Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mikroteknik merupakan suatu Ilmu yang sangat mendasar dalam mempelajari
dan membuat preparat histologis di Laboratorium. Baik preparat histologis untuk
penelitian ataupun untuk keperluan pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan
praktikum di laboratorium mikroteknik, diperlukan alat dan bahan yang penggunaanya
harus secara khusus artinya berbeda dengan penanganan alat dan bahan seperti yang
terdapat di laboratorium yang lain. Hal itu disebabkan karena pada umumnya peralatan
yang dibutuhkan di laboratorium mikroteknik mempunyai presisi bahkan sensitifitas
yang tinggi, sehingga dalam penggunaan dan penangananya membutuhkan perlakuan
dan keahlian yang khusus. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa mengoperasikan
semua peralatan yang terdapat di laboratorium ini dengan baik dan benar, bahkan
seorang Laboran sekalipun. Tetapi orang yang berkompeten dalam menangani peralatan
dan bahan di laboratorium Mikroteknik adalah orang yang telah dibekali keterampilan
khusus untuk itu. Di samping kenyataan di atas, memang masih banyak nama nama
alat dan bahan yang belum begitu familiar bagi orang yang pertama kali melakukan
kegiatan praktikum di laboratorium mikroteknik. Bertolak dari apa yang diuraikan di
atas, maka penulis mengangkat sebuah judul makalah yang berjudul Penanganan Alat
dan Bahan di Laboratorium Mikroteknik.
1.2. Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Peralatan dan bahan di laboratorium mikroteknik mempunyai presisi dan sensitifitas
yang tinggi
2. Orang yang berkompeten dalam mengoperasikan peralatan di laboratorium
mikroteknik adalah orang yang mempunyai keahlian khusus
3. Masih banyak nama-nama alat dan bahan yang masih asing bagi orang yang pertama
kali bekerja dilaboratorium mikroteknik
1

4. Penggunaan, penanganan, dan perawatan alat di laboratorium mikroteknik


membutuhkan keterampilan khusus.
1.3. Pembatasan Masalah
Mengingat identifikasi masalah yang cukup luas, maka tulisan ini hanya dibatasi
pada bagaimana penanganan alat dan bahan di laboratorium mikroteknik sesuai dengan
keselamatan kerja yang standar.
1.4. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah alat-alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum di laboratorium
mikroteknik?
2. Bagaiman cara penanganan alat dan bahan di laboratorium mikroteknik sesuai
dengan keselamatan kerja yang standar di laboratorium?
1.5. Tujuan dan Manfaat
Tujuan:
a. Memberikan informasi kepada pembaca tentang alat dan bahan yang digunakan
dalam kegiatan praktikum di laboratorium mikroteknik.
b. Memberikan informasi tentang penanganan alat dan bahan di laboratorium
mikroteknik sesuai dengan standar keselamatan kerja.
Manfaat:
a. Mengetahui alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat preparat histologis di
laboratoirum mikroteknik.
b. Memahami tentang prosedur penanganan alat dan bahan praktikum di laboratoirum
mikroteknik sesuai dengan standar keselamatan kerja.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Alat dan Bahan yang Terdapat di Laboratorium Secara Umum


Peralatan pada laboratoium pada umumnya terbuat dari bahan gelas, porselen, dan
plastik. Tetapi ada juga yang terbuat dari bahan logam. Bahan gelas mempunyai
karakteristik khusus misalnya tahan panas, yang ditandai dengan pyrex. Selain itu bahan
gelas seperti borosilikat dan sodalime merupakan bahan gelas yang mempunyai
karakteristik tertentu. Gelas borosilikat bersifat tahan terhadap kenaikan suhu yang
mendadak, sedangkan gelas sodalime dapat dipanasi pada api bunsen tanpa menjadi
kusam. Alat yang terbuat dari porselen mempunyai keunggulan tahan terhadap suhu
tinggi, karena dilapisi oleh bahan tertentu yang tidak dapat ditembus oleh sinar.
Sedangkan bahan penyusun plastik biasanya terbuat dari Polythene, Polypropilene, PVC,
dan Styrene. Alat laboratorium logam terbuat dari bahan besi dan kuningan.
Di dalam kegiatan praktikum biologi tidak hanya bahan biologis yang digunakan
tetapi juga digunakan berbagai bahan kimia. Bahan kimia tersebut digunakan sebagai
pereaksi, baik pereaksi khusus maupun pereaksi umum. Setiap bahan-bahan kimia
tersebut mempunyai sifat-sifat tertentu, sehingga penangananyapun berbeda. Berdasarkan
sifat kimianya bahan-bahn kimia digolongkan menjadi bahan kimia mudah terbakar,
bahan mudah meledak, bahan pengoksidasi, bahn radioaktif, bahan korosif dan penyebab
korosi serta bahan beracun (toksik).

2.2. Peralatan yang Digunakan di Laboratorium Mikroteknik


Peralatan dan bahan minimal laboratorium yang dibutuhkan untuk kegiatan
mikroteknik adalah sebagai berikut:

coplin jar

timbangan

mikrotom

canada balsam (cb)

Eosin

refrigerator

lampu spiritus

botol reagen & reagen

beaker glass

baki slide

section filter

botol tetes

object & cover glass

kertas saring

botol specimen

gunting

lap bebas serap

kertas lensa

penggaris plastik

jarum diseksi

scalpel

paraffin

peralatan gelas

hematoksilin

oven

kuas kecil

pipet

Tidak semua peralatan d iatas sekaligus dipakai untuk pembuatan suatu preparat
histologis, tetapi tergantung dari metode yang digunakan dan untuk penelitian apa.
Sebagai contoh pada penelitian tentang Kondisi Glikogen Dalam Hati Juvenil Ikan
Bandeng (Chanos Chanos Forskall) Yang Dibantut, yang dilakukan oleh Endang Hadim,
dkk, dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. Pada penelitian
ini, alat dan bahan yang digunakan adalah histoembedder, mikrotom, objek glass, deck
glass, pipet, blok parafin, mikroskop, larutan bouins, alkohol, xylene, parafin, glyserin
dan albumin, aqades, HCl, hematoksilin, eosin, dan entellan.
Juvenil hasil perlakuan pemberian pakan dan dibantut difiksasi selama 24 jam,
dengan menggunakan larutan Bouins, kemudian dibawa ke laboratorium untuk dibuat
sediaan preaprat histologi. Di laboratorium, juvenil hasil fiksasi dicuci dengan alkohol
70% dan selanjutnya didehidrasi dengan menggunakan alkohol yang persentasenya
dinaikkan secara bertahap sebanyak 3 kali (70%, 80%, dan 96%). Juvenil yang telah
4

didehidrasi, dikristalkan dengan parafin menggunakan histoembedder. Setelah selesai,


juvenil dipotong dengan menggunkan mikrotom setebal 5 mikron, hasilnya diletakkan di
atas objek glass yang sebelumnya telah diberi albumin dan gliserin. Tahap akhir adalah
pewarnaan yang diawali dengan memasukkan preparat hasil pemotongan ke dalan xylene
dan didehidrasi untuk selanjutnya diwarnai dengan larutan PAS. Selanjutnya diberi
entellan dan ditutup dengan deck glass. Sediaan histologi sudah siap diamati dibawah
mikroskop.
Peralatan yang paling umum dan terpenting digunakan dalam kegiatan praktikum
di laboratorium mikroteknik adalah:

2.2.1. Slide dan Kaca Penutup


Irisan jaringan histologis yang dibuat selama kegiatan mikroteknik biasanya
ditujukan untuk pengamatan mikroskopis. Untuk keperluan tersebut ditempelkan diantara
gelas objek (slide) dan kaa penutup (coverslips). Slide merupakan sekeping kaca yang
berbentuk persegi panjang dengan ukuran 3 x 1 inchi. Penggunaan slide yang terlalu tipis
tidak dianjurkan, karen kaca tipis tersebut tidak sesuai dengan kondensor kebanyakan
mikroskop modern. Ketebalan yang paling optimum untuk mikroskop adalah 1 mm,
tetapi ketebalan 1,25 mm masih memberikan hasil yang memuaskan. Syarat penting yang
harus juga dipenuhi oleh slide adalah permukaanya harus datar, dan rata serta bersifat
stabil terhadap berbagai bahan kimia (reagen).Sedangkan kaca penutup adalah kaca datar
yang sangat tipis bebentuk lingkaran atau persegi panjang dengan ukuran yang lebih kecil
dari slide. Kaca penutup pada saat ini terdiri dari empat jenis ketebalan, yaitu kaca
penutup nomor 0, 1, 2 dan nomor 3. Masing-masing nomor ketebalan ditujukan untuk
fungsi khusus.
Kaca penutup dengan nomor 0, dengan ketebalan 0,09 mm, sangat mudah pecah
dan sangat sulit ditangani selam prosesing. Kaca penutup ini hanya digunakan dalam
pembuatan preaprat yang menggunakan minyak imersi. Kaca penutup nomor 1 dengan
ketebalan 0,15 mm, dewasa ini banyak digunkan karena mudah ditangani dan
5

dibersihkan. Kaca penutup nomor 2 dengan ketebalan rata-rata digunkan dalam


pembuatan sediaan utuh yang pada umumnya diamati dengan mikroskop tanpa
perbesaran yang tinggi. Sedangkan kaca penutup yang nomor tiga dengan ketebalan 0,3
mm biasanya digunakan untuk sediaan utuh kering. Dari keempat jenis kaca penutup
tersebut, yang paling sering digunakan adalah kaca penutup nomor 2, karena kaca
penutup ini cukup tebal untuk dapat ditangani dan dibersihkan tanpa takut pecah.
Kaca penutup berbentuk lingkaran biasanya berdiameter antara 3/8 sampai 7/8 inchi.
Pemilihan penggunaan kaca penutup berbentuk lingkaran semata-mata tergantung kepada
selera sipemakai.
Pada metoda parafin, bila akan menempelkan jaringan pada gelas benda (slide),
maka sebelum dimulai harus disiapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan terlebih
dahulu misalnya:
a. Gelas benda yang baik, jangan keruh, sebab gelas benda yang keruh akan
mempengaruhi bidang pandangan pada mikroskop. Bila tidak ada gelas baru, dapat
juga digunakan gelas benda yang lama yang telah dibersihkan dengan cara:
memasukkan gelas benda kedalam xylene, kemudian direbus bersama-sama dengan
sabun, dan dimasukkan ke dalam campuran kaliumbichromate dan asam sulfat selam
2-3 hari, selanjutnya berturut-turut ke air mengalir, air suling dan alkohol 70%.
b. Menetesi gelas benda dengan albumin meyer kemudian dicampur dengan gliserin.
c. Menyiapkan meja pemanas yang berfungsi untuk merentangkan irisan jaringandan
merekatkan jaringan pada gelas benda.
d. Pipet tetes, aqudest, dan sonde.
2.2.2 Peralatan untuk Menangani Slide (Coplin jar)
Jika objek sudah ditempelkan pada slide akan diproses, dibutuhkan berbagai jenis
peralatan khusus yang memungkinkan mereka tetap terpisah satu sama lain pada saat
melalui berbagai jenis larutan selam prosesing. Untuk keperluan tersebut dibutuhkan
6

suatu alat yang dinamakan coplin jar. Atau sering juga disebut bejana pewarnaan, dengan
kapasitas 10 gelas objek ukuran 76 x 26 mm, kedudukan vertikal.
Untuk slide berukuran lebih besar dibutuhkan coplin jar berbentuk persegi. Coplin
jar persegi dilengkapi dengan gelas bercelah tempat memuat slide sehingga slide tersebut
dapat dipindahkan dari jar yang satu ke jar yang lainnya secara sekaligus.
Selain daripada koplin jar alat-alat yang digunakan untuk menangani slide selama
prosesing selain yang dibicarakan di atas adalah alat diseksi, kuas kecil (camels hair
brush), alat penggaris dari plastik dan lain-lain.
2.2.3 Peralatan Untuk Menangani Objek
Dalam proses pembuatan preparat mikroskopis, objek harus melalui tahapan
(bahan kimia) dimana dari satu tahap ke tahap yang lainnya objek tersebut harus dapat
dipindahkan baik dengan pipet, pinset ataupun dengan section lifter. Objek kecil biasanya
dipindahkan dengan pipet atau section lifter, sementara objek lainnya dengan pinset.

a. Gelas arloji syracause merupakan kontainer yang tepat bagi objek yang hanya sebentar
saja dalam larutan. Gelas ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan gelas arloji
yang lain karena dapat ditumpuk satu di atas yang lainnya untuk penyimpanan maupun
untuk mencegah terjadinya penguapan larutan dengan cepat.
b. Embryological watch glass (gelas embrio), mempunyai kelebihan yaitu mempunyai
tutup sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan. Gelas ini lebih banyak
digunakan untuk melakukan penanaman objek dalam parafin.
c. Stender dish dilengakapi dengan penutup dengan bentuk sedemikian rupa sehingga
dapat digunakan untuk menyimpan objek dalam alkohol untuk beberapa hari tanpa
takut kehilangan alkohol karena penguapan.
d. Screw-cap vial,digunakan untuk menyimpan objek lebih lama. Terbuat dari bahan
plastik.
7

2.2.4. Peralatan Untuk Infiltrasi dan Embedding


Peralatan yang biasanya digunakan untuk kegiatan ini adalah oven yaitu untuk
memepertahankan temperatur parafin (atau bahan impregnasi atau bahan embedding
lainnya) agar tetap di atas titik didihnya.Hal yang terpenting yang harus terdapat pada
oven adalah bahwa alat tersebut harus memiliki kipas (fan) yang dapat mensirkulasikan
udara (panas) secara merata keseluruh bagian oven. Dengan demikian temperatur akan
menjadi seragam pada seluruh bagian oven.
2.2.5. Mikrotom
Mikrotom adalah suatu alat berpresisi tinggi sehingga harus diperlakukan secara
hati-hati. Alat ini digunakan untuk menyayat jaringan sebelum ditempelkan ke atas
permukaan slide. Ketebalan sayatan yang dibuat bervariasi antara 1 200 milimikron.
Secara umum, suatu mikrotom memilki bagian-bagian terpenting sebagai berikut:
a. Skala pengatur ketebalan sayatan biasanya terdapat di bagian kanan atas badan
mikrotom, skala ini dapat digeser ke kiri dan ke kanan sesuai dengan ketebalan sayatan
yang diinginkan.
b. Pisau mikrotom, merupaka komponen yang bisa menentukan kualitas sayatan
c. Pegangan blok jaringan, merupakan komponen yang menghubungkan mikrotom
dengan blok jaringan yang hendak disayat.
d. Pengatur jarak berfungsi untuk mengatur blok jaringan dengan mata pisau.
Jenis Jenis Mikrotom
Secara garis besar mikrotom dibagi menjadi dua golongan. Golongan yang
pertama adalah mikrotom Schantz, yaitu mikrotom dimana pada saat menyayat, blok
8

jaringan yang hendak disayat tetap diam di tempatnya sementara pisau melewati blok
parafin tersebut. Mikrotom ini tidak dapat menghasilkan pita sayatan, tetapi sayatan yang
dihasilkan selalu terpisah satu sama lain. Golongan kedua adalah mikrotom Spencer yang
dapat menghasilkan pita sayatan yang panjang sehingga sangat cocok untuk pembuatan
preperat sayatan serial.
Perkembangan alat mikrotom memang sangat pesat, terbukti dengan banyaknya
jenis mikrotom yang beredar di pasaran. Berbagai tipe mikrotom modern bermunculan
dengan spesifikasi yang masing-masing berbeda. Seperti yang terlihat dari tulisan yang
dibuat oleh Walter Esigner Direktur pemasaran dan sales internasional untuk Leica
Mikrosistem di Nusloch, Jerman, mensceritakan tentang perubahan transformasi di
lingkungan laboratorium histopatologi modern. Di dalam essay nya yang berjudul
Motorised Microtomes Liberate Histotechnologist, pada saat ini terdapat berbagai jenis
mikrotom modern yang diproduksi sesuai permintaan pasar, diantaranya adalah tipe RM
2125, RM 2155, RM 2145, DSC 1, RM 2165. Tetapi jenis mikrotom yang paling umum
digunakan adalah:
a) Mikrotom putar, baik untuk sayatan parafin dan teknik kriostat.
b) Mikrotom geser, baik untuk sayatan nitroselulase atau palstik
c) Mikrotom klinis beku, digunakan di laboratorium klinis untuk keperluan diagnosis
yang bersifat segera.
d) Mikrotom sayatan ultra tipis, digunakan untuk menghasilkan sayatan denagan
ketebalan kurang dari 1 milimikron
e) Mikrotom base sledge, digunakan untuk menyayat jaringan yang sangat besar seperti
otak
f) Mikrotom faust, menghasilakn ketipisan maksimal 254 milimikron

g) Mikrotom Smith dan Farquhar, digunakan untuk menyayat jaringan segar yang tidak
difiksasi.

Perawatan Mikrotom
Mikrotom sebaiknya ditutp dengan plastik, atau dimasukkan ke kotaknya jika
tidak sedang digunakan. Jangan memindahkan mikrotom dengan cara memegang bagian
yang dapat bergerak, karean daapt menggangu akurasinya. Sebelum dan sesudah
digunakan, sebaiknya mikrotom dibersihkan dari serpihan parafin dengan cara melap
dengan kain lap yang telah dibasahi dengan xilol. Mikrotom harus selalu diminyaki untuk
mencegah keausan dan kemacetan.
2.2.6 Pisau Mikrotom
Komponen mikrotom yang paling berperan dalam produksi sayatn yang sempurna
adalah pisau yang digunakan untuk menyayat. Oleh karena itu, untuk dapat bekerja
optimal, pisau yang digunakan sebaiknya berasal dari fabrikan yang sama dengan
fabrikan mikrotom.
Tipe dan Struktur Pisau Mikrotom
Berdasarkan struktur sisi pemotong pisau, maka dikenal tiga tipe pisau mikrotom,
yaitu:
a) Pisau plane-edge (simple wedge razor), biasanya digunakan untuk sayatan beku dan
blok paraffin
b) Pisau konkaf (flat- or half- ground razor), biasanya digunakan untuk sayatan blok
celoidin dan plastik.
c) Pisau bikonkaf (hollow-ground razor), sering digunakan untuk menyayat blok parafin.
10

Perawatan Pisau Mikrotom


Pisau mikrotom harus selalu dibersihkan setelah selesai dipakai, karena jika tidak
maka akan meninbulkan korosi. Membersihkan pisau dengan kertas atau kain pembersih
lensa yang dibasahi xilen kemudian dilap dengan bahan pembersih yang sama.
Pisau harus ditajamkan sesering mungkin. Ada dua tekhnik dalam hal
menajamkan pisau mikrotom, yaitu mengikir (honing) dan mengasah (stropping).
Mengikir lebih diarahkan kepada menghilangkan gerigi atau sompelan kasar dan dalam
yang terdapat pada mata pisau. Sedangkan tahap mengasah diarahkan untuk
menghilangkan gerigi yang lebih halus pada mata pisau sehingga pisau memiliki
kemampuan mengiris yang lebih baik dan sempurna.

2.2.7 Mikroskop
Mikroskop merupakan alat utama yang digunakan untuk mengamati preparat
mikroskopis yang dibuat dengan menggunakan teknik mikroteknik. Secara garis besar
mikroskop terdiri atas bagian-bagian optik dan non-optik. Bagian optik meliputi lensalensa, sedangkan bagian non optik meliputi antara lain kaki, pemutar/pengatur, dan meja
preparat. Banyak jenis mikroskop tergantung dari keperluannya, ada mikroskop
monokuler, mikroskop stereo, mikroskop binokuler dan mikroskop trinokuler.

Penggunaan dan Perawatan Mikroskop


Hal-hal yang diperhatikan dalam menggunakan mikroskop adalah:
a) Selalu membawa mikroskop dengan menggunakan dua tangan, satu dibawah kaki
mikroskop dan yang satu lagi memegang lengan mikroskop.
b) Preparat basah harus selalu ditutup dengan gelas penutup pada saat dilihat di bawah
mikroskop.

11

c) Selalu menjaga kebersihan lensa-lensa mikroskop termasuk cermin.


d) Mikroskop harus disimpan di tempat sejuk, kering, bebas debu dan bebas dari uap
asam dan basa. Tempat penyimpanan yang sesuai adalah kotak mikroskop yang
dilengkapi dengan silika gel, yang bersifat higroskopis, sehingga lingkungan sekitar
mikroskop tidak lembab, selain itu dapat pula diletakkan di dalam lemari yang diberi
lampu untuk mencegah tumbuhnya jamur.
e) Bagian mikroskop non-optik, terbuat dari logam atau plastik, dapat dibersihkan dengan
menggunakan kain flanel. Untuk membersihkan debu yang terselip di bagian
mikroskop tersebut dapat digunakan kuas kecil atau kuas lensa kamera.
f) Lensa-lensa mikroskop, okuler, obyektif dan kondensor dibersihkan dengan
menggunakan tissu lensa yang diberi alkohol 70%.
g) Sisa minyak imersi pada lensa objektif dapat dibersihkan dengan xilol dengan cara
yang hati-hati.

2.3 Bahan yang Digunakan di Laboratorium Mikroteknik


Secara umum sifat-sifat bahan kimia yang terdapat di laboratorium adalah:
A. Bahan mudah terbakar, memiliki sifat-sifat: mudah menguap, dimana uap tersebut
akan lebih mudah meledak dibandingkan dengan cairannya sendiri. Bahan kimia yang
mudah terbakar dapat berupa pelarut dan pereaksi organik seperti: Asetaldehida,
Asam Asetat, Aseton, Benzen, Karbondisulfida, Etil Alkohol, Eter, Etil Asetat,
Petrolium Eter, Isopropil Alkohol, Toluen, Xilen. Bahan anorganik berupa
Aluminium, magnesium, Zinkum, Posfor kuning, logam K dan Na. sedangkan yang
berupa gas seperti Asetilen, Metana, Hidrogen, Karbonmonoksida, dan Butana.
B. Bahan Pengoksidasi yaitu bahan yang daapt menimbulkan reaksi eksotermis yang
sangat tinggi jika kontak langsung dengan bahan yang lain, khususnya dengan bahan
12

yang mudah terbakar. Ada dua kelompok bahan pengoksidasi yaitu anorganik dan
organik. Bahan anorganik hanya menimbulkan bahaya api/kebakaran, sedangkan
bahan organik sering menimbulkan ledakan dahsyat, terutama peroksida.

C. Bahan mudah meledak


D. Bahan Radioaktif
E. Bahan korosif dan penyebab korosi
F. Bahan beracun (toksik).
Secara khusus bahan-bahan kimia yang digunakan di laboratorium mikroteknik
adalah tergantung dari tujuan dan atau apa yang hendak di kerjakan. Misalnya bahan
yang dibutuhkan untuk proses fiksasi. Ada dua jenis yaitu fiksasi tunggal dan fiksasi
majemuk.
2.3.1 Bahan Fiksasi Tunggal Bahan Pembuat Fiksatif Campuran
1) Asam Asetat (CH3COOH), merupakan bahan fiksasi yang paling tua. Merupakan
komponen penting dari berbagai larutan fiksasi karena aksinya sangat efektif dalam
memfiksasi inti sel dan daya penetrabilitasnya yang tinggi.
2) Aseton (CH3COCH3), digunakan untuk mempelajari enzim-enzim jaringan seperti
fosfatase dan lipase. Bahan ini memiliki daya penetrasi jaringan yang rendah
sehingga hanya potongan jaringan yang akan difiksasi harus kecil ukurannya,
digunakan dalam keadaan dingin.
3) Kromium trioksida (CrO3), sifatnya adalah menembus jaringan dengan lambat,
mengeraskan jaringan secara moderat, menimbulkan sedikit kerutan jaringan,
membentuk rongga dalam sitoplasma dan sedikit mengubah struktur (bentuk) inti.

13

Bahan ini merupakan koagulan nukleoprotein yang baik dan meningkatkan daya
serap bahan inti terhadap pewarna
4) Alkohol, merupakan fiksatif umum jaringan yang kurang baik, karena tidak dapat
memfiksasi bahan inti secara memadai. Alkohol sering digunakan sebagai bahan
fiksatif tunggal.
5) Aldehida (HCHO), dapat mempenetrasi jaringan dengan kecepatan yang moderat,
tetapi aksi fiksasinya berjalan lambat. Formalin merupakan fiksatif yang baik untuk
lemak tatapi tidak memfiksasi karbohidrat yang larut, tidak melarutkan lipid tetapi
melarutkan sebagian glikogen dan urea.
6) Merkuri klorida (HgCl2), mempenetrasi jaringan cukup cepat, tetapi kalah cepat
dibanding dengan asam asetat, mengeraskan jaringan secara memadai. Kebanyakan
pewarna bereaksi dengan baik dengan jaringan yang difiksasi dengan merkuri klorida,
tetapi kekurangannya adalah bahan ini mendepositkan endapan bahan kimia tertentu
dalam jaringan, selain itu merkuri klorida juga bersifat menghambat pembekuan
jaringan sehungga sangat sulit untuk membuat sayatan beku yang baik dengan bahan
ini.
7) Osmium tetroksida (OsO4), kemampuan penetrasinya lambat dan tidak mengeraskan
jaringan sehingga sayatan sering menjasdi kurang bagus dengan parafin
Asam

pikrat

[C6H2(NO2)3OH],

penetrabilitsnya

sangat

lambat

dan

bisa

mengkerutkan jaringan secara signifikan (higga 50% dari volume awal ketika
jaringan mencapai tahap infiltrasi parafin), dan tidak dapat digunakan sebagai fiksatif
tunggal karena efek pengkerutannya yang sangat besar.
8) Kalium dikromat (K2Cr2O7), tidak bagus digunakan untuk sayatan parafin karena
tidak dapat mengeraskan jaringan secara memadai, dan biasanya digunakan untuk
pengamatan mitokondria.
9) Asam trikloroasetat (CCl3COOH), tidak pernah digunakan sebagai bahan fiksatif
secara tunggal, karena daapt membengkakkan jaringan dan memiliki aktivitas
14

dekalsifikasi

2.3.2 Bahan Fiksatif Campuran Kombinasi Beberapa Fiksatif Tunggal.


1) Larutan Mueller, tersusun atas Kalium dikromat, Natrium sulfat, dan Aquades
2) Larutan Orth, disusun atas bahan-bahan seperti Kalium dikromat, Natrium sulfat,
Aquades, dan Formalin
3) Larutan Zenker: Kalium dikromat, Merkuri klorida, Natrium sulfat dan Aquades
4) Larutan Helly dibuat dengan mencampurkan antara larutan Zenker sebagai larutan stok
dengan formalin komersial
5) Larutan Heidenhain tersusun atas bahan-bahan: Kalium dikromat, Merkuri klorida,
Asam asetat galsial, formalin komersial, dan Aquades
6) Larutan Lavdowsky: Kalium dikromat, Merkuri klorida, Asam asetat glasial, dan
Aquades
7)

Formalin

terdiri

dari

bahan,

formalin

komersial

dan

Aquades

Larutan Mann: H2O panas, merkuri klorida dan Asam pikrat


8) Larutan Bouin: Asam pikrat jenuh, Formalin komersial, dan Asam asetat glacial
9) Larutan Allen B, yaitu dengan mengambil 100 ml, larutan Bouin yang baru saja dibuat
lalu dipanaskan sampai 38oC, kemudian ditambahkan Kristal asam kromat, dan
Kristal urea
15

10) Larutan Gilson: Merkuri klorida jenuh, Asam kromat 1%, Asam nitrat dan Asam
asetat glacial
11) Larutan Bensey AOB, dibuat dari bahan-bahan Asam Osmat 2%, Kalium dikromat
2,5%, dan Asam asetat glacial
12) Larutan Regaud, adalah mencampurkan antara Kalium dikromat 3%, dengan formalin
komersial.
13) Larutan Bianco, tersusun atas Asam kromat, Asam asetat glasial, dan Aquades
14) Larutan Gate: Asam kromat, Asam Asetat galsial dan Aquades
15) Larutan Navashin: Asam kromat, Asam asetat glasial, Formalin komersial dan
Aquades
16) Larutan Carnoy: Alkohol absolut, Kloroform, dan Asam asetat glasial
Seperti yang dikemukakan di atas, bahwa penggunaan bahan kimia tersebut
adalah tergantung kebutuhan dan tujuannya. Jadi dalam setiap metode yang berbeda
maka penggunaan bahan juga berbeda.

16

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Laboratorium muikroteknik adalah laboratorium yang berisi peralatan dan bahan
yang mempunyai presisi dan sensitivitas yang tinggi, oleh karena itu orang yang
berkompeten dalam hal penanganan dan perawatan alat dan bahan yang terdapat di
dalamnya adalah orang yang mempunyai keterampilan khusus.
Peralatan yang standar dan minimal harus dipenuhi ada di laboratorium
mikroteknik adalah: mikroskop dengan segala kelengkapannya, mikrotom dan pisau
mikrotom, slide dan kaca penutup slide, serta koplin jar dan bahan pendukung lainnya.
Dimana penanganan dan perwatan untuk masing-masing alat tersebut adalah berbeda satu
sama lain.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah sangat beragam sesuai dengan metode
yang digunakan dalam pembuatan preparat histologis tersebut. Bahan yang digunakan
untuk fiksasi berbeda dengan bahan yang dibutuhkan untuk imbedding, berbeda untuk
pewarnaan dan berbeda juga untuk proses penjernihan sampai penutupan (mounting).
Semakin bagus perawatan suatu alat atau semakin telaten dalam penggunaan bahan maka
keselamatan kerja yang standar akan lebih mudah dicapai dalam bekerja di laboratorium
mikroteknik. Peralatan yang dirawat dengan baik, maka peralatan tersebut akan semakin
tahan lama dan kualitas yang dihasilkan juga akan tetap terjaga.
3.2. SARAN
Dengan informasi yang disampaikan di atas, maka mahasiswa sebagai pemula
dalam melaksanakan kegiatan praktikum di laboratorium mikroteknik dapat memahami
17

bagaimana cara penggunaan alat dan bahan yang benar di laboratorium sekaligus
bagaimana cara perawatannya. Dengan demikian maka keselamatan kerja yang standar di
laboratorium mikroteknik dapat dicapai.

DAFTAR PUSTAKA
Esinger, W. 2000. An Article Motorised Microtomes Liberate Histotechnologists
diakses dari http//www.leica.hbu.de.
Hadim, E.,dkk,. 2003. Kondisi Glikogen dalam Hati Juvenil Ikan Bandeng (Chanos
chanos Forskal) yang Dibantut. Jurnal Sains dan Teknologi Vol 3. No 1: 1-7
http://rotarymicrotomes.com/rotary-microtomes/how-to-use-rotary-microtome/

diakses

tanggal 23 Maret 2009.


http://www.absoluteastronomy.com/topics/microtome diakses pada tanggal 23 Maret
2009.
Natelson, S. 1990. Microtechniques in The Modern Laboratory Clinical Chemistry. Jurnal
penelitian.
Sipahutar, H. 2009. Dasar-dasar Teori MIKROTEKNIK Teknik Pembuatan Sediaan
Histologi. FMIPA Universitas Negeri Medan: Medan.
Suntoro, H. S. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia). Jakarta: Penerbit
Bhratara Karya Aksara.

18

Anda mungkin juga menyukai