Incoterms menjelaskan hak dan kewajiban pembeli dan penjual yang berhubungan
dengan pengiriman barang: pengiriman barang, penanggung jawab proses eksporimpor, penanggung biaya yang timbul dan penanggung resiko bila terjadi
perubahan kondisi barang yang terjadi akibat proses pengiriman.
Tujuan
Tujuan dari Satuan Belajar ini adalah untuk memahami: Tanggung jawab
dari Eksportir dan Importir di bawah Incoterms 2000. Bagaimana Incoterms
digunakan dalam transaksi Perdagangan Internasional.
Incoterms 2010. Jumlah aturan Incoterms telah dikurangi 13-11. Baru Incoterms:
DAT dan DAP. Diganti Incoterms: DAF, DES, DEQ dan DDU:
A) Incoterms untuk Transportasi laut dan perairan:
FAS - FOB - CFR - CIF
B) Incoterms untuk setiap cara Transportasi (Multimoda / unimodal)
EXW - FCA - CPT - CIP - DAT - DAP - DDP
Incoterms Disampaikan pada Asal: EXW, FCA, FAS, FOB, CPT, CFR, CIP, CIF
Incoterms Disampaikan pada Tujuan: HST, DAP, DDP
DAP (DISEDIAKAN DI TEMPAT)
Dapat digunakan untuk semua moda angkutan. Penjual memberikan pada saat
barang, setelah dibongkar dari sarana Transportasi tiba, ditempatkan di
pembuangan pembeli di terminal bernama di pelabuhan bernama atau tempat
tujuan.
"Terminal" meliputi dermaga, gudang, lapangan penumpukan atau jalan, kereta api
atau terminal udara. Kedua belah pihak harus menyetujui terminal dan jika mungkin
titik di dalam terminal di mana titik risiko yang akan mentransfer dari penjual
kepada pembeli barang. Jika dimaksudkan bahwa penjual menanggung semua
biaya dan tanggung jawab dari terminal ke jalur DAP atau DDP mungkin berlaku.
DAT (DISEDIAKAN PADA TERMINAL)
dapat digunakan untuk semua moda angkutan. Penjual memberikan barang ketika
mereka ditempatkan di pembuangan pembeli pada sarana Transportasi tiba siap
untuk bongkar di tempat yang bernama tujuan.
Pihak disarankan untuk menentukan sejelas mungkin titik di tempat tujuan yang
disepakati, karena risiko pemindahan pada titik ini dari penjual kepada pembeli. Jika
penjual bertanggung jawab untuk membersihkan barang, membayar bea dll
pertimbangan harus diberikan untuk menggunakan istilah DDP.
Incoterms dikeluarkan oleh Kamar Dagang Internasional (ICC), versi terakhir yang
dikeluarkan pada tanggal 2000
maka dalam hal ini penyerahan terjadi di Singapura yaitu di luar daerah pabean Indonesia sehingga tidak
memenuhi syarat untuk dikenakan PPN. Pada saat PT. A memasukkan barang tersebut ke wilayah
pabean Indonesia baru kemudian dikenakan PPN impor. Begitu juga misalnya apabila PT.X yang
berkedudukan di Jakarta melakukan penjualan ke PT.Y yang bekedudukan di Surabayaterms CIF
Tanjung Perak. Barang berasal dari sebuah perusahaan pabrik di Singapura di mana PT. X merupakan
agen tunggalnya di Indonesia.. PT.X akan membeli barang dari vendornya di Singapore misalnya
dengan terms Ex Work Warehouse Singapore. Selanjutnya PT.X menjual barang ke PT.Y
dengan terms CIF Tanjung Perak. Mengacu pada Incoterms 2000, penyerahan dari PT.X ke PT. Y
merupakan penyerahan di luar daerah pabean yaitu di Singapore (bukan di Tanjung Perak Surabaya),
sehingga PT. X tidak wajib mengenakan PPN ke PT.Y. Selanjutnya PT.Y akan mengurus dokumen impor
atas nama perusahaannya sendiri. Kontrak penjualan seperti ini bisa terjadi antara lain dalam hal PT.Y
memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk (master list) atau dalam hal adanya pembatasan atau
ketentuan pemerintah yang tidak membolehkan PT.X (misalnya perusahaan yang bergerak di bidang
migas) melakukan impor langsung dari luar negeri melainkan harus melakukan pembelian dari
perusahaan lokal.
Pertanyaan mungkin timbul dalam hal penggunaan trade terms DES atau DEQ - Duty Unpaid dalam
transaksi perdagangan internasional, apakah penyerahan dianggap terjadi di luar daerah pabean atau di
dalam daerah pabean? Dalam kedua terms tersebut risiko atas barang (kehilangan atau kerusakan) baru
berpindah kepada pembeli setelah barang tiba di daerah pabean Indonesia. Pada DES penyerahan
terjadi di atas kapal sedangkan pada DEQ - Duty Unpaid di sisi dermaga setelah barang dibongkar dari
kapal. Sedikit benang merah mungkin dapat ditarik adalah bahwa dalam kedua terms tersebut dokumen
impor wajib diurus sendiri oleh pembeli (importir) atas namanya sehingga Bea Masuk, PPh pasal 22 dan
PPN dibayar oleh pembeli tersebut. Dengan demikian transaksi tersebut dapat dianggap seperti kegiatan
impor biasa. Hal ini .berbeda dengan terms DEQ - Duty Paid, di mana pihak penjual yang mengurus dan
membayar sendiri bea masuk dan pajak-pajak terkait atas namanya sehingga seolah-olah pihak penjual
bertindak juga sebagai importir yang kemudian menjualnya kepada pembeli di daerah pabean.
Perpindahan risiko atas barang ke pihak pembeli terjadi setelah pihak penjual menyelesaikan pengurusan
dokumen impor. Meskipun terms tersebut jarang dipakai dalam sales contract ekspor-impor, hal ini dapat
dikategorikan sebagai penyerahan dalam daerah pabean yang merupakan salah satu syarat
dikenakannya PPN.
Batam) :
Limbah dan skrap dari timah, / baja paduan lainnya
Limbah dan skrap baja lainnya berbentuk gram, serutan dan lain-lainnya
Binatang liar dan tumbuhan alam yang dilindungi dan atau yang termasuk dalam Appendix I dan III
CITES, dalam keadaan hidup, mati, bagian-bagian daripadanya, hasil-hasil daripadanya ataupun
dalam bentuk barang yang dibuat daripadanya.
Barang kuno yang bernilai kebudayaan.