SKENARIO B BLOK 17
04011281320014
Dicky Hartono
04011281320016
M. Hafizh Haekal
04011281320042
04011281320050
04011381320072
Muhammad Ridho
04011381320076
04011181320014
M. Galih Wibisono
04011181320022
04011181320074
Dita Triyasa
04011181320090
04011181320094
Aulia Ulfah
04011181320100
04011181320112
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
tutorial yang berjudul Laporan Tutorial Skenario B Blok 17 sebagai tugas kompetensi
kelompok.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada
kesempatan ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih kepada :
1. Tuhan YME, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,
2. dr. Debby selaku tutor kelompok B10
3. Teman-teman sejawat FK Unsri, terutama kelas PSPD B 2013
Semoga Tuhan YME memberikan balasan atas segala amal yang diberikan kepada semua
orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita dan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Kelompok B10
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..
ii
Daftar Isi
Kegiatan Diskusi...
Skenario.
I.
Klarifikasi Isitlah.
51
V. Kerangka Konsep
81
VI. Kesimpulan
82
Daftar Pustaka...
83
KEGIATAN DISKUSI
3
Tutor
: dr. Debby
Moderator
Sekretaris 1
: Dita Triyasa
: Nurul Lintang Amelia
Pelaksanaan
Pada saat ingin berbicara terlebih dahulu mengacungkan tangan, lalu setelah diberi izin
moderator baru bicara
Ny. W, 42 tahun, dibawa ke UGD RSMH karena mengalami nyeri perut kanan atas yang hebat,
disertai demam dan menggigil. Sejak 2 bulan yang lalu, Ny. W mengeluh nyeri di perut kanan
atas yang menjalar sampai ke bahu sebelah kanan dan disertai mual. Nyeri hilang timbul dan
bertambah hebat bila makan makanan berlemak. Biasanya Ny. W minum obat penghilang yeri.
Sejak 1 minggu sebelum masuk RS ia juga mengeluh demam ringan yang hilang timbul, mata
dan badan kuning, BAK seperti teh tua, BAB seperti dempul, dan gatal-gatal.
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis
Tanda vital : TD : 110/70 mmHg, Nadi : 106x/mnt, RR: 24x/mnt, suhu 39,0C
BB: 80 kg, TB: 158 cm
Pemeriksaan spesifik:
Kepala : sklera ikterik
Leher dan thorax dalam batas normal
Abdomen :
inspeksi : datar
Palpasi : lemas, nyeri tekan kanan atas (+) Murphy sign (+), hepar dan lien
tidak teraba, kandung empedu: sulit dinilai
Perkusi : shifting dullness (-)
Klarifikasi Istilah :
1. Murphy sign
2. Sklera ikterik
3. Shifting dullness
4. Palmar eritema
5. Fosfatase alkali
6. Amylase
7. Lipase
8. Bilirubin direct
9. Bilirubin indirect
10. Bilirubin total
11. SGOT
12. SGPT
II.
Identifikasi Masalah
1. W, 42 tahun, dibawa ke UGD RSMH karena mengalami nyeri perut kanan atas yang
hebat, disertai demam dan menggigil.
2. Sejak 2 bulan yang lalu, Ny. W mengeluh nyeri di perut kanan atas yang menjalar sampai
ke bahu sebelah kanan dan disertai mual. Nyeri hilang timbul dan bertambah hebat bila
makan makanan berlemak. Biasanya Ny. W minum obat penghilang yeri.
3.
Sejak 1 minggu sebelum masuk RS ia juga mengeluh demam ringan yang hilang timbul,
mata dan badan kuning, BAK seperti teh tua, BAB seperti dempul, dan gatal-gatal.
4. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis
Tanda vital : TD : 110/70 mmHg, Nadi : 106x/mnt, RR: 24x/mnt, suhu 39,0C
BB: 80 kg, TB: 158 cm
5. Pemeriksaan spesifik:
Kepala : sklera ikterik
Leher dan thorax dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, nyeri tekan kanan atas (+) Murphy sign (+), hepar dan
lien tidak teraba, kandung empedu: sulit dinilai
Perkusi : shifting dullness (-)
III.
Analisis Masalah
1. Ny. W 42 tahun, dibawa ke UGD RSMH karena mengalami nyeri perut kanan atas yang
hebat, disertai demam dan menggigil.
a. Bagaimana pembagian region/kuadran pada abdomen beserta organ nya?
Tabel 2. Proyeksi
organ pada metode 9 regio
Gambar 2. Proyeksi organ pada metode 9 regio
meningkat
sejalan
dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 40 tahun lebih cenderung untuk terkena
batu empedu dibandingkan dengan orang usia yang lebih muda. Semakin
meningkat usia, prevalensi batu empedu semakin tinggi. Hal ini disebabkan:
i. Batu empedu sangat jarang mengalami disolusi spontan.
ii. Meningkatnya sekresi kolesterol ke dalam empedu sesuai dengan
bertambahnya usia.
iii. Empedu menjadi semakin litogenik bila usia semakin bertambah.
2. Jenis kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena batu empedu
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormone esterogen berpengaruh
terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang
meningkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena batu empedu.
Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormone (esterogen) dapat meningkatkan
kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitis pengosongan kandung
empedu.
Batu empedu lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki dengan
perbandingan 4 : 1. Di USA 10- 20 % laki-laki dewasa menderita batu kandung
empedu, sementara di Italia 20 % wanita dan 14 % laki-laki. Sementara di
Indonesia jumlah penderita wanita lebih banyak dari pada laki-laki.
4F (Forty, Female, Fatty and Fertile) karena pengaruh esterogen
(kontrasepsi dan kehamilan ) meningkatkan penyerapan dan sintesis kolesterol
dalam empedu sehingga meningkatkan angka terjadinya batu kandung empedu.
Jenis kelamin (wanita) dan usia: hormon estrogen dan progesteron mempengaruhi
pengosongan dan peristaltik saluran ernpedu biasanya pada usia 40 tahun keatas.
d. Bagaimana penyebab dan mekanisme demam dan menggigil?
Demam
Batu empedu di kandung empedu menyumbat ductus syscticus berpindah ke
ductus choledocus (gerakan peristaltik) obstruksi total cairan empedu menjadi
statis potensial sebagai tempat perkembangbiakan kuman infeksi dan
10
2. Sejak 2 bulan yang lalu, Ny. W mengeluh nyeri di perut kanan atas yang menjalar sampai
ke bahu sebelah kanan dan disertai mual. Nyeri hilang tmbul dan bertambah hebat bila
makan makanan berlemak. Biasanya Ny. W minum obat penghilang yeri.
a. Bagaimana mekanisme nyeri perut kanan atas sampai menjalar ke bahu sebelah
kanan?
Nyeri berulang disebabkan oleh benda yang menyebabkan nyeri; dalam hal ini
batu, berada pada suatu saluran berongga, yang memiliki kemampuan untuk
berkontraksi (peristaltic). Saluran berongga yang terdapat di perut kanan bagian atas
adalah ductus hepaticus, ductus biliaris dan ductus choledochus. Jadi kemungkinan
batu berada diantara saluran-saluran tersebut.
Sedangkan penjalaran nyeri disebabkan oleh iritasi pada peritoneum parietal yang
melingkupi vesika felea, dimana organ ini dipersarafi oleh n.Phrenicus yang berasal
dari segmen medulla spinalis C3, C4, dan C5. Sensasi pada segmen medulla spinalis
ini kemudian diteruskan (dialihkan) ke daerah lain yang juga mendapatkan suplai
saraf dari segmen medulla spinalis yang sama, dalam hal ini n.Supraclavikularis yang
mempersarafi daerah bahu (C3, C4).
b. Bagaimana mekanisme mual? (rasa nyeri atau peningkatan bilirubin?)
c. Mengapa nyeri hilang timbul dan bertambah hebat bila makan makanan berlemak?
Makanan yang berlemak merangsang pengeluaran empedu yang berfungsi untuk
mengemulsi lemak/penyerapan lemak. Sehingga, jika pasien mengkonsumsi banyak
11
12
digunakan akan diserap ileum kemudian dialirkan ke vena porta untuk di recycle dan
digunakan kembali (siklus enterohepatik).
A. Absorpsi
Hasil pencernaan dari lemak akan diserap kembali ke dalam membran mukosa
usus halus dengan cara difusi pasif. Absorbsi ini paling banyak terjadi di jejenum.
Untuk bentuk gliserol, asam lemak rantai pendek (C4-C6), dan asam lemak rantai
panjang (C8-C10) dapat langsung diserap menuju aliran darah. Sedangkan bagi asam
lemak dengan rantai panjang, monogliserida harus diubah menjadi trigliserida
dahulu. Trigliserida dan lipida besar lainnya (kolestrol, fosfolipida) kemudian
diabsorbsi secara aktif dan menghasilkan kilomikron (jenis lipoproteinalat angkut
lipida). Kilomikron membawa lipida ke jaringan jaringan adiposa melewati limfe
menuju ke darah.
B. Ekskresi
Sebagian besar orang dewasa dapat mencerna dan mengabsorbsi lemak hingga
95%, sisanya, akan dikeluarkan dari tubuh melalui feses. Garam empedu yang
sususannya terdiri dari kolestrol di dalam usus halus daoat diserap oleh jenis serat
tertentu yang selanjutnya akan ikut dikeluarkan melalui feses. Hal ini dapat
menurunkan kadar kolestrol darah.
Analgesik adalah sejenis obat yang dibuat untuk menghilangkan rasa nyeri
tanpa harus menghilangkan kesadaran seseorang. Analgesik memiliki sifat seperti
narkotik, yaitu menekan sistem saraf pusat dan mengubah persepsi terhadap rasa sakit
yang diderita. Analgesik sering kali digunakan bersamaan dengan beberapa jenis
obat-obatan lainnya seperti parasetamol dan kodein.
a. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)
Merupakan jenis obat analgesik yang memiliki reaksi tubuh terhadap gangguan
organ tubuh (inflamasi) yang tidak terlalu kuat. Obat ini sangat tidak dianjurkan
untuk dikonsumsi oleh wanita hamil dan ibu menyusui.
Cara Kerja NSAID
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi kerja enzim prostaglandin (zat
kimia yang dihasilkan tubuh yang membuat rasa nyeri, demam, dan peradangan)
sehingga menghasilkan tingkatan yang lebih rendah. Akibatnya dapat mengurangi
peradangan, rasa nyeri, dan demam itu sendiri.
Beberapa jenis obat-obatan yang termasuk golongan ini antara lain :
Aspirin
Digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, demam, serta saat terjadinya suatu
peradangan. Obat ini juga bisa digunakan untuk mengobati serta mencegah
apabila terjadi serangan jantung, stroke ataupun rasa nyeri pada dada.
Beberapa merk dagang untuk aspirin antara lain, Arthritis Pain, Ascriptin
Enteric, Aspir 81, Aspir-Low, Bayer Aspirin, Bayer Childrens Aspirin,
Bufferin, Easprin, Ecotrin, Ecpirin, Fasprin, Halfprin, Miniprin, St. Joseph
Aspirin.
Penggunaan Aspirin
Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada anak-anak maupun remaja yang
sedang terkena demam, gejala flu, maupun cacar air, karena obat ini dapat
14
menimbulkan efek samping yang fatal bagi mereka. Seperti mereka akan
mengalami syndrom reye, yaitu semcm penyakit langka dimana cara
kerjanya dengan mempengaruhi cara kerja otak dan hati.
samping
aspirin
Gatal-gatal,
gangguan
pernafasan,
terjadi
mengalami
kebingungan,
halusinasi,
gangguan
pernafasan,
kejang,mual, muntah, atau sakit perut yang parah, batuk darah atau muntah
yang, demam, serta mengalami pembengkakan pada bagian tertentu.
15
Ibuprofen
Merupakan salah satu anti inflamasi yang bekerja untuk mengurangi hormon
penyebab demam, peradangan dan nyeri pada tingkat ringan hingga sedang,
seperti pada penderita sakit kepala, sakit gigi, sakit punggung, arthritis, kram
saat menstruasi, atau pada saat mengalami cedera ringan.Beberapa merk
dagangnya antara lain, Advil, Genpril, Midol, Motrin, Nuprin. Dosis
penggunaan obat ini adalah 200 hingga 400 mg setiap 4 hingga 6 jam.
Kontra indikasi :
perdarahan
sebaiknya
menghubungi
dokter
sebelum
Efek samping :
Efek samping yang bisa ditimbulkan obat ini antara lain timbulnya
ruam,telinga berdenging, sakit kepala, pusing, mengantuk, sakit perut, mual,
diare, sembelit, dan mulas.
16
Celebrex (celexocib)
Digunakan untuk mengurangi hormon penyebab radang dan nyeri pada tubuh,
seperti arthritis, ankylosing spondylitis, nyeri haid, serta polip pada usus.
Dosis pemakaian : 100 hingga 400 mg perhari.
Kontra indikasi :
Efek samping:
yang bisa ditimbulkan obat ini seperti timbulnya gatal-gatal, gangguan
pernafasan, terjadi pembengkakan (wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan),
gangguan pada perut ( seperti diare, kembung, sering buang gas), pusing,
gugup, hidung meler atau tersumbat, sakit tenggorokan, dan timbulnya ruam
pada kulit.
17
Disclofenac
Digunakan sebagai obat penghilang rasa nyeri tigkat ringan hingga sedang,
seperti gejala osteoporosis, rheumatoid arthritis, dan kram saat menstruasi.
Disclofenak dalam bentuk serbuk atau biasa disebut cambia dapat digunakan
sebagai obat migrain. Merk dagang obat ini antara lain voltaren, cataflam,
voltaren XR, Cambia, zipsor, zorvolex. Dosis pemakaian obat ini adalah 100
hingga 200 mg/ hari dengan jangka pemberian obat 2 hingga 4 kali sehari
stelah makan.
Kontra indikasi :
.Hal yang sama juga berlaku bagi wanita hamil dan menyusui. Karena
penggunaan obat ini bisa berakibat fatal bagi janin dan bayi yang disusui.
Efek samping :
ulserasi, sensasi panas pada perut, kram, mual, gastritis, perdarahan
gastrointestinal, gangguan hati, tinja berwarna hitam, lemah, pusing,
munculnya ruam, gangguan ginjal, telinga berdenging, Retensi cairan,
pembekuan darah, serangan jantung, hipertensi, dan gagal jantung.
Etodolac
Efek samping :
ruam, telinga berdenging, sakit kepala, pusing, mengantuk, sakit perut, mual,
diare, sembelit, mulas, retensi cairan, sesak napas, retensi cairan, pembekuan
darah, serangan jantung, hipertensi, dan gagal jantung.
Indomethacin
Efek samping :
19
Kemerahan dan rasa nyeri pada daerah bekas suntikan, alergi ( seperti ruam,
gatal-gatal, gangguan pernafasan, sesak di dada, pembengkakan mulut, wajah,
bibir, atau lidah), muntah darah, Warna urine dan tinja menjadi gelap,
frekuensi buang air kecil menurun, detak jantung lambat; memar, masalah
berat badan.
Ketoprofen
Digunakan untuk mengobati nyeri dan peradangan yang terjadi pada tubuh
akibat rheumatoid arthritis atau osteoarthritis, dan juga kram saat menstruasi.
Kontra indikasi :
Penderita yang baru saja menjalani operasi jantung atau pernah memiiki
riwayat menderita berbagai penyakit seperti ginjal, gangguan hati,
diabetes, gangguan usus, asma, tekanan darah tinggi,
Pasien yang sedang pada masa konsumsi suatu jenis obat, suplement
makanan, dan obat-obatan herbal.
Efek samping :
Sembelit, diare, pusing, mengantuk, sering buang gas, sakit kepala, mulas,
mual, gangguan pada perut.
Ketorolac
Digunakan untuk mengobati rasa nyeri pada tingkatan sedang hingga berat.
20
Kontra indikasi :
Efek samping :
Sembelit, diare, pusing, mengantuk, sering buang gas, sakit kepala, gangguan
pencernaan, sakit perut, mual, nyeri di tempat suntikan, berkeringat, muntah,
terjadi alergi (seperti ruam, gatal-gatal, gatal, gangguan pernafasan, sesak di
dada, pembengkakan mulut, wajah, bibir, atau lidah, suara serak).
Nabumetone
Adalah sejenis NSAID yang juga memiliki fungsi untuk meredakan rasa nyeri
dan peradangan yang terjadi pada tubuh.
Kontra indikasi :
Gunakan obat ini sesuai dengan petunjuk dokter atau sesuai aturan pakai yang
biasanya tertera pada label obat.
Efek samping :
21
Gejala umum yang biasa dialami antara lain : Sembelit, diare, pusing,
mengantuk,sering buang gas, sakit kepala, mulas, mual.
Terkadang pengguna akan mengalami reaksi alergi seperti ruam, gatalgatal, gangguan pernafasan, terjadi pembengkakan (mulut, wajah,
bibir,lidah), gangguan produksi urine, nyeri dada, merasa kebingungan,
depresi, pingsan, detak jantung lebih cepat dari biasanya, demam,
menggigil, sakit tenggorokan, mengalami perubahan mental atau suasana
hati, mati rasa pada tangan atau kaki, mual, muntah , sesak napas, warna
kulit atau mata menguning.
Naproxen
Jenis NSAID ini juga digunakan untuk mengurangi hormon penyebab
nyeri dan peradangan pada anggota tubuh, seperti nyeri akibat gejal
arthritis, ankylosing spondylitis, tendinitis, bursitis, asam urat, atau kram
menstruasi.
Kontra indikasi :
Obat ini dapat memicu resiko terjadinya serangan jantung dan stroke.
Untuk itu sangat disarankan bagi penderita jantung, maupun seseorang
yang baru saja melakukan operasi pada jantung untuk menghindari
pemakaian obat ini.
Bagi orang yang alergi terhadap obat ini sendiri maupun jenis NSAID
lain seperti aspirin, atau bagi orang-orang yang memiliki riwayat
serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi, maag, gangguan hati,
ginjal, asma, polip, ataupun jika anda seorang perokok aktif, sebaiknya
melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum
menggunakan obat ini. Karena obat ini dapat menyebabkan
pendarahan pada bagian perut atau usus, yang bisa berakibat pada
kematian.
22
Efek samping :
Sama seperti jenis NSAID yang lainnya naproxen juga memiliki efek
samping yang umum terjadi seperti, gatal-gatal, gangguan pernafasan,
pembengkakan ( pada wajah Anda, bibir, lidah, dan tenggorokan), sakit
perut, sakit perut, diare, sembelit, kembung, sering buang gas, pusing,
sakit kepala, gugup, penglihatan kabur, terjadi dering di telinga.
Oxaprozin
Obat ini digunakan untuk pengobatan penyakit rheumatoid arthritis,
osteoarthritis, dan arthritis, karena obat ini dapat menghalangi zat-zat
yang dapat menimbulkan peradangan dalam tubuh.
Kontra indikasi :
Obat ini tidak baik digunakan untuk seseorang yang alergi terhadap jenis
obat itu sendiri maupu jenis-jenis NSAID lainnya seperti ibuprofen dan
celebrex, juga bagi wanita yang sedang hamil maupun menyusui dan
pasien yang baru saja menjalani operasi penyakit jantung untuk itu
diperlukan
konsultasi
dengan
dokter
terlebih
dahulu
sebelum
23
Piroxican
Obat ini digunakan untuk mengobati nyeri dan peradangan pada tahap
ringan hingga sedang, seperti pada gejala artritis, pembengkakan, kaku
dan nyeri pada otot. Cara kerjanya adalah dengan menghambat
prostlaglandin dalam tubuh. Dosis penggunaan piroxican pada umumnya
adalah 10 hingga 20 mg perharinya.
Kontra indikasi:
Wanita yang sedang hamil dan menyusui. Pada wanita yang sedang
merencanakan kehamilan, piroxican dapat berakibat mengurangi
tingkat kesuburan anda.
Efek samping :
kembung, nyeri ulu hati, diare, sakit kepala, demam, dan gejala flu.
Salsalate
Obat ini digunakan untuk mengobati demam, nyeri, serta peradangan pada
tubuh. Obat ini memiliki efek yang kuat seperti halnya aspirin dalam
mengurangi peradangan, tetapi
pembekuan darah dari aspirin. Jenis penyakit yang dapat diobati dengan
salsalate antara lain : heumatoid arthritis, osteoarthritis, peradangan dan
nyeri akibat cedera jaringan lunak, tendinitis, dan bursitis. Dosis umum
penggunaan obat ini adalah 3000 mg perhari yang diberikan selama 2
sampai 4 kali.
24
Kontra indikasi :
Efek samping :
yang umumnya terjadi atas penggunaan salsalate adalah gangguan
pencernakan, dan tinnitus (telinga berdengiing). Efek lain yang mungkin
timbul yaitu : sakit perut, kram, mual, muntah, gangguan pada hati, tinja
berwarna hitam, lemah, pusing, ruam, gangguan ginjal, vertigo,
pembekuan darah, serangan jantung, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan
gagal jantung.
Sulindac (clinoril)
Sama seperti jenis NSAID lain, sulindac juga berperan untuk mengatasi
rasa nyeri, nyeri dan peradangan yang dsebabkan oleh rheumatoid
arthritis, ankylosing spondylitis, arthritis gout, osteoarthritis. Obat ini juga
dapat digunakan untuk mengobati peradangan yang terjadi pada jaringan
lunak seperti tendinitis dan bursitis.
Peringatan sebelum penggunaan sulindac :
Dosis penggunaan obat ini adalah 150 hingga 200 mg perhari yang
diberikan selama 2 kali sehari sehabis makan. Batas maximal
konsumsi obat ini adalah 400 mg/ hari.
Bagi pasien dengan riwayat penyakit asma, dan alergi seperti gatalgatal, atau alergi terhadap jenis obat-obatan lain, penderita ulkus
peptikum (gangguan fungsi ginjal), obat ini sebaiknya dihindari.
25
Efek samping :
Sama seperti efek samping antibiotik, jenis obat ini dapat menyebabkan
gangguan pencernakan (seperti gangguan pada lambung dan usus kecil),
nyeri perut, kram, mual, peradangan selaput lendir pada lambung
(gastritis), perdarahan gastrointestinal, gangguan hati, lemah, pusing,
timbulnya ruam, gangguan ginjal, telinga berdenging.
Tolmetin
Merupakan sejenis anti inflamasi NSAID yang berguna untuk pengobatan
demam, nyeri, dan peradangan seperti pada gejala rheumatoid arthritis,
arthritis juvenile, atau osteoarthritis.
Penggunaan Tolmetin :
Dosis yang dianjurkan untuk jenis obat ini adalah 200 hingga 600 mg
perhari selama tiga kali minum setelah makan. Dosis maximum adalah
1800 mg perhari.
26
lansia
yang
mengalami
gangguan
fungsi
ginjal
dapat
Efek samping :
yang umumnya terjadi pada pasien yang menggunakan obat ini adalah
gangguan pencernakan, nyeri perut, kram, mual, gastritis, perdarahan
gastrointestinal, gangguan hati, terjadi ulserasi lambung, tinja berwarna
hitam, lemah, pusing, munculnya ruam, telinga berdenging.
2. Acethaminophen (paracetamol)
Merupakan jenis obat-obatan yang paling sering dikonsumsi masyarakat, yaitu
untuk meredakan rasa nyeri dan demam. Penggunaan analgesic ini antara lain untuk
pengobatan sakit kepala, nyeri otot, arthritis, sakit punggung, sakit gigi, pilek, dan
juga demam. Acethaminophen kadang-kadang disingkat APAP yang terkandung
dalam berbagai jenis obat-obatan. Untuk itu sebelum menggunakan obat-obatan,
telitilah dulu kandungan yang biasa tertera pada labelnya. Jangan sampai kita
mengkonsumsi obat ini dalam melebihi dosis yang nantinya akan berakibat fatal.
Sebaiknya obat ini digunakan selain untuk pasien dengan gangguan fungsi hati dan
juga pengonsumsi alkohol. Penggunaan obat ini untuk wanita yang sedang hamil, ibu
menyusui, dan anak-anak dibawah 2 tahun, harus sesuai dengan petunjuk dokter.
Obat ini biasanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang disebabkan
oleh infeksi atau yang lainnya. Selain itu, obat ini juga bisa meredakan rasa nyeri
pada tingkat rendah hingga sedang. Analgesik ini bekerja langsung pada pusat
pengatur panas tubuh di hipotalamus. Adapun beberapa merk dagang dari
acethaminophen antara lain paracetamol, sanmol, pamol, fasidol, panadol, itramol,
dan masih banyak lagi. Acethaminophen diberikan pada pasien secara oral
Efek samping penggunaan acethaminophen :
27
a.
Euforia
b.
Gatal-gatal
c.
Mual
d.
Muntah
e.
Mengantuk
f.
g.
Hipotensi
h.
i.
Depresi
j.
Sembelit
k.
l.
hemoglobin
ini
akan
menghasilkan
biliverdin
yang
selanjutnya
protein
pengikat-anion
sitoplasmik,
khususnya
ligandin
(glutation-S-
31
Ny.W
Sakit sedang
Kompos mentis
110/70 mmHg
106 x/menit
24 x/menit
39,0oC
TB: 158 cm
IMT: 32,04
Tabel 3. Interpretasi pemeriksaan fisik
Normal
Tidak tampak sakit
Kompos mentis
120/80 mmHg
60-100 x/menit
16-24 x/menit
36,5-37,5oC
Interpretasi
Tidak normal
Normal
Normal
Takikardi
Normal
Tinggi (Febris)
18,5-22,9
Obesitas II
Takikardi
Peningkatan nadi dapat disebabkan karena peningkatan suhu tubuh. Ketika
demam, maka metabolisme tubuh akan meningkat, oleh karena itu setiap peningkatan
suhu tubuh, nadi juga akan meningkat sebagai kompensasi.
5. Keadaan spesifik:
Kepala : sklera ikterik
Leher dan thorax dalam batas normal
Abdomen : inspeksi : datar
Palpasi : lemas, nyeri tekan kanan atas (+) Murphy sign (+), hepar dan lier tidak
teraba, kandung empedu: sulit dinilai
Perkusi : shifting dullness (-)
Ekstremitas : palmar ertiema (-), akral pucat, edema perifer (-)
a. Bagaimana interpretasi?
Pemeriksaan Spesifik
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
33
Kasus
Sklera ikterik +/+
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Inspeksi datar
Palpasi lemas
Hepar dan lien tidak teraba
Normal
Putih
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Datar
Lemas
Tidak teraba
Interpretasi
Tidak normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
(-)
Tidak normal
dinilai
Nyeri tekan kanan atas (+)
Tidak ada
Tidak normal
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Normal
akral pucat
Tidak ada
Tidak Normal
sulit
Tidak ada
Normal
34
Murphys Sign pada cholecystitis acuta yaitu tangan diletakkan di abdomen pada
garis midklavikularis. Pasien bernapas dalam dan tangan kanan naik ke atas, suatu
saat napas pasien terhenti berarti Murphys Sign positif.
Darah rutin : Hb: 12,4g/dl, Ht: 36 vol%, leukosit: 15.400, trombosit: 329.000, LED: 77
LFT: Bil. Total: 20,49 Bil. Direct: 19,94, Bil. Indirect: 0,55, SGOT: 29, SGPT: 37,
Fosfatase Alkali: 864
Amylase: 40, lipase: 50
a. Bagaimana interpretasi?
Hasil Pemeriksaan
Nilai Normal
Interpretasi
Lab
Hb 12,4 g/dl
Ht 36 vol%,
Leukosit 15.400/mm3
Trombosit :
12-16 g/dl
38-48 vol%
4.500-11.000
150.000-350.000
Normal
Turun
Leukositosis
Normal
329.000/mm3
LED 77 mm/jam
Wintrobe: 0-15
Meningkat
mm/jam
Westergen: 0-20
LFT:
mm/jam
Bil. Total: 0,2-1,2
Meningkat
mg/dL
Bil. Direk: 0-0,4
Meningkat
mg/dL
Bil indirek: 0,55
mg/dL
Bil. Indirek: 0,2-0,8
Normal
mg/dL
SGOT: 29 /L
SGPT: 37 /L
Fosfatase alkali: 864
mg/dL
SGOT: 5-40 IU/L
SGPT: 0-40 IU/L
Fosfatase alkali: 30-
Normal
Normal
Meningkat
/L
Amylase: 40 unit/L
Lipase: 50 unit/L
130 IU/L
Amilase: <120 unit/L
Lipase: < 190 unit/L
Normal
Normal
maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu. Diketahui dengan adanya tanda
Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas
panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan
pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas. Riwayat ikterik maupun ikterik
cutaneous dan sclera dan bisa teraba hepar.
Pemeriksaan Laboratorium
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan
kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut, dapat
terjadi lekositosis. Apabila terjadi sindrom mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan
bilirubin serum akibat penekanan duktus koledokus oleh batu. Kadar bilirubin serum
yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu didalam duktus koledokus. Kadar
fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amylase serum biasanya meningkat
sedang setiap kali terjadi serangan akut.
Pencitraan
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena
hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang
kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat
dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang
membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan
lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di
fleksura hepatica.
Pemeriksaan ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas
yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu
intrahepatic maupun ekstra hepatic. Dengan USG juga dapat dilihat dinding kandung
empedu yang menebal karena fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan
maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledokus distal kadang sulit
dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG punktum
maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang ganggren lebih jelas daripada
dengan palpasi biasa.
Kolesistografi, untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup
baik karena relative murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu
radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Cara ini memerlukan
38
adanya
batu empedu,
pelebaran
saluran
empedu
dan
koledokolitiasis. Walupun demikian, teknik ini jauh lebih mahal disbanding USG.
Percutaneous Transhepatic Cholangiographi (PTC) dan Endoscopic
Retrograde Cholangio-pancreatography (ERCP) merupakan metode kolangiografi
direk yang amat bermanfaat untuk menentukan adanya obstruksi bilier dan penyebab
obstruksinya seperti koledokolitiasis. Selain untuk diagnosis ERCP juga dapat
digunakan untuk terapi dengan melakukan sfingterotomi ampula vateri diikuti
ekstraksi batu. Tes invasive ini melibatkan opasifikasi lansung batang saluran empedu
dengan kanulasi endoskopi ampula vateri dan suntikan retrograde zat kontras. Resiko
ERCP pada hakekatnya dari endoskopi dan mecakup sedikit penambahan insidens
kolangitis dalam saluran empedu yang tersumbat sebagian.
b. Apa saja pemeriksaan penunjang lainnya beserta hasil yang diekspektasikan?
USG :
Memperlihatkan ukuran duktus biliaris, mendefinisikan level obstruksi,
mengidentifikasi penyebab dan memberikan informasi lain sehubuungan dengan
penyakit (mis, metastase hepatik, kandung empedu, perubahan parenkimal
hepatik).identifikasi obstruksi duktus dengan akurasi 95%, memperlihatkan batu
kandung empedu dan duktus biliaris yang berdilatasi, namun tidak dapat diandalkan
untuk batu kecil atau striktur. Juga dapat memperlihatkan tumor, kista atau abses di
pankreas, hepar dan struktur yang mengelilinginya.
39
CT :
memberi viasualisasi yang baik untuk hepar, kandung empedu, pankreas, ginjal dan
retroperitoneum; membandingkan antara obstruksi intra- dan ekstrahepatik dengan
akurasi 95%. CT dengan kontras digunakan untuk menilai malignansi bilier.
Gambar 7. Gallstones
40
Gambar 9. Gallstones
41
42
2. Kolesistitis akut: suatu inflamasi akut pada kandung empedu. Hal ini
disebabkan karenaobstruksi dari duktus sistikus. Terjadi peningkatan WBC
dan Murphy Sign.
3. Kolesistitis kronik: terjadi karena kolesistitis akut yang berulang dan
mengarah padaperadangan yang bersifat kronis.
4. Koledokolitiasis: penyumbatan pada common bile duct (duktus koledokus)
dikarenakanbatu yang terbawa dari kandung empedu seiring dengan gerakan
kontraksi setiap adamakanan berlemak yang masuk
5. Kolangitis: infeksi bakteri pada cairan empedu di dalam saluran empedu
akibat obstruksi.Keluhan kolangitis digambarkan dengan Triad Charcot
(demam, nyeri kuadran atas kanan,Ikterik). Bisa memicu terjadinya syok
septic.
Ikterus obstruktif intrahepatic
Terdapat tiga fase
1. Fase pra-ikterikPeriode dimana infektivitas paling besar. Gejala meliputi
mual, muntah, diare, konstipasi, penurunan berat badan, malaise, sakit kepala,
demam ringan, sakit sendi, ruam kulit.
2. Fase ikterik-jaundice (temuan paling menonjol). Urine gelap berkabut
(disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin), hepatomegali dengan nyeri
tekan, pembesaran nodus limfa, pruritus (akibat akumulasi garam empedu
pada kulit); gejala fase pra-ikterik berkurang sesuai menonjolnya gejala.
3. Fase pasca ikterik.
Gejala sebelumnya berkurang tetapi kelelahan berlanjut; empat bulan
diperlukan untuk pemulihan komplit.
Ikterus Obstruktif Ekstrahepatik
Penderita penyakit kandung empedu akibat batu empedu dapat mengalami dua
jenis gejala yaitu gejala yang disebabkan oleh kandung empedu sendiri dan gejala
yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh batu empedu. Gejalanya
bisa bersifat akut atau kronis seperti:
1. Gangguan epigrastrium seperti rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang
samar pada kuadran kanan. Gejala ini dapat terjadi setelah individu
mengkonsumsi makanan yang berlemak atau digoreng.
2. Rasa nyeri dan kolik bilier.
43
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan
mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Klien akan menderita panas dan
mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik
bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke
punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai dengan mual dan
muntah dan bertambah hebat dalam waktu beberapa jam sesudah makan
makanan dalam porsi besar.
3. Ikterus
Ikterus dapat dijumpai di antara penderita penyakit kandung empedu dengan
persentase yang kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus.
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan
gejala yang khas yaitu getah empedu yang tidak lagi dibawa ke duodenum
akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan
membran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala
gatal-gatal yang mencolok pada kulit
4. Perubahan warna urine dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat
gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empeduakan tampak kelabu
dan biasanya pekat yang disebut clay-colored
5. Defisiensi VitaminObstruksi aliran empedu juga mengganggu abosorpsi
vitamin A, D, E dan K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat
memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamn ini jika obstruksi bilier
berjalan lama. Defisiensi vitamin A dapat menggangu pembekuan darah yang
normal.
e. Bagaimana diagnosis banding kasus?
Ikterus Obstruktif e.c. choledocolithiasis
Pankreatitis akut
Keganasan pada sistem bilier (kolangiokarsinoma, Ca caput pankreas, Ca kandung
empedu, limfoma maligna)
f. Apa diagnosis kerja kasus?
Ikterus obstruktif ec suspek koledokolitiasis, kolangitis, kolesistitis
g. Apa etiologi kasus?
(terjawab di Learning Issue)
44
Supersaturasi kolesterol
Secara normal, komposisi empedu terdiri atas 70 % garam empedu, 22% fosfolipid (terutama
lesitin), 4% kolesterol,
3% protein, dan 0,3%
bilirubin.18 Terbentukny
a
batu
empedu
tergantung
dari
keseimbangan
garam
kadar
empedu,
kolesterol
dan
lesitin.
Semakin
tinggi
kadar
45
Nampaknya faktor pembentukan inti kolesterol mempunyai peran lebih besar dalam proses
pembentukan
dibandingkan
faktor
supersaturasi.
Kolesterol
dalam
usus
dalam
Kolesterol
diangkut
dalam
bentuk
lebih
tinggi,
vesikel.
ibarat
sebuah
dua
lapis.
kosentrasi
Vesikel
lingkaran
Apabila
kolesterol
vesikel
memperbanyak
akan
lapisan
konseravatif dapat dipertimbangkan pada batu empedu yang asimptomatik sedangkan pada
batu empedu simptomatik pembedahan merupakan terapi pilihan.
Pengobatan umum seperti istirahat total, pemerian nutrisi parenteral (agar tidak terjadi
gerakan paristaltik vecisa biliaris), diet ringan, obat penghilang rasa nyeri seperti petidin dan
antispasmodic. Pemberian antibiotic penting untuk mencegah komplikasi. Golongan AB yang
dapat digunakan seperti ampisilin, sefalosporin, dan metramidazol karena biasanya kumankuman penyebab adalah E. coli, s. faecalis, dan klebsiella.
Nutrisi
1.
Rendah lemak dan lemak diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna.
2.
Cukup kalori, protein dan hidrat arang. Bila terlalu gemuk jumlah kalori dikurangi.
3.
Cukup mineral dan vitamin, terutama vitamin yang larut dalam lemak.
4.
pada
fase
awal
untuk
mencegah
komplikasi.
Golongan
49
bertekstur lunak, lentur dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis di bawah
diafragma.
Hepar dapat dibagi menjadi lobus hepatis dexter yang besar dan lobus hepatis
sinister yang kecil oleh perlekatan ligamentum falciforme. Lobus hepatis dexter
terbagi lagi menjadi lobus quadrates dan lobus caudatus oleh adanya vesica biliaris,
fissura ligamenti teres, vena cava inferior dan fissura ligamenti venosi.
Porta hepatis, atau hilus hepatis terdapat pada facies visceralis dan terletak antara
lobus quadratus dan lobus caudatus.Pada bagian ini terdapat ductus hepaticus dexter
dan sinister, arteria hepatica, vena porta hepatis, serta serat-serat serabut saraf
simpatis dan parasimpatis.
50
Ductus hepaticus dexter dan sinister keluar dari lobus hepatis dexter dan sinister
pada porta/hilus hepatis. Keduanya akan membentuk ductus hepaticus communis.
Ductus ini akan bergabung dengan ductus cysticus dari vesica biliaris di sisi kanannya
dan membentuk ductus choledocus. Ductus choledocus berakhir di bawah dengan
menembus dinding medial pars descendens duodenum, kira-kira di pertengahan
panjangnya. Biasanya ductus choledocus bergabung dengan ductus pankreaticus dan
bersama-sama bermuara ke dalam ampulla kecil di dinding duodenum, yaitu ampulla
hepatopancreatica (ampulla vater).Ampulla ini bermuara ke papilla duodeni major
yang dikelilingi serabut otot sirkular yang disebut spinchter oddi.
VESICA BILIARIS
Merupakan sebuah kantong berbentuk buah pir yang terletak pada permukaan
bawah hepar. Vesica biliaris memiliki kemampuan untuk menampung empedu
sebanyak 30-50 ml dan menyimpannyam serta memekatkan empedu dengan cara
mengabsorpsi air. Vesica biliaris dibagi menjadi fundus, corpus, dan collum.
Vesica
biliaris
memiliki
penyimpanan
empedu,
memekatkan empedu dan untuk membantu proses ini, vesica biliaris mempunyai
lipatan-lipatan permanen yang saling berhubungan sehingga tampak seperti sarang
tawon. Sel-sel toraks (kolumner) terletak pada permukaan mucosa memiliki banyak
vili (dijelaskan pada bagian histologi).
Empedu dialirkan ke duodenum sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial
vesica biliaris. Mekanisme: makanan berlemak masuk ke duodenum merangsang
sekresi hormone kolesistokinin dari tunica mucosa duodenum hormon masuk ke
darah kontraksi vesica biliaris, relaksasi distal ductus choledocus dan ampulla
masuknya empedu yang pekat ke dalam duodenum
51
DUCTUS CYSTICUS
Ductus ini menghubungkan collum vesica biliaris dengan ductus hepaticus
communis untuk membentuk ductus choledocus. Tunica mucosa ductus cysticus
menonjol untuk membentuk plica spiralis dan melanjutkan diri dengan plica yang
sama pada collum vesica biliaris. Plica dikenal sebagai valvula spiralis dan berfungsi
untuk mempertahankan lumen secara konstan.
b. Fisiologi
Empedu merupakan suatu cairan yang mengandung 85-95% air, dan sisanya
mengandung zat-zat organik seperti garam empedu, bilirubin, kolesterol, fosfolipid
dan elektrolit seperti natrium, kalsium, kalium, klorida dan karbonat. Dalam proses
pemekatan di dalam kandung empedu, air dan elekfrolit direabsorpsi oleh mukosa
kandung empedu. Asam empedu merupakan komponen empedu yang terbanyak
jumlahnya yaitu antara 8-53% dari total empedu.Asam empedu dibentuk dari
kolesterol. Proses oksidasi dan hidroksilasi kolesterol di dalam sel-sel hati
membentuk asam empedu primer, yaifu asam kolat dan asam kenodeoksikolat.
52
Keduanya akan berkonjugasi dengan glisin atau taurin untuk membentuk gliko
dan tauro terkonjugasi-asam empedu dan disekresikan ke dalam empedu dalam
bentuk garam natrium atau kaliumnya. Garam empedu ini berfirngsi membentuk
kompleks-kompleks kecil dengan lemak yang disebut micelles (misel), sehingga
menjadi mudah larut dan dapat diabsorpsi mukosa usus.
Kira-kira 95% asarn empedu yang disekresikan akan diserap kembali di usus
halus dan 5% sisanya masuk ke dalam kolon kemudian diubah oleh bakteri usus
menjadi asam empedu sekunder, yaitu deoksikolat dan litokolat. Deoksikolat akan
diserap dan kembali ke hati melalui vena porta (siklus enterohepatik), sedangkan
litokolat sebagian besar dibuang melaluifeses dan sebagian diubah oleh bakteri usus
menjadi ursodeoksikolat dan diserap kembali. Di hati akanmengalarni konjugasi
kembali dengan glisin atau taurin dan selanjutnya kembali mengikuti siklus
enterohepatik.
Empedu yang disekresikan oleh hati normalnya antara 600-1200 ml/hari. Empedu
mempunyai dua fungsi penting, yaitu:
i. Empedu berperan penting dalam
karenamengandung
asam
empedu
pencernaan
yang
dan
membantu
absorpsi
lemak,
mengemulsikan
lemaksehingga dapat dicerna oleh enzim lipase pankreas serta membantu tanspor
dan absorpsi produk akhir lemak menuju atau melalui membran mukosa usus.
ii. Empedu berperan sebagai alat untuk mengeluarkan hasil buangan dari darah,
seperti bilirubin dan kelebihan kolesterol yang dibentuk hati.
2. Kolelitiasis
a. Definisi Kolelitiasis
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana
terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki
ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai
pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki
faktor resiko,yaitu : obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.
b. Patologi kolelitiasis
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu, yang terdiri
dari: kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak, fosfolipid
(lesitin) dan elektrolit. Batu empedu memiliki komposisi yang terutama terbagi atas 3
jenis :
53
batu pigmen
batu kolesterol
batu campuran (kolesterol dan pigmen)
c. Etiologi kolelitiasis
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti,adapun faktor
predisposisi terpenting, yaitu: gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya
perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu.Perubahan
komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan
batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi empedu yang
sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam
kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk membentuk
batu empedu.
Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif,
perubahan
komposisi
kimia,
dan
pengendapan
unsur-insur
54
Presipitasi / pengendapan
Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.
ii.
Batu Kolesterol
Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan berpengaruh
dalam pembentukan empedu.Kolesterol bersifat tidak larut dalam air, kelarutan
kolesterol sangat tergantung dari asam empedu dan lesitin (fosfolipid).
Proses degenerasi dan adanya penyakit hati
55
Batu empedu
e. Pemeriksaan diagnostic
1. Ronsen abdomen / pemeriksaan sinar X / Foto polos abdomen Dapat
dilakukan pada klien yang dicurigai akan penyakit kandung empedu. Akurasi
pemeriksaannya hanya 15-20 %. Tetapi bukan merupakan pemeriksaan
pilihan.
2. Kolangiogram
kolangiografi
transhepatik
perkutan
Yaitu
melalui
Farmako Therapi
Pemberian asam ursodeoksikolat
dan
kenodioksikolat
digunakan
untuk
melarutkan batu empedu terutama berukuran kecil dan tersusun dari kolesterol.
Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol pada pasien yang
karena sesuatu hal sebab tak bisa dibedah.Batu-batu ini terbentuk karena terdapat
kelebihan kolesterol yang tak dapat dilarutkan lagi oleh garam-garam empedu dan
lesitin.Untuk
melarutkan
ursodeoksikolat.Mekanisme
batu
empedu
kerjanya
tersedia
berdasarkan
Kenodeoksikolat
penghambatan
dan
sekresi
yang
dilakukan
atas
indikasi
cholesistitis atau pada cholelitisis, baik akut /kronis yang tidak sembuh dengan
tindakan konservatif .
Tujuan perawatan pre operasi pada bedah cholesistectomy
a. Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang prosedur operasi.
b. Meningkatkan kesehatan klien baik fisik maupun psikologis
c. Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang hal-hal yang akan
dilakukan pada post operasi.
Tindakan Keperawatan Pada Cholecystotomy
a. Posisi semi Fowler
b. Menjelaskan tujuan penggunaan tube atau drain dan lamanya
c. Menjelaskan dan mengajarkan cara mengurangi nyeri :
Teknik Relaksasi
Distraksi
Terapi
57
Ranitidin
wanita.
Kontraindikasi :Glaukoma hipertrofiprostat.
Buscopan Plus Komposisi : Hiosina N-butilbromida 10 mg, parasetamol
500
mg,.
Indikasi : Nyeri paroksimal pada penyakit usus dan lambung, nyeri spastik
plasma tubuh.
NaCl 3 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida tetapi kandungan
osmolalitasnya lebih tinggi dibanding osmolalitas yang ada dalam plasma
tubuh.
Penatalaksanaan Diet
Pada kasus kolelitiasis jumlah kolesterol dalam empedu ditentukan
oleh jumlah lemak yang dimakan karena sel sel hepatik mensintesis
kolesterol dari metabolisme lemak, sehingga klien dianjurkan/ dibatasi dengan
makanan cair rendah lemak.Menghindari kolesterol yang tinggi terutama yang
berasal dari lemak hewani. Suplemen bubuk tinggi protein dan karbohidrat
dapat diaduk ke dalam susu skim dan adapun makanan tambahan seperti :
buah yang dimasak, nasi ketela, daging tanpa lemak, sayuran yang tidak
membentuk gas, roti, kopi / teh.
58
3. Koledhokolitiasis
a. Pengertian Koledhokolitiasis
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung
empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya.Sebagian besar batu
empedu, terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu.
Hati terletak di kuadran kanan atas abdomen di atas ginjal kanan, kolon, lambung,
pankreas, dan usus serta tepat di bawah diafragma.Hati dibagi menjadi lobus kiri dan
kanan, yang berawal di sebelah anterior di daerah kandung empedu dan meluas ke
belakang vena kava.Kuadran kanan atas abdomen didominasi oleh hati serta saluran
empedu dan kandung empedu.Pembentukan dan ekskresi empedu merupakan fungsi
utama hati.
Kandung empedu adalah sebuah kantung terletak di bawah hati yang
mengonsentrasikan dan menyimpan empedu sampai ia dilepaskan ke dalam usus.
Kebanyakan batu duktus koledokus berasal dari batu kandung empedu, tetapi ada
juga yang terbentuk primer di dalam saluran empedu.
Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu mengalami
aliran balik karena adanya penyempitan saluran.Batu empedu di dalam saluran
empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat saluran empedu (kolangitis). Jika saluran
empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan dengan segera menimbulkan
infeksi di dalam saluran. Bakteri bisa menyebar melalui aliran darah dan
menyebabkan infeksi di bagian tubuh lainnya.
Adanya infeksi dapat menyebabkan kerusakan dinding kandung empedu,
sehingga menyebabkan terjadinya statis dan dengan demikian menaikkan batu
empedu.Infeksi dapat disebabkan kuman yang berasal dari makanan.Infeksi bisa
merambat ke saluran empedu sampai ke kantong empedu.Penyebab paling utama
adalah infeksi di usus.Infeksi ini menjalar tanpa terasa menyebabkan peradangan
pada saluran dan kantong empedu sehingga cairan yang berada di kantong empedu
mengendap dan menimbulkan batu.Infeksi tersebut misalnya tifoid atau tifus.Kuman
tifus apabila bermuara di kantong empedu dapat menyebabkan peradangan lokal yang
tidak dirasakan pasien, tanpa gejala sakit ataupun demam.Namun, infeksi lebih sering
timbul akibat dari terbentuknya batu dibanding penyebab terbentuknya batu.
b. Etiologi
59
meningkat)
dengan
factor
antinukleasi/penghambat
(relative
60
terjadi karena bilirubin tak terkonjugasi di saluran empedu (yang sukar larut
-
dalam air), pengendapan garam bilirubin kalsium dan akibat penyakit infeksi.
Batu Empedu Campuran
Batu ini adalah jenis yang paling banyak dijumpai (80%) dan terdiri atas
kolesterol, pigmen empedu, dan berbagai garam kalsium.Biasanya berganda dan
sedikit mengandung kalsium sehingga bersifat radioopaque.
PATOFISIOLOGI
Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu di klasifikasikan berdasarkan
bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigmen dan batu campuran. Lebih
dari 90 % batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung > 50% kolesterol)
atau batu campuran ( batu yang mengandung 20-50% kolesterol). 10 % sisanya
adalah batu jenis pigmen, yang mana mengandung <20% kolesterol.Faktor motilitas
kandung empedu dan biliary stasis merupakan predisposisi pembentukan batu
campuran.
PATOFISIOLOGI BATU PIGMEN
1. Patofisiologi Batu Berpigmen Hitam
Pembentukan batu berpigmen hitam diawali oleh hipersekresi blilirubin
terkonjugat
(khususnya
monoglukuronida) ke
penemuaan
sitorangka
bakteri
pada
pemeriksaan
mikroskopik
batu. Infeksi traktus bilier oleh bakteri Escherichia coli, Salmonella typhii dan
spesies Streptococcus atau parasit cacing seperti Ascaris lumbricoides dan
Opisthorchis
sinensis
serta
Clonorchissinensismendukung
pembentukan
batu
Hasil
agen
perekat,
yaitu
sebagai
nidus yang
menfasilitasi
Gambar3SupersaturasiKolesterol
63
GEJALA KRONIS
TANDA :
TANDA:
1.
2.
4.
1.
Ikterus ringan
GEJALA:
Rasa nyeri (kolik empedu) yang
GEJALA:
1.
menetap
2.
3.
Febris (38,5C)
2.
3.
4.
Flatulensi
5.
Eruktasi (bersendawa)
e. Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium:
1. lekosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).
2. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
3. Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
4. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi
sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).
5. USG: menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu
empedu dan distensi saluran empedu
diagnostik)
6. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk
melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.
7. PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk
menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
8. Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim
billiar.
9. CT Scan: menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu,
obstruksi/obstruksi joundice.
10. Foto Abdomen: Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada
saluran atau pembesaran pada gallblader.
f. Tatalaksana
Pilihan tatalaksana batu empedu adalah secara operatif.Sambil menunggu, pasien
harus menghindari asupan lemak dan makan besar serta diberi tatalaksana
preoperative yakni pemberian hidrasi, analgesic, dan antibiotic sistemik.
1. Penanganan Awal
65
Pasien tirah baring total, pemberian cairan secara adekuat, tunda asupan
peroral, dan pemberian nutrisi secara parenteral.
2. Terapi Farmakologis
Antibiotik (terapeutik dan profilaksis). Ampisilin-sulbaktam 3g/6 jam IV, atau
piperrasilin-tazobaktam 4,5 g/8 jam IV. Pemberian antibiotic sejak dini sangat
Penatalaksanaan bedah
Penanganan bedah pada penyakit kandung empedu dan batu empedu dilaksanakan
untuk mengurangi gejala yang sudah berlangsung lama, untuk menghilangkan
penyebab kolik bilier dan untuk mengatasi kolesistitis akut.Pembedahan dapat
efektif jika gejala yang dirasakan pasien sudah mereda atau bisa dikerjakan
sebagai suatu prosedur darurat bilamana kondisi psien mengharuskannya.
Tindakan operatif meliputi :
-
Sfingerotomy endosokopik
Foto thoraks
Elektrokardiogram
4. Kolestitis
66
a. Pengertian
Kolesistitis adalah radang dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut
kanan atas, nyeri tekan dan demam. Berdasarkan etiologinya, kolesistitis dapat dibagi
menjadi:
Kolesistitis kalkulus, yaitu kolesistitis yang disebabkan batu kandung empedu
seperti
kepekatan
cairan
empedu,
kolesterol,
lisolesitin,
dan
prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh
reaksi inflamasi dan supurasi.
Faktor predisposisi terbentuknya batu empedu adalah perubahan susunan empedu,
stasis empedu, dan infeksi kandung empedu.Perubahan susunan empedu mungkin
merupakan faktor terpenting pada pembentukan batu empedu.Sejumlah penelitian
menunjukkan bahwa hati penderita batu kolesterol mensekresi empedu yang sangat
jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung
empedu dengan cara yang belum dimengerti sepenuhnya. Stasis empedu dapat
67
juga
menghilangkan
respons
kontraktilitas
terhadap
peritoneal juga dapat muncul, dan pada beberapa pasien menjalar hingga ke bahu
kanan atau skapula.Kadang-kadang nyeri bermula dari regio epigastrium dan
kemudian terlokalisisr di kuadran kanan atas (RUQ). Meskipun nyeri awal
dideskripsikan sebagai nyeri kolik, nyeri ini kemudian akan menetap pada semua
kasus kolesistitis. Pada kolesistitis akalkulus, riwayat penyakit yang didapatkan
sangat terbatas. Seringkali, banyak pasien sangat kesakitan (kemungkinan akibat
ventilasi mekanik) dan tidak bisa menceritakan riwayat atau gejala yang muncul.
USG dengan abdomen kuadran kanan atas. Nilai kepekaan dan ketepatan USG
mencapai 90-95%.
Pemeriksaan CT scan abdomen kurang sensitif dan mahal, tapi mampu
memperlihatkan adanya abses perikolesisitik yang masih kecil yang mungkin tidak
terlihat dengan pemeriksaan USG. Skintigrafi saluran empedu mempergunakan zat
radioaktif HIDA atau 99m Tc6 Iminodiacetic acid mempunyai kepekaan dan
ketepatan yang lebih rendah daripada USG dan juga lebih rumit untuk
dikerjakan.Terlihatnya gambaran duktus koledokus tanpa adanya gambaran kandung
empedu pada pemeriksaan kolesistografi oral atau skintigrafi sangat menyokong
kolesistitis akut.
d. Gejala Klinik
Gejala dan tanda lokal
1. Tanda Murphy
2. Nyeri atau nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
3. Massa di kuadran kanan atas abdomen
Gejala dan tanda sistemik
1. Demam
2. Leukositosis
3. Peningkatan kadar CRP
5. Kolangitis
a. Pengertian
Kolangitis adalah
suatu
Charcot ditahun 1877 menjelaskan tentang keadaan klinis dari kolangitis, sebagai
trias, yaitu demam, ikterus dan nyeri abdomen kuadran kanan atas, yang dikenal
dengan Charcot triad.Charcot mendalilkan bahwa empedu stagnankarena
obstruksi saluran empedu menyebabkan perkembangan kolangitis.
Obstruksi juga dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran empedu, yang
membawa empedu dari hepar kekandung empedu dan usus.Bakteri yang sering
dikultur pada empedu adalah Eschericia Coli, Klebsiella, Pseudomonas, Proteus,
Enterococcus, Clostridium perfiringens, Bacteroides fragilis.Bakteri anaerob yang
dikultur hanya sekitar 15% kasus.
Patofisiologi kolangitis sekarang ini dimengerti sebagai akibat kombinasi 2 faktor,
yaitu cairan empedu yang terinfeksi dan obstruksi biliaris.Peningkatan tekanan
70
intraduktal yang terjadi menyebabkan refluks bakteri ke dalam vena hepatik dan
sistem limfatik perihepatik yang menyebabkan bakterimia.
Pada tahun 1959, Reynolds dan Dargon menggambarkan keadaan yang berat pada
penyakit ini dengan menambahkan komponen syok sepsis dan gangguan kesadaran.
b. Etiologi
Penyebab tersering obstruksi biliaris adalah : koledokolitiasis, obstruksi struktur
saluran empedu, dan obstruksi anastomose biliaris. Bagaimanapun berat penyebab
obstruksi, kolangitis tidak akan terjadi tanpa cairan empedu yang terinfeksi. Kasus
obstruksi akibat keganasan hanya 25-40% yang hasil kultur empedunya positif.
Koledokolitiasis menjadi penyebab tersering kolangitis.
Dalam beberapa tahun terakhir dengan semakin banyaknya pemakaian manipulasi
saluran biliaris invasif seperti kolangiografi, stent biliaris, untuk terapi penyakit
saluran biliaris telah menyebabkan pergeseran penyebab kolangitis.Selain itu
pemakaian jangka panjang stent biliaris seringkali disertai obstruksi stent oleh cairan
biliaris yang kental dan debris biliaris yang menyebabkan kolangitis.
c. Epidemiologi
Kolangitis merupakan infeksi pada duktus koledokus yang berpotensi
menyebabkan kesakitan dan kematian.Dilaporkan angka kematian sekitar 1388%.Kolangitis ini dapat ditemukan pada semua ras. Berdasarkan jenis kelamin,
dilaporkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan tidak ada yang dominan
diantara keduanya. Berdasarkan usia dilaporkan terjadi pada usia pertengahan sekitar
50-60 tahun.
d. Patofisiologi
Adanya hambatan dari aliran cairan empedu akan menimbulkan stasis cairan
empedu, kolonisasi bakteri dan pertumbuhan kuman yang berlebihan. Kuman-kuman
ini berasal dari flora duodenum yang masuk melalui sfingter Oddi, dapat juga dari
penyebaran limfogen dari kandung empedu yang meradang akut, penyebaran ke hati
akibat sepsis atau melalui sirkulasi portal dari bakteri usus. Karena tekanan
yangtinggi dari saluran empedu yang tersumbat, kuman akan kembali (refluks) ke
dalam saluran limfe dan aliran darah dan mengakibatkan sepsis. Bakteribili (adanya
bakteri disaluran empedu) didapatkan pada 20% pasien dengan kandung empedu
71
oleh Cameron, demam di temukan pada lebih dari 90 persen kasus, ikterus pada 67
persen kasus dan nyeri abdomen hanya pada 42 persen kasus.
Dua hal yang diperlukan untuk terjadinya kolangitis yaitu adanya obstruksi aliran
empedu dan adanya bakteri pada duktus koledokus. Pada sebagian besar kasus,
demam
dan
mengigil
disertai
dengan
kolangitis
menandakan
adanya
bakteriemia.Biakan darah yang diambil saat masuk ke rumah sakit untuk kolangitis
akut adalah positif pada 40 sampai 50 persen pasien.Pada hampir semua serial
Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae adalah organisme tersering yang
didapatkan pada biakan darah.Organisme lain yang dibiakan dari darah adalah
spesies Enterobacter, Bacteroides, dan Pseudomonas.
Dalam serial terakhir species Enterobacter dan Pseudomonas lebih sering
ditemukan, demikian juga isolat gram negatif dan spesies jamur dapat dibiak dari
empedu yang terinfeksi.Adapun organisme anaerobik yang paling sering diisolasi
adalah Bacteroides fragilis.Tetapi, anaerobik lebih jarang ditemukan pada serial
terakhir dibandingkan saat koledokolitiasis merupakan etiologi kolangitis yang
tersering.
f. Diagnosis
Diagnosis kolangitis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang.
1.
Anamnesis
Pada anamnesis penderita kolangitis dapat ditemukan adanya keluhan demam,
ikterus, dan sakit pada perut kanan atas.Beberapa penderita hanya mengalami
dingin dan demam dengan gejala perut yang minimal.Ikterus atau perubahan
warna kuning pada kulit dan mata didapatkan pada sekitar 80% penderita.
2.
Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya demam, hepatomegali, ikterus,
3.
besar
penderita
mengalami
hiperbilirubinemia
73
fungsi hati termasuk alkali fosfatase dan transaminase serum juga meningkat yang
menggambarkan proses kolestatik.
g. Diagnosis Banding
1. Kolesistitis akut
Hampir semua kolesistitis akut terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh batu
yang terjebak di dalam kantong Hartmann.Pada keluhan utama dari kolesistikus
akut adalah nyeri perut di kuadran kanan atas, yang kadang-kadang menjalar ke
belakang di daerah skapula.Biasanya ditemukan riwayat kolik dimasa lalu, yang
pada mulanya sulit dibedakan dengan nyeri kolik yang sekarang. Pada kolesistitis,
nyeri menetap dan disertai tanda rangsang peritoneal berupa nyeri tekan dan
defans muskuler otot dinding perut. Kadang-kadang empedu yang membesar
dapat diraba.Pada sebagian penderita, nyeri disertai mual dan muntah.
2. Pankreatitis
Pankreatitis adalah radang pankreas yang kebanyakan bukan disebabkan oleh
infeksi bakteri atau virus, akan tetapi akibat autodigesti oleh enzim pankreas yang
keluar dari saluran pankreas. Biasanya serangan pankreatitis timbul setelah makan
kenyang atau setelah minum alkohol.Rasa nyeri perut timbul tiba-tiba atau mulai
secara perlahan.Nyeri dirasakan di daerah pertengahan epigastrium dan biasanya
menjalar menembus ke belakang.Rasa nyeri berkurang bila pasien duduk
membungkuk dan bertambah bila terlentang.Muntah tanpa mual dulu sering
dikeluhkan dan muntah tersebut sering terjadi sewaktu lambung sudah
kosong.Gambaran klinik tergantung pada berat dan tingkat radang.Pada
pemeriksaan fisik didapatkan perut tegang dan sakit terutama bila ditekan.Kirakira 90% disertai demam, takikardia, dan leukositosis.
3. Hepatitis
Hepatitis merupakan salah satu infeksi virus pada hepar yang terdiri dari hepatitis
A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D dan hepatitis E. Hepatitis B merupakan
hepatitis yang paling sering terjadi. Keluhan utamanya yaitu nyeri perut pada
kuadran kanan atas sampai di ulu hati.Kadang disertai mual, muntah dan
demam.Sekitar 90% kasus hepatitis merupakan infeksi akut.Sebagian menjadi
sembuh dan sebagian lagi menjadi hepatitis fulminan yang fatal.
h. Tatalaksana
74
dan dukungan
vasopressor.
Pemilihan
mencerminkan
awal
perlindungan
antibiotika
empiris
harus
beberapa jam. Terapi ini merupakan terapi invasif walaupun kerap disertai
dengan penyulit.
c. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
Penghancuran batu saluran empedu dengan menggunakan berbagai jenis
lithotripter yang dilengkapi dengan pencitraan flouroskopi sebelum prosedur,
diperlukan sfingterotomi endoskopik dan pemasangan kateter nasobiliaris
untuk memasukkan material kontras. Terapi dilanjutkan sampai terjadi
penghancuran yang adekuat atau telah diberikan pelepasan jumlah gelombang
kejut yang maksimum.
d. PTBD ( Percutaneous Transhepatik Biliar Drainage)
Pengaliran bilier transhepatik biasanya bersifat darurat dan sementara sebagai
salah satu alternatif untuk mengatasi sepsis pada kolangitis berat, atau
mengurangi ikterus berat pada obstruksi saluran empedu distal karena
keganasan.Pada pasien dengan pipa T pada saluran empedu dapat juga
dimasukkan koledokoskop dari luar untuk membantu mengambil batu
intrahepatik.
V.
Kerangka Konsep
76
VI.
Kesimpulan
Ny. W 42 tahun mengalami Ikterus obstruktif ec suspek koledokolitiasis, kolangitis,
kolesistitis
77
Daftar Pustaka
Braunwald, Isselbacher. Harrisons Principles of Internal Medicine vol 2, 13 edition. Mc Graw
Hill New York-.p.1458-1488, 2012
Dorland, W. A. Newman.. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC
78
Sylvia A Price, dan Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC 2003. 437 - 459
Swartz, Mark H. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Edisi bahasa Indonesia. 1995. Jakarta : EGC.
Tim penulis. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI edisi 6. Jakarta:Interna Publishing
Turgeon, ML. Immunology & Serology in Laboratory Medicine. 3rd ed. Mosby. 2003. p28791.
Wallach J. Hepatobiliary Disease and Disease for Pancreas. In Intepretation of Diagnosis Tests
A Synopsis of Laboratory Medicine. 5 edition. p. 170-217,2011
79