PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mikroteknik merupakan suatu Ilmu yang sangat mendasar dalam mempelajari
dan membuat preparat histologis di Laboratorium. Baik preparat histologis untuk
penelitian ataupun untuk keperluan pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan
praktikum di laboratorium mikroteknik, diperlukan alat dan bahan yang penggunaanya
harus secara khusus artinya berbeda dengan penanganan alat dan bahan seperti yang
terdapat di laboratorium yang lain. Hal itu disebabkan karena pada umumnya peralatan
yang dibutuhkan di laboratorium mikroteknik mempunyai presisi bahkan sensitifitas
yang tinggi, sehingga dalam penggunaan dan penangananya membutuhkan perlakuan
dan keahlian yang khusus. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa mengoperasikan
semua peralatan yang terdapat di laboratorium ini dengan baik dan benar, bahkan
seorang Laboran sekalipun. Tetapi orang yang berkompeten dalam menangani peralatan
dan bahan di laboratorium Mikroteknik adalah orang yang telah dibekali keterampilan
khusus untuk itu. Di samping kenyataan di atas, memang masih banyak nama nama
alat dan bahan yang belum begitu familiar bagi orang yang pertama kali melakukan
kegiatan praktikum di laboratorium mikroteknik. Bertolak dari apa yang diuraikan di
atas, maka penulis mengangkat sebuah judul makalah yang berjudul Penanganan Alat
dan Bahan di Laboratorium Mikroteknik.
1.2. Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Peralatan dan bahan di laboratorium mikroteknik mempunyai presisi dan sensitifitas
yang tinggi
2. Orang yang berkompeten dalam mengoperasikan peralatan di laboratorium
mikroteknik adalah orang yang mempunyai keahlian khusus
3. Masih banyak nama-nama alat dan bahan yang masih asing bagi orang yang pertama
kali bekerja dilaboratorium mikroteknik
1
BAB II
PEMBAHASAN
coplin jar
timbangan
mikrotom
Eosin
refrigerator
lampu spiritus
beaker glass
baki slide
section filter
botol tetes
kertas saring
botol specimen
gunting
kertas lensa
penggaris plastik
jarum diseksi
scalpel
paraffin
peralatan gelas
hematoksilin
oven
kuas kecil
pipet
Tidak semua peralatan d iatas sekaligus dipakai untuk pembuatan suatu preparat
histologis, tetapi tergantung dari metode yang digunakan dan untuk penelitian apa.
Sebagai contoh pada penelitian tentang Kondisi Glikogen Dalam Hati Juvenil Ikan
Bandeng (Chanos Chanos Forskall) Yang Dibantut, yang dilakukan oleh Endang Hadim,
dkk, dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Pada penelitian
ini, alat dan bahan yang digunakan adalah histoembedder, mikrotom, objek glass, deck
glass, pipet, blok parafin, mikroskop, larutan bouins, alkohol, xylene, parafin, glyserin
dan albumin, aqades, HCl, hematoksilin, eosin, dan entellan.
Juvenil hasil perlakuan pemberian pakan dan dibantut difiksasi selama 24 jam,
dengan menggunakan larutan Bouins, kemudian dibawa ke laboratorium untuk dibuat
sediaan preaprat histologi. Di laboratorium, juvenil hasil fiksasi dicuci dengan alkohol
70% dan selanjutnya didehidrasi dengan menggunakan alkohol yang persentasenya
dinaikkan secara bertahap sebanyak 3 kali (70%, 80%, dan 96%). Juvenil yang telah
4
suatu alat yang dinamakan coplin jar. Atau sering juga disebut bejana pewarnaan, dengan
kapasitas 10 gelas objek ukuran 76 x 26 mm, kedudukan vertikal.
Untuk slide berukuran lebih besar dibutuhkan coplin jar berbentuk persegi. Coplin
jar persegi dilengkapi dengan gelas bercelah tempat memuat slide sehingga slide tersebut
dapat dipindahkan dari jar yang satu ke jar yang lainnya secara sekaligus.
Selain daripada koplin jar alat-alat yang digunakan untuk menangani slide selama
prosesing selain yang dibicarakan di atas adalah alat diseksi, kuas kecil (camels hair
brush), alat penggaris dari plastik dan lain-lain.
2.2.3 Peralatan Untuk Menangani Objek
Dalam proses pembuatan preparat mikroskopis, objek harus melalui tahapan
(bahan kimia) dimana dari satu tahap ke tahap yang lainnya objek tersebut harus dapat
dipindahkan baik dengan pipet, pinset ataupun dengan section lifter. Objek kecil biasanya
dipindahkan dengan pipet atau section lifter, sementara objek lainnya dengan pinset.
a. Gelas arloji syracause merupakan kontainer yang tepat bagi objek yang hanya sebentar
saja dalam larutan. Gelas ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan gelas arloji
yang lain karena dapat ditumpuk satu di atas yang lainnya untuk penyimpanan maupun
untuk mencegah terjadinya penguapan larutan dengan cepat.
b. Embryological watch glass (gelas embrio), mempunyai kelebihan yaitu mempunyai
tutup sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan. Gelas ini lebih banyak
digunakan untuk melakukan penanaman objek dalam parafin.
c. Stender dish dilengakapi dengan penutup dengan bentuk sedemikian rupa sehingga
dapat digunakan untuk menyimpan objek dalam alkohol untuk beberapa hari tanpa
takut kehilangan alkohol karena penguapan.
d. Screw-cap vial,digunakan untuk menyimpan objek lebih lama. Terbuat dari bahan
plastik.
7
jaringan yang hendak disayat tetap diam di tempatnya sementara pisau melewati blok
parafin tersebut. Mikrotom ini tidak dapat menghasilkan pita sayatan, tetapi sayatan yang
dihasilkan selalu terpisah satu sama lain. Golongan kedua adalah mikrotom Spencer yang
dapat menghasilkan pita sayatan yang panjang sehingga sangat cocok untuk pembuatan
preperat sayatan serial.
Perkembangan alat mikrotom memang sangat pesat, terbukti dengan banyaknya
jenis mikrotom yang beredar di pasaran. Berbagai tipe mikrotom modern bermunculan
dengan spesifikasi yang masing-masing berbeda. Seperti yang terlihat dari tulisan yang
dibuat oleh Walter Esigner Direktur pemasaran dan sales internasional untuk Leica
Mikrosistem di Nusloch, Jerman, mensceritakan tentang perubahan transformasi di
lingkungan laboratorium histopatologi modern. Di dalam essay nya yang berjudul
Motorised Microtomes Liberate Histotechnologist, pada saat ini terdapat berbagai jenis
mikrotom modern yang diproduksi sesuai permintaan pasar, diantaranya adalah tipe RM
2125, RM 2155, RM 2145, DSC 1, RM 2165. Tetapi jenis mikrotom yang paling umum
digunakan adalah:
a) Mikrotom putar, baik untuk sayatan parafin dan teknik kriostat.
b) Mikrotom geser, baik untuk sayatan nitroselulase atau palstik
c) Mikrotom klinis beku, digunakan di laboratorium klinis untuk keperluan diagnosis
yang bersifat segera.
d) Mikrotom sayatan ultra tipis, digunakan untuk menghasilkan sayatan denagan
ketebalan kurang dari 1 milimikron
e) Mikrotom base sledge, digunakan untuk menyayat jaringan yang sangat besar seperti
otak
f) Mikrotom faust, menghasilakn ketipisan maksimal 254 milimikron
g) Mikrotom Smith dan Farquhar, digunakan untuk menyayat jaringan segar yang tidak
difiksasi.
Perawatan Mikrotom
Mikrotom sebaiknya ditutp dengan plastik, atau dimasukkan ke kotaknya jika
tidak sedang digunakan. Jangan memindahkan mikrotom dengan cara memegang bagian
yang dapat bergerak, karean daapt menggangu akurasinya. Sebelum dan sesudah
digunakan, sebaiknya mikrotom dibersihkan dari serpihan parafin dengan cara melap
dengan kain lap yang telah dibasahi dengan xilol. Mikrotom harus selalu diminyaki untuk
mencegah keausan dan kemacetan.
2.2.6 Pisau Mikrotom
Komponen mikrotom yang paling berperan dalam produksi sayatn yang sempurna
adalah pisau yang digunakan untuk menyayat. Oleh karena itu, untuk dapat bekerja
optimal, pisau yang digunakan sebaiknya berasal dari fabrikan yang sama dengan
fabrikan mikrotom.
Tipe dan Struktur Pisau Mikrotom
Berdasarkan struktur sisi pemotong pisau, maka dikenal tiga tipe pisau mikrotom,
yaitu:
a) Pisau plane-edge (simple wedge razor), biasanya digunakan untuk sayatan beku dan
blok paraffin
b) Pisau konkaf (flat- or half- ground razor), biasanya digunakan untuk sayatan blok
celoidin dan plastik.
c) Pisau bikonkaf (hollow-ground razor), sering digunakan untuk menyayat blok parafin.
10
2.2.7 Mikroskop
Mikroskop merupakan alat utama yang digunakan untuk mengamati preparat
mikroskopis yang dibuat dengan menggunakan teknik mikroteknik. Secara garis besar
mikroskop terdiri atas bagian-bagian optik dan non-optik. Bagian optik meliputi lensalensa, sedangkan bagian non optik meliputi antara lain kaki, pemutar/pengatur, dan meja
preparat. Banyak jenis mikroskop tergantung dari keperluannya, ada mikroskop
monokuler, mikroskop stereo, mikroskop binokuler dan mikroskop trinokuler.
11
yang mudah terbakar. Ada dua kelompok bahan pengoksidasi yaitu anorganik dan
organik. Bahan anorganik hanya menimbulkan bahaya api/kebakaran, sedangkan
bahan organik sering menimbulkan ledakan dahsyat, terutama peroksida.
13
Bahan ini merupakan koagulan nukleoprotein yang baik dan meningkatkan daya
serap bahan inti terhadap pewarna
4) Alkohol, merupakan fiksatif umum jaringan yang kurang baik, karena tidak dapat
memfiksasi bahan inti secara memadai. Alkohol sering digunakan sebagai bahan
fiksatif tunggal.
5) Aldehida (HCHO), dapat mempenetrasi jaringan dengan kecepatan yang moderat,
tetapi aksi fiksasinya berjalan lambat. Formalin merupakan fiksatif yang baik untuk
lemak tatapi tidak memfiksasi karbohidrat yang larut, tidak melarutkan lipid tetapi
melarutkan sebagian glikogen dan urea.
6) Merkuri klorida (HgCl2), mempenetrasi jaringan cukup cepat, tetapi kalah cepat
dibanding dengan asam asetat, mengeraskan jaringan secara memadai. Kebanyakan
pewarna bereaksi dengan baik dengan jaringan yang difiksasi dengan merkuri klorida,
tetapi kekurangannya adalah bahan ini mendepositkan endapan bahan kimia tertentu
dalam jaringan, selain itu merkuri klorida juga bersifat menghambat pembekuan
jaringan sehungga sangat sulit untuk membuat sayatan beku yang baik dengan bahan
ini.
7) Osmium tetroksida (OsO4), kemampuan penetrasinya lambat dan tidak mengeraskan
jaringan sehingga sayatan sering menjasdi kurang bagus dengan parafin
Asam
pikrat
[C6H2(NO2)3OH],
penetrabilitsnya
sangat
lambat
dan
bisa
mengkerutkan jaringan secara signifikan (higga 50% dari volume awal ketika
jaringan mencapai tahap infiltrasi parafin), dan tidak dapat digunakan sebagai fiksatif
tunggal karena efek pengkerutannya yang sangat besar.
8) Kalium dikromat (K2Cr2O7), tidak bagus digunakan untuk sayatan parafin karena
tidak dapat mengeraskan jaringan secara memadai, dan biasanya digunakan untuk
pengamatan mitokondria.
9) Asam trikloroasetat (CCl3COOH), tidak pernah digunakan sebagai bahan fiksatif
secara tunggal, karena daapt membengkakkan jaringan dan memiliki aktivitas
14
dekalsifikasi
Formalin
terdiri
dari
bahan,
formalin
komersial
dan
Aquades
10) Larutan Gilson: Merkuri klorida jenuh, Asam kromat 1%, Asam nitrat dan Asam
asetat glacial
11) Larutan Bensey AOB, dibuat dari bahan-bahan Asam Osmat 2%, Kalium dikromat
2,5%, dan Asam asetat glacial
12) Larutan Regaud, adalah mencampurkan antara Kalium dikromat 3%, dengan formalin
komersial.
13) Larutan Bianco, tersusun atas Asam kromat, Asam asetat glasial, dan Aquades
14) Larutan Gate: Asam kromat, Asam Asetat galsial dan Aquades
15) Larutan Navashin: Asam kromat, Asam asetat glasial, Formalin komersial dan
Aquades
16) Larutan Carnoy: Alkohol absolut, Kloroform, dan Asam asetat glasial
Seperti yang dikemukakan di atas, bahwa penggunaan bahan kimia tersebut
adalah tergantung kebutuhan dan tujuannya. Jadi dalam setiap metode yang berbeda
maka penggunaan bahan juga berbeda.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Laboratorium muikroteknik adalah laboratorium yang berisi peralatan dan bahan
yang mempunyai presisi dan sensitivitas yang tinggi, oleh karena itu orang yang
berkompeten dalam hal penanganan dan perawatan alat dan bahan yang terdapat di
dalamnya adalah orang yang mempunyai keterampilan khusus.
Peralatan yang standar dan minimal harus dipenuhi ada di laboratorium
mikroteknik adalah: mikroskop dengan segala kelengkapannya, mikrotom dan pisau
mikrotom, slide dan kaca penutup slide, serta koplin jar dan bahan pendukung lainnya.
Dimana penanganan dan perwatan untuk masing-masing alat tersebut adalah berbeda satu
sama lain.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah sangat beragam sesuai dengan metode
yang digunakan dalam pembuatan preparat histologis tersebut. Bahan yang digunakan
untuk fiksasi berbeda dengan bahan yang dibutuhkan untuk imbedding, berbeda untuk
pewarnaan dan berbeda juga untuk proses penjernihan sampai penutupan (mounting).
Semakin bagus perawatan suatu alat atau semakin telaten dalam penggunaan bahan maka
keselamatan kerja yang standar akan lebih mudah dicapai dalam bekerja di laboratorium
mikroteknik. Peralatan yang dirawat dengan baik, maka peralatan tersebut akan semakin
tahan lama dan kualitas yang dihasilkan juga akan tetap terjaga.
3.2. SARAN
Dengan informasi yang disampaikan di atas, maka mahasiswa sebagai pemula
dalam melaksanakan kegiatan praktikum di laboratorium mikroteknik dapat memahami
17
bagaimana cara penggunaan alat dan bahan yang benar di laboratorium sekaligus
bagaimana cara perawatannya. Dengan demikian maka keselamatan kerja yang standar di
laboratorium mikroteknik dapat dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Esinger, W. 2000. An Article Motorised Microtomes Liberate Histotechnologists
diakses dari http//www.leica.hbu.de.
Hadim, E.,dkk,. 2003. Kondisi Glikogen dalam Hati Juvenil Ikan Bandeng (Chanos
chanos Forskal) yang Dibantut. Jurnal Sains dan Teknologi Vol 3. No 1: 1-7
http://rotarymicrotomes.com/rotary-microtomes/how-to-use-rotary-microtome/
diakses
18