PERUMAHAN
DI KABUPATEN/KOTA TERTENTU DI WILAYAH TIMUR
BAB A
PENDAHULUAN
A.1
LATAR BELAKANG
tempat tinggal sendiri, 3,4 juta unit rumah yang tidak layak huni dan
Masih terdapat 38 ribu hektar daerah kumuh. Dan dalam kurun lima tahun
pemerintah akan membangun 900.000 unit rumah umum tapak dan
susun, untuk KPR swadaya 450.000 unit, rusunawa 550.000 unit, rumah
khusus 50.000 unit, bantuan sejumlah pemangunan baru 250.000 unit,
serta untuk peningkatan rumah tidak layak huni 1,5 juta unit.
Penyelenggara Bantuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)
dalam mendukung Program Sejuta Rumah yang berfokus dalam
pembiayaan/Kredit pemilikan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) adalah Direktorat Jendral Pembiayaan Perumahan dan
Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Bantuan Pembiayaan
Perumahan (BLU-P2DBPP), Bank Pelaksana, Pengembang Perumahan dan
MBR Kelompok Sasaran. Direktorat Jendral Pembiayaan Perumahan
KemenPUPERA menyiapkan dan menyusun Peraturan Menteri PUPR
sebagai landasan operasional penyaluran FLPP.
Status pencapaian Program Pembangunan Sejuta Rumah 2015 untuk
pembangunan rumah MBR yang telah mendapatkan fasilitasi bantuan
pembiayaan telah terbangun 123.511 unit, dan dalam proses
pembangunan hanya tercatat sebanyak 205.182 unit.
Kendala yang selama ini dihadapi dalam pendataan potensi pembangunan
rumah untuk MBR tersebut diantaranya adalah belum tersedianya data
yang komprehensif dan lengkap terkait pembangunan perumahan di
Indonesia secara nasional serta belum seluruh Pemda memonitoring
secara khusus pembangunan perumahan khususnya perumahan untuk
MBR di Kota/Kabupatennya masing-masing.
Berdasarkan hal tersebut diatas perlu adanya pendataan lebih lanjut
terkait dengan dengan realisasi pembangunan rumah khusus untuk MBR.
Untuk itu dibutuhkan beberapa data, yang salah satunya adalah Data
Penerbitan Perijinan Perumahan dari tahun 2010 s/d tahun 2015 pada
Kab/Kota di Wilayah Timur Indonesia guna melihat tren pembangunan
perumahan khususnya perumahan bagi MBR, sehingga dapat
menggambarkan potensi pembangunan perumahan di Kota/Kabupaten
tersebut pada tahun selanjutnya.
A.2
A.3
A.4
A.5
1. Metode Pelaksanaan
Pekerjaan ini akan dilaksanakan secara kontraktual yang dilaksanakan
oleh perusahaan konsultansi dengan melibatkan tenaga-tenaga ahli
bidang Statistik (Team Leader), Ahli Manajemen Data/Informasi, dan
Ahli Analisa/Pengolah Data.
2. Tahapan Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan. Dalam rentang
waktu 7 (tujuh) bulan tersebut terdapat 4 (empat) tahapan kegiatan
yang akan dilaksanakan, yaitu:
a. Tahap Konsolidasi dan Persiapan
Tahap persiapan mempunyai fokus utama melakukan mobilisasi
tenaga ahli, penajaman metode pelaksanaan pekerjaan termasuk
tahapan pelaksanaan pekerjaan, identifikasi dan kajian terhadap
peraturan perundang-undangan dan sumber-sumber literatur, serta
persiapan survei yang terdiri dari penyiapan perangkat dan
penyusunan format data.
b. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi
Tahapan ini dilakukan pada tingkat pemerintah provinsi, dan
dilaksanakan di daerah dalam rangka melakukan pendalaman
terhadap data Penyelenggara Bantuan Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan (FLPP) dalam mendukung Program Sejuta
Rumah yang berfokus dalam pembiayaan/Kredit pemilikan rumah
bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Pengumpulan data
dan informasi di daerah dapat berupa FGD dan Workshop dan/atau
pelaksanaan survey lapangan di lokasi pekerjaan.
c. Tahap Analisis
5
Data yang telah dikompilasi dan diolah dari ke-12 provinsi tersebut
terkait pencapaian Program Pembangunan Sejuta Rumah periode
2010 hingga 2015, dilakukan di Jakarta. Tahap Analisis ini dapat
berupa FGD dan Workshop dengan para pemangku kepentingan
terkait.
d. Tahap Pelaporan Akhir Pelaksanaan Pekerjaan
Data yang telah dikompilasi dan diolah dari ke-12 provinsi tersebut
terkait pencapaian Program Pembangunan Sejuta Rumah periode
2010 hingga 2015, dilakukan di Jakarta. Tahap Analisis ini dapat
berupa FGD dan Workshop dengan para pemangku kepentingan
terkait. Pelaporan akhir ini disusun dalam buku Pendataaan
Penerbitan Perijinan Pembangunan Perumahan di Kabupaten/Kota
Tertentu di Wilayah Timur.
3. Tempat Pelaksanaan
a. Persiapan survei dan analisis dilakukan di Jakarta, untuk merancang
detail pelaksanaan survei dan pendataan, terkait pencapaian
Program Pembangunan Sejuta Rumah periode 2010 hingga 2015,
terutama untuk melihat tren Penerbitan Perijinan Pembangunan
Perumahan di Kabupaten/Kota Tertentu di Wilayah Timur.
b. Survei dan verifikasi data dilakukan di 12 (dua belas) provinsi
sebagai berikut: Nusa Tenggara Barat, Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua,
dan Papua Barat.
A.6
REFERENSI HUKUM
Nomor
Tahun
2015
tentang
Organisasi
BAB E
TANGGAPAN TERHADAP KAK
E.1LATAR BELAKANG
Dalam KAK yang telah diberikan, jelas disampaikan bahwa pekerjaan
Pendataan Penerbitan Perijinan Pembangunan Perumahan Di
Kabupaten/Kota Tertentu Di Wilayah Timur dilatarbelakangi oleh
beberapa hal berikut:
1. Penyatuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada
era kepemerintahan Presiden Joko Widodo yang dikukuhkan melalui
Peraturan Presiden No.15 tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, berisikan mengenai pembentukan
struktur organisasi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat,
2. Telah terbitnya Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat tahun 2015-2019 yang dituangkan di dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia nomor 13.1/PRT/M/2015,
3. Realisasi kegiatan menurut Rencana Kerja Kementerian PUPR Tahun
Anggaran 2015 (RENJA TA 2015), Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian PUPR Tahun Anggaran 2015 (RKA-KL TA 2015), dan Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran Kementerian PUPR Tahun Anggaran 2015.
4. Pencanangan Progam Sejuta Rumah untuk Masyarakat Berpenghasilan
Rendah di seluruh Indonesia. Dengan fakta terkait bahwa dari data
backlog kepemilikan rumah sesuai dengan RPJMN tahun 2015 2019
bahwa:
a. sebanyak 7,6 juta warga Indonesia masih belum memiliki tempat
tinggal sendiri, 3,4 juta unit rumah yang tidak layak huni; serta
b. masih terdapat 38 ribu hektar daerah kumuh.
c. Sementara itu, dalam kurun lima tahun ke depan (2015-2019)
Pemerintah akan melaksanakan:
1) Pembangunan unit rumah umum tapak dan susun 900.000,
2) Penyiapan KPR swadaya 450.000 unit,
3) Pembangunan rusunawa 550.000 unit,
4) Pembangunan rumah khusus 50.000 unit,
5) Penyiapan bantuan sejumlah pemangunan baru 250.000 unit,
serta
6) Peningkatan rumah tidak layak huni 1,5 juta unit.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan analisis untuk
mengukur kesesuaian hasil data di lapangan selama periode 2010-2015
yang telah terpublikasi, dengan keluaran (output) yang telah dihasilkan,
terkait Penyelenggara Bantuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
7
E.5
12
Adapun rincian bentuk laporan yang harus dihasilkan dalam pekerjaan ini
dan ketentuan teknisnya sebagaimana yang terincikan di dalam KAK
meliputi:
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan adalah laporan yang menjelaskan tentang
pendekatan dan metode kerja konsultan, rincian kegiatan dan jadual
pelaksanaannya (program kerja), dan rincian penugasan masingmasing tenaga ahli yang disertai dengan uraian tugas dan tanggung
jawabnya (matriks) serta rencana konsep outline laporan akhir.
Laporan ini dicetak dalam 15 eksemplar dan diserahkan paling
lambat 1 (satu) bulan setelah dikeluarkannya SPMK. Laporan
dinyatakan final setelah dibahas dan disetujui Tim Teknis.
2. Laporan Antara (Interim)
Laporan Antara adalah laporan yang memuat seluruh kegiatan yang
telah dilaksanakan sampai dengan terumuskannya laporan antara
tersebut. Laporan ini dicetak dalam 15 eksemplar dan diserahkan
paling lambat 2 (dua) bulan setelah dikeluarkannya SPMK. Laporan
dinyatakan final setelah dibahas dan disetujui Tim Teknis.
3. Laporan Akhir Sementara
Laporan Akhir Sementara, yaitu laporan yang memuat seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan sampai dengan telah adanya
gambaran mengenai keluaran yang diharapkan dari adanya kegiatan
ini. Laporan ini dicetak dalam 15 eksemplar dan diserahkan paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah dikeluarkannya SPMK. Laporan
dinyatakan final setelah dibahas dan disetujui Tim Teknis.
4. Laporan Akhir
Laporan Akhir, yaitu laporan yang merupakan penyempurnaan dari
laporan akhir sementara yang telah disusun sebelumnya. Laporan ini
dicetak dalam 15 eksemplar. Laporan diserahkan pada akhir masa
kontrak. Laporan dinyatakan final setelah dibahas dan disetujui Tim
Teknis.
5. Ringkasan (executive summary)
Executive Summary berisi ringkasan laporan akhir yang dibuat dalam
format buku sebanyak 15 (lima belas) eksemplar.
6. Compact Disk (CD)
Dan disertai laporan dalam bentuk CD sebanyak 15 keping yang
berisikan keseluruhan copy file Laporan Pendahuluan, Laporan
Antara, Laporan Akhir Sementara, Laporan Akhir, Executive
Summary, dan bahan presentasi.
13
BAB F
APRESIASI DAN INOVASI
F.1
APRESIASI
TERHADAP
MASYARAKAT ATAS PAPAN
PEMENUHAN
KEBUTUHAN
Sebagai bagian dari bangsa beradab dan negara anggota PBB, Indonesia
mempunyai tanggung jawab moral untuk menjamin hak akan rumah bagi
warga negaranya, hal ini juga untuk memberi daya afirmatif yang lebih
kuat. Negara telah mengundangkan UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, yang dalam konsiderannya menyebut bahwa bangsa
Indonesia sebagai anggota PBB, mengemban tanggung jawab moral dan
hukum, untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan DUHAM, serta
berbagai instrumen internasional lainnya mengenai HAM yang telah
diterima oleh Republik Indonesia. Dalam kaitannya dengan perumahan,
Pasal 40 dari UU tersebut bahkan jelas mengatakan: Setiap orang berhak
untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.
Pada dasarnya, seruan untuk memberikan hak akan perumahan bagi
seluruh rakyat tidak hanya diderivasikan dari konsensus universal akan
HAM, yang kemudian secara unilateral dituntutkan kepada seluruh negara
di dunia. Para pendiri negara pun sesungguhnya telah memiliki visi
serupa, dirumuskan secara mandiri dan berkesadaran, bahkan sebelum
dideklarasikannya DUHAM. Terbukti jika menengok pada konstitusi negara,
yaitu UUD 1945, dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4, disebutkan
bahwa, Pemerintah Negara Indonesia dibentuk untuk memajukan
kesejahteraan umum...
Meski tidak dinyatakan secara eksplisit, namun jelas bahwa yang disebut
sebagai kesejahteraan umum salah satu elemennya adalah rumah.
Sementara dalam Batang Tubuh, tepatnya Pasal 28 H amandemen ke-4
UUD 1945, dinyatakan bahwa, Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Sayangnya, pelaksanaan di lapangan selama ini acap kali berbeda dengan
tuntutan dan kewajiban yang telah tertuang secara normatif dan legal.
Sebagai norma fundamental (grundsnorm), dokumen-dokumen induk
semacam itu wajar untuk dikutip dan dirujuk sebagai legitimasi dan
justifikasi, sebagai penyokong hampir semua isu. Akibatnya, karena
rumusan normatif yang termuat dalam dokumen-dokumen tersebut terlalu
sering diwacanakan tanpa adanya tindak lanjut, maka tidak mampu
14
Dengan melihat data dan fakta yang terjadi pada bidang perumahan
tersebut, dapat dikatakan bahwa perumahan adalah sektor pembangunan
yang tingkat kekritisannya sudah masuk level sangat kritis. Untuk itu,
tidak ada cara lain selain pemerintah harus melakukan langkah-langkah
inovatif secara cepat namun tetap terencana. Apabila pendekatan dan
sikap dalam menyikapi perumahan yang ada selama ini tidak diubah
maka keadaan akan bertambah parah, pada titik yang paling ekstrem
akan menimbulkan keresahan sosial dalam skala masif, yang mampu
menciptakan ketidakstabilan nasional.
Sebagai langkah awal untuk meretas pendekatan baru dalam menangani
masalah perumahan, perlu dilakukan pemahaman persepsi dan kesadaran
bersama bahwa isu perumahan sejatinya merupakan isu besar yang
kompleks. Terdapat keterkaitan antarsektor yang seringkali memberikan
pengaruh secara tak terduga pada sektor perumahan. Dengan
pemahaman ini di tangan, maka sudah seharusnya apabila pemerintah
mendekati problem perumahan dalam cara pandang yang holistik dan
komprehensif. Artinya, kebijakan perumahan hendaknya tidak didekati
secara parsial dan isolatif, melainkan perlu memperhatikan kondisi
kompleks yang berada di luar sistem perumahan. Untuk itu, dibutuhkan
koordinasi lintas kementerian dan kerja sama lintas aktor yang dilakukan
secara terpadu.
Untuk melakukan hal tersebut, dibutuhkan peningkatan dalam hal
koordinasi, sinkronisasi, pengendalian, pengawasan, pemantauan, dan
evaluasi. Dalam sektor perumahan, persis hal-hal itulah yang paling
dibutuhkan saat ini. Hal ini mengingat bahwa pembangunan perumahan
selama ini tidak dilakukan secara sistemik, terencana, terkoordinir, dan
terkontrol. Penyebab utama dari hal tersebut adalah cara pandang yang
kurang komprehensif atas perumahan, di mana perumahan dipandang
sebagai subsektor pembangunan yang dapat ditangani secara parsial. Hal
ini perlu diubah karena pandangan demikian menimbulkan berbagai ekses
dalam pembangunan perumahan, seperti terjadinya tumpang tindih dan
kurang fokusnya masing-masing pihak yang mengurusi perumahan.
Konsekuensi lebih lanjutnya, masalah-masalah yang lebih urgen pada
sektor perumahan menjadi kurang cepat tertangani.
Untuk mewujudkan pembangunan sistem perumahan yang terintegrasi
dan berjangka panjang, langkah pertama yang harus diambil adalah
menentukan paradigma yang tepat. Ini karena penciptaan sistem
kebijakan yang komprehensif dalam bidang apapun harus dipandu oleh
suatu paradigma tertentu. Paradigma akan memberikan suatu sistem
kebijakan pendasaran filosofis dan konseptual yang jelas. Dengan
mengadaptasi pengertian paradigma Thomas Kuhn (1962), paradigm
dapat dipahami sebagai kerangka dari konsep-konsep dan prosedur16
17
20
BAB G
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Bagian ini akan menjelaskan mengenai pemahaman kegiatan melalui
pendekatan dan metoda yang akan digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan juga pelaporan dan organisasi pelaksanaan pekerjaan Jasa
Konsultansi Pendataan Penerbitan Perijinan Pembangunan Perumahan Di
Kabupaten/Kota Tertentu Di Wilayah Timur.
G.1. Metodologi
Penjelasan mengenai metoda dan teknik yang digunakan terdiri dari
metoda pengumpulan data, metoda analisis, dan teknik analisis.
1
A. Survei primer
Survei primer mencakup pengamatan langsung terhadap kondisi fisik di
wilayah kajian. Survei primer dilakukan dengan pengamatan langsung
terhadap kualitas lingkungan, kondisi prasarana dan transportasi,
wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat yang menjadi sampel
responden, serta wawancara dengan pengelola atau instansi yang terkait
dengan pengelolaan dan pengembangan wilayah rawan bencana
tersebut.
B. Survei Sekunder
Survei sekunder dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yaitu data
yang telah dikumpulkan oleh pihak lain atau dari hasil studi yang telah
dilakukan pihak lain. Tahap awal pelaksanaan survei sekunder adalah
dengan membuat daftar data dan informasi yang dibutuhkan dalam studi
dan melakukan checklist terhadap data dan informasi yang sudah dimiliki
dan yang masih harus didapatkan. Setelah data dan informasi yang harus
dicari teridentifikasi, dilakukan pengambilan data sekunder pada instansi
sumber data.
2
Metoda Analisis
Analisis dalam studi ini dilakukan dengan dua metoda, yaitu analisis
kualitatif untuk memperlakukan data kualitatif, dan analisis kuantitatif
untuk memperlakukan data kuantitatif yang kedua-duanya diperoleh baik
dari survei primer maupun sekunder.
Metoda yang digunakan dalam menganalisis data kualitatif adalah analisis
deskriptif kualitatif untuk menggambarkan kondisi perwilayahan dan
peraturan perundangan berdasarkan hasil survei primer maupun data
sekunder yang didapat. Seperti juga metoda analisis kualitatif, metoda
21
Teknis Analisis
Strategi ini yang termurah karena dengan modal sedikit dapat mendorong
kekuatan yang ada.
2
Strategi ini agak mahal karena dengan modal yang paling sedikit, dapat
diatasi ancaman yang sudah ada, pertimbangan yang dipakai adalah
memaksimalkan utility institusi tetapi juga barhati-hati.
3
Strategi ini yang paling sulit karena orientasinya memihak pada yang
paling lemah atau paling terancam dengan meminimalkan kerugian.
G.2. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
1
Secara garis besar tahap persiapan dan mobilisasi mencakup hal sebagai
berikut:
A
Persiapan studi
a. Kajian pustaka tentang kondisi daerah kajian, rencana, dan kebijakan
yang terkait dengan daerah kajian.
b. Mobilisasi personil yang akan dilibatkan dalam studi ini, termasuk
tenaga ahli, asisten, tenaga admistrasi, dan surveyor.
Survei Primer
Survei Sekunder
Kompilasi Data
Tahap Analisis
potensi
dan
(1)
Analisis Kebijakan
Dilakukan untuk menemukenali tujuan/sasaran pembangunan
berupa target pembangunan antara lain pertumbuhan ekonomi,
struktur ekonomi, perkembangan sektor serta pengembangan tata
ruang wilayah.
(2)
Analisis Kewilayahan
Termasuk di antaranya kependudukan, daya dukung lingkungan,
maupun ekonomi wilayah. Analisis ini diperlukan untuk mengetahui
potensi wilayah dalam mendukung pengembangan perumahan,
seperti daya dukung alam, potensi sumber daya manusia, adat
istiadat, serta sektor lainnya.
Tahap Pelaporan
25
26
BAB H
JADWAL PELAKSANAAN
PEKERJAAN
H.1
Jadwal
Pelaksanaan
Pekerjaan
Pendataan
Penerbitan
Perijinan
Pembangunan Perumahan Di Kabupaten/Kota Tertentu Di Wilayah Timur
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel H.1
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Pendataan Penerbitan Perijinan Pembangunan Perumahan Di
Kabupaten/Kota Tertentu Di Wilayah Timur
NO
.
1.
2.
3.
KEGIATAN
Tahapan Konsolidasi dan Persiapan:
Inventarisasi kebutuhan data, kegiatan ini berupa desk study
untuk menidentifikasi data apa saja yang harus didapatkan
pada saat survei.
Menyusun metodologi pelaksanaan survey, dari kompilasi
kebutuhan data tersebut disusun tata cara untuk
mengumpulkan data tersebut yang mencakup kemana data
tersebut dapat dicari dan alat bantu apa yang dibutuhkan
untuk mendapatkan data tersebut.
Penyiapan alat bantu survey, melakukan penyiapan alat
bantu yang dibutuhkan untuk melakukan survei (contoh:
pedoman pelaksanaan survei, daftar pertanyaan, daftar
instansi atau stakeholders tempat pengumpulan data).
Melakukan koordinasi dengan instansi dan pihak terkait
sehubungan dengan ketersediaan data yang dimiliki, dari
daftar instansi tersebut dilakukan komunikasi perihal
kedatangan surveyor dan menanyakan kesediaan data yang
diminta, serta menyiapkan kelengkapan administrasi yang
diperlukan untuk mengakses data tersebut
Tahap Pengumpulan Data dan Informasi:
Melakukan pendataan kepada instansi/sumber data di
Provinsi (wilayah timur) untuk mendapatkan data yang
diperlukan, melakukan pendataan, pengumpulan data
sekunder, atau wawancara kepada sumber data.
Melakukan kompilasi data, data yang diperoleh dilakukan
kompilasi dengan format yang fleksibel.
Tahap analisis efektifitas, efisiensi, dan akuntabilitas
penyelenggaraan anggaran
Melakukan analisa dan evaluasi terhadap data yang
diperoleh, dilakukan analisa dan evaluasi terhadap validitas
data yang diperoleh.
Mengadakan
diskusi
terbatas
(Focused
Group
Discussion/FGD), melakukan diskusi bersama stakeholders
Bulan ke
1 2 3 4
27
4.
28
BAB I
KOMPOSISI
TIM PELAKSANA PEKERJAAN
Merujuk pada KAK yang diberikan, Komposisi Tim Pelaksana Pendataan
Penerbitan Perijinan Pembangunan Perumahan Di Kabupaten/Kota
Tertentu Di Wilayah Timur dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel I.1
Komposisi Tim Pelaksana Pekerjaan
Pendataan Penerbitan Perijinan Pembangunan Perumahan
Di Kabupaten/Kota Tertentu Di Wilayah Timur
No
.
POSISI
PENDIDIKAN
KUALIFIKASI
1.
Ahli Statistik
(Ketua Tim)
minimal pendidikan
adalah sarjana (S1) di
bidang Statistik atau
Managemen lulusan
Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) atau
yang disamakan
mempunyai
pengalaman kerja di
bidangnya minimal
8 tahun
2.
Ahli Manajemen
Data/Informasi
minimal dengan
pendidikan Sarjana
(S1) Teknik
Sipil/Arsitektur/
Planologi/ Lingkungan
minimal pendidikan
adalah sarjana (S1)
TI/Manajemen/Statis
tik lulusan
Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) atau
yang disamakan
3.
Ahli Analisa/
Pengolah Data
minimal pendidikan
adalah sarjana (S1)
TI/Manajemen/Statisti
k lulusan Perguruan
Tinggi Negeri (PTN)
atau yang disamakan
mempunyai
pengalaman kerja di
bidangnya minimal
5 tahun
tenaga
29
BAB J
JADWAL PENUGASAN
TENAGA AHLI
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli dalam pekerjaan Pendataan Penerbitan
Perijinan Pembangunan Perumahan Di Kabupaten/Kota Tertentu Di Wilayah
Timur dapat dilihat pada table berikut:
Tabel J.1
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli dalam Pekerjaan
Pendataan Penerbitan Perijinan Pembangunan Perumahan
Di Kabupaten/Kota Tertentu Di Wilayah Timur
No.
BULAN KE2
3
4
Jml
MM
1.
2.
Ahli Manajemen
Data/Informasi
3.
4.
5.
30
BAB K
SISTEM PELAPORAN
Merujuk pada KAK yang diberikan, Sistem Pelaporan dalam Pekerjaan
Analisis Skenario Penganggaran Berdasarkan Target Output 2015-2019
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel K.1
Sistem Pelaporan dalam Pekerjaan
Analisis Skenario Penganggaran Berdasarkan Target Output 20152019
No
.
1.
JENIS LAPORAN
Laporan
Pendahuluan
2.
Laporan Antara
(Interim)
3.
Laporan Akhir
Sementara
4.
Laporan Akhir
5.
Ringkasan
(executive
summary)
CD
6.
MUATAN
JADWAL PENYERAHAN
31