Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang
ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista, pada daerah-daerah
predileksi seperti muka, bahu bagian atas dari ekstremitas superior, dada, dan
punggung.
b. Etiologi dan Patogenesis
Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada
berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit.
1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel
yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga
sukar lepas dari saluranfolikel tersebut.
2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan unsur
komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne.
3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses
inflamasi folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada
patogenesis penyakit.
4. Peningkatan jumlah flora folikel yang berperan pada proses kemotaktik
inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid
sebum.
5. Terjadinya respons hospes berupa pembentukan circulating antibodies
yang memperberat akne.
6. Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid,
gonadotropin serta ACTH yang mungkin menjadi faktor penting pada
kegiatan kelenjar sebasea.
7. Terjadinya stres psikis yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea,
baik secara langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar
hipofisis.
8. Faktor lain : Usia, ras, makanan, cuaca/musim yang secara tidak
langsung dapat memacu peningkatan proses patogenesis tersebut.

c. Gambaran Klinis
Akne vulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi : komedo terbuka
dan tertutup, papula, pustula dan lesi nodulokistik. Satu atau lebih tipe lesi
dapat mendominasi; bentuk yang paling ringan yang paling sering terlihat pada
awal usia remaja, lesi terbatas pada komedo pada bagian tengah wajah. Lesi
dapat mengenai dada, pungguang atas dan daerah deltoid. Lesi yang
mendominasi pada kening, terutama komedo tertutup sering disebabkan oleh
penggunaan sediaan minyak rambut (akne pomade). Mengenai tubuh paling
sering pada laki-laki. Lesi sering menyembuh dengan eritema dan
hiperpigmentasi pasca radang sementara; sikatrik berlubang, atrofi atau
hipertrofi dapat ditemukan di sela-sela, tergantung keparahan, kedalaman dan
kronisitas proses (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 1999).
Akne dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita
adalah keluhan estetika. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa
papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berawarna
hitam mengandung unsure melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka
(black comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya
lebih dalam sehingga tidak mengandung unsure melanin disebut komedo putih
atau komedo tertutup (white comedo, close comedo) (wasitaatmadja, 2007)
Gradasi yang menunjukkan berat ringannya akne diperlukan untuk pengobatan.
Ada berbagai pola pembagian gradasi akne yang dikemukakan.
Menurut wasitaatmadja (1982) dalam Djuanda (2003) di Bagian Imu
Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangun Kusumo
membuat gradasi sebagai berikut:
1. Ringan, bila beberapa lesi tak beradang pada satu predileksi, sedikit lesi
tak beradang pada beberapa tempat predileksi, sedikit lesi beradang
pada satu predileksi.
2. Sedang, bila banyak lesi tak beradang pada satu predileksi, beberapa
lesi tak beradang lebih dari satu predileksi, beberapa lesi beradang pada
satu predileksi, sedikit lesi beradang pada lebih dari satu predileksi.

3. Berat, bila banyak lesi tak beradang pada lebih dari satu predileksi,
banyak lebih beradang pada satu atau lebih predileksi.
d. Diagnosis
Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat
ditemukan keluhan yang bersifat subjektif, biasanya pasien mengeluh timbil
bintil-bintil merah, rasa gatal dan pedih. Lesi-lesi jerawat yang disertai
peradangan mungkin terasa gatal waktu baru mulai dan terasa sakit bila
ditekan. Hal ini sangat mengganggu dalam hal psikologis karena berkaitan
dengan estetika. Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan lesi yang khas
berupa komedo dan bila terjadi peradangan akan terbentuk ruam berupa papul,
pustul, nodul, dan kista di tempat predileksinya. (1,7)
Pada pemeriksaan penunjang bisa dilakukan pemeriksaan histopatologi,
pemeriksaan mikrobiologi untuk pemeriksaan terhadap mikroorganisme
misalnya Propionibacterium acne dan juga dilakukan analisis komposisi asam
lemak di kulit. (1,7)
e. Diagnosa Banding
1. Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh obat misalnya kortikosteroid,
INH, barbiturat, yodida, bromida, difenilhidantoin, trimetadion, ACTH, dan
lain-lainya. Klinis berupa erupsi papul-papul yang timbul diberbagai
tempat pada kulit tanpa adanya komedo, timbul mendadak, dan kadangkadang disertai demam. Dapat terjadi pada segala usia.
2. True Akne lain, misalnya akne venenata dan akne komedonal oleh
rangsangan fisis. Umumnya lesi monomorfi, tidak gatal, bisa berupa
komedo atau papul, dengan tempat predileksi di tempat kontak zat kimia
atau rangsangan fisisnya.
3. Rosasea (dulu:akne rosasea). Merupakan penyakit peradangan kronik di
aerah muka dengan gejala eritem, pustul, teleangiektasis dan kadangkadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea di hidung, pipi, dagu, dan dahi.

Dapat disertai papul, pustul, dan nodulus, atau kista. Komedo tidak
terdapat, faktor penyebab adalah makanan atau minuman panas.
4. Dermatitis Perioral yang terjadi terutama pada wanita. Klinis berupa
polimorfi eritema, papul, dan pustul disekitar mulut yang terasa gatal.
f. Penatalaksanaan

g. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat
adalah sebagai
berikut:
a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum
dengan cara diet
rendah lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit
untuk
membersihkan permukaan kulit dari kotoran.
b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur
dan sehat,
cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres;
penggunaan kosmetika
secukupnya; menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya
minuman keras,
pedas, rokok, dan sebagainya.
c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai
penyebab
penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya
serta
prognosisnya. Hal ini penting terhadap usaha penatalaksanaan
yang
dilakukan yang membuatnya putus asa atau kecewa
(Wasitaatmadja, 2007).
h. Prognosis
Umumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umumnya
sembuh
sebelum mencapai usia 30-40an. Jarang terjadi akne vulgaris
yang menetap
sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat hingga perlu di
rawat inap di
rumah sakit (Wasitaatmadja, 2007).

Anda mungkin juga menyukai