Perlakuan PPH Pasal 25 Dan 29
Perlakuan PPH Pasal 25 Dan 29
Menghitung dan mencatat (Perlakuan) PPh Pasal 25 dan 29 kelihatannya sangat sederhana, sepele
dan mudah. Untuk perusahaan bersekala kecil dan menengah (SME = Small & Medium Enterprise)
nilai PPh Pasal 25 yang dibayarkan biasanya relative kecil, mungkin antara Rp 150,000 sampai dengan
Rp 1,500,000. Bisa dibilang tidak significant samasekali. Tetapi ketika anda selesai membayar PPh
Pasal 29 (di bulan Maret) dan selesai menjurnal atas pembayaran tersebut, mungkin anda akan
kaget dan bingung demi mendapatkan neraca anda tidak balance lagi, padahal waktu tutup buku 31
Desember Neraca sudah balance. Setelah pusing tujuh keliling, dicari-cari ternyata biang keroknya
(masalah utamanya) adalah PPh Pasal 25. Bagaimana menjurnal PPh Pasal 25 yang benar?,
Bagaimana menjurnal PPh Badan saat penutupan buku di akhir tahun? Bagaimana menjurnal PPh
Pasal 29 yang dibayarkan bulan Maret agar neraca tetap balance?. Bagaimana alur dan
perlakuannya? Kita akan bahas di artikel ini sebentar lagi. Saya akan sampaikan trick yang saya pakai
pribadi, mungkin bisa anda pakai.
You may wanna say..no more talks, just show me the h*ll! Please :P.
Okay-okay saya ngerti.. kita langsung saja.
PPh Pasal 25 (The Basic)
PPh Pasal 25 adalah UANG MUKA PPh BADAN, yang besarnya dihitung dengan cara membagi
PPh Badan Tahun lalu dengan jumlah bulan tahun takwim (12).
Misal:
PPh Badan Terhutang Tahun 2006 anda adalah Rp 3,000,000, maka PPh Pasal 25 yang harus anda
setorkan setiap bulannya di tahun 2007 adalah:
Rp 3,000,000/12 = Rp 250,000,Bapak-bapak kita di Kantor Pajak termasuk bapak-bapak konsultan pajak dan para pegiat pajak lainnya
menyebut istilah ini dengan LUNSUM (saya cari-cari di wikipedia tidak saya temukan kata lunsum,
lansum, lansam apalagi, entah bagaimana tulisannya yang benar, tapi saya rasa yang benar tulisannya
Lun-Sum mohon dikoreksi jika salah).
PPh Pasal 25 dibayarkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Misal:
PPh Pasal 25 bulan January dibayarkan paling lambat tanggal 10 February.
Jurnal PPh Pasal 25
Ada yang belum tahu bagaimana caranya menjurnal PPh Pasal 25? Well in case kalau ada yang belum
tahu, basically seperti dibawah ini:
[Debit]. Uang Muka PPh = Rp 250,000
[Credit]. Petty Cash = Rp 250,000
Mudah bukan?.
Kapan PPh Pasal 25 di jurnal? Tentunya saat dibayarkan. Misal: PPh Pasal 25 bulan January dibayar
tanggal 09 February (kebiasaan orang accounting menagih hak/piutang secepat2nya, tetapi
Sehingga di akhir tahun, BUKU BESAR: Uang Muka PPh akan seperti dibawah ini:
Nantinya, pada penutupan buku 31 Desember 2007, Uang Muka (PPh Pasal 25) akan masuk ke Neraca
di sisi Aktiva pada kelompok Aktiva Lancar yang akan menjadi penyeimbang Petty Cash yang
berkurang sejumlah yang sama yaitu Rp 3,500,000.
Catatan: (Penting!)
Jika anda perhatikan kedua buku besar diatas, pencatatan dimulai dari tanggal 09 February 2007. dan di
bulan Desember 2007 ada pembayaran PPh Pasal 25 sebanyak 2 (dua) kali, yaitu pada tanggal 09
Desember dan 30 Desember 2007.
Mengapa?
Di sini lah kuncinya! Tetapi pertanyaan mengapanya akan saya jawab nanti secara khusus ;-)
Pada tanggal 31 December 2007, Laporan Laba/Rugi PT. Royal Bali cemerlang untuk periode 01 Januari
s/d. 31 December 2007, membukukan keuntungan Fiskal sebesar Rp 45,000,000 sehingga PPh
Badannya menjadi: 10% x Rp 45,000,000 = Rp 4,500,000.
Jurnalnya:
[Debit]. PPh Badan = Rp 4,500,000
[Credit]. Utang PPh Badan = Rp 4,500,000
Catatan: PPh Badan (yang disisi debit) akan masuk ke Laporan Laba/Rugi dan akan menjadi faktor
pengurang Laba, dan Utang PPh Badan yang di sisi credit akan masuk ke neraca di sisi Pasiva pada
kelompok Liabilities (Kewajiban).
Pada tanggal 19 Maret 2008, PT. Royal Bali Cemerlang menyetorkan PPh Pasal 29 ke kas negara
melalui bank persepsi sebesar Rp 1,000,000 saja yang dihitung dengan cara:
PPh Pasal 29 = PPh Badan Uang Muka PPh (pasal 25)
PPh Pasal 29 = Rp 4,500,000 Rp 3,500,000 = Rp 1,000,000
Dan atas pembayaran tersebut dicatat:
[Debit]. Utang PPh Badan = Rp 4,500,000
[Credit]. Uang Muka PPh (Pasal 25) = Rp 3,500,000,[Credit]. Cash = Rp 1,000,000
Jurnal di atas akan:
(-). Menghapus Utang PPh Badan (yang kelihatan pada Neraca 31 Desember 2007).
(-). Menghapus Uang Muka PPh Badan (Pasal 25)
(-). Mengurangi Kas perusahaan pada bulan Maret 2008 sebesar Rp 1,000,000
Selanjutnya, Lun-sum (PPh Pasal 25) PT. Royal Bali Cemerlang untuk tahun 2008 adalah sebesar: Rp
4,500,000/12 = Rp 375,000,- berlaku mulai masa bulan Maret yang akan dibayarkan bulan April 2008.
Menjawab pertanyaan mengapa pencatatan Uang Muka (PPh Pasal 25) dimulai pada tanggal 09
february 2007, dan Pada Bulan Desember dilakukan pembayaran uang muka (PPh Pasal 25) dilakukan
duakali?
Kebanyakan dari kita (termasuk saya dahulu di awal-awal kerja saya) selalu mengikuti arus, yaitu
membayarkan pajak menjelang akhir batas waktu (tanggal 09 bulan berikutnya). Misalnya: untuk Uang
Muka Pasal 25 (Lun-Sum) bulan January dibayarkan tanggal 09 February dan seterusnya.
Sebenarnya itu tidak masalah, hanya saja menjadi masalah ketika itu dilakukan di bulan
Desember.Mengapa?
Karena 31 Desember adalah penutupan buku, jika PPh Pasal 25 untuk bulan December 2007 baru kita
bayarkan tanggal 09 January 2008, maka Total Uang Muka PPh Pasal 25 yang kita bayarkan untuk
tahun 2007 hanya sebanyak 11 (sebelas) kali, sehingga kas yang keluar hanya sebanyak Rp
3,200,000 dengan rincian:
09 February + 09 March 2007 = Rp 250,000 x 2 = Rp 500,000
09 April ~ 09 Desember 2007 = Rp 300,000 x 9 = Rp 2,700,000
-----------------------------------------------------------------Total = Rp 3,200,000
==============================================
Sehingga di penutupan buku di neraca akan muncul:
Uang Muka PPh (Pasal 25) = Rp 3,200,000,- dan di rekening kas akan berkurang sebesar Rp 3,200,000
juga. Okay, Neraca Komersial sudah dalam kondisi balance, sampai...................
Pada tanggal 19 March 2008 (sesuai dengan contoh kasus) pada saat membayarkan PPh Badan
sebesar Rp 1,000,000 dijurnal:
[Debit]. PPh Badan Terhutang = Rp 4,500,000
[Credit]. Uang Muka PPh (Pasal 25) = Rp 3,500,000
[Credit]. Cash = Rp 1,000,000,Dengan jurnal di atas, jelas neraca tidak akan balance, Uang Muka PPh di neraca 31 Desember 2007
yang hanya Rp 3,200,000 anda hapuskan dengan jurnal sebesar Rp 3,500,000. jelas akan
menyisakan saldo minus sebesar Rp 300,000,Bagaimana jika pada saat pembayaran PPh Pasal 29, Uang Muka PPh (Pasal 25) dicatat di sisi credit
sebesar Rp 3,200,000 saja?
Boleh saja, tetapi resiko-nya anda harus membayar (mengeluarkan cash) sebesar Rp 1,300,000,- karena
Utang PPh Badannya Rp 4,500,000. Apakah anda mau membayar lebih sementara bukti SSP anda
menunjukkan bahwa anda telah membayar PPh Pasal 25 secara penuh dari January s/d. December?.
Jikapun anda (perusahaan) rela membayar lebih, saya sarankan: jangan lakukan itu, karena jika anda
lakukan itu, pada catatan di kantor pajak nantinya anda akan kelihatan lebih bayar (anda tahu resikonya
lebih bayar bukan?), Lunsump Desember akan tetap menjadi pengurang PPh Pasal 29 meskipun anda
baru bayarkan di bulan January, (anda tahu resikonya lebih bayar bukan?) category periksa!.