PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Shalat adalah pintu yang membuka jalur komunikasi seorang hamba
dengan Tuhannya, dengan shalat pula seorang hamba dapat berdialog secara
langsung dengan Yang Maha Pengasih, tanpa perantara apa pun, dan siapa
pun. Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak dapat
dibandingi oleh ibadah yang lain, dan merupakan tiang agama serta tidak
dapat tegak kecuali dengan itu. Apabila seseorang shalat dengan tidak benar,
ibadah lain pun menjadi tanpa makna, dan dengan shalat yang benar
sebagainama yang diajarkan Rasulullah, akan lahir makna takwa yang sejati
dalam diri sang hamba yang wujudnya adalah tercegahnya seorang penegak
shalat dari perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana firman Allah SWT.:
....
.
....
:
1.
Artinya:
Dari Abdullah bin Umar ra. Rasulallah saw. bersabda: shalat berjamaah lebih
afdal (utama) dari pada shalat sendirian 27 derajat.
Muslim)
Pondok pesantren merupakan wadah atau tempat untuk menanamkan
kedisiplinan santri dalam shalat berjamaah. Santri dididik secara langsung
dalam hal kedisiplinan karena shalat berjamaah di dalam pondok pesantren
adalah hal yang diwajibkan bagi santri. Adapun shalat yang diwajibkan
berjamaah di Pondok Pesantren Riyadlatul Ulum ada tiga, yakni shalat subuh,
shalat maghrib, dan shalat isya. Sedangkan shalat duhur dan ashar tidak
diwajibkan berjamaah karena para santri masih di sekolah, dan sekolah dan
pesantren tidak dalam satu lokasi. Disiplin dalam shalat berjamaah yang
diwajibkan bagi santri diharapkan mampu mencetak generasi yang
mempunyai jiwa disiplin dalam melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah.
Pondok pesantren sebagai tempat para santri dalam melatih kedisiplinan
shalat berjamaah, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya absen
jamaah, teman bermain, lingkungan dan kecerdasan emosional. Adapun
faktor kecerdasan emosional yang dimiliki santri di pondok pesantren yang
berkaitan dengan kedisiplinan shalat berjamaah diantaranya adalah mampu
2.
Al-Hafidz Bin Hajar, Bulughul Maram: Min Adillatil Ahkam, Diterjemahkan Oleh
Salim Bahreisy, Abdullah Bahreisy, Dari Judul Asli Bulughul Maram: Min Adillatil Ahkam,
(Surabaya: Balai Buku, tt), h. 189.
3.
seorang santri akan selalu terdorong untuk selalu shalat berjamaah, sehingga
ia disiplin melakukan shalat berjamaah. Tanpa adanya motivasi diri sendiri,
santri tidak akan bersemangat untuk melakukan shalat berjamaah.
Adapun orang yang dikatakan mempunyai EQ yang tinggi adalah jika
memenuhi lima kriteria berikut, yaitu:
a. Mampu mengenali emosinya sendiri,
b. Mampu mengendalikan emosinya sesuai dengan situasi dan kondisi,
c. Mampu menggunakan emosinya untuk meningkatkan motivasinya
sendiri (bukan malah membuat diri putus asa atau bersikap megatif
pada orang lain),
d. Mampu mengenali emosi orang lain, dan
e. Mampu berinteraksi positif dengan orang lain.7
Adapun alasan penulis menetapkan perempuan (santriwati) sebagai objek
penelitian yaitu kaum wanita yang cerdas secara emosional cenderung
bersikap tegas dan mengungkapkan perasaan mereka secara langsung dan
memandang dirinya sendiri secara positif.8 Oleh karena itu, penulis ingin
mengetahui kecerdasan emosional santriwati jika dikaitkan dengan disiplin
shalat berjamaah, karena dengan shalat seseorang dapat membangkitkan
kecerdasan emosionalnya.
Berdasarkan pelaksanaan pra survei pada tanggal 17 Juli 2014, peneliti
mendapatkan hasil dari angket dan absensi (terlampir) yang selanjutnya
digunakan untuk pedoman survei dan hasilnya dimasukkan dalam sebuah
tabel, yaitu:
Tabel 1
Hasil Pra Survei Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Disiplin
Shalat Jamaah
NILAI
NAMA
NO.
(disingkat) Kecerdasan emosional Disiplin shalat berjamaah
1
1.
MS
Rendah
16
Sedang
7.
8.
2.
YF
Tinggi
19
Sedang
1
3.
WO
Sedang
17
Sedang
3
4.
ES
Tinggi
22
Sedang
1
5.
FOR
Sedang
17
Rendah
7
6.
NSE
Rendah
16
Sedang
1
7.
IP
Sedang
18
Rendah
4
8.
SM
Sedang
17
Rendah
4
9.
LH
Rendah
14
Rendah
4
10.
ARN
Sedang
17
Rendah
4
Sumber : Hasil pra survei tentang kecerdasan emosional dengan disiplin
shalat jamaah santriwati Pondok Pesantren Riyadlatul Ulum 39B
Batanghari, Kab. Lampung Timur.
Keterangan kecerdasan emosional:
Tinggi
: 19-27
Sedang
: 10-18
Rendah
: 1-9
Sedang
: Apabila santriwati absen kurang dari atau sama dengan tiga kali
dalam satu minggu.
Rendah
: Apabila santriwati absen lebih dari tiga kali dalam satu minggu.
Melihat hasil pra survei di atas, maka dapat ditegaskan bahwa dari
pokok-pokok pikiran dan bacaan suara-suara hati itu sendiri. 9 Oleh karena
itu, ada kesenjangan antara EQ dengan disiplin shalat jamaah yang perlu
diteliti. Berdasarkan hasil survei di atas, penulis mengadakan penelitian yang
berjudul HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN
DISIPLIN SHOLAT JAMAAH SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN
RIYADLATUL ULUM 39B BATANGHARI, KAB. LAMPUNG TIMUR TA.
2014/2015.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil pra survei yang penulis
kemukakan di atas, maka masalah yang muncul dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
Sabagian santriwati mempunyai kecerdasan emosional yang belum sesuai
dengan disiplin shalat jamaah.
C. Batasan Masalah
Penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang ada dalam penelitian
ini untuk menghindari kemungkinan meluasnya masalah yang akan diteliti,
antara lain sebagai berikut:
1. Kecerdasan emosional yang dimaksud adalah mampu mengendalikan
emosinya sesuai situasi dan kondisi dam mampu menggunakan emosinya
untuk meningkatkan motivasinya sendiri.
2. Disiplin shalat jamaah yang maksud adalah kehadiran santriwati saat
shalat Maghrib, shalat Isya dan shalat Subuh di mushala.
9.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada identifiaskasi dan pembatasan masalah di atas, penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Adakah hubungan antara
kecerdasan emosional dengan disiplin shalat berjamaah santriwati Pondok
Pesantren Riyadlatul Ulum tahun ajaran 2014/2015?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Secara teoritis, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kecerdasan
emosional yang dikaitkan dengan disiplin shalat berjamaah.
b. Secara praktis, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
kondisi kecerdasan emosional santri dalam shalat berjamaah.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
a. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk
memberikan sumbangan pemikiran dan memperkaya informasi bagi
khasanah keilmuan dalam hal kecerdasan emosional.
b. Secara praktis, hasil dari penelitian ini juga dapat bermanfaat
khususnya
bagi
Pondok
Pesantren
Riyadlatul
Ulum
dalam
12.
Eko Yuliyanto (STAIN), Pengaruh Pengamalan Ibadah Shalat Lima Waktu terhadap
Akhlak.(Metro: STAIN, 2010), h. iii.
13.
Sunardi, Pengaruh Pembiasaan Pengurus Pondok Pesantren terhadap Pengamalan
Ibadah Shalat Jamaah Para Santri, (Metro: STAIN, 2004), h. iii.
10