Anda di halaman 1dari 3

Cardiopulmonary Resuscitation (CPR), Defibrilasi, dan Kardioversi

A. Cardiopulmonary Resuscitation (CPR)


1. Definisi
Resusitasi atau reanimasi mengandung arti harfiah menghidupkan kembali,
dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti
jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah prosedur kegawatdaruratan medis yang
ditujukan untuk serangan jantung dan pada henti napas. RJP adalah kombinasi antara
bantuan pernapasan dan kompresi jantung yang dilakukan pada korban serangan jantung.
2. Indikasi
a. Henti Napas
Henti napas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal,
misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi asap/uap/gas,
obstruksi jalan napas oleh benda asing, tesengat listrik, tersambar petir, serangan
infark jantung, radang epiglotis, tercekik (suffocation), trauma dan lain-lainnya.
Pada awal henti napas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi, pemberian
O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai beberapa menit. Kalau
henti napas mendapat pertolongan segera maka pasien akan teselamatkan
hidupnya dan sebaliknya kalau terlambat akan berakibat henti jantung.
b. Henti Jantung
Henti jantung primer (cardiac arrest) ialah ketidak sanggupan curah
jantung untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara
mendadak dan dapat balik normal, kalau dilakukan tindakan yang tepat atau akan
menyebabkan kematian atau kerusakan otak. Henti jantung terminal akibat usia
lanjut atau penyakit kronis tentu tidak termasuk henti jantung. Sebagian besar
henti jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau takikardi tanpa denyut (8090%), kemudian disusul oleh ventrikel asistol (+10%) dan terakhir oleh disosiasi
elektro-mekanik (+5%). Dua jenis henti jantung yang terakhir lebih sulit
ditanggulangi karena akibat gangguan pacemaker jantung. Fibirilasi ventrikel
terjadi karena koordinasi aktivitas jantung menghilang. Henti jantung ditandai
oleh denyut nadi besar tak teraba (karotis femoralis, radialis) disertai kebiruan
(sianosis) atau pucat sekali, pernapasan berhenti atau satu-satu (gasping, apnu),
dilatasi pupil tak bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak sadar.
Pengiriman O2 ke otak tergantung pada curah jantung, kadar hemoglobin (Hb),
saturasi Hb terhadap O2 dan fungsi pernapasan. Iskemi melebih 3-4 menit pada
suhu normal akan menyebabkan kortek serebri rusak menetap, walaupun setelah
itu dapat membuat jantung berdenyut kembali.

B. Defibrilasi
1. Definisi
Defibrilasi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliran listrik
yang kuat denganmetode asinkron ke jantung pasien melalui elektroda yang ditempatkan
pada permukaan dada pasien. Tujuannya adalah untuk koordinasi aktivitas listrik jantung
dan mekanisme pemompaan,ditunjukkan dengan membaiknya cardiac output perfusi
jaringan dan oksigenasi. American Heart Association (AHA) merekomendasikan agar
defibrilasi diberikan secepatmungkin saat pasien mengalami gambaran VT non-pulse
atau VF, yaitu 3 menit atau kurang untuk setting rumah sakit dan dalam waktu 5 menit
atau kurang dalam setting luar rumah sakit.Defibrilasi dapat dilakukan diluar rumah sakit
karena sekarang ini sudah ada defibrillator yang bisa dioperasikan oleh orang awam yang
disebut automatic external defibrillation (AED).
2. Indikasi Dilakukan Defibrilasi
Defibrilasi merupakan tindakan resusitasi prioritas utama yang ditujukan pada:
a. Ventrikel fibrilasi (VF)
b. Ventrikel takikardi tanpa nadi (VT non-pulse)
Meskipun defibrilasi merupakan terapi definitive untuk VF dan VT non-pulse,
penggunaandefibrilasi

tidak

berdiri

sendiri

tetapi

disertai

dengan

resusitasi

kardiopulmonari (RKP).Peranaktif dari penolong atau tenaga kesehatan pada saat


mendapati pasien dengan cardiac arrest ,dimana sebagian besar menunjukkan VF dan VT,
untuk bertahan terbukti meningkat.
3. Kontraindikasi Dilakukan Defibrilasi
a. Disritmia karena peningkatan otomatisitas seperti toksisitas digitalis dan
katekolamin-induced aritmia
b. Takikardia atrium Multifocal
Untuk disritmia karena peningkatan otomatisitas seperti toksisitas digitalis dan
katekolamin-induced aritmia, keadaan depolarisasi homogen sudah ada. Oleh karena itu,
kardioversi tidak hanya efektif tetapi juga terkait dengan insiden yang lebih tinggi seperti
postshock ventrikel takikardi / fibrilasi ventrikel (VT / VF).

C. Kardioversi
1. Definisi

Kardioversi didefinisikan sebagai penghasilan direct current shock yang


tersikronisasi, dan ini tidak berlaku untuk defibrilasi ventrikel atau pengembalian aritmia
secara farmakologis. Penghasilan listrik DC disinkronisasikan dengan gelombang R atau
S daripada kompleks QRS. Sinkronisasi di bagian awal kompleks QRS menghindari
pengiriman energi dekat puncak gelombang T di permukaan EKG, yang bertepatan
dengan periode rentan untuk induksi fibrilasi ventrikel. Puncak gelombang T merupakan
bagian terminal dari periode refraktori ketika serat jantung berdekatan di periode yang
berbeda

dari

repolarisasi.Defibrilasi

mengacu

pada

penghasilan

energy

tidak

tersinkronisasi dan hanya direkomendasikan untuk fibrilasi ventrikel (VF). Kardioversi


adalah suatu proses memulihkan irama jantung dari ritme abnormalke normal.
Kardioversi paling elektif dilakukan untuk mengobati fibrilasi atrium, irama jantung jinak
gangguan yang berasal dari atas ruang (atrium) jantung.
2. Indikasi Dilakukan Kardioversi
a. Kardioversi Eksternal
1) Berdasarkan pedoman dari advanced cardiac life support (ACLS), setiap
pasien dengan QRS yang sempit atau lebar dengan takikardia kompleks
(tingkat ventrikel> 150) yang tidak stabil (misalnya, nyeri dada, edema paru,
ringan,

hipotensi)

harus

segera

diobati

dengan

kardioversi

listrik

tersinkronisasi.
2) Kardioversi listrik disinkronisasi dapat digunakan untuk mengobati VT stabil
yang tidak berhasil dengan obat intravena
3) Pada pasien hemodinamik stabil dengan atrial fibrilasi, atrial flutter, atau
takikardia supraventricular lainnya (SVT), kardioversi listrik disinkronisasi
juga dapat digunakan untuk secara elektif mengembalikan irama sinus.
4) Oleh karena pengiriman DC menyakitkan, biasanya dilakukan setelah pasien
telah menerima sedasi intravena yang cukup dari seorang ahli anestesi yang
terlatih atau perawat untuk menghasilkan efek amnestik dari prosedur.
b. Kardioversi Internal
1) Kardioversi internal untuk fibrilasi atrium digunakan pada pasien yang
resisten terhadap kardioversi eksternal atau sengaja diinduksi selama studi
elektropsikologi. Kardioversi harus terjadi sebelum penempatan defibrillator
atrium.

Anda mungkin juga menyukai