Perbincangan Berkelompok
Perbincangan Berkelompok
Skenario (PBL 1)
Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam
keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di
bagian bawahnya di gulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju
(yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya
terikat kesebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. posisi tubuh relatif mendatar, namun
leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun
masih dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan
pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan
dan kiri yang memiliki cirri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam.
Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP adalah
suatu daerah perbukitan yang berhutan cukup lebat.
Pendahuluan
Dalam era ini dibutuhkan penentuan saat kematian secara tepat. Untuk itu akan telah
dilakukan suatu penelitian dasar untuk mendapat suatu indikator bebas. Indikator ini akan
dipakai untuk dasar kerja sebuah slat banal yang mampu mendeteksi perubahan yang hanya
objektif dan akurat setelah kematian terjadi. Otak sebagai organ yang relatif terlindung
maksimal dengan batok kepala diperkirakan mengalami proses kimiawi yang relatif cepat dan
tidak dipengaruhi lingkungan. Proses kimiawi akibat terhentinya suplai zat asam / oksigen
mengakibatkan jaringan otak yang sangat sensitif terhadap kekurangan zat asam itu akan
lebih cepat mengalami disintegrasi kimiawi, yang diamati melalui perubahan konduktivitas
listrik yang terjadi.
[Blok 30 EMERGENCY MEDICINE II]
Page 1
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui
pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan terjadi
dari mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa
menit, jam dan seterusnya. Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah
membantu penyidik menegakan keadilan.
Pembahasan
I.
Identifikasi Forensik
Peran ilmu kedokteran forensic dalam identifikasi terutama pada jenazah yang tidak
dikenal, jenazah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar, dan pada kecelakaan
missal, bencana alam atau huru hara yang menyebabkan banyak korban, serta
potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu, identifikasi forensic juga berperan
dalam berbagai kasus lain, seperti penculikan anak, bayi yang tertukar, atau diragukan
orang tuanya. Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang
digunakan memberikan hasil positif.1
Metode visual
Dengan memperlihatkan jenazah pada orang orang yang merasa kehilangan
anggota keluarganya atau temannya. Perlu diperhatikan adanya faktor emosi
korban.
Pemeriksaan pakaian dan perhiasan
Identifikasi medik
Menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata,
cacat/kelainan khusus, tatu (rajah). Melelui metode ini, diperoleh data
mengenai data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan tinggi badan,
kelainan tulang, dan yang lainnya.
Pemeriksaan gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang
dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X, dan
pencetakkan gigi serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah,
Page 2
perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan tulang, dan yang lainnya.
Identifikasi kerangka
Upaya identifikasi kerangka bertujuan membuktikan bahwa kerangka tersebut
adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri
cirri khusus, deformitas, dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekonstruksi
wajah. Dicari pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan saat kematian dapat
dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang.
Selain itu bisa dilakukan pembandingan dengan data antemortem, yakni
dengan metode superimposisi. Metode tersebut dilakukan dengan jalan
menumpukkan foto rontgen tengkorak di atas foto wajah yang dibuat
berukuran sama dan diambil dari sudut pemotretan yang sama. Dengan
demikian dapat dicari adanya titik titik persamaan.
Pemeriksaan anatomic dapat memastikan bahwa kerangka adalah kerangka
manusia. Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat sepotong
tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologic dan
histologik.
Penentuan ras mungkin dilakukan dengan pemeriksaan antropologik pada
tengkorak, gigi geligi, dan tulang panggul atau tulang lainnya. Arkus
Page 3
zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yang berbentuk seperti sekop
member petunjuk kea rah ras mongoloid.
Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan pemeriksaan tulang panggul, tulang
tengkorak, sternum, tulang panjang, serta scapula dan metacarpal. Pada
panggul, index ischio-pubic (panjang pubis dikali seratus dibagi panjang
ischium) merupakan ukuran yang paling sering dipakai. Nilai laki laki sekitar
83,6 dan wanita 99,5. 1
II.
Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak
dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain
badan mayat.
Apabila dlaam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak
yang
perlu
diberitahu
Page 4
tidak
diketemukan,
penyidik
segera
Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan
sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
Page 5
c. suami atau isteri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersamasama sebagai terdakwa.
Pasal 170 (ayat 1-2) KUHAP
1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi
keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada
mereka.
2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan
tersebut.
3. Bentuk bantuan dokter bagi peradilan dan manfaatnya
Pasal 179
1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakirnan
atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya ada alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.
Pasal 184 KUHAP
(1) Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diktahui tidak perlu dibuktikan
4. Sanksi bagi pelanggar kewajiban dokter
Pasal 216 (ayat 1-3) KUHAP
1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
[Blok 30 EMERGENCY MEDICINE II]
Page 6
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi
kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang
siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
tindakan guna menjalankan ketentuan undang- undang yang dilakukan oleh
salah seorang pejabat tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat bulan dua minggu atau pidana denda puling banyak sembilan ribu
rupiah.
2) Disamakan dengan pejahat tersebut di atas, setiap orang yang menurut
ketentuan undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu
diserahi tugas menjalankan jabatan umum.
3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka
pidananya dapat ditambah sepertiga.
Pasal 222 KUHAP
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat forensik, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 224 (ayat 1-2) KUHAP
Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undangundang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang
yang harus dipenuhinya, diancam:
1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;
2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.
Pasal 522 KUHAP
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru
bahasa, tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda
paling banyak sembilan ratus rupiah.
5. Bedah mayat klinis, anatomis dan transplantasi
Peraturan Pemerintah No18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah
Mayat Anatomis serta Transplantasi alat dan atau Jaringan tubuh manusia.
Pasal 70 UU kesehatan
Page 7
Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
6. Keterangan Palsu
Pasal 267 KUHP
(1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberi surat keterangan palsu tentang
ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.
(2) Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seorang dalam
rumah sakit gila atau untuk menahannya disitu dijatuhkan pidana penjara
paling lama delapan tahun enam bulan.
(3) Diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan sengaja memakai
surat keterangan paslu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.
Pasal 7 KODEKI
Seorang dokter hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat
dibuktikan kebenarannya.
III.
Tanatologi1.5
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian,yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan
tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian dan
seterusnya tanda pasti kematian. Antara tanda-tandanya adalah
Tanda kematian dini :
Pernafasan berhenti
Terhentinya sirkulasi
Kulit pucat
Pengeringan kornea
Page 8
2. Kaku mayat (rigor mortis), merupakan kekakuan otot setelah kematian disebabkan
kelenturan otot yang tidak dapat dipertahankan karena cadangan glikogen dalam otot
habis. Kekakuan mayat mulai tampak 2-4jam post mortal dan akan lengkap meliputi
seluruh otot dalam waktu 8-10jam.
3. Cadaveric spasm, merupakan
Timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer.
Penyebabnya adalah kehabisan glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat
mati.
4. Penurunan suhu mayat (algor mortis), dipengaruhi oleh suhu sekeliling,aliran dan
kelembapan udaraa,bentuk suhu,posisi tubuh dan pakaian. Suhu saat mati sangat
penting untuk mengetahui saat kematian mayat.
5. Pembusukan (decompositio), merupakan proses degradasi jaringan yang terjadi akibat
autolisi dan kerja bakteri. Pembusukan awal akan tampak sebagai bercak kehijauan
pada daerah perut kanan bawah sekitar 18jam postmortal. Pembusukan lebih mudah
terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban tinggi.
Bila penyebab kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan berlangsung
lebih cepat.
6. Adiposera, adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan
berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan
terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim
bakteri.Faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan
suhu panas. Pembentukan adiposera membutuhkan waktu beberapa minggu sampai
beberapa bulan.
7. Mummifikasi, terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi
dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah
menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.
IV.
Traumatologi
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan, sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah
Page 9
Page 10
tumpul berbentuk bulat panjang akan meninggalkan negative imprint oleh timbulkan
marginal haemorrhage.
Luka lecet jenis tekan memberika gambaran bentuk benda penyebab luka.
b. Arah kekerasan.
Pada luka lecet jenis geser dan luka robek, arah kekerasan dapat ditentukan. Hal ini
sangat membantu pihak yang berwajib dalam melakukan rekonstruksi terjadinya
perkara.
c. Cara terjadinya luka
Yang dimaksudkan dengan cara terjadinya luka adalah apakah luka yang
ditemukan terjadi sebagai akibat kecelakaan, pembunuhan, atau bunuh diri.
Luka-luka akbiat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka.
Bagian tubuh yang basanya terlindung jarang mendapat luka pasa suatu kecelakaan.
Daerah terlndung ini misalnya adalah ketiak, daerah sisi depan leher, daerah lipat
siku, dan sebagainya.
Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh.
Pada korban pembunuhan yang sempat mengadkan perlawanan, dapat ditemukan luka
tangkis yang biasanya pada daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan.
Pada korban bunuh diri, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan (tentative
wounds) yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.
d. Hubungan antar luka yang ditemukan dengan sebab mati.
Harus dapat dibuktikan bahwa terjadinya kematian semata-mata disebabkan oleh
kekerasan yang menyebabkan luka. Untuk itu pertama-tama harus dapat dibuktikan
bahwa luka yang ditemukan adaah benar-benar luka yang terjadi selama korban
msasih hidup (luka intravital).
Untuk itu, tanda intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka perlu
mendapat perhatian. Tanda intravitalitas luka dapat bervariasi dari ditemukannya
resapan darah, terdapatnya proses penyembuhan luka, serbukan sel radang,
pemeriksaan histo-ensimatik sampai pemeriksaan kadar histamin bebas dan serotonin
jaringan. Sekiranya di samping luka, ditemukan pula keadaan patologik lain, misalnya
penyakit tertentu, maka harus diyakinkan bahwa kelainan yang lain tidaklah
merupakan penyebab kematian.
V.
Page 11
Pemeriksaan luka tusuk penting untuk mencatat posisi dan jumlah tusukan atau
luka-luka yang terjadi dengan teliti sebelum tubuh dibuka. Hal itu sangat dapat
diterima untuk meninggalkan hal tersebut sampai autopsi sudah diselesaikan dan
tubuh direkonstruksi. Deskripsi mengenai lokasi tiap-tiap luka harus dibuat sesuai
referensi untuk memastikan letak anatomi seperti midline, klavikula atau sisi luar
pinggul dan tiap luka harus di beri nomor di dalam laporannya.
Kualifikasi Luka1,2,5
Ada 3 kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu :
1. Luka ringan / luka derajat I / luka golongan C / penganiayaan ringan.
Luka derajat I apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau tidak
menghalangi pekerjaan korban.
2. Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B / penganiayaan sedang.
Luka derajat II apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau menghalangi
pekerjaan korban.
3. Luka berat / luka derajat III / luka golongan A / penganiayaan berat.
Luka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6, yakni :
1. Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut.
2. Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban selamanya.
3. Hilangnya salah satu panca indera korban.
4. Cacat besar.
5. Terganggunya akal selama lebih 4 minggu.
6. Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu.
Dokter tidak boleh menulis luka ringan, luka sedang atau luka berat pada
bagian kesimpulan visum et repertum sebab ketiganya merupakan istilah
hukum. Melainkan dokter akan menulis antara lain : luka ini menyebabkan
halangan pekerjaan selama 6 hari, atau luka ini menyebabkan kehilangan
salah satu panca indera.
VI.
Page 12
Page 13
Pakaian sering sangat menolong jika ahli patologi diberi kesempatan untuk
memeriksa pakaian sebelum mempertimbangkan luka-luka pada kulit dan
sebelum beberapa pemeriksaan yang lebih dalam dilakukan. Ia dikonsentrasikan
untuk menentukan dengan tepat jumlah luka pada pakaian karena hal itu
memungkinkan untuk mengetahui beberpa luka sayatan yang bisa ditemukan
pada pakaian yang tidak ada pada tubuh atau kemungkinan terdapat lebih
banyak sayatan pada benda itu dari pada yang akan ditemukan pada tubuh jika
pakaian itu telah dilipat, yang dilipat atau yang kusut dibeberpa bagian. Hal itu
mungkin mempunyai nilai yang nyata jika telah terdapat perkelahian dan jika
pisau pisau hanya merobek pakaian tanpa merusak kulit.
Jika posisi lubang pada pakaian tidak sesuai dengan luka-luka pada tubuh,
hal itu kemungkinan disebabkan pakaian sudah dilepas sebagai contoh, ketika
lengan diangkat pakaian itu sudah dibawa oleh penyerang dan dipindahkan dari
posisi normalnya pada korban; pakaian sering direbut oleh pihak yang dihadapi
dalam perkelahian kemungkinan sebagian sudah dilepas sebelum pisau telah
menyerang korban.
VII.
Interpretasi Temuan
Korban yang meninggal adalah seorang laki-laki. Mayat ditemukan memakai
kaus dalam (oblong) dan memakai celana panjang yang digulung hingga setengah
tungkai bawah. Posisi mayat saat ditemukan adalah posisi tubuh tertelungkup dan
relatif mendatar dengan leher terjerat oleh lengan bajunya sendiri. Mayat ditemukan
telah membusuk, waktu kematian diperkirakan antara 24 sampai 36 jam yang lalu.
Mengenai penyebab kematian, ada 3 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu
akibat terjerat lengan baju, akibat kekerasan tajam, dan akibat kehabisan darah karena
terdapat pembulucah darah yang terputus.
Tempat Kejadian Perkara
Tempat dimana mayat korban ditemukan adalah di daerah perbukitan yang
berhutan cukup lebat, tepatnya pada sebuah sungai yang telah kering dan penuh batubatuan. Rumah terdekat dari tempat korban ditemukan kira-kira sejauh 2 kilometer.
Cara Mendeteksi Kematian1,2,5
Page 14
Melalui fungsi sistem saraf, kardiovaskuler, dan pernapasan, kita bisa mendeteksi
hidup matinya seseorang.
2. Relaksasi
3. Pergerakan tidak ada
4. Tonus tidak ada
5. Elekto Ensefalografi (EEG) mendatar / flat
Page 15
Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis. Kekeruhan yang terjadi pada
lapis terluar dapat dihilangkan dengan meneteskan air, tetapi kekeruhan yang
telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat dihilangkan dengan tetesan air.
Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca mati.
Baik dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh
kira-kira 10-12 jam pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak
tampak jelas.
Setelah kematian tekanan bola mata menurun, memungkinkan distorsi
pupil pada penekanan bola mata. Tidak ada hubungan antara diameter pupil
dengan lamanya mati.
Perubahan pada retina dapat menunjukkan saat kematian hingga 15 jam
pasca mati. Hingga 30 menit pasca mati tampak kekeruhan makula dan mulai
memucatnya diskus optikus. Kemudian hingga 1 jam pasca mati, makula lebih
pucat dan tepinya tidak tajam lagi.
Selama dua jam pertama pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar diskus
menjadi kuning. Warna kuning juga tampak di sekitar makula yang menjadi
lebih gelap.
Pada saat itu pola vaskular koroid yang tampak sebagai bercak-bercak
dengan latar belakang merah dengan pola segmentasi yang jelas, tetapi pada
kira-kira 3 jam pasca mati menjadi kabur dan setelah 5 jam menjadi homogen
dan lebih pucat.
Pada kira-kira 6 jam pasca mati, batas diskus kabur dan hanya pembuluhpembuluh besar yang mengalami segmentasi yang dapat dilihat dengan latar
belakang kuning kelabu.
Dalam waktu 7-10 jam pasca mati akan mencapai tepi retina dan batas
diskus akan sangat kabur. Pada 12 jam pasca mati diskus hanya dapat dikenal
dengan adanya konvergensi beberapa segmen pembuluh darah yang tersisa.
Pada 15 jam pasca mati tidak ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina
dan diskus, hanya makula saja yang tampak berwarna coklat gelap.
2. Perubahan pada lambung
Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi, sehingga tidak dapat
digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan
saat mati. Namun keadaan lambung dan isinya mungkin membuat dalam
membuat keputusan. Ditemukannya makanan tertentu (pisang, kulit tomat,
biji-bijian) dalam isi lambung dapat digunakan untuk menyimpulkan bahwa
korban sebelum meninggal telah makan makanan tersebut.
3. Perubahan rambut
[Blok 30 EMERGENCY MEDICINE II]
Page 16
Page 17
manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh
manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan
peradilan.
Visum et repertum dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di
atas sebuah kertas putih dengan kepala surat instuisi kesehatan yang melakukan
pemeriksaan, dalam bahasa Indonesia tanpa memuat singkatan, dan sedapat
mungkin tanpa istilah asing, bila terpaksa digunakan agar diberi penjelasan bahasa
Indonesia.
Apabila penulisan sesuatu kalimat dalam visum et repertum berakhir tidak
pada tepi kanan format, maka sesudah tanda titik diberi garis hingga ke tepi kanan
format.
Visum et repertum terdiri dari 5 bagian tetap, yaitu:
1. Kata Pro justitia, diletakan di bagian atas, menjelaskan bahwa khusus dibuat
untuk tujuan peradilan.
2. Bagian Pendahuluan, menerangkan nama dokter pembuat visum et repertum dan
instuisi kesehatannya, instansi penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal
surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang
diperiksa.
3. Bagian Pemberitaan, berisi hasil pemeriksaan medic tentang keadaan kesehatan
atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan medic
yang dilakukan serta keadaannya selesai pengobatan/perawatan. Bila korban
meinggal dan dilakukan autopsy, maka diuraikan keadaan seluruh alat dalam
yang berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut.
4. Bagian Kesimpulan, berisi pendapat dokter berdasarkan keilmuannya, mengenai
jenis perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau zat penyebabnya,
serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya.
5. Bagian Penutup, berisikan kalimat baku Demikianlah visum et repertum ini
saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan
mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana,
Page 18
VISUM ET REPERTUM
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
[Blok 30 EMERGENCY MEDICINE II]
Page 19
Lamp. : Satu sampul tersegel-----------------------------------------------------------------------Perihal : Hasil Pemeriksaan Pembedahan---------------------------------------------------------Atas jenasah Tn. B --------------------------------------------------------------------------PROJUSTITIA
Visum et Repertum
Yang bertanda tangan di bawah ini, dr. Dynastiani, dokter ahli kedokteran forensik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta,
menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari kepolisian Resort Polisi Jakarta Barat No. Pol:
B/123/VR/I/11/Serse tertanggal 4 Januari 2013, maka pada tanggal empat Januari tahun dua ribu
tigabelas, pukul dua siang waktu Indonesia bagian barat, bertempat di ruang bedah jenasah Bagian
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta telah melakukan
pemeriksaan atas jenasah yang menurut permintaan tersebut adalah:
Nama
: Tn. B ----------------------------------------------------------------------------------
I.
Umur
: 27 tahun -------------------------------------------------------------------------------
Kebangsaan
: Indonesia ------------------------------------------------------------------------------
Agama
: Islam -----------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan
: Swasta ---------------------------------------------------------------------------------
Alamat
Pemeriksaan Luar
1. Mayat tidak terbungkus. -----------------------------------------------------------------------2. Mayat berpakaian sebagai berikut: -----------------------------------------------------------i. Kaos dalam oblong. ------------------------------------------------------------------------ii. Celana panjang dengan bagian bawah di gulung hingga setengah tungkai bawah.
3. Pada tubuh terdapat luka-luka sebagai berikut: ---------------------------------------------
Page 20
i. pada daerah ketiak kiri ditemukan luka terbuka, pembuluh darah ketiak tampak
putus. -----------------------------------------------------------------------------------------ii. pada tungkai kanan dan kiri ditemukan luka terbuka akibat benda tajam. ---------Kesimpulan
Pada mayat laki-laki ditemukan luka terbuka pada ketiak kiri dan luka beberapa luka
terbuka di tungkai bawah kanan dan kiri akibat kekerasan benda tajam. ------------------------Sebab mati orang ini adalah kekerasan tajam pada ketiak kiri yang menyebabkan
putusnya pembuluh darah ketiak kiri. --------------------------------------------------------------Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP. -------------------------------------
dr. Dynastiani
NIP. 102008143
Daftar Pustaka
1. Budyanto A, Wibisana W, dan Sudiono S dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan
kedua. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran forensik FKUI. 2000.
2. Staf pengajar ilmu kedokteran forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Cetakan ke-4.
Jakarta : bagian kedokteran Forensik FKUI, 2000.
Page 21
3. Sampurna, B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Cetakan kedua.
Jakarta. 2007.
4. Tindak Pidana Kekerasan. di unduh dari www.focalpointgender.kejaksaan.go.id 30
Desember 2012
5. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan. Cetakan Pertama Edisi Revisi. Jakarta : Sagung Seto, 2008.
6. Autopsi forensik. Di unduh dari http://www.freewebs.com/reef_forensik/autopsi.htm. 30
Desember 2012
7. Visum et Repertum. Di unduh dari www.klinikindonesia.com. 31 Desember 2012
Page 22