Disusun oleh:
1.
2.
3.
Voni Indahyanti
Ihsan Nur Mahmudi
Fitrah Nurani Erba Putri
(P27820714009)
(P27820714015)
(P27820714030)
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyusun modul ini yang berjudul Berpikir
Kritis dan Pengambilan Keputusan
Dalam proses penyusunan modul ini, kami sebagai penyusun mengalami
banyak hambatan. Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak
akhirnya modul ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini,
dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
Pembimbing mata kuliah Manajemen Kepemimpinan Dalam Keperawatan, yaitu
Ibu Indriatie, SST, M.M.Kes yang telah membimbing kami dalam proses
penyusunan modul ini.
Kami menyadari modul ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, maka dari itu kami berterima kasih apabila ada kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan modul ini.
Akhir kata, semoga modul ini dapat dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
seperjuangan
nantinya.
Penyusun
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan
yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan
belajar.
Berfikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan
profesional karena cara berfikir ini terdiri dari atas pendekatan holistik untuk
pemecahan masalah.
B. Metode Berfikir Kritis
Menurut Freely, ada 7 metode Critical Thinking.
1. Debate : Metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan
keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam
proses terjadi perdebatan atau argumentasi.
2. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam
proses mengambil keputusan.
3. Group discussion : Sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah.
4. Persuasi : Komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan,
keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alasan,
argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk persuasi.
5. Propoganda : Komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang
sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar.
6. Coercion : Mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi
untuk memaksakan suatu kehendak.
7. Kombinasi beberapa metode.
C. Karakteristik Berfikir Kritis
Karakteristik berpikir kritis adalah :
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas,
pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian
konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis
menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
masalah
(defining
and
clarifying
problem),
meliputi
mengecek
konsistensi,
mengidentifikasi
asumsi,
mengenali
kemungkinan
emosi
maupun
salah
penafsiran
kalimat,
mengenali
keperawatan
adalah
komponen
dasar
dalam
pertanggunggugatan
menggunakan
pengetahuan
dari
berbagai
subjek
dari
lingkungannya.
2. Perawat menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan.
persoalan
kehidupan
sehingga
memudahkan
mengambil keputusan.
3. Reasoning
Menghubungkan
dan
menemukan
relasi
diantara
kembali
secara
hati-hati
akan
apa
yang
telah
dipertimbangkan.
H. Model Berfikir Kritis dalam Keperawatan
Dalam penerapan pembelajaran berpikir kritis di pendidikan keperawatan,
dapat digunakan tiga model, yaitu sebagai berikut :
1. Feeling Model
Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam
melakukan
pengamatan,
keperawatan,
dan
kepekaan
perhatian.
dalam
Misalnya
melakukan
terhadap
aktifitas
aktifitas
dalam
ini
mengorganisasi
digunakan
dan
untuk
menerjemahkan
membangkitkan
pola
perasaan
merumuskan
untuk
pikir,
menjadi suatu kenyataan. Inguiry adalah cara berfikir yang utama yang digunakan
guna mengambil keputusan.
d.
New Idea and creativity : ide yang baru dan kreatifitas adalah merupakan hal
yang penting dalam keperawatan sebab merupakan akar yang perlu dikembangkan
dalam memberikan asuhan keperawatan.
e.
Meta artinya diantara atau ditengah, cognition artinya proses mengetahui. Jika
perawat berada dalam suatu proses mengetahui, maka perawat akan dapat
mengetahui apa yang dipikirkan.
J.
I.
J.
language)
b.
c.
2.
menjelaskan
kebenaran,
mengklarifikasi
isu,
memberikan
3.
Pengambilan keputusan
a.
Pengkajian
: mengumpulkan
data,
melakukan
observasi
dalam
paling kritis, menentukan masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.
c.
Perencanaan
keperawatan
: menggunakan
pengetahuan
untuk
1.
Kondisi Fisik
2.
Keyakinan/motivasi
3.
Kecemasan
b.
tentang
terancam
ketakutan
meningkat,
komunikasi
menjadi
terganggu,
mengalami peningkatan tanda vital lebih dramatis, terjadi gejala diare, nyeri dada
dan muntah.
d.
membahayakan diri sendiri/orang lain, kombinasi dari gejala fisik bisa lebih buruk
jika tidak segera diatasi.
Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat :
a.
Konstruktif
Destruktif
keputusan adalah proses pemikiran dan pertimbangan yang mendalam, dan proses
yang melibatkan pendekatan sistematik dengan langkah-langkah yang berurutan.
Pengambilan keputusan merupakan proses kognitif yang kompleks dan sering
didefinisikan sebagai suatu upaya memutuskan serangkaian tindakan tertentu.
Pengambilan keputusan sering dianggap sinonim dengan manajemen (Marquis &
Huston, 2010).6
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah
suatu proses berpikir dalam menentukan pilihan terbaik untuk menyelesaikan
suatu masalah dengan langkah-langkah yang berurutan.
1.2 Model Pengambilan Keputusan 1.2.1 Model Normatif
Menurut Swanburg (2000) model normatif untuk pembuatan keputusan ini tidak
realistis karena asumsinya jelas memilih diantara alternative yang teridentifikasi.
Ada tujuh langkah untuk membuat keputusan dalam model analisis ini: a)
menemukan dan menganalisis masalah, b) mengidentifikasi semua alternatif yang
memungkinkan, c) mengevaluasi pro dan kontra dari masing-masing alternatif, d)
mengurutkan alternatif, e) memilih alternative yang dapat memaksimalkan
kepuasaan, f) pelaksanaan, g) evaluasi.
1.2.2 Model Pohon Keputusan
Vroom menggunakan jawaban untuk tujuh pertanyaan diagnostik dalam bentuk
pohon keputusan untuk mengidentifikasi tipe-tipe gaya kepemimpinan yang
digunakan dalam model manajemen pembuatan keputusan. Pertanyaan berfokus
pada perlindungan kualitas dan penerimaan keputusan dan kesesuaian yang
adekuat dari informasi, 7
keseuaian tujuan, struktur masalah, penerimaan oleh subordinat, konflik, keadilan,
dan prioritas implementasi (Swanburg, 2000).
1.2.3 Model Deskriptif
Simon mengembangkan model ini didasarkan pada asumsi bahwa pembuat
keputusan adalah seseorang yang melihat masalah secara rasional dalam membuat
solusi yang bisa dilakukan yang didasarkan pada informasi yang diketahuinya.
Model ini dapat digunakan untuk membuat berbagai keputusan yang informasinya
tidak lengkap diakibatkan karena keterbatasan waktu, uang, atau orang dan
kenyataan bahwa orang tidak selalu memilih yang paling baik (Swanburg, 2000).
Ada lima langkah pengambilan keputusan dalam model dekripsi: a) menetapkan
tujuan yang dapat diterima, b) menguraikan persepsi subjektif tentang masalah, c)
mengidentifikasi alternatif yang bisa diterima, d) mengevaluasi setiap alternatif, e)
menyeleksi alternatif, f) menerapkan keputusan, g) evaluasi (Swanburg, 2000).
1.3 Langkah-langkah Pengambilan Keputusan
Manajemen keperawatan membutuhkan keputusan yang dibuat oleh perawat
manajer pada setiap tingkatan bagian dibangsal atau unit (Swanburg, 2000).
Banyak waktu manajer dihabiskan untuk mengkaji isu, menyelesaikan masalah,
dan membuat keputusan secara kritis. Kualitas 8
keputusan yang dibuat oleh pemimpin atau manajer merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dalam keberhasilan atau kegagalan mereka (Marquis & Huston,
2010).
Marquis & Huston (2010) menyebutkan untuk meningkatkan kemampuan
pengambilan keputusan, perlu digunakan model proses yang adekuat sebagai
dasar teori untuk memahami dan mengaplikasikan keterampilan berpikir kritis.
Ada lima langkah kritis dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan,
yaitu:
a) Penetapan tujuan; Penetapan tujuan harus jelas dan konsisten dengan
pernyataan filosofi individu atau organisasi. Jika aspek tersebut tidak terpenuhi,
maka kemungkinan keputusan yang dibuat berkualitas buruk. Handoko (2009)
mengemukakan hal pertama yang harus dilakukan seorang manajer adalah
menemukan dan memahami masalah untuk diselesaikan agar perumusan masalah
menjadi jelas.
b) Mengumpulkan data secara cermat; Setelah manajer menentukan atau
merumuskan masalah dan tujuan, manajer harus menentukan data-data yang
dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat (Handoko, 2009). Pengumpulan
data dimulai dengan mengidentifikasi masalah atau kesempatan untuk mengambil