Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, makalah ini
dapat tersusun dan berjalan dengan baik.
Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok yang

dengan sabar mau saling membantu dan tetap semangat sampai makalah ini telah
selesai dengan lancar.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang. karena
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka diharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Semarang 10 Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................3
A.

Latar Belakang......................................................................................3

B.

Rumusan masalah...................................................................................3

C.

Tujuan................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN...............................................................5
A.

Definisi............................................................................................... 5

B.

Etiologi............................................................................................... 6

C.

Patogenesis........................................................................................... 7

D.

Macam-macam ISK.................................................................................9

E.

Manifestasi klinis..................................................................................10

F.

Diagnosis...........................................................................................11

G.

Penatalaksanaan...................................................................................12

H.
A.
B.
C.

Asuhan Keperawatan.............................................................................14
Pengkajian........................................................................................................ 14
Diagnosa keperawatan..........................................................................................16
Intervensi......................................................................................................... 16

BAB III PENUTUP..................................................................19


A.

Kesimpulan........................................................................................19

B.

Saran............................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................22

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme.
Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi virus dan
jamur juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan
oleh Escherichia coli. Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak perempuan
dan wanita. Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek
sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung kemih
(Corwin, 2007) dalam (Marlina, 2013).
Penyakit ISK merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
yang perlu mendapatkan perhatian yang serius. Diperkirakan 8% anak wanita
dan 2% anak laki-laki pernah mengalami ISK pada masa kanak-kanaknya.
Insidens ISK belum diketahui dengan pasti. Swedia melaporkan pada tahun
1999 didapatkan 2,2% pada anak laki-laki dan 2,1% pada anak wanita pada usia
2 tahun, dan pada usia 6 tahun menjadi 2,5% pada anak laki-laki dan 8,0% pada
anak wanita.Sedangkan di Inggris utara insidens ISK pada anak usia 16 tahun
adalah 3,6% pada anak laki-laki dan 11,3% pada anak wanita (dalam
Subandiyah, 2004).
Gambaran klinis ISK mempunyai spektrum yang sangat luas, dari yang
tanpa gejala (asimptomatik), ringan, sampai ISK dengan komplikasi. ISK baik
yang asimptomatik maupun yang ringan jika tidak ditangani secara dini dan
tepat dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti gagal ginjal, sepsis,
bahkan kematian. ISK pada anak-anak jika tidak diterapi secara dini dan tepat
dapat menimbulkan sekuele seperti pembentukan jaringan parut pada ginjal,
hipertensi, gagal ginjal dan komplikasi selama kehamilan. Hal ini terutama
sering terjadi pada Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia dimana ISK
ini sering luput dari diagnosis (Bircan 2002) dalam (Endriani, 2008).

B. Rumusan masalah
1. Apa itu Infeksi Traktus Urinarius?

2.
3.
4.
5.
6.

Apa penyebab Infeksi Traktus Urinarius?


Bagaimana Infeksi Traktus Urinarius bisa terjadi?
Apa gejala yang ditimbulkan oleh Infeksi Traktus Urinarius?
Apa pengobatan untuk Infeksi Traktus Urinarius?
Bagaimana asuhan keperawatan untuk penderita Infeksi Traktus Urinarius?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Infeksi Traktus Urinarius
2. Mengetahui penyeba Infeksi Traktus Urinarius
3. Mengetahui patofisiologi Infeksi Traktus Urinarius
4. Mengetahui gejala yang ditimbulkan oleh Infeksi Traktus Urinarius
5. Mengetahui pengobatan untuk Infeksi Traktus Urinarius
6. Mengetahui asuhan keperawatan bagi penderita Infeksi Traktus Urinarius

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
Infeksi traktus urinarius atau biasa disebut Infeksi Saluran Kemih (ISK)
adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran
kemih. Dalam

keadaan normal urin tidak mengandung bakteri, virus atau

mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun
wanita dari semua usia, dan infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada
wanita dibanding pria (Sudoyo Aru, 2009) dalam (Nurarif, 2015)
Jenis Infeksi Saluran Kemih antara lain kandung kemih (sistitis), uretra
(uretritis), prostat (prostatitis), dan ginjal (pielonefritis). Menurut letaknya,
infeksi saluran kemih diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. ISK bawah
Perempuan (sistitis : presentasi klinis infeksi kandung kemih

disertai bakteriuria bermakna)


Sindrome iretra akut (SUA) : presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan

mikroorganisme

(steril),

sering

disebut

sistitis

bakterialis.
Laki-laki (sistitis, pristatitis, epidimis, dan uretritis).
2. ISK atas
Pielonefritis akut (PNA) : proses infeksi parenkim ginjal yan

disebabkan infeksi bakteri


Pielonefritis kronis (PNK) : kemungkinan akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.

Infeksi saluran kemih (ISK) dari segi klinik dibagi menjadi dua, yaitu :
1.

Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (simple/ uncomplicated urinary


tract infection), yaitu bila infeksi saluran kemih tanpa faktor penyulit
dan tidak didapatkan gangguan struktur maupun fungsi saluran
kemih.Merupakan ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan
saluran kemih tak baik, anatomik maupun fungsional normal. ISK ini
pada usia lanjut terutama wanita, infeksi hanya mengenai mukosa
superficial kandung kemih.

2.

Infeksi saluran kemih terkomplikasi (complicated urinary tract


infection) sering menimbulkan masalah karena sering kali kuman
penyebab ISK sulit diberantas, kuman sering resisten terhadap berbagai
antibiotik, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. Bila terdapat halhal tertentu sebagai infeksi saluran kemih dan kelainan struktur maupun
fungsional yang merubah aliran urin seperti obstruksi aliran urin, batu
saluran kemih, kista ginjal, tumor ginjal, abses ginjal, residu urin dalam
kandungan kemih.

B. Etiologi
Berbagai mikroorganisme dapat menginfeksi saluran kemih tetapi
yang paling sering adalah basil gram negatif. Eschericia coli menyebabkan
kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis dan
kalkuli selain itu bakteri lain misalnya Proteus, Klebsiella, Enterobacter,
Serratia, dan Pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksi
tanpa komplikasi. Penyebab lain infeksi traktus urinarius bisa karena terlalu
lama menahan kencing, kurang minum, penggunaan toilet umum yang tidak
bersih, kebiasaan cebok yang salah dan katerisasi.
ISK terjadi tegantung pada bayak faktor antara lain usia, gender,
pravalensi bakteriuria dan faktor predisposisi yang menyebakan perubahan
struktur saluran kemih termasuk ginjal.
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK antara lain :
Eschericia coli penyebab ISK uncomplicated (simple).
Pseudomonas, Proteus, Klebsiella penyebab ISK complicated.
Enterobacter, Serratia, Staphylococcus epidemidis, Enterococci, dan
lain-lain.
2. Pravalensi penyebab ISK pada usia lanjut antara lain :
Sisa urinpada kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan

kandung kemih yang kurang efektif.


Mobilitas menurun.
Nutrisi yang kurang baik.
Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
Adanya hambatan aliran urin.
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi protat.

Komplikasi pada ISK selama kehamilan yaitu :


6

Kondisi
Basiluria Asimtomatik (BAS) tidak diobati

Resiko Potensial
Pielonefritis
Bayi premature
Anemia
Pregnancy-incuded hypertention
nggunaan steroid dalam jangka panjang, usia lanjut, anomaly saluran kemih, cidera uretra, riwayat
ISK trimester III
Bayi mengalami retradasi mental
Makanan terkontaminasi mikroorganisme masuk
Jaringan
melalui
parut
mulut
->
total tersumbat
Pertumbuhan
bayi
lambat
Cerebral palsy
Setal death

Obstruksi saluran kemih yang bermuara ke vesika u


C. Patogenesis
Sejauh ini diketahui
bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
HCl (lambung)
mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
ke dalam
saluran kemih dan berbiak di dalam media
Hidupmikroorganisme masuk Tidak
Hidup
urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara :
a. Ascending, yaitu kolonisasi kuman di sekitar uretra.
Usus terutamab.plek
mayer yaitu masuknya kuman melalui uretra ke buli buli.
Hematogen,
Resiko
infeksi
tekanan VU
c. Limfogen, yaitu penempelan
kuman
dinding buliPeningkatan
buli.
d. Langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah terinfeksi, yaitu
Kuman mengeluarkan
edotoksin
masuknya
kuman melalui ureter
Mati ke ginjal.
Penebalan dinding VU

Bakteremia primer

Difagosit

Kontraksi otot VU

Procesia pada kulit dan tidak hipertermi


Kesulitan berkemih
Tidak difagosit
Retensi urin
Bakteremia sekunder

Pembuluh darah kapiler

Hipotalamus

Ureter

Reinteraksi abdominal

Menekan termoreguler

Iritasi uretal

Obstruksi

Oliguria

Mual muntah

Hipertermi

Peradangan

Gangguan eliminasi urin Kekurangan volune cairan

Depresi saraf perifer


Peningkatan frekuensi / dorongan uretl
Nyeri

D. Macam-macam ISK
1.
Glomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis akut

adalah

peradangan

glomerulus

secara

mendadak. Peradangan akut glomerulus terjadi akibat peradangan


komplek antigen dan antibodi di kapiler-kapiler glomerulus. Komplek
biasanya terbentuk 7-10 hari setelah infeksi faring atau kulit oleh
Streptococcus (glomerulonefritis pascastreptococcus ) tetapi dapat
2.

timbul setelah infeksi lain.


Glomerulonefritis Kronik
Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel-sel
glomerulus. Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut
yang tidak membaik atau timbul secara spontan. Glomerulonefritis
kronik sering timbul beberapa tahun setelah cidera dan peradangan
glomerulus sub klinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam urin)
dan proteinuria ( protein dalam urin ) ringan, yang sering menjadi
penyebab adalah diabetes mellitus dan hipertensi kronik. Hasil akhir
dari peradangan adalah pembentukan jaringan parut dan menurunnya
fungsi glomerulus. Pada pengidap diabetes yang mengalami hipertensi
ringan, memiliki prognosis fungsi ginjal jangka panjang yang kurang

3.

baik.
Pielonefritis Akut
Pielonefritis akut adalah infeksi pada ginjal yang biasanya terjadi akibat
infeksi kandung kemih, dapat terjadi di satu atau ke dua ginjal. Gejalagejala umumnya timbul secara cepat dalam beberapa jam atau hari dan
mencakup demam yang sering 103 F atau lebih, menggigil kedinginan,

4.

nyeri pinggang dan disuria.


Pielonefritis Kronik
Pielonefritis kronik adalah infeksi pada ginjal itu sendiri, dapat terjadi
akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada penderita batu.
Gejalagejala umum seperti demam, menggigil, nyeri pinggang, dan
disuria. Atau memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis akut,

5.

tetapi juga menimbulkan hipertensi dan gagal ginjal.


Sistitis
Sistitis adalah infeksi kandung kemih, merupakan tempat tersering
untuk infeksi. Gejala yang timbul yaitu disuria ( nyeri waktu

berkemih ). Peningkatan frekuensi berkemih, perasaan ingin berkemih,


adanya sel-sel darah putih dalam urin, nyeri punggung bawah /
suprapubis, demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus
6.

yang parah.
Gagal ginjal
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama
sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di
dalam darah atau produksi urin. Gagal ginjal yang terjadi secara
mendadak adalah gagal ginjal akut. Gagal ginjal yang berkaitan dengan
menurunnya fungsi ginjal secara progresif irreversible disebut gagal
ginjal kronik, biasanya timbul beberapa tahun setelah penyakit atau
kerusakan ginjal.

E. Manifestasi klinis
Gejala klinis infeksi saluran kemih tidak khas dan bahkan pada sebagian
pasien tanpa gejala. Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisuria, dan
terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan. Nyeri suprapubik dan daerah
pelvis. Stranguria yaitu kencing yang susah dan disertai kejang otot pinggang
yang sering ditemukan pada sistitis akut. Tenesmus ialah rasa nyeri dengan
keinginan mengosongkan kandung kemih meskipun telah kosong. Nokturia ialah
cenderung sering kencing pada malam hari akibat kapasitas kandung kemih
menurun. Ditemukan juga enuresis nokturnal sekunder yaitu mengompol pada
orang dewasa, prostatimus yaitu kesulitan memulai kencing dan kurang deras
arus kencing.
Gejala pada anak-anak terjadi malaise umum, demam, sakit perut,
ngompol malam hari dan hambatan pertumbuhan sedangkan pada orang
lansia juga malaise, demam, inkontinensi, serta kadang-kadang perasaan
kacau yang timbul mendadak. Gejala klinis infeksi saluran kemih sesuai
dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut:

1. Pasien infeksi saluran kemih bagian bawah, keluhan pasien biasanya


berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air
kemih sedikitsedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik.
2. Pasien infeksi saluran kemih bagian atas dapat ditemukan gejala sakit
kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau
nyeri di pinggang
F. Diagnosis
Guna menentukan adanya bakteriuria, artinya infeksi saluran kemih dengan
bakteri, sekarang tersedia beberapa cara diagnosa, yaitu:
a. Tes sedimentasi mendeteksi secara mikroskopis adanya kuman dan
lekosit di endapan dalam urin.
b. Tes nitrit (Nephur R) menggunakan strip mengandung nitrat yang
dicelupkan ke urin. Praktis semua gram negatif dapat mereduksi nitrat
menjadi nitrit, yang tampil sebagai perubahan warna tertentu pada strip.
Kuman-kuman grampositif tidak terdeteksi.
c. Dip-slide test (Uricult) menggunakan persemaian kuman di kaca obyek,
yang seusai inkubasi ditentukan jumlah koloninya secara mikroskopis.
Tes ini dapat dipercaya dan lebih cepat daripada pembiakan lengkap
dan jauh lebih murah.
d. Pembiakan lengkap terutama dilakukan sesudah terjadinya residif 1-2
kali, terlebih-lebih pada infeksi saluran kemih anak-anak dan pria.
e. Tes ABC (Antibody Coated Bacteria) adalah cara imunologi guna
menentukan infeksi saluran kemih yang letaknya lebih tinggi. Dalam
hal ini tubuli secara lokal membentuk antibodies terhadap kuman, yang
bereaksi dengan antigen yang berada di dinding kuman. Kompleks yang
terbentuk dapat diperlihatkan dengan cara imunofluoresensi (Tjay dan
Rahardja, 2007) dalam (Novriaty, 2010).
Pemeriksaan penunjang
1. Investigasi lanjutan harus berdasarkan indikasi klinis :
Ultrasonography (USG)
Radiografi : foto polos perut, pielografi IV, Micturating
cystogram
Isotop scanning
2. Pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis

10

Pemeriksaan makroskopis adalah pemeriksaan yang dilakukan


langsung dengan mata tanpa penambahan reagen atau zat kimia
tertentu. Pemeriksaan makroskopis ini meliputi pemeriksaan volume,
warna, kejernihan, bau. Untuk pemeriksaan derajat keasaman ( pH )
dan berat jenis dilakukan dengan tes cepat multistick. Pada
pemeriksaan ini digunakan urin yang baru dikemihkan untuk
menghindari perubahan morfologi unsur sedimen. Syarat syarat
pemeriksaan sedimen adalah :
a. Sebaiknya dipakai urin baru, bila tidak bisa maka sebaiknya disimpan pada
kulkas maksimal 1 jam atau disimpan dengan diberi pengawet.
b. Sebaiknya digunakan urin pagi karena urin pagi lebih kental dan bahan -bahan
yang terbentuk belum rusak atau lisis.
c. Botol penampung harus bersih dan dihindari dari kontaminasi.
Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan mikroskopis adalah eritrosit,
leukosit, sel epitel, torak, silinder, kristal, dan bakteri.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat berupa Non Farmakologis dan farmakologis.
Non farmakologis dapat berupa istirahat dan diet (perbanyak vitamin A dan C
untuk mempertahankan epitel saluran kemih.
Tujuan pengobatan secara farmakologis adalah infeksi saluran kemih
adalah untuk menurunkan morbiditas berupa simptom, pengangkatan bakteri
penyebab, mencegah agar tidak terjadi rekurensi dan kerusakan struktur organ
saluran kemih. Berikut ini adalah deskripsi beberapa agen antimikroba yang
umum digunakan dalam terapi infeksi saluran kemih :
a. Siprofloksasin
b. Berfungsi menghambat DNA gyrase sehingga sintesa DNA kuman
terganggu. Siprofloksasin terutama aktif terhadap kuman Gram negatif
termasuk

Salmonella,

Shigella,

Kampilobakter,

Neiseria,

dan

Pseudomonas. Obat ini juga aktif terhadap kuman Gram positif seperti
Str. pneumonia dan Str. faecalis, tapi bukan merupakan obat pilihan
utama untuk Pneumonia streptococcus.
c. Trimetropim-Sulfametoksazol (kotrimoksazol)

11

d. Mekanisme kerja sulfametoksazol dengan mengganggu sintesa asam


folat bakteri dan pertumbuhan lewat penghambat pembentukan asam
dihidrofolat dari asam para-aminobenzoat. Dan mekanisme kerja
trimetoprim adalah menghambat reduksi asam dihidrofolat menjadi
tetrahidrofolat.
e. Amoksisillin
f. Amoksisilin yang termasuk antibiotik golongan penisilin bekerja
dengan cara menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan
untuk sintesis dinding sel mikroba.
g. Seftriakson
Berkhasiat bakterisid dalam fase pertumbuhan kuman, berdasarkan
penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk
ketangguhan dindingnya. Seftriakson memiliki waktu paruh yang lebih
panjang dibandingkan sefalosprin yang lain sehingga cukup diberikan
satu kali sehari.
h. Ampisilin
Ampisilin adalah antiseptik infeksi saluran kemih, otitis media,
sinusitis, bronkitis kronis, salmonelosis invasif dan gonore. Ampisilin
efektif terhadap beberapa mikroba gram-negatif dan tahan asam,
sehingga dapat diberikan per oral.
Selain obat-obat di atas, antibiotik yang dapat diberiksan adalah cefotaxime,
ceftriaxon, kotrimoxazol, fluoroquinolon, doksisiklin, dan aminoglikolisid.
Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi
penisilin dengan aminoglikosida. Untuk ibu hamil dapat diberikan
amoksilin, nitrofurantoin atau sefalosporin.

H. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK dapat menggunakan
pendekatan bersifat menyeluruh yaitu :
1. Data biologis meliputi
a. Identitas klien
b. Identitas penanggung
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat infeksi saluran kemih
b. Riwayat penah menderita batu ginjal

12

c. Riwayat penyakit DM dan jantung


3. Pemeriksaan head to toe
4. Data dasar pengkajian pasien
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise. Tanda : kelemahan otot,
kehilangan tonus.
b. Sirkulasi
Tanda : hipotensi atau hipertensi, nadi lemah atau halus,
hipotensi orttostatik, pucat, nadi kuat
c. Eliminasi
Tanda : perubahan warna urin contoh kuning pekat, merah,
coklat, berawan, oliguria (biasanya 12-21hari) poliuria (2-60
/hari). Gejala : perubahan pola berkemih biasanya : peningkatan
frekuensi, poliuria (kegagalan dini) penurunan frekuensi/
oliguria (fase akhir), disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi,
abdomen kembung, konstipasi atau diare.
d. Makanan dan cairan
Tanda : perubahan turgor kulit atau kelembaban, edema (umum
bagian bawah). Gejala : peningkatan berat badan (edema),
penurunan berat badan (dehidrasi) mual, muntah, anoreksia,
nyeri ulu hati, penggunaan diuretik.
e. Neuro sensori
Tanda : gangguan status mental, contoh : penurunan lapang
perhatian, penurunan tingkat kesadaran. Gejala : sakit kepala,
pandangan kabur, kram otot
f. Kenyamanan
Tanda : perilaku berhati-hati atau distraksi, gelisah. Gejala :
nyeri tubuh atau sakit kepal
g. Pernafasan
Tanda : takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, kedalaman
(pernafasan kusmaul), batuk produktif dengan sputum kental.
Gejala : nafas pendek
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Urinalisis
Leukosuria atau piuria. Merupakan salah satu petunjuk penting
adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/

lapang pandang besar (LPB) dan sedimen air kemih.


Hematuria

13

Hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/ LPB sedimen air


kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
Mikroskopis
Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni
Hitung koloni sekitar 100.000 koloni per mililiter urin dari urin
tampung, aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai kriteria utama badanya infeksi
e. Metode test
Test dipstick multistrip untuk wbc (test estroseleukosit) dan nitrit (test
griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase positif, maka pasien
mengalami piuna.tes pengurangan nitrat, griess positif jika terdapat

bakteri yang mengurangi nitraturin normal menjadi nitrit


Test penyakit menular seksual (PMS). Uretritia akut akibat organisme
menular secara seksual (misal: klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplex).
Test-test tambahan :
Urogram intravena (IV), pielografi (IVP), sistografi dan ulrtasonografi
juga dapat digunakan atau dilakukan untuk menentukan apakan infeksi
akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, masa renal atau
abses, hodronerasis atau hiperplasia prostate, urogram IV atau evaluasi
ultasonik, sistoskopi dan prosedururodinamik dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebeb kambuhnya resisten infeksi.

B. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai
dengan mual dan muntah.
2. Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan
struktur traktus urinarius lain
3. Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi mekanik pada struktur
urinarius
4. Risiko infeksi b.d masuknya kuman
5. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses
penyakit, metode pencegahan, dan intruksi perawatan di rumah.

14

C. Intervensi
N
Diagnosa
O
1.

Tujuan dan Kriteria

Keperawatan
Kekurangan

Hasil
Dalam tindakan

volume cairan

keperawatan selama

b.d kehilangan

1x24 jam klien dapat

cairan aktif

memenuhi kebutuhan

ditandai dengan

cairannya dengan

mual dan

kriteria hasil:
1. tekanan darah, nadi,

muntah.
(00027)

suhu tubuh normal


2. tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
3. elastisitas turgor kulit
baik
4. tidak mengalami
penurunan berat

Intervensi

monitor status hidrasi


monitor TTV
monitor masukan makanan atau
cairan dan hitung intake dan

output cairan harian


dorong klien untuk menambah

intake cairan
Dorong keluarga untuk membentu

pasien makan
monitor status nutrisi
Ajarkan bahwa anggur kopi, teh,
dan jus menyebabkan diuresis
dan dapat meningkatkan
kehilangan cairan

badan

15

2.

Nyeri akut b.d Setelah dilakukan


inflamasi

dan tindakan keperawatan

Monitor tanda-tanda vital


Kaji inensitas, lokasi dan faktor

infeksi

uretra, selama 3 x 24 jam pasien

yang

kandung

kemih merasa nyaman dan

meringankan nyeri.
Rasional :

dan

struktur nyerinya berkurang.

memberatkan

atau

traktus urinarius Dengan Kriteria Hasil :

Rasa sakit yang hebat menandakan

lain

adanya infeksi.

(00132)

a) Pasien mengatakan /
tidak ada keluhan

Berikan waktu istirahat yang cukup

pada saat berkemih


b) Kandung kemih tidak

dan tingkat aktivitas yang dapat di

tegang
c) Passien tampak

Rasional :

toleran.
Analgetik memblok lintasan nyeri.

tenang. Ekspresi
wajah tenang

Anjurkan minum banyak 2-3 liter


jikatidak ada kontra indikasi.
Rasional :
Untuk

membantu

klien

dalam

berkemih.

Kaji skala nyeri pada klien


Rasional:
Untuk
menentukan
penanganan bagi klien
Ajarkan klien mengenai
teknik

manajemen

(relaksasi,
imajinasi

nyeri

message,
terbimbing,

distraksi)
Rasional:
Agar klien dapat mengatasi

nyerinya secara mandiri


Berikan
obat analgetik sesuai
dengan anjuran dokter
Rasional :
Klien dapat istirahat

dengan

tenang dan dapat merilekskan otot-

16

3.

Gangguan
eliminasi urine
b.d obstruksi
mekanik pada
struktur urinarius
(00016)

Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan pasien dapat
berkemih secara normal.
Kriteria hasil :
a) kandung kemih
kosong secara penuh
b) tidak ada residu

otot..
monitor TTV
Memantau penggunaan obat
Memonitor efek dari obat
menyediakan manuver Crede, yang

diperlukan
masukkan kateter kemih yang

sesuai
anjurkan klien atau keluarga untuk

mencatat output urine


memantau asupan dan keluaran

Kaji

urine
c) intake cairan dalam

4..

rentang normal
d) bebas dari ISK
e) cairan seimbang
Risiko infeksi b.d Tujuan :
masuknya kuman

Setelah

(00004)

tindakan

dilakukan
keperawatan

jam dan lapor jika suhu di atas

x 24

38,50C
Catat karakteristik urine
Manajemen intake cairan
Memberikan pendidikan kesehatan

mengenai risiko infeksi pada klien


Berikan
perawatan
perineal,

selama

jam

pasien

memperlihatkan

tidak adanya tanda-tanda


infeksi.
Kriteria Hasil :
a) Tanda-tanda

pertahankan agar tetap bersih dan

vital

kering.

dalam batas normal


b) Nilai kultur urine
negative
c) Urine
5.

suhu tubuh pasien setiap 4

berwarna

Kurangnya

bening dan tidak bau


Setelah
dilakukan

pengetahuan

tindakan

berhubungan

klien mengetahui proses

Rasional :

dengan

penyakit dan pencegahan

Agar klien mengerti sepenuhnya

kurangnya

penyakitnya.

tentang penyakit yang dialaminya.

keperawatan

informasi tentang Kriteria Hasil :

Beri

penjelasan

terhadap

penyakitnya

Dengan

Jelaskan patofisiologi penyakit,

17

proses penyakit, a) Klien


metode
pencegahan, dan
intruksi
perawatan
rumah.
(00162)

di

mengetahui

tentang penyakitnya
b) Klien
mengetahui
tentang

pengobatan

dan

pencegahan

penyakitnya
c) Klien dan keluarga

gejala, proses dengan cara ayang

tepat.
Sediakan informasi pada klien
Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan
intruksikan klien mengenai tanda

mampu menjelaskan
kembali

apa

dan gejala untuk melaporkan


kepada perawat

yang

dijelaskan perawat

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
1. Infeksi traktus urinarius atau biasa disebut Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah
infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih.
Dalam

keadaan normal urin tidak mengandung bakteri, virus atau

mikroorganisme lain.
2. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK antara lain :
Eschericia coli penyebab ISK uncomplicated (simple).
Pseudomonas, Proteus, Klebsiella penyebab ISK complicated.

18

Enterobacter, Serratia, Staphylococcus epidemidis, Enterococci, dan lain-

lain.
3. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara :
a. Ascending, yaitu kolonisasi kuman di sekitar uretra.
b. Hematogen, yaitu masuknya kuman melalui uretra ke buli buli.
c. Limfogen, yaitu penempelan kuman dinding buli buli.
d. Langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah terinfeksi, yaitu
masuknya kuman melalui ureter ke ginjal
4. Gejala klinis infeksi saluran kemih sesuai dengan bagian saluran kemih yang
terinfeksi sebagai berikut:
a. Pasien infeksi saluran kemih bagian bawah, keluhan pasien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air
kemih sedikitsedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik.
b. Pasien infeksi saluran kemih bagian atas dapat ditemukan gejala sakit
kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau
nyeri di pinggang
5. Diagnosa keperawatan yang muncul :
a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan
mual dan muntah.
b. Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur
traktus urinarius lain
c. Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi mekanik pada struktur urinarius
d. Risiko infeksi b.d masuknya kuman
e. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit,
metode pencegahan, dan intruksi perawatan di rumah.

B. Saran
Setelah memahami konsep dasar pada asuhan keperawatan pada penderita
Infeksi Traktus Urinarius, diharapkan kepada mahasiswa dapat melakukan dan
melaksanakan perencanaan dengan profesional pada pasien dengan ISK dan juga
bagi setiap orang dapat menghindari terjadinya Infelsi Saluran Kemih dengan selalu
menjaga kebersihan dan membiasakan pola hidup sehat.

19

DAFTAR PUSTAKA

20

Anda mungkin juga menyukai