Anda di halaman 1dari 16

MODUL

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN


Berpikir Kritis dan Pengambilan Keputusan

Disusun oleh:
1.
2.
3.

Voni Indahyanti
Ihsan Nur Mahmudi
Fitrah Nurani Erba Putri

(P27820714009)
(P27820714015)
(P27820714030)

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2016-2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyusun modul ini yang berjudul Berpikir
Kritis dan Pengambilan Keputusan
Dalam proses penyusunan modul ini, kami sebagai penyusun mengalami
banyak hambatan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak
akhirnya modul ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini,
dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
Pembimbing mata kuliah Manajemen Kepemimpinan Dalam Keperawatan, yaitu
Ibu Indriatie, SST, M.M.Kes yang telah membimbing kami dalam proses
penyusunan modul ini.
Kami menyadari modul ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, maka dari itu kami berterima kasih apabila ada kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan modul ini.
Akhir kata, semoga modul ini dapat dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
seperjuangan

khususnya Program Studi D IV Keperawatan Gawat Darurat

nantinya.

Surabaya, 28 Maret 2016

Penyusun

1. Tujuan Pembelajaran Umum


a. Memahami konsep manajemen keperawatan

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

Memahami fungsi dan prinsip manajemen keperawatan


Menjelaskan proses manajemen
Membuat perencanaan di ruang perawatan
Memahami pengorganisasian pelayanan keperawatan di ruang perawatan
Memahami pengambilan keputusan memberikan
Menjelaskan penggerakan kelompok (tim)
Memahami monitoring dan evaluasi kerja kelompok (tim)
Menjelaskan teori penyelesaian masalah
Memahami konsultasi
Menjelaskan bekerja sama dengan tim (team work)
Memahami prinsip kepemimpinan dalam manajemen keperawatan
Menjelaskan dinamika kelompok
Memahami continuing pelayanan (penerimaan pulang)

2. Tujuan Pembelajaran Khusus


a. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pengertian Mutu
b. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan
c. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Dimensi Mutu Asuhan Keperawatan
d. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Ciri-ciri Mutu Asuhan Keperawatan
e. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pengertian Standar
f. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tujuan SAK (Standar Asuhan
Keperawatan) : SK Dirjen Yanmed : YM.00.03.2.6.7637/1993
g. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Komponen SAK (Standar I-VI)
h. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pelaksanaan Evaluasi Penerapan SAK :
Instrumen A, B, dan C

3. Pokok Materi Pembelajaran


A. Pengertian Berfikir Kritis
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut
untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah
penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan
dan pengalaman (Pery & Potter, 2005). Menurut Bandman dan Bandman (1988),
berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan,
pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan
kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita

menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan
yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan
belajar.
Berfikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan
profesional karena cara berfikir ini terdiri dari atas pendekatan holistik untuk
pemecahan masalah.
B. Metode Berfikir Kritis
Menurut Freely, ada 7 metode Critical Thinking.
1. Debate : Metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan
keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam
proses terjadi perdebatan atau argumentasi.
2. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam
proses mengambil keputusan.
3. Group discussion : Sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah.
4. Persuasi : Komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan,
keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alasan,
argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk persuasi.
5. Propoganda : Komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang
sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar.
6. Coercion : Mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi
untuk memaksakan suatu kehendak.
7. Kombinasi beberapa metode.
C. Karakteristik Berfikir Kritis
Karakteristik berpikir kritis adalah :
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas,
pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian
konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis
menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.

2. Rasional dan beralasan


Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai
dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan
waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu,
fakta dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan
selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk
dibanding yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara
benar dan dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang
akan diambil.
D. Proses Berfikir Kritis
1. Mengenali

masalah

(defining

and

clarifying

problem),

meliputi

mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan


kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relevan,
merumuskan masalah.
2. Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun
opini,

mengecek

konsistensi,

mengidentifikasi

asumsi,

mengenali

kemungkinan

emosi

maupun

salah

penafsiran

kalimat,

mengenali

kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi.


3. Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi mengenali
data-data yang diperlukan dan meramalkan konsekuensi yang mungkin
terjadi dari keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil.
E. Berfikir Kritis dalam Keperawatan
Berfikir meliputi proses yang tidak statis, berubah setiap saat. Berfikir kritis
dalam

keperawatan

adalah

komponen

dasar

dalam

pertanggunggugatan

profesional dan kualitas asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan jaminan


yang terbaik bagi perawat mencapai sukses dalam berbagai aktifitas dan
merupakan suatu penerapan profesionalisme serta pengetahuan tekhnis atau
keterampilan tekhnis dalam memberikan asuhan keperawatan.
Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi, mempertanyakan
maupun menjawab, membangun pertanyaan yang merupakan pemicu proses
berkelanjutan untuk mencari jawaban dngan kemungkinan ada jawaban atau tidak
terdapat jawaban.
Perawat setiap hari mengambil

keputusan. Perawat menggunakan

keterampilan berpikir kritis dalam berbagai cara :


1. Perawat

menggunakan

pengetahuan

dari

berbagai

subjek

dari

lingkungannya.
2. Perawat menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan.

3. Perawat penting membuat keputusan


Beberapa tahun yang lalu ditemukan bahwa berpikir kritis dalam
keperawatan diperlukan untuk mengeksplorasi. Berpikir kritis dalam keperawatan
adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan professional dan kualitas
asuhan keperawatan. Pemikir kritis dalam keperawatan menunjukkan kebiasaan
perasaan : percaya diri, kontekstual perspektif, kreatifitas, fleksibilitas, ingin tahu,
intuisi, keterbukaan, tekun, refleksi.
F. Manfaat Berfikir Kritis dalam Keperawatan

Berikut ini merupakan manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah


sebagai berikut :
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab
dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai
keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.
G. Model Berfikir Kritis
Costa, dkk (1985) mengidentifikasi model berfikir kritis :
1. Remembering : Menggunakan pengalaman masa lalu untuk mendekati
pikiran saat ini.
2. Repeating
menghadapi

: Semakin sering menggunakan cara berpikir kritis dalam


setiap

persoalan

kehidupan

sehingga

memudahkan

mengambil keputusan.
3. Reasoning

: berpikir kritis yaitu pengambilan keputusan atas dasar

pertimbangan yang akurat serta penentuan pilihan atas alternative yang


ditetapkan.

4. Reorganizing : Mengorganisasi kembali terhadap apa yang sementara


menjadi focus perhatian untuk mengidentifikasi secara tepat terhadap
fenomena yang menjadi perhatian utama.
5. Relating

Menghubungkan

dan

menemukan

relasi

diantara

fenomena yang dipikirkan.


6. Reflecting : Menunda dalam pengambilan keputusan dengan tujuan
menganalisa

kembali

secara

hati-hati

akan

apa

yang

telah

dipertimbangkan.
H. Model Berfikir Kritis dalam Keperawatan
Dalam penerapan pembelajaran berpikir kritis di pendidikan keperawatan,
dapat digunakan tiga model, yaitu sebagai berikut :
1. Feeling Model
Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam
melakukan

pengamatan,

keperawatan,

dan

kepekaan

perhatian.

dalam

Misalnya

melakukan

terhadap

aktifitas

aktifitas
dalam

pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk, dan


perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.
2. Vision Model
Model

ini

mengorganisasi

digunakan
dan

untuk

menerjemahkan

membangkitkan

pola

perasaan

merumuskan

untuk

pikir,

hipotesis, analisis, dugaan, dan ide tentang permasalahan perawatan


kesehatan klien. Berpikir kritis ini digunakan untuk mencari prinsipprinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon
ekspresi.
3. Examine Model
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi.
Perawat menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini
digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari,
menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan
sesuatu yang berkaitan dengan ide.

I. Bentuk-Bentuk Berfikir Kritis


1. Berbagai asumsi berfikir
a. Bahwa berpikir, perasaan, dan berbuat adalah semua komponen dasar
keperawatan yang diharapakan yang dikerjakan bersama dan sejalan.
b. Bahwa berpikir, berperasaan, berbuat adalah sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dalam seluruh kehidupan praktek keperawatan.
c. Bahwa perawat dan mahasiswa keperawatan adalah dua yang berbeda,
tetapi keduanya dating dengan berbagai keterampilan berfikir dalam
keperawatan.
d. Bahwa upaya mengembangkan cara berfikir adalah upaya yang disengaja
yang dapat dipertimbangkan dan dipelajari.
e. Banyak mahasiswa keperawatan dan perawat menemukan kesulitan untuk
menggambarkan keterampilan berfikirnya. Jarang dari mereka bertanya
bagaimana berfikir, dan hanya biasanya bertanya apa yang mereka
fikirkan.
f. Berpikir

kritis dalam keperawatan hamper sama bila kita berfikir

melakukan kegiatan yang sesuai dengan konteks situasi dimana berfikir


terjadi.
2. Bentuk Berfikir ( T H I N K )
a.

Total Recall : mengingat fakta-fakta atau mengingatkan dimana dan

mengapa kita menemukan sesuatu yang diperlukan


b.

Habits : kebiasaan memungkinkan sesuatu dikerjakan tanpa mempunyai

metode yang baru yang digunakan setiap saat


c.

Inguiry : menguji isu-isu secara mendalam dan pertanyaan yang segera

menjadi suatu kenyataan. Inguiry adalah cara berfikir yang utama yang digunakan
guna mengambil keputusan.
d.

New Idea and creativity : ide yang baru dan kreatifitas adalah merupakan hal

yang penting dalam keperawatan sebab merupakan akar yang perlu dikembangkan
dalam memberikan asuhan keperawatan.
e.

Knowing How you think : berpikir dapat disebut sebagai metacognition.

Meta artinya diantara atau ditengah, cognition artinya proses mengetahui. Jika

perawat berada dalam suatu proses mengetahui, maka perawat akan dapat
mengetahui apa yang dipikirkan.
J.

I.

Bentuk-bentuk Berfikir Kritis

J.

Penerapan Berfikir Kritis dalam Keperawatan

Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu :


1.

Penggunaan bahasa dalam keperawatan

Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. perawat


menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran,
info, fakta, perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat,
profesi. Secara nonverbal saat melakukan pedokumentasian keperawatan. Dalam
hal ini berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara
reflektif. Lima macam penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis :
a.

Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of

language)
b.

Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of language)

c.

Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam tindakan

keperawatan (directive use of language)


d.

Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi, mengekspresikan

keraguan dan keheranan (interrogative use of language)


e.

Mengekspresikan pengandaian (conditional use of language)

2.

Argumentasi dalam keperawatan

Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk


menemukan,

menjelaskan

kebenaran,

mengklarifikasi

isu,

memberikan

penjelasan, mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and


Badman (1988) argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam keperawatan
berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk mempengaruhi individu
ataupun kelompok.

3.

Pengambilan keputusan

Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu dihadapkan pada situasi


dimana harus mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini dapat terjadi dalam
interaksi teman sejawat profesi lain dan terutama dalam penyelesaian masalah
manajemen di ruangan.
4.

Penerapan dalam proses keperawatan

a.

Pengkajian

: mengumpulkan

data,

melakukan

observasi

dalam

pengumpulan data berfikir kritis, mengelola dan mengkatagorikan data


menggunakan ilmu-ilmu lain.
b.

Perumusan diagnosa keperawatan : tahap pengambilan keputusan yang

paling kritis, menentukan masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.
c.

Perencanaan

keperawatan

: menggunakan

pengetahuan

untuk

mengembangkan hasil yang diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang


dimiliki untuk memilih tindakan.
d.

Pelaksanaan keperawatan : pelaksanaan tindakan keperawatan adalah

keterampilan dalam menguji hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan tingkat


keberhasilan.
e.

Evaluasi keperawatan : mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat

mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.


K.

Faktor yang Mempengaruhi Berfikir Kritis

1.

Kondisi Fisik

2.

Keyakinan/motivasi

3.

Kecemasan

Adalah keadaan emosional yang ditandai dengan kegelisahan dan ketakutan


terhadap kemungkinan bahaya/kemalangan/nasib buruk.Jika terjadi ketegangan
hipotalamus dirangsang dan mengirim impuls untuk menggiatkan mekanisme
simpatis dan adrenal yang mempersiapkan tubuh untuk bertindak.Kelelahan
terjadi apabila penyebab ketegangan keras sehingga pertahanan tubuh menurun.
Tingkat kecemasan terdiri dari :
a.

Cemas Ringan : yang ditandai dengan meningkatnya kesadaran, terangsang

untuk melakukan tindakan, termotivasi secara positif, sedikit mengalami


peningkatan tanda vital.

b.

Cemas Sedang : yang ditandai dengan kondisi lebih tegang, menurunnya

konsentrasi dan persepsi, sadar tetapi fokusnya sempit, sedikit mengalami


peningkatan tanda vital, gejala fisik berkembang seperti sakit kepala, sering
berkemih, mual, papitasi (jantung berdebar) dan letih.
c.

Cemas Berat : ditandai dengan persepsi menjadi terganggu, perasaan

tentang

terancam

ketakutan

meningkat,

komunikasi

menjadi

terganggu,

mengalami peningkatan tanda vital lebih dramatis, terjadi gejala diare, nyeri dada
dan muntah.
d.

Panic : ditandai dengan perasaan terancam, gangguan realitas, dapat

membahayakan diri sendiri/orang lain, kombinasi dari gejala fisik bisa lebih buruk
jika tidak segera diatasi.
Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat :
a.

Konstruktif

Memotivasi individu untuk belajar


Mengadakan perubahan terutama perubahan pada perasaan yang tidak nyaman
Berfokus pada kelangsungan hidup
b.

Destruktif

Menimbulkan tingkah laku yang mal adaptive


Disfungsi yang menyangkut kecemasan berat/panic

1.1 Pengertian Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer. Kegiatan ini
memegang peranan penting terutama bila manajer melaksanakan fungsi
perencanaan. Dalam proses perencanaan, manajer memutuskan tujuan-tujuan
organisasi yang akan dicapai, sumber daya yang akan digunakan, dan siapa yang
akan melaksanakan tugas tersebut (Handoko, 2009).
Menurut Gibson dkk (1997) dalam Sumijatun (2009) keputusan merupakan
tanggapan manajer terhadap permasalahan. Setiap keputusan adalah akibat dari
proses dinamis yang dipengaruhi oleh banyak kekuatan termasuk lingkungan
organisasi dan pengetahuan, kecakapan dan motivasi manajer. Pengambilan

keputusan adalah proses pemikiran dan pertimbangan yang mendalam, dan proses
yang melibatkan pendekatan sistematik dengan langkah-langkah yang berurutan.
Pengambilan keputusan merupakan proses kognitif yang kompleks dan sering
didefinisikan sebagai suatu upaya memutuskan serangkaian tindakan tertentu.
Pengambilan keputusan sering dianggap sinonim dengan manajemen (Marquis &
Huston, 2010).6
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah
suatu proses berpikir dalam menentukan pilihan terbaik untuk menyelesaikan
suatu masalah dengan langkah-langkah yang berurutan.
1.2 Model Pengambilan Keputusan 1.2.1 Model Normatif

Menurut Swanburg (2000) model normatif untuk pembuatan keputusan ini tidak
realistis karena asumsinya jelas memilih diantara alternative yang teridentifikasi.
Ada tujuh langkah untuk membuat keputusan dalam model analisis ini: a)
menemukan dan menganalisis masalah, b) mengidentifikasi semua alternatif yang
memungkinkan, c) mengevaluasi pro dan kontra dari masing-masing alternatif, d)
mengurutkan alternatif, e) memilih alternative yang dapat memaksimalkan
kepuasaan, f) pelaksanaan, g) evaluasi.
1.2.2 Model Pohon Keputusan
Vroom menggunakan jawaban untuk tujuh pertanyaan diagnostik dalam bentuk
pohon keputusan untuk mengidentifikasi tipe-tipe gaya kepemimpinan yang
digunakan dalam model manajemen pembuatan keputusan. Pertanyaan berfokus
pada perlindungan kualitas dan penerimaan keputusan dan kesesuaian yang
adekuat dari informasi, 7
keseuaian tujuan, struktur masalah, penerimaan oleh subordinat, konflik, keadilan,
dan prioritas implementasi (Swanburg, 2000).
1.2.3 Model Deskriptif
Simon mengembangkan model ini didasarkan pada asumsi bahwa pembuat
keputusan adalah seseorang yang melihat masalah secara rasional dalam membuat

solusi yang bisa dilakukan yang didasarkan pada informasi yang diketahuinya.
Model ini dapat digunakan untuk membuat berbagai keputusan yang informasinya
tidak lengkap diakibatkan karena keterbatasan waktu, uang, atau orang dan
kenyataan bahwa orang tidak selalu memilih yang paling baik (Swanburg, 2000).
Ada lima langkah pengambilan keputusan dalam model dekripsi: a) menetapkan
tujuan yang dapat diterima, b) menguraikan persepsi subjektif tentang masalah, c)
mengidentifikasi alternatif yang bisa diterima, d) mengevaluasi setiap alternatif, e)
menyeleksi alternatif, f) menerapkan keputusan, g) evaluasi (Swanburg, 2000).
1.3 Langkah-langkah Pengambilan Keputusan
Manajemen keperawatan membutuhkan keputusan yang dibuat oleh perawat
manajer pada setiap tingkatan bagian dibangsal atau unit (Swanburg, 2000).
Banyak waktu manajer dihabiskan untuk mengkaji isu, menyelesaikan masalah,
dan membuat keputusan secara kritis. Kualitas 8
keputusan yang dibuat oleh pemimpin atau manajer merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dalam keberhasilan atau kegagalan mereka (Marquis & Huston,
2010).
Marquis & Huston (2010) menyebutkan untuk meningkatkan kemampuan
pengambilan keputusan, perlu digunakan model proses yang adekuat sebagai
dasar teori untuk memahami dan mengaplikasikan keterampilan berpikir kritis.
Ada lima langkah kritis dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan,
yaitu:
a) Penetapan tujuan; Penetapan tujuan harus jelas dan konsisten dengan
pernyataan filosofi individu atau organisasi. Jika aspek tersebut tidak terpenuhi,
maka kemungkinan keputusan yang dibuat berkualitas buruk. Handoko (2009)
mengemukakan hal pertama yang harus dilakukan seorang manajer adalah
menemukan dan memahami masalah untuk diselesaikan agar perumusan masalah
menjadi jelas.
b) Mengumpulkan data secara cermat; Setelah manajer menentukan atau
merumuskan masalah dan tujuan, manajer harus menentukan data-data yang
dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat (Handoko, 2009). Pengumpulan
data dimulai dengan mengidentifikasi masalah atau kesempatan untuk mengambil

keputusan dan berlanjut ke proses penyelesaian masalah. Ketika mengumpulkan


informasi, manajer harus berhati-hati agar data yang dimilikinya dan orang lain
tidak salah fakta (Marquis & Huston, 2010).
9
c) Membuat banyak alternatif; Semakin banyak alternatif yang dapat dibuat dalam
penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan, semakin besar kesempatan
menghasilkan keputusan akhir. Dengan tidak membatasi hanya pada satu alternatif
yang jelas, orang akan mampu untuk menerobos pola kebiasaan atau pengekangan
berpikir dan memungkinkan munculnya gagasan baru (Merquis & Huston, 2010).
Menurut Handoko (2009) setelah membuat alternatif keputusan, manajer harus
mengevaluasi alternatif tersebut untuk menilai keefektifitasannya, dan langkah
selanjutnya adalah memilih alternatis terbaik yang akan digunakan dalam
pengambilan keputusan.
d) Berpikir logis; Selama proses penyelesaian masalah, seseorang harus menarik
inferensi (simpulan) informasi dan mempertimbangakan informasi serta alternatif
secara cermat. Kesalahan berlogika pada titik ini akan mengarahkan pada kualitas
keputusan yang buruk. Ada beberapa cara berpikir yang tidak logis, seperti: terlalu
menggeneralisasi, afirmasi konsekuensi, dan berargumen dengan analogi
(Marquis & Huston, 2010).
e) Memilih dan bertindak secara efektif; Mengumpulkan informasi yang adekuat,
berpikir logis, memilih diantara banyak alternatif, dan memahami pengaruh nilainilai individu tidaklah cukup. Dalam analisis akhir, seseorang harus bertindak.
Banyak orang yang menunda untuk bertindak karena mereka kurang berani untuk
menghadapi konsekuensi pilihan yang mereka ambil (Marquis & Huston, 2010).
Pada
10
tahap ini manajer perlu memperhatikan berbagai resiko dan ketidakpastian sebagai
konsekuensi keputusan yang telah dibuat, karena dengan mengambil langkah
tersebut manajer dapat menentukan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk
menanggulangi hambatan dan tantangan yang akan terjadi (Handoko, 2009).

Anda mungkin juga menyukai