Anda di halaman 1dari 43

GANGGUAN ALAM PERASAAN

(DEPRESI)

Oleh : Tentrem Rahayu,


SST, M. Kes

1. Pengertian
Depresi adalah gangg. alam perasaan (mood),
ditandai dg kemurungan dan kesedihan yg
mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan
dalam menilai realitas (Reality Testing Ability,
masih baik), kepribadian tetap utuh atau tidak
mengalami keretakan kepribadian (Splitting of
personality), perilaku dpt terganggu tetapi dlm
batas-batas normal (Hawari Dadang, 2001).

Depresi dapat juga diartikan sebagai salah satu


bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
(afektif mood), yang ditandai dengan
kemurungan, kelesuan, ketidakgairahan hidup,
perasaan tidak berguna, putus asa dsb.
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan
atau emosi dengan komponen psikologis seperti
rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal,
putus asa dan penyesalan atau berbentuk
penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda
Wahyulingsih dan Sukamto)

2. ETIOLOGI
1.
2.
3.
4.

Penyakit fisik
Penuaan
Kurangnya perhatian dari pihak keluarga
Gangguan pada otak (penyakit
cerebrovaskular)
5. Faktor psikologis, berupa penyimpangan
perilaku oleh karena mengalami peristiwa
kehidupan yang tidak menyenangkan atau
cukup berat.
6. Serotonin dan norepinephrine
7. Zat-zat kimia didlm otak (neurotransmitter)
tidak seimbang. Neurotransmitter adalah zat
kimia yg membantu komunikasi antar sel-sel
otak.

3. TANDA DAN GEJALA DEPRESI


Penurunan energi dan konsentrasi
Gangguan tidur terutama terbangun
dini hari dan sering terbangun malam
hari
Penurunan nafsu makan
Penurunan berat badan
Dan keluhan somatik.

Tanda dan gx. depresi menurut Greg


Wilkinson terbagi atas:
1. Suasana Hati :
Sedih
Kecewa
Murung
Putus Asa
Rasa cemas dan tegang
Menangis
Perubahan suasana hati
Mudah tersinggung

2. Kondisi Fisik :
Merasa kondisi menurun, lelah, pegal-pegal
Sakit
Kehilangan nafsu makan
Kehilangan berat badan
Gangguan tidur
Tidak bisa bersantai
Berdebar-debar dan berkeringat
Agitasi
Konstipasi
seringkali gejala fisik tersebut
disalahtafsirkan sebagai akibat penyakit
fisik tertentu.

PATOFISIOLOGI DEPRESI
Terjadinya depresi dipengaruhi o/ beberapa factor al :
1. Faktor Psikososial :
Berkurangnya isos dan duksos yg kurang baik
mengakibatkan penyesuaian diri yang negatif.
Menurunnya hubungan keakraban keluarga,
berkurangnya interaksi dg keluarga yg dicintai
dapat menimbulkan perasaan tidak berguna,
merasa disingkirkan, tidak dibutuhkan lagi
kondisi ini terjadinya depresi.
Pada lansia lamanya tinggal dipanti, Sulit bagi
lansia menerima meninggalkan rumah, orang2 yg
dicintai dan kenangan manis. Sikap konservatif
lansia menambah sulitnya menyesuaikan diri pada
lingkungan baru.
Kondisi ini dapat menyebabkan perasaan tertekan,
kesedihan dan keputusasaan.

2. Faktor psikologi.
Motivasi masuk panti sangat penting bagi lansia u/
menentukan tujuan hidup dan yg ingin dicapai di
panti.
Keinginan dari dalam individu lansia u/ tinggal di
panti akan membuatnya bersemangat meningkatkan
toleransi dan merasa berguna kondisi ini
menimbulkan efek yang baik bagi kehidupan lansia.
Mereka yang berkepribadian tenang, keinginan untuk
maju diimbangi dengan usaha yang tidak terburuburu berdasarkan pada pemikiran yg tenang
umumnya tidak menunjukkan perubahan psikologis
yang negatif.

Sebaliknya rasa rendah diri/tidak berdaya.


seseorang yang ambisius, merasa dikejarkejar akan tugas dan selalu berambisi,
harus lebih maju umumnya saat
memasuki lansia cendrung gelisah, mudah
stres, was-was, mudah frustasi, merasa
diremehkan, mudah cemas, sulit tidur,
tidak siap hidup dirumah saja, perasaan
tidak berdaya dan tidak berguna.

3. Faktor Budaya.
Budaya barat dg sifat mandiri dan individual yg
sangat menonjol mengganggap lansia sebagai
trouble maker.
memandang lansia sbg kel. masy. yg <
menyenangkan karena menjengkelkan, kondisi
fisik me, perlu bantuan dan sering menjadi
beban.
penyelesaiannya adalah menitipkan lansia di
panti.
Akibatnya perubahan psikologis lansia cendrung
(-) dan memperburuk kondisi kesehatannya.
Hal ini juga mendorong lansia merasa tidak enak
dan rendah mutunya, mereka akan cenderung
kekurangan motivasi untuk mengerjakan apa
yang seharusnya mampu mereka kerjakan.

4. Faktor Biologik.
terjadinya depresi dapat disebabkan
karena :
Kehilangan dan kerusakan sel-sel saraf
Kehilangan dan kerusakan zat
neurotransmiter
Resiko genetika
Adanya penyakit misalnya: kanker, diabetes
militus, post stroke dan lain-lain
Hal tsb dapat memudahkan terjadinya depresi

PENATALAKSANAAN DEPRESI
1. Terapi Biologik :
Pemberian obat antidepresan. Terdapat
beberapa pilihan obat anti depresi yaitu :
jenis Selective Serotonin Reuptake Inhibitors
(SSRIs): Prozac (fluoxetine), Zoloft (setraine),
Cipram (citalopram) dan Paxil (paroxetine).
Jenis NASSA: Remeron (mirtazapine).
Jenis Tricylic antidepresan: Tofranil
(imipramine) dan Norpramin (desipramine).
Reversible Inhibitor Mono Amine Oxidase
(RIMA) Inhibitors: Aurorix. Stablon.
(Tianeptine).

2. Terapi kejang listrik (ECT), shock


theraphy.
Penggunaan Electroconvulsive Therapy (ECT)
dengan cara shock therapy untuk pasien yang
tidak memberi respon positif terhadap, obat
antidepresan dan psikoterapi.
ECT bekerja untuk menyeimbangkan unsur
kimia pada otak
ECT cukup aman dan efektif, dapat diulang 3
kali seminggu sampai pasien menunjukan
perbaikan.
Efek samping ECT adalah kehilangan kesadaran
sementara namun cukup efektif u/ mengurangi
resiko bunuh diri pada pasien tertentu.

3. Terapi psikososial (psikoterapi).


Terapi psikososial (psikoterapi) bertujuan
mengatasi masalah psikoedukatif
yaitu mengatasi kepribadian maladaptif,
distorsi pola berpikir, mekanisme koping
yang tidak efektif, hambatan relasi
interpersonal.
Terapi ini juga dilakukan untuk mengatasi
masalah sosiokultural, seperti keterbatasan
dukungan dari keluarga, kendala terkait
faktor kultural, perubahan peran sosial.

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN
GANGGUAN ALAM
PERASAAN (DEPRESI)

I. PENGKAJIAN
1. Pengkajian umum
2. Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan
fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan
gangguan tertentu yang didiagnosis.
3. Kaji adanya depresi.
4. Singkirkan kemungkinan adanya depresi
dengan scrining yang tepat, seperti
geriatric depresion scale.
5. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau
keluarga.

6. Lakukan observasi langsung terhadap :


a. Perilaku
Bagaimana kemampuan klien mengurus diri
sendiri dan aktivitas hidup sehari-hari?
Apakah klien menunjukkan perilaku yang
tidakdapat diterima secara sosial?
Apakah klien sering mengluyur dan mondar
- mandir?
Apakah klien menunjukkan sundown
sindrom atau perseverationphenomena?

b. Afek
Apakah kilen menunjukkan ansietas
Labilitas emosi
Depresi atau apatis
Lritabilitas
Curiga
Tidak berdaya, Frustasi
c. Respon kognitif
Bagaimana tingakat orientasi klien?
Apakah klien mengalami kehilangan ingatan
tentang hal - hal yang baru saja atau yang
sudah lama terjadi?
Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan
atau mengabstrakan?
Kurang mampu membuat penilaian?

7. Luangkan waktu bersama pemberi asuhan


atau keluarga
1) Identifikasi pemberian asuhan primer dan
tentukan berapa lama ia sudah menjadi pemberi
asuhan dikeluarga tersebut.
2) ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi
pemberi asuhan dan anggota keluarga yang lain.
3) Identifikasi pengetahuan dasar tentang
perawatan klien dan sumber daya komunitas
(catat hal-hal yang perlu diajarkan).
4) Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi
keluarga.
5) Identifikasi kekhawatiran tertentu tentang klien
dan kekhawatiran pemberi asuhan tentang
dirinya sendiri.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan alam perasaan : depresi
berhubungan dengan koping maladaptif.
2. Gangguan pola tidur berhubungan
dengan ansietas.
3. Gangguan proses pikir berhubungan
dengan kehilangan memori, degenerasi
neuron irreversible.
4. Perubahah persepsi sensori berhubungan
dengan perubahan persepsi, transmisi
dan atau integrasi sensori (defisit
neurologis).
5. Risiko mencederai diri berhubungan
dengan depresi.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


Dx. 1 : Gangguan alam perasaan : depresi
berhubungan dengan koping maladaptif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1X24 jam lansia merasa
tidak stres dan depresi.
Kriteria Hasil :
Klien menjelaskan pentingnya berhubungan dg
or. lain
Klien dapat meningkatkan harga diri
Klien dapat menggunakan dukungan social
Klien dapat menggunakan obat dg benar dan
tepat

Intervensi :
1.Kaji dan kerahkan sumber-sumber
internal individu
R : Individu lebih percaya diri.
2.Kaji sistem pemdukung keyakinan
( nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama)
R : Meningkatkan nilai spiritual lansia
3.Bantu u/memahami bahwa klien dpt
mengatasi keputusannya.
R : Membangun motivasi pada lansia

4.Diskusikan ttg obat ( nama, dosis, frek,


efek samping obat)
R : Untuk memberi pemahaman kepada
klien tentang obat
5.Bantu pasien menggunakan obat dg
prinsip 5 benar (benar pasien, obat,
dosis, cara, waktu )
R : Prinsip 5 benar dpt memaksimalkan
fungsi obat scr efektif
6.Anjurkan membicarakan efek samping
yang dirasakan
R : Menambah pengetahuan lansia
tentang efek samping obat.

Dx. 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan


ansietas.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan
kunjungan klien memiliki pola tidur yang teratur.
Kriteria Hasil:
1.Klien mampu memahami dan menceritakan factor
penyebab gangguan pola tidur.
2.Klien melaporkan dapat beristirahat yang cukup.
3.Klien mampu memahami rencana khusus untuk
menangani atau mengoreksi penyebab tidur tidak
adekuat.
4.Klien mampu menciptakan pola tidur yang adekuat
dengan penurunan terhadap pikiran yang
melayang-layang (melamun), pola tidur teratur.
5.Klien dapat tidur siang 2 jam dan malam 5
jam

Intervensi :
1.Jangan menganjurkan klien untuk tidur siang
apabila berakibat efek negative terhadap tidur
pada malam hari.
R : irama sikardian (siklus tidur bangun ) yang
tersinkronisasi disebabkan oleh tidur siang yang
singkat.
2.Evaluasi efek obat klien yang mengganggu
tidur
R : gangguan psikis terjadi bila terdapat
penggunaan kortikosteroid termasuk perubahan
mood, insomnia.
3. Tentukan kebiasaan & rutinitas wkt tidur malam
dg kebiasaan klien
R : mengubah pola tidur yang sudah terbiasa dari
asupan makan klien pada malam hari terbukti
mengganggu tidur.

4. Berikan lingkungan yang nyaman untuk


meningkatkan tidur.
R : lingkungan yg nyaman dapat
membuat klien mudah untuk tidur.
5.Buat jadwal intervensi untuk
memungkinkan waktu tidur lebih lama
R : gangguan tidur terjadi dengan
seringnya tidur dan mengganggu
pemulihan sehubungan dengan
gangguan psikologis dan fisiologis,
sehingga irama sikardian terganggu.

Dx. 3 : Gangguan proses pikir berhubungan dengan


kehilangan memori, degenerasi neuron irreversible.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
kunjungan klien dapat berpikir rasional.
Kriteria hasil :
1. Klien mengatakan mampu mengenali ancaman dan
penyebab kebingungan
2. Klien mengatakan mampu mengenali perubahan dlm
berfikir dan factor penyebab
3. Klien mengatakan mampu mengenali perubahan tingkah
laku dan factor penyebab
4. Klien mampu memperlihatkan kemampuan kognitif
untuk menjalani konsekuensi kejadian yang
menegangkan terhadap emosi dan pikiran tentang diri.
5. Klien mampu mengembangkan strategi u/ mengatasi
anggapan diri yang negatif.
6. Klien mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku
yang tidak diinginkan.

Intervensi :
1.Kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan
orientasi, rentang perhatian, kemampuan berpikir.
R : Memberikan dasar perbandinagn yang akan
datang dan memengaruhi rencana intervensi.
2.Kembangkan lingkungan yang mendukung dan
hubungan perawat-klien yang terapeutik
R : Mengurangi kecemasan dan emosional,
seperti kemarahan, meningkatkan
pengembangan evaluasi diri yang positif dan
mengurangi konflik psikologis.
3.Pertahankan lingkungan yang menyenangkan
dan tenang
R : Kebisingan merupakan sensori berlebihan
yang meningkatkan gangguan neuron

4.Tatap wajah klien ketika sdg berbicara dg


klien
R : Menimbulkan perhatian, terutama pada
klien dengan gangguan perseptual
5.Gunakan teknik distraksi. Bicarakan tentang
kejadian yang sebenarnya saat klien
mengungkapkan ide yang salah, jika tidak
meningkatkan kecemasan.
R : Lamunan membantu dalam meningkatkan
orientasi. Orientasi pada realita
meningkatkan perasaan realita klien,
penghargaan diri dan kemuliaan
( kebahagiaan personal )

Dx. 4 : Perubahah persepsi sensori


berhubungan dengan perubahan persepsi,
transmisi dan atau integrasi sensori (defisit
neurologis).
Tujuan : lebih setelah dilakukan dilakukan
keperawatan kunjungan tidak terjadi
penurunan lanjut pada persepsi sensori klien.
Kriteria hasil :
1.Klien mengatakan mampu mengenali
perubahan persepsi dalam dirinya, dan
halusinasi berkurang
2.Klien mampu mengembangkan strategi
psikososial untuk mengurangi stress atau
mengatur perilaku.
3.Klien mampu mendemonstrasikan respon
yang sesuai stimulasi, dapat berpikir rasional

Intervensi :
1.Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi
dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi
klien termasuk penurunan penglihatan atau
pendengaran.
R : Keterlibatan otak memperlihatkan masalah
yang bersifat asimetris menyebabkan klien
kehilangan kemampuan pada salah satu sisi
tubuh. Klien tidak dapat mengenali rasa lapar
atau haus
2.Anjurkan memakai kacamata atau alat bantu
dengar sesuai kebutuhan
R : meningkatkan masukan sensori, membatasi
atau menurunkan kesalahan interpretasi
stimulasi

3. Pertahankan hubungan orientasi realita.


Memberikan petunjuk pd orientasi realita dg
kalender, jam, atau ctt.
R : Menurunkan kekacauan mental dan
meningkatkan koping terhadap frustasi karena
salah persepsi dan disorientasi. Klien menjadi
kehilangan kemampuan mengenali keadaan sekitar
4. Ajarkan strategi mengatasi stres
R : Menurunkan kebutuhan akan halusinasi
5.Libatkan dalam aktivitas sesuai indikasi dengan
keadaan tertentu, seperti satu ke satu pengunjung,
kelompok sosialisasi pada pusat demensia, terapi
okupasi.
R : Memberi kesempatan terhadap stimulasi
partisipasi dengan orang lain

Dx. 5 : Risiko mencederai diri


berhubungan dengan depresi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1X24 jam lansia
tidak mencederai diri.
Kriteria Hasil:
1.Klien dapat mengungkapkan
perasaanya
2.Klien tampak lebih bahagia, tenang
sudah bisa tersenyum ikhlas, tidak
mencederai diri sendiri

Intervensi :
1.Bina hubungan saling percaya dengan lansia.
R : Hubungan saling percaya dapat mempermudah
dalam mencari data-data tentang lansia.
2.Lakukan interaksi dengan pasien sesering
mungkin dengan sikap empati dan lebih banyak
memakai bahasa non verbal. Misalnya
memberikan sentuhan, anggukan.
R : Dengan sikap sabar dan empati lansia akan
merasa lebih diperhatikan dan berguna
3.Pantau dengan seksama risiko bunuh diri /
melukai diri sendiri. Jauhkan atau simpan alat-alay
yang dapat digunakan untuk mencederai dirinya /
oranglain.
R : Meminimalkan terjadinya perilaku mencederai
diri.

IV. IMPLEMENTASI
Adalah pelaksanaan intervensi
dengan melakukan (SP) strategi
pelaksanaan sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil masing-masing SP
yang telah dirumuskan.
Serta menyesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang ada dilapangan.

V. EVALUASI
Evaluasi dilakukan berdasarkan Kriteria Hasil yang
telah ditetapkan pada tiap-tiap SP diatas, dengan
system SOAP.
1. Dx : Gangguan alam perasaan : depresi
berhubungan dengan koping maladaptif.
S : Klien mengatakan pentingnya berhubungan
dengan orang lain
O : Klien dapat meningkatkan harga diri
Klien dapat menggunakan dukungan social
Klien dapat menggunakan obat dengan benar
dan tepat
A : Harga diri Klien meningkat, mau bersosialisasi
dan mau minum obat dengan cara yang benar
P : Masalah teratasi, Lanjutkan therapy, gali dan
atasi masalah berikutnya

2. Dx : Gangguan pola tidur berhubungan dg


ansietas.
S : Klien mampu memahami dan menceritakan
factor penyebab gangguan pola tidur. Klien
melaporkan dapat beristirahat yg cukup.
O : Klien mampu memahami rencana khusus
untuk menangani atau mengoreksi penyebab
tidur tidak adekuat. Klien mampu menciptakan
pola tidur yang adekuat dengan penurunan
terhadap pikiran yang melayang-layang
(melamun), pola tidur teratur.
Klien dapat tidur siang 2 jam dan malam 5
jam
A : Klien tampak segar, tidur cukup,
P : Masalah teratasi, Lanjutkan therapy, gali dan
atasi masalah berikutnya

3. Dx : Gangguan proses pikir berhubungan dengan


kehilangan memori, degenerasi neuron irreversible.
S : Klien mengatakan mampu mengenali ancaman
dan penyebab kebingungan
Klien mengatakan mampu mengenali perubahan
dlm berfikir dan factor penyebab
Klien mengatakan mampu mengenali perubahan
tingkah laku dan factor penyebab
O : Klien mampu memperlihatkan kemampuan
kognitif untuk menjalani konsekuensi kejadian yang
menegangkan terhadap emosi dan pikiran tentang
diri. Klien mampu mengembangkan strategi u/
mengatasi anggapan diri yang negatif. Klien
mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku
yang tidak diinginkan.
A : proses pikir baik, memori membaik, kemampuan
kognitif membaik, tujuan tercapai
P : Masalah teratasi, Lanjutkan therapy, gali dan atasi
masalah berikutnya.

4. Dx : Perubahah persepsi sensori berhubungan


dengan perubahan persepsi, transmisi dan atau
integrasi sensori (defisit neurologis).
S : Klien mengatakan mampu mengenali perubahan
persepsi dalam dirinya, dan halusinasi berkurang
O : Klien mampu mengembangkan strategi
psikososial untuk mengurangi stress atau
mengatur perilaku. Klien mampu
mendemonstrasikan respon yang sesuai stimulasi,
dapat berpikir rasional
A : Perubahan persepsi membaik, stress berkurang,
klien tampak tenang, mampu mendemonstrasikan
respon yang sesuai stimulasi, tidak terjadi
penurunan lebih lanjut pada persepsi sensori
P : Masalah teratasi, Lanjutkan therapy, gali dan
atasi masalah berikutnya

Dx : Risiko mencederai diri berhubungan


dengan depresi
S : Klien dapat mengungkapkan perasaanya
O : Klien tampak lebih bahagia, tenang
sudah bisa tersenyum ikhlas, tidak
mencederai diri sendiri
A : Klien tampak bahagia, senang,
tersenyum ikhlas, tidak stress, depresi
teratasi
P : Masalah teratasi, lanjutkan therapy,
pertahankan kondisi yang telah dicapai.

DAFTAR PUSTAKA
http://askepophy.blogspot.com/2012/
12/askep-jiwa-pada-lansia.html
http://pinkersaya.wordpress.com/201
2/11/24/askep-lansia-dengangangguan-psikologis-depresi/
http://nersevhybuntu.blogspot.com/2
012/06/askep-lansia.html

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai