Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah alrabbi alalamin kami ucapkan kepada Allah SWT


yang telah memberikan nikmatnya kepada kami dan seijin-Nyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dan kami ucapkan terima kasih kepada bapak guru dan teman-teman
yang telah memberikan saran dan bantuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) .
Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak sekali
kekurangan- kekurangannya, dan kami sangat berbesar hati dan
berlapang dada sekali apabili Bapak Guru, teman-teman serta para
pembaca untuk memberikan saran dan kritiknya.

Daftar Isi

Kata
Pengantar

Daftar isi.

BAB I PENDAHULUAN.
1. Latar
belakang

Permasalahan.....

3.

Tujuan

BAB II PEMBAHASAN..

2. Cara Masuknya Islam di


Indonesia

2.
3

1. Awal Masuknya Islam di


Indonesia..

4
4

3. Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah


Nusantara.
6
4. Peranan Umat Islam dalam Mengusir
Penjajah.
8
5. Peranan Umat Islam dalam Mempersiapkan dan Meletakkan Dasardasar
Indonesia
Merdeka

.
12
6. Peranan Organisasi-organisasi Islam dan Partai-partai Politik
Islam.
13
BAB III PENUTUP..
1.
7

Kesimpulan

17
1

2. Saran dan
kritik..

17

DAFTAR PUSTAKA...

18

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sebelum agama Islam masuk ke Indonesia, berbagai macam agama dan kepercayaan seperti
Animisme, Dinamisme, Hindu, dan Budha telah dianut oleh masyarakat Indoesia. Bahkan
pada abad 7-12 M di beberapa wilayah Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu dan
Budha.
2. Permasalahan
- Menjelaskan tentang begaimana Islam datang ke Indonesia.
- Menjelaskan tentang bagaimana caranya Islam bisa berkembang di Indonesia.
- Menjelaskan tentang apa saja hikmah bagi Indonesia setelah Islam datang.
3. Tujuan
- Untuk mengingat kembali tentang bagaimana Islam masuk ke Indonesia.
- Supaya kita bisa mencontoh bagaimana cara berdakwah yang baik
- Mengenang kembali jasa-jasa para pejuang terdahulu

BAB II
PEMBAHASAN
1.

Awal Masuknya Islam di Indonesia

Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan


seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut
oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia
telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya
kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa
Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam
datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena
Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan
antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang
paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya
dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut
kesimpulan seminar masuknya Islam di Indonesia pada tanggal 17 s.d
20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama
hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain
menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada
masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar
bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung
dari Madinah.
2. Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun
penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan
cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang
para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :


Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat.Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.(Al-Baqarah: 256).

Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara


lain ;
1. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama
menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya
kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai
di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke
Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga
mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.
Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan mediamedia kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di
pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian
wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema
Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan
gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari
masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan
Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan,
jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling
strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para dai dan muballig

yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran


pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan GowaTallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santrisantri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean,
Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang
pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali
penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4. Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari
dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan
Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan
Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo
di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang
dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara
melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal
tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.

3. Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah Nusantara


1. Di Sumatra
Kesimpulan hasil seminar di Medan tersebut di atas, dijelaskan
bahwa wilayah Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai
barat pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang
kemudian di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam
yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai.
2. Di Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah
dimulai pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan
oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa
pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi
Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar
sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja, tapi
proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh para dai yang berasal dari
Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur
hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain
sudah begitu pesat. Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa
selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga, yaitu sbb :

a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik


Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap
pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata
negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun
1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya
orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal
kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang
artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang
marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M. Jasajasa Sunan Ampel :
1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren
ini lahir para mubalig kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden
Fatah (Sultan Demak pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang),
Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk
menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
2) Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun
pada tahun 1479 M.
3) Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan
Raden Patah sebagai Sultan

c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)


Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan
menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia
dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi
Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai
mufti tanah Jawa.
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai
bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau
wafat tahun 1515 M.
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia
membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan
Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu

menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran


Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari
manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang
dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan
Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga
mengkader para dai yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain
dari Ternate dan Hitu Ambon.
g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan
dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan
sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu
pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan
Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya
membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu,
yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat
dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Jafar Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15
dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di
daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang
sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan
Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana
gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di
Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :
a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat
besar jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan
sampai ke Filipina.
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.
4. Peranan Umat Islam dalam Mengusir Penjajah.

Ketika kaum penjajah datang, Islam sudah mengakar dalam hati


bangsa Indonesia, bahkan saat itu sudah berdiri beberapa kerajaan Islam,
seperti Samudra Pasai, Perlak, Demak dan lain-lain. Jauh sebelum mereka
datang, umat Islam Indonesia sudah memiliki identitas bendera dan
warnanya adalah merah putih. Ini terinspirasi oleh bendera Rasulullah
saw. yang juga berwarna merah dan putih. Rasulullah saw pernah
bersabda : Allah telah menundukkan pada dunia, timur dan barat. Aku
diberi pula warna yang sangat indah, yakni Al-Ahmar dan Al-Abyadl,
merah dan putih . Begitu juga dengan bahasa Indonesia. Tidak akan
bangsa ini mempunyai bahasa Indonesia kecuali ketika ulama menjadikan
bahasa ini bahasa pasar, lalu menjadi bahasa ilmu dan menjadi bahasa
jurnalistik.
Beberapa ajaran Islam seperti jihad, membela yang tertindas, mencintai
tanah air dan membasmi kezaliman adalah faktor terpenting dalam
membangkitkan semangat melawan penjajah. Bisa dikatakan bahwa
hampir semua tokoh pergerakan, termasuk yang berlabel nasionalis
radikal sekalipun sebenarnya terinspirasi dari ruh ajaran Islam. Sebagai
bukti misalnya Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) tadinya berasal
dari Sarekat Islam (SI); Soekarno sendiri pernah jadi guru Muhammadiyah
dan pernah nyantri dibawah bimbingan Tjokroaminoto bersama S.M
Kartosuwiryo yang kelak dicap sebagai pemberontak DI/TII; RA Kartini juga
sebenarnya bukanlah seorang yang hanya memperjuangkan emansipasi
wanita. Ia seorang pejuang Islam yang sedang dalam perjalanan menuju
Islam yang kaaffah. Ketika sedang mencetuskan ide-idenya, ia sedang
beralih dari kegelapan (jahiliyah) kepada cahaya terang (Islam) atau
minaz-zulumati ilannur (habis gelap terbitlah terang). Patimura seorang
pahlawan yang diklaim sebagai seorang Nasrani sebenarnya dia adalah
seorang Islam yang taat. Tulisan tentang Thomas Mattulessy hanyalah
omong kosong. Tokoh Thomas Mattulessy yang ada adalah Kapten Ahmad
Lussy atau Mat Lussy, seorang muslim yang memimpin perjuangan rakyat
Maluku melawan penjajah. Demikian pula Sisingamangaraja XII menurut
fakta sejarah adalah seorang muslim.
Semangat jihad yang dikumandangkan para pahlawan semakin
terbakar ketika para penjajah berusaha menyebarkan agama Nasrani
kepada bangsa Indonesia yang mayoritas sudah beragama Islam yang
tentu saja dengan cara-cara yang berbeda dengan ketika Islam datang
dan diterima oleh mereka, bahwa Islam tersebar dan dianut oleh mereka
dengan jalan damai dan persuasif yakni lewat jalur perdagangan dan
pergaulan yang mulia bahkan wali sanga menyebarkannya lewat seni dan
budaya. Para dai Islam sangat paham dan menyadari akan kewajiban
menyebarkan Islam kepada orang lain, tapi juga mereka sangat paham
bahwa tugasnya hanya sekedar menyampaikan. Hal ini sesuai dengan

Q.S. Yasin ayat 17 :Tidak ada kewajiban bagi


Di bawah ini hanya sebagian kecil contoh atau bukti sejarah perjuangan
umat Islam Indonesia dalam mengusir penjajah.
1. Penjajah Portugis
Kaum penjajah yang mula-mula datang ke Nusantara ialah Portugis
dengan semboyan Gold (tambang emas), Glory (kemulyaan, keagungan),
dan Gospel (penyebaran agama Nasrani).
Untuk menjalankan misinya itu Portugis berusaha dengan menghalalkan
semua cara. Apalagi saat itu mereka masih menyimpan dendamnya
terhadap bangsa Timur (Islam) setelah usai Perang Salib.
2. Penjajah Belanda
Belanda pertama kali datang ke Indonesia tahun 1596 berlabuh di
Banten dibawah pimpinan Cornelis de Houtman, dilanjutkan oleh Jan
Pieterszoon Coen menduduki Jakarta pada tanggal 30 Mei 1619 serta
mengganti nama Jakarta menjadi Batavia. Tujuannya sama dengan
penjajah Portugis, yaitu untuk memonopoli perdagangan dan
menanamkan kekuasaan terhadap kerajaan-kerajaan di wilayah
Nusantara. Jika Portugis menyebarkan agama Katolik maka Belanda
menyebarkan agama Protestan. Betapa berat penderitaan kaum muslimin
semasa penjajahan Belanda selama kurang lebih 3,5 abad. Penindasan,
adu domba (Devide et Impera), pengerukan kekayaan alam sebanyakbanyaknya dan membiarkan rakyat Indonesia dalam keadaan miskin dan
terbelakang adalah kondisi yang dialami saat itu. Maka wajarlah jika
seluruh umat Islam Indonesia bangkit dibawah pimpinan para ulama dan
santri di berbagai pelosok tanah air, dengan persenjataan yang
sederhana: bambu runjing, tombak dan golok. Namun mereka bertempur
habis-habisan melawan orang-orang kafir Belanda dengan niat yang
sama, yaitu berjihad fi sabi lillah. Hanya satu pilihan mereka : Hidup mulia
atau mati Syahid. Maka pantaslah almarhum Dr. Setia Budi (1879-1952)
mengungkapkan dalam salah satu ceramahnya di Jogya menjelang akhir
hayatnya antara lain mengatakan : Jika tidak karena pengaruh dan
didikan agama Islam, maka patriotisme bangsa Indonesia tidak akan
sehebat seperti apa yang diperlihatkan oleh sejarahnya sampai
kemerdekaannya.
Sejarah telah mencatat sederetan pahlawan Islam Indonesia dalam
melawan Belanda yang sebagian besar adalah para Ulama atau para kyai
antara lain :
Di Pulau Jawa misalnya Sultan Ageng Tirtayasa, Kiyai Tapa dan Bagus
Buang dari kesultanan Banten, Sultan Agung dari Mataram dan Pangeran
Diponegoro dari Jogjakarta memimpin perang Diponegoro dari tahun
1825-1830 bersama panglima lainnya seperti Basah Marto Negoro, Kyai
Imam Misbah, Kyai Badaruddin, Raden Mas Juned, dan Raden Mas Rajab.

Konon dalam perang Diponegoro ini sekitar 200 ribu rakyat dan prajurit
Diponegoro yang syahid, dari pihak musuh tewas sekitar 8000 orang
serdadu bangsa Eropa dan 7000 orang serdadu bangsa Pribumi. Dari Jawa
Barat misalnya Apan Ba Saamah dan Muhammad Idris (memimpin
perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1886 di daerah Ciomas)
Di pulau Sumatra tercatat nama-nama : Tuanku Imam Bonjol dan
Tuanku Tambusi (Memimpin perang Padri tahun 1833-1837), Dari
kesultanan Aceh misalnya Teuku Syeikh Muhammad Saman atau yang
dikenal Teuku Cik Ditiro, Panglima Polim, Panglima Ibrahim, Teuku Umar
dan istrinya Cut Nyak Dien, Habib Abdul Rahman, Imam Leungbatan,
Sultan Alaudin Muhammad Daud Syah, dan lain-la
3. Penjajahan Jepang
Pendudukan Jepang di Indonesia diawali di kota Tarakan pada tanggal
10 januari 1942. Selanjutnya Minahasa, Balik Papan, Pontianak, Makasar,
Banjarmasin, Palembang dan Bali. Kota Jakarta berhasil diduduki tanggal 5
Maret 1942.
Untuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti
oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah Lepas dari mulut harimau jatuh ke
mulut buaya, yang ternyata penjajah Jepang lebih kejam dari penjajah
manapun yang pernah menduduki Indonesia. Seluruh kekayaan alam
dikuras habis dibawa ke negerinya. Bangsa Indonesia dikerja paksakan
(Romusa) dengan ancaman siksaan yang mengerikan seperti dicambuk,
dicabuti kukunya dengan tang, dimasukkan kedalam sumur, para wanita
diculik dan dijadikan pemuas nafsu sex tentara Jepang (Geisha).
Pada awalnya Jepang membujuk rayu bangsa Indonesia dengan
mengklaim dirinya sebagai saudara tua Bangsa Indonesia (ingat gerakan
3 A yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon
Pemimpin Asia). Mereka juga paham bahwa bangsa Indonesia kebanyakan
beragama Islam. Karena itu pada tanggal 13 Juli 1942 mereka mencoba
menghidupkan kembali Majlis Islam Ala Indonesia (MIAI) yang telah
terbentuk pada pemerintahan Belanda (September 1937). Tapi upaya
Jepang tidak banyak ditanggapi oleh tokoh-tokoh Islam. Banyak tokohtokoh Islam tidak mau kooperatif dengan pemerintah penjajah Jepang
bahkan melakukan gerakan bawah tanah misalnya dibawah pimpinan
Sutan Syahrir dan Amir Syarifuddin.
4. Sekutu dan NICA
Tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia baru saja
diproklamirkan, tanggal 15 september 1945 datang lagi persoalan baru,
yaitu datangnya tentara sekutu yang diboncengi NICA (Nederland Indies
Civil Administration). Mereka datang dengan penuh kecongkakan seolaholah paling berhak atas tanah Indonesia sebagai bekas jajahannya.
Kedatangan mereka tentu saja mendapat reaksi dari seluruh bangsa

Indonesia. Seluruh umat Islam bergerak kembali dengan kekuatan senjata


seadanya melawan tentara sekutu dan NICA yang bersenjatakan lengkap
dan modern. Perlawanan terhadap sekutu dan NICA antara lain: Dengan
taktik perang gerilya, pertempuran arek-arek Surabaya, Bandung lautan
Api, pertempuran di Ambarawa dan lain-lain.

5. Peranan Umat Islam dalam Mempersiapkan dan Meletakkan


Dasar-dasar Indonesia Merdeka.
Dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, tidak
disangsikan lagi peran kaum muslimin terutama para ulama. Mereka
berkiprah dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) yang dibentuk tanggal 1 maret 1945. Lebih jelas lagi ketika
Badan ini membentuk panitia kecil yang bertugas merumuskan tujuan dan
maksud didirikannya negara Indonesia. Panitia terdiri dari 9 orang yang
semuanya adalah muslim atau para ulama kecuali satu orang beragama
Kristen. Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs.Moh.Hatta, Mr.Moh.Yamin,
Mr.Ahmad Subardjo, Abdul Kahar Mujakir, Wahid Hsyim, H.Agus Salim, Abi
Kusno Tjokrosuyono dan A.A. Maramis (Kristen)
Meski dalam persidangan-persidangan merumuskan dasar negara
Indonesia terjadi banyak pertentangan antar (mengutip istilah Endang
Saefudin Ansori dalam bukunya Piagam Jakarta) kelompok nasionalis
Islamis dan kelompok nasionalis sekuler. Kelompok Nasionalis Islamis
antara lain KH. Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, KH.Wahid Hasyim, Ki
Bagus dan Abi Kusno menginginkan agar Islam dijadikan dasar negara
Indonesia. Sedangkan kelompok nasionalis sekuler dibawah pimpinan
Soekarno menginginkan negara Indonesia yang akan dibentuk itu netral
dari agama. Namun Akhirnya terjadi sebuah kompromi antara kedua
kelompok sehingga melahirkan sebuah rumusan yang dikenal dengan
Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, yang berbunyi :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemelukpemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan itu disetujui oleh semua anggota dan kemudian menjadi
bagian dari Mukaddimah UUD 45. Jadi dengan demikian Republik
Indonesia yang lahir tanggal 17 Agustus 1945 adalah republik yang
berdasarkan ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya Meskipun keesokan harinya 18 Agustus 1945 tujuh
kata dalam Piagam Jakarta itu dihilangkan diganti dengan kalimat Yang

Maha Esa. Ini sebagai bukti akan kebesaran jiwa umat Islam dan para
ulama. Muh. Hatta dan Kibagus Hadikusumo menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan Yang Maha Esa tersebut tidak lain adalah tauhid.
Saat proklamasipun peran umat Islam sangat besar. 17 Agustus 1945 itu
bertepatan dengan tangal 19 Ramadhan 1364 H. Proklamasi dilakukan
juga atas desakan-desakan para ulama kepada Bung Karno. Tadinya Bung
Karno tidak berani. Saat itu Bung Karno keliling menemui para ulama
misalnya para ulama di Cianjur Selatan, Abdul Mukti dari Muhammadiyah,
termasuk Wahid Hasyim dari NU. Mereka mendesak agar Indonesia segera
diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
6. Peranan Organisasi-organisasi Islam dan Partai-partai Politik Islam
Dalam perjuangan membela bangsa, Negara dan menegakkan Islam di
Indonesia, Umat Islam mendirikan berbagai organisasi dan partai politik
dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Ada yang bergerak dalam
bidang politik, sosial budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya.
Namun semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memajukan
bangsa Indonesia khususnya umat Islam dan melepaskan diri dari
belenggu penjajahan. Tercatat dalam sejarah, bahwa dari lembagalembaga tersebut telah lahir para tokoh dan pejuang yang sangat
berperan baik di masa perjuangan mengusir penjajah, maupun pada masa
pembangunan.
1. Sarekat Islam (SI)
Sarekat Islam (SI) pada awalnya adalah perkumpulan bagi para
pedagang muslim yang didirikan pada akhir tahun 1911 di Solo oleh H.
Samanhudi. Nama semula adalah Sarekat Dagang Islam (SDI). Kemudian
tanggal 10 Nopember 1912 berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI).
H.Umar Said Cokroaminoto diangkat sebagai ketua, sedangkan
H.Samanhudi sebagai ketua kehormatan. Latar belakang didirikannya
organisasi ini pada awalnya untuk menghimpun dan memajukan para
pedagang Islam dalam rangka bersaing dengan para pedagang asing, dan
juga membentengi kaum muslimin dari gerakan penyebaran agama
Kristen yang semakin merajalela. Dengan nama Sarekat Islam dibawah
pimpinan H.O.S. Cokroaminoto organisasi ini semakin berkembang karena
mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Daya tarik
utamanya adalah asas keislamannya. Dengan SI mereka (umat Islam)
yakin akan dibela kepentingannya.
Keanggotaan SI terbuka untuk semua golongan dan suku bangsa yang
beragama Islam. Berbeda dengan Budi Utomo yang membatasi
keanggotaannya pada suku bangsa tertentu (Jawa). Sehingga banyak
sejarawan mengatakan bahwa tanggal berdirinya SI ini lebih tepat disebut
sebagai Hari Kebangkitan Nasional, dan bukan tahun 1908 dengan
patokan berdirinya Budi Utomo.

2. Muhammadiyah
Muhammadiyah secara etimologi artinya pengikut Nabi Muhammad.
Adalah sebuah organisasi non-politis yang bertujuan mengembalikan
ajaran Islam sesuai dengan al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw;
memberantas kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama (bidah)
dan memajukan ilmu agama Islam di kalangan anggotanya. Organisasi ini
didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 Nopember 1912.
Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah yang baru, telah disesuaikan
dengan UU no.8 tahun 1985 dan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-41 di
Surakarta pada tanggal 7-11 Desember 1985, Bab 1 pasal 1 disebutkan
bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar maruf
nahi munkar yang berakidah Islam dan bersumber pada al-Quran dan
Sunnah. Sifat gerakannya adalah non-politik, tapi tidak melarang
anggotanya memasuki partai politik. Hal ini dicontohkan oleh pendirinya
sendiri, KH Ahmad Dahlan, dimana beliau juga adalah termasuk anggota
Sarekat Islam.
Banyak anggota Muhammadiyah yang berjuang baik pada masa
penjajahan Belanda, Jepang, masa mempertahankan kemerdekaan, masa
Orde Lama, Orde Baru dan Masa Reformasi. Mereka tersebar di berbagai
organisasi pergerakan, organisasi partai politik dan lembaga-lembaga
negara. Tokoh-tokoh Muhammadiyah yang kita kenal seperti KH. Mas
Mansur, Prof. Kahar Muzakir, Dr. Sukirman Wirjosanjoyo adalah para
pejuang yang tidak asing lagi. Demikian pula seperti Buya Hamka, KH AR.
Fakhruddin, Dr. Amin Rais, Dr. Syafii Maarif dan Dr. Din Syamsudin adalah
tokohtokoh Muhammadiyah yang sangat berperan dalam pentas nasional
Indonesia.
Bidang-bidang yang ditangani Muhammadiyah antara lain :
a. Sosial
Dalam bidang sosial Muhammadiyah mendirikan :
1) Panti asuhan untuk anak yatim piatu
2) Bank Syariah untuk membantu pengusaha lemah
3) Organisasi wanita yang bernama Aisiyah dan organisassi kepanduan
Hizbul wathan, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah, dan ikatan Pelajar Muhammadiyah
b. Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Data tahun 1985
Muhammadiyah sudah memiliki 12400 lembaga pendidikan yang terdiri
dari 37 perguruan tinggi dan sisanya adalah TK sampai SLTA. Tahun 1990
jumlah perguruan tinggi Muhammadiyah bertambah menjadi 78 buah.
c. Kesehatan
Dalam bidang kesehatan Muhammadiyah mendirikan Poliklinik, Rumah
Sakit dan Rumah Bersalin. Data tahun 1990 telah memiliki 215 Rumah

Sakit, Poliklinik dan Rumah Bersalin.


3. Al Irsyad
Organisasi ini berdiri tanggal 6 September 1914 di Jakarta, dua tahun
setelah Muhammadiyah berdiri, dan bisa dibilang sebagai sempalan dari
Jamiatul Khair. Diantara tokoh al-Irsyad yang terkenal adalah syeikh
Ahmad Surkati, berasal dari Sudan yang semula adalah pengajar di
Jamiatul Khair. Al Irsyad ini mengkhususkan diri dalam perbaikan
(pembaharuan) agama kaum muslimin khususnya keturunan Arab
Sebagian tokoh Muhammadiyah pada awal berdirinya juga adalah kaderkader yang dibina dalam lembaga pendidikan AlIrsyad. Saat itu al-Irsyad
sudah memiliki Madrasah Awaliyah (3 tahun), Madrasah Ibtidaiyah (4
tahun), Madrasah Tajhiziyah (2tahun), dan Madrasah Muallimin yang
dikhususkan untuk mencetak guru.
Al-Irsyad bergerak bukan hanya dalam bidang pendidikan, tapi juga
bidang-bidang lain seperti rumah sakit, panti asuhan dan rumah yatim
piatu.
4. Nahdlatul Ulama
( NU) artinya kebangkitan para ulama. Adalah sebuah Organisasi sosial
keagamaan yang dipelopori oleh para ulama atau kiyai. Mereka itu ialah
K.H.Hasyim Asyari, K.H.Wahab Hasbullah, K.H.Bisri Syamsuri, K.H.Mas
Alwi , dan K.H.Ridwan. Lahir di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926
dan kini menjadi salah satu organisai dan gerakan Islam terbesar di tanah
air. Bertujuan mengupayakan berlakunya ajaran Islam yang berhaluan
Ahlussunnah Waljamaah dan penganut salah satu dari empat mazhab
fiqih (Imam Hanafi, Imam Syafii, Imam Hambali dan Imam Maliki).
Pada mulanya NU ini tidak mencampuri urusan politik. Ia lebih
memfokuskan diri pada pengembangan dan pemantapan paham
keagamaannya dalam masyarakat yang saat itu sedang gencar-gencarnya
penyebaran faham Wahabiyah yang dianggap membahayakan paham ahli
Sunnah Waljamaah. Hal ini tersirat dalam salah satu hasil keputusan
kongresnya di Surabaya pada bulan Oktober 1928.
NU semakin berkembang dengan cepat. Pada tahun 1935 telah memiliki
68 cabang dengan anggota 6700 orang. Pada kongres tahun 1940 di
Surabaya dinyatakan berdirinya organisasi wanita NU atau Muslimat dan
Pemuda Anshar.
5. Majlis Islam Ala Indonesia (MIAI)
MIAI ini sebenarnya berdiri pada masa pemerintahan Belanda, yaitu
tanggal 21 September 1937 di Surabaya sebagai organisasi federasi yang
diprakarsai oleh K.H. Mas Mansur, K.H. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah),
K.H. Wahab Hasbullah (NU) dan Wondoamiseno (PSII).
Tujuan didirikan MIAI ini adalah agar semua umat Islam mempunyai
wadah tempat membicarakan dan memutuskan semua soal yang
dianggap penting bagi kemaslahatan umat dan agama Islam. Keputusan

yang diambil MIAI harus dilaksanakan oleh semua organisasi yang


menjadi anggotanya.
Pembentukan MIAI mendapat sambutan dari berbagai organisasi Islam
di Indonesia seperti PSII, Muhammadiyah, NU, Persis, dan organisasiorganisasi yang lebih kecil lainnya. Pada waktu dibentuk anggotanya
hanya 7 organisasi, tapi empat tahun kemudian jumlahnya sudah
mencapai duapuluh.
Pada akhir pemerintahan Hindia Belanda MIAI memberikan dukungan
terhadap aksi Indonesia berparlemen yang dicanangkan oleh GAPI
(Gabungan Politik Indonesia).
MIAI berkembang menjadi organisasi yang cukup penting pada masa
pendudukan Jepang. Para tokoh Islam dan para Ulama memanfaatkannya
sebagai tempat bermusyawarah membahas masalah-masalah yang
penting yang dihadapi umat Islam. Semboyannya terkenal Berpegang
teguhlah kepada tali Allah dan janganlah bercerai berai.
Diantara tugas MIAI ialah:
a. Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam
masyarakat Indonesia
b. Mengharmoniskan Islam dengan kebutuhan perkembangan zaman
6. Masyumi
Masyumi kepanjangan dari Majlis Syura Muslimin Indonesia berdiri
tahun 1943. Dalam Muktamar Islam Indonesia tanggal 7 Nopember 1945
disepakati bahwa Masyumi adalah sebagai satu-satunya partai Islam
untuk rakyat Indonesia. Saat itu juga Masyumi mengeluarkan maklumat
yang berbunyi : 60 Milyoen kaum muslimin Indonesia siap berjihad fi
sabilillah , Pernyataan ini direkam dengan baik oleh harian Kedaulatan
Rakyat pada tanggal 8 Nopember 1945. Organisasi ini dipimpin oleh K.H.
Mas Mansur dan didampingi K.H.Hasyim Asyari. Tergabung dalam
organisasi ini adalah Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, dan
Sarekat Islam. Tokoh-tokoh lain yang penting misalnya Ki Bagus
Hadikusumo, Abdul Wahab dan tokoh-tokoh muda lainnya misalnya Moh.
Natsir, Harsono Cokrominoto, dan Prawoto Mangunsasmito.
Visi Masyumi bahwa setiap umat Islam diwajibkan jihad Fi sabilillah dalam
berbagai bidang, termasuk dalam bidang politik. Para pemuda Islam,
khususnya para santri dipersiapkan untuk berjuang secara fisik maupun
politis. Masyumi dibubarkan oleh Soekarno pada tahun 1960. Sementara
organisasi-organisasi yang semula bergabung dalam Masyumi sudah
mengundurkan diri sebelumnya, seolah-olah mereka tahu bahwa Masyumi
akan dibubarkan.
7. Mathlaul Anwar
Organisasi ini berdiri tahun 1905 di Marus, Menes Banten. Bergerak
dalam bidang sosial keagamaan dan pendidikan. Pendirinya adalah KH. M.

Yasin. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pendidikan Islam


khususnya di kalangan masyarakat sekitar Menes Banten. Aspirasi politik
organisasi ini pernah disalurkan melalui Sarekat Islam (SI), tapi
perkembangan selanjutnya organisasi ini menjadi netral, artinya tidak ikut
dalam kegiatan politik, tapi hanya mengkhususkan diri pada kegiatan
sosial dan pengembangan pendidikan Agama. Berkat memfokuskan diri
pada pendidikan, organisasi ini sekarang sudah menjadi organisasi
berskup nasional. Lembaga-lembaga pendidikannya berupa madrasahmadrasah dari mulai TK sampai Madrasah Aliyah (setingkat SMA) tersebar
di seluruh Nusantara.
8. Persatuan Islam (Persis)
Persis adalah organisasi sosial pendidikan dan keagamaan. Didirikan
pada tanggal 17 September 1923 di Bandung atas prakarsa KH. Zamzam
dan Muhammad Yunus, dua saudagar dari kota Palembang. Organisasi ini
diketuai pertama kali oleh A. Hassan, seorang ulama yang terkenal
sebagai teman dialog Bung Karno ketika ia dipenjara. Bung Karno banyak
berdialog dengan A.Hassan lewat surat-suratnya. Pemikiran-pemikiran
keagamaan Bung Karno selain dari HOS Cokroaminoto, juga banyak
berasal dari A.Hassan ini.
Diantara tujuan Persis ini adalah :
a. Mengembalikan kaum Muslimin kepada Al-Quran dan Sunnah (hadis
nabi)
b. Menghidupkan ruh jihad dan ijtihad dalam kalangan umat Islam
c. Membasmi bidah, khurafat dan takhayul, taklid dan syirik dalam
kalangan umat Islam
d. Memperluas tersiarnya tabligh dan dakwah Islam kepada segenap
lapisan masyarakart.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Sesungguhnya
allah
swt
menciptakan
manusai
untuk
barpasang- pasangan menjadikan umat bersuku-suku untuk adanya
persatuan bangsa, dan perlu di ingat untuk menyebarkan perkembangan
umat islam di indonesia perlu waktu berangsur-angsur lamanya dan
adanya perlakuan suwenang-wenang antar sesama manusia.

2.

Kritik Dan Saran

Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi


pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
hubungi saya.

Daftar Pustaka

http:/www.saufudin.info/2008/12/perkembangan-islam-diindonesia.html?m=1
Haludi, Khuslan dan abdirrohim. 2007. Integrasi Budi Pekerti
dalam Pendidikan Agama Islam. Solo: Tiga Serangkai.

Anda mungkin juga menyukai