasis vagina
yang rekuren. Pada sulkus koronarius pada laki laki yang tidak disirkumsisi.
Kolonisasi asimtomatis pada penis laki laki 4 kali lebih sering pada laki laki
pasangan seksual dari wanita yang terinfeksi. Strain yang ditemukan pada kedua
pasangan seksual biasanya identik.
Ada bukti bahwa wanita dengan kandidiasis vagina rekuren mempunyai
kelainan antigen kandida spesifik dalam sel mediated imuniti. Penelitian ini

15

memberikan hipotesa bahwa adanya imunodefisiensi didapat yang selektif pada


wanita dengan kandidiasis vagina yang rekuren, dengan rusaknya respon T
limposit.
2.5.4 Gejala Klinis Kandidiasis Vaginitis
Kandidiasis vaginitis dijumpai pada masa seksual aktif dan dapat timbul
pada kehamilan. diabetes militus, penggunaan obat-obat imunosupresi dan
antibiotika spektrum luas. Peradangan pada vagina disertai gejala-gejala
subyektif berupa gatal-gatal, nyeri dan rasa panas. Vulva tampak bengkak,
merah dan berfisura.
Pada pemeriksaan inspikulo mukosa vagina tertutup pseudomembran
yang berwarna putih seperti keju. Apabila pseudomembran diangkat akan
tampak bercak-bercak perdarahan. Sekret biasanya sedikit seperti air, tapi
kadang-kadang banyak dan berwarna putih, mengandung noda-noda seperti
keju atau purulen. Labia mayora tampak bengkak dan merah tertutup oleh
lapisan putih. Lesi-lesi ini terasa amat sakit sehingga menimbulkan dispareunia.
Sedangkan sakit saat kencing disebabkan oleh karena urine melewati vagina
yang meradang.
2.5.5 Diagnosis Kandidiasis Vaginitis
Tes

diagnosis

menggunakan

menggunakan

preparat

tes

potassium

atau

penilaian

hydroxide

sediaan

(Omnia,

basah
2012).

Tes sediaan basah ini melibatkan pemeriksaan mikroskopis tentang discharge


vaginal atau kikisan dari lesi vulva yang dicampur dengan larutan garam fisiologis
yang

akan

dilihat

dibawah

mikroskop

(Omnia,

2012).

Kira-kira 30 50 % akan ditemukan sel ragi blastospora atau pseudohyphae


pada pasien dengan gejala vulvovaginitis kandidiasis. Untuk lebih meningkatkan
sensitivitas maka di kombinasi dengan pemeriksaan pH vagina, biasanya pH
vagina normal pada vulvovaginal kandidiasis (Omnia, 2012).

Tabel 2.3 Diagnosis Diferensial Vaginitis


Kriteria
Diagnostik

Normal
Vaginosis Bakterial

Vaginosis

Vulvovaginitis

Trikomons

Kandida

16

pH Vagina

3,8 - 4,2

> 4,5

> 4,5

Tipis, Homogen,

Kuning - hijau,

putih, abu-abu,

berbuih, lengket,

lengket,

tambah banyak

Ada (amis)

Mungkin ada

< 4,5
Putih, seperti keju,

Cairan
Putih, jernih, halus
Vagina

kadang tambah
banyak

Bau amis
Tidak Ada

Tidak Ada

(KOH) Uji
(amis)
whiff
Keluhan

Keputihan, bau

Keputihan berbuih,

Gatal/panas,

utama

busuk, mungkin

bau busuk, pruritus

keputihan

pasien

gatal

vulva, disuria

Laktobasili, sel-sel

Sel-sel clue

Trikomonas,

Kuncup jamur, hife,

epitel

dengan bakteri

leukosit >10

pseudohife (preparat

kokoid yang

lapangan

basah dengan KOH)

melekat, tidak ada

pandangan kuat

Tidak Ada

Mikroskopik

leukosit

Sumber: APGO Educational Series in Womens Health Issues, 2009

2.5.6 Penatalaksanaan Kandidiasis Vaginitis


1) Penanganan Kandidiasis Vaginitis Akut.
Pengobatan kandidiasis bersifat pengobatan topikal. Pengobatan topikal
adalah aplikasi obat pada selaput lendir yang terkena dalam jangka waktu cukup
lama untuk mengeleminasi jamur penyebabnya. Disamping pengobatan topikal
perlu dicegah autoinfeksi dari saluran pencernaan, reinfeksi dari partner seksual,
serta pengobatan faktor predisposisi. Faktor kebersihan penderita seperti
menghindarkan

pemakaian

pakaian

dalam

dari

bahan

sintetik

dapat

mempengaruhi keberhasilan pengobatan.


Beberapa Jenis obat topikal dapat digunakan untuk pengobatan
kandidiasis vaginitis. Nistatin adalah suatu anti jamur golongan polien yang telah

17

diisolasi dan streptomyces naursei pada tahun 1949 dan bersifat fungisidal,
adalah obat pertama. Nistatin diberikan dalam bentuk tablet vagina atau
pesarium dengan cara dimasukan sedalam dalamnya kedalam vagina 2 kali
100.000 iu sehari selama 7 14 hari. Apabila ada infestasi kandida albikan
disaluran pencernaan dapat diberikan nistatin tablet (500.000 iu) dengan dosis 4
kali 500.000 iu sehari selama 2 minggu untuk mencegah autoinfeksi.
Mikonazole mempunyai cara kerja dengan mengadakan desintegrasi jamur.
Dosis yang dianjurkan tergantung dari sediaan yaitu :
a) 2% krim 5 gram intravagina selama 7 hari.
b) 200 mg supositoria vagina diberikan selama 3 hari.
c) 100 mg supositoria vagina diberikan selama 7 hari.
Pengobatan lokal ini memberikan hasil yang memuaskan tanpa efek samping.
Klotrimazole

bersifat

fungistatik.

cara

kerjanya

berdasarkan

kemampuannya untuk menghalangi terbentuknya asam amino esensial jamur.


Dosis yang dianjurkan :
a) 1% kream 5 gr intra vagina selama 7-14 hari.
b) 100 mg tablet vagina diberikan selama 7 hari.
c) 100 mg tablet vagina diberikan 2 kali selama 3 hari.
d) 500 mg tablet vagina dosis tunggal.
Pengobatan kandidiasis vaginitis dengan klotrinazole topikal berhasil
dengan baik tanpa efek samping. Pengobatan sistemik secara oral dengan dosis
terapi menimbulkan berbagai efek samping yang mengganggu yaitu rasa nyeri di
epigastrium, kejang otot perut, mual, muntah dan diare.
Ekonazole suatu derivat imidazole yang mempunyai struktur mirip dengan
mikonazole. Dosis yang diberikan adalah satu supositoria vagina 150 mg
ekonazole diberikan selama 3 hari.
Ketokenazole merupakan golongan imidazol dengan kasiat anti jamur
spektrum luas. Ketokenazole diberikan peroral dengan dosis 2 kali 200 mg
selama 5 hari. Lama pengobatan tergantung gejala klinis dan pemeriksaan
laboratorium.

Efek

samping

obat

ini

ringan

hanya

berupa

gangguan

gastrointestinal ringan dan pruritus.


Flukonazole merupakan anti jamur oral yang bekerja melawan kandida
albikan. Obat ini diserap dengan baik pada pemberian peroral. Dosis flukonazole
diberikan dengan dosis tunggal 150 mg.

18

2) Kandidiasis Vaginitis Yang Rekuren.


Ada 2 teori yang biasanya dikemukakan dalam berbagai literatur tentang
sumber dari organisme penyebab pada infeksi yang rekuren. Teori reinfeksi
mengatakan bahwa organisme penyebab menginfeksi kembali kedalam vagina.
Sumber dari infeksi adalah dari saluran pencernaan atau dari hubungan kelamin.
Sedangkan menurut teori relaps mengatakan bahwa terjadi kegagalan dalam
mengeradifikasi kandida dari vagina terjadi kegagalan terapi. Adanya kandida
persisten dalam lumen vagina yang sulit dideteksi dengan swab vagina,
kemudian infeksi muncul kembali dalam beberapa minggu atau bulan setelah
pengobatan dihentikan.
Pengobatan kandidiasis vagina yang rekuren adalah sebagai berikut:
a) Ketokenazole 400 mg tiap hari selama 14 hari dilanjutkan 100 mg setiap
hari selama 6 bulan efektif untuk mengurangi kekambuhan menjadi hanya
5%.
b) Clotrimazole 500 mg vagina supositoria diberikan tiap minggu selama 6
bulan hanya sedikit lebih efektif dibandingkan dengan plasebo.
c) Flukonazole 150 mg diberikan dosis tunggal setiap bulan 1 4 hari
sesuda-hmenstruasi selama 12 bulan. Selama phase pencegahan
dengan 6% pasien mengalami kandidiasis vagina yang rekuren,
sedangkan yang diberikan plasebo mengalami rekuren 18%.
d) Pengobatan pada suaminya dilakukan bila didapatkan balanopostitis.
*Pengobatan ini memakai krim nistatin sekali sehari selama 2 minggu.
3) Penanganan Kandidiasis Vaginitis Pada Wanita Hamil.
Sejak adanya bencana thalidomid pada awal tahun 1960, pemberian obat
pada wanita hamil banyak mendapat perhatian. Penelitian yang dilakukan oleh
WHO mendapatkan 80% wanita hamil pernah mendapatkan pengobatan. Pasien
senna menggunakan obat sebelum mengetahui kehamilan mereka. pengobatan
paaa wanita hamil perlu dipikirkan mengenai efek sampmg pada fetus.
Pengobatan kandidiasis pada wanita hamil adalah sebagai berikut:
a) Nistatin tablet vagina dibenkan dua kali 100.000 iu sehari selama 7-14
hari cukup aman pada wanita hamil. Penelitian yang dilakukan oleh Rosa

19

FW.Baun C. tahun 1987 pada 230 wanita hamil menyatakan nistatin


aman digunakan pada wanita hamil.
b) Mikonazol bila digunakan pada wanita hamil sesuai dosis terapi dikatakan
tidak berhubungan dengan peningkatan kelainan kongenital.
c) Penggunaan klotrimazol 500 mg tablet vagina dosis tunggal pada wanita
hamil cukup aman.
d) Pengunaan flukonazol pada wanita hamil tidak dianjurkan. Tapi tidak
dapat

disangkal bahwa

beberapa wanita hamil telah

mendapat

pengobatan flukonazol. Rubin dkk melakukan penelitian 240 wanita hamil


yang telah mendapat pongobatan flukonazol 150 mg dosis tunggal
menemukan angka abortus kurang dari 10% dan angka kelainan
kongenital 2,5%. Angka ini tidak berbeda jaun aengan angka yang
didapatkan pada populasi umum.

Tabel 2.4 Tatalaksana Vaginitis

Vaginosis Bakterial

Terapi

Vaginosis Trikomons

Vulvovaginitis Kandida

Metronidazol 500

Metronidazol 2g per

Flukonasol 150mg

mg per oral 2x

oral (dosis tunggal)

per oral
Aplikasi topikal

sehari selama 7 hari


Metronidazol per

imidasol/triasol

20

dapat berupa krim,


vagina 2x sehari
supositoria atau

selama 5 hari
Krim Klindamisin 2%

keduanya.
Lama pengobatan

per vagina 1x sehari


bervariasi
selama 7 hari
tergantung obat

Sumber: Sarwono, 2011

Anda mungkin juga menyukai