Anda di halaman 1dari 2

2.1.11.

Toksisitas
Toksisitas obat anestesi lokal dapat dikategorikan sebagai toksisitas lokal, toksisitas
sistemik atau toksisitas lokal dan sistemik. Toksisitas lokal terjadi bila obat anestesi lokal
diinjeksikan langsung ke jaringan seperti otot atau saraf. Toksisitas sistemik terjadi setelah
absorbsi sejumlah besar obat anestesi lokal atau setelah penyuntikan intravaskular yang tidak
disengaja. Toksisitas sistemik yang sangat berbahaya juga dapat terjadi setelah injeksi obat ke
ruang subdura. Toksisitas lokal dan sistemik biasanya terjadi karena reaksi alergi. Alergi lebih
sering terjadi pada obat anestesi lokal amino ester dan jarang ditemukan pada golongan amino
amida.3,4
Intoksikasi obat-obat anestesi lokal tergantung pada pada beberapa hal, antara lain:
konsentrasi obat, vaskularisasi di tempat suntikan, absorbsi obat, dosis, kecepatan penyuntikan,
hipersensitivitas, usia, keadaan umum, dan berat badan. Gejala awal intoksikasi anestesi lokal
adalah gejala sistem saraf pusat (SSP), sedang gangguan jantung (miokard) akan muncul
kemudian setelah konsentrasi dalam plasma semakin meningkat.3,4
a) Sistem Saraf Pusat (SSP)
Obat anestesi lokal dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan saraf, baik karena
suntikan langsung ke dalam saraf atau pada keadaan dimana obat dalam konsentrasi tinggi
merendam saraf dalam jangka waktu lama. Pada penelitian in vitro dijumpai bahwa lidokain
dengan konsentrasi 2% telah memiliki efek neurotoksik. Tanda-tanda neurotoksik antara lain:
numbness of the mouth and tongue, lighthededness, tinnitus, visual disturbance, irrational
behavior and speech, muscle twitching, unconsciousness, generalized convulsion, coma, dan
apnoe.3,4
b) Sistem Kardiovaskular
Intoksikasi kardiovaskular menyebabkan: depresi/lambatnya konduksi otot jantung
(otomatisasi miokard), depresi/melemahnya otot jantung (kontraktilitas miokard), dan
vasodilatasi perifer. Gejala ini biasanya timbul jika dosis yang digunakan 2-4 kali dosis yang
dapat menimbulkan konvulsi (dosis sangat tinggi). Hipotensi, bradikardi dan kemudian henti
jantung dapat segera terjadi. Berbeda dengan bupivakain, gangguan konduksi miokard sudah
dapat terjadi walaupun konsentrasi dalam plasma masih relatif rendah. Gejala ventrikular

fibrilasi secara tiba-tiba telah dilaporkan setelah pemberian bupivakain secara IV dan
celakanya biasanya resisten terhadap RKP.3,4
c) Sistem Pernapasan
Gejala yang muncul berupa relaksasi otot polos bronkus dan bisa sampai henti napas
akibat paralise saraf frenikus, paralise interkostal atau depresi langsung pusat pengaturan
napas.3,4

Anda mungkin juga menyukai