Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PENENTUAN SEAM BATUBARA BERDASARKAN DATA

HASIL PEMBORAN KAB. NUNUKAN KALIMANTAN UTARA


A.Aenul Tul Mukarramah, Anshariah, Agus Ardianto Budiman
Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia
SARI
Hasil pengendapan batubara akan membentuk lapisan yang menerus dengan ketebalan
dan kemiringan tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan seam
batubara dari data hasil pemboran. Metode yang dilakukan untuk menentukan seam
batubara yaitu mengkorelasikan lapisan batubara berdasarkan batuan pengapit dengan
menggunakan software Autocad 2014. Hasil yang diperoleh adalah pada titik BC-054,
BC-045 dan BC038 memiliki lapisan batubara yang sama berdasarkan batuan
pengapitnya, titik BC-029, BC-022, BC-004 dan BC-087 juga saling berasosiasi dalam
keterdapatan lapisan batubara dengan ketebalan yang semuanya hampir sama dan
memiliki lapisan batuan pengapit yang sama, serta lapisan ketiga dari BC-087 tidak
memiliki lapisan yang sama dengan lubang bor yang lain, sehingga lapisan ini
dikategorikan sebagai seam yang berbeda. Berdasarkan hasil korelasi, ditemukan 3 seam
batubara dengan rata-rata ketebalan 0,6m-1,7m.

Kata kunci : Batubara, seam, korelasi, litologi,nunukan.


ABSTRACT
Results coal deposition will form continuous layers with a thickness and a certain slope.
The aim of this study was to determine the coal seam drilling results from the data. The
method used to determine the coal seam that correlate rocks flanking the coal seam by
using Autocad software 2014. The results obtained are at the point of BC-054, BC-045
and BC038 having the same coal seams based rock pengapitnya, point BC-029, BC -022,
BC-004 and BC-087 is also associated with each other in a coal seam thickness
occurrences that are all about the same and has the same rock layer clamp, and a third
layer of BC-087 does not have the same layer with the other borehole, so this layer is
categorized as different seam. Based on the results korelasi, found 3 coal seam with an
average thickness of 0,6m-1,7m.
Keywords: coal, seam, correlation, lithology, nunukan.

PENDAHULUAN
Batubara
merupakan
hasil
akumulasi
tumbuh-tumbuhan
yang
berlangsung selama jutaan tahun. Proses
akumulasi ini dapat berupa proses
pembusukan, pemampatan dan proses
pengendapan sebagai akibat berbagai
macam pengaruh kimia dan fisika
misalnya suhu, tekanan, kelembaban
dan oksidasi.
Hasil
pengendapan
batubara
akan membentuk lapisan yang menerus
dengan
ketebalan
dan
kemiringan
tertentu. Sebelum melakukan eksploitasi
maka
diperlukan
suatu
tahapan
eksplorasi yang akan memudahkan

dalam
penentuan
suatu
cebakancebakan
batubara,
menentukan
kecenderungan
akumulasi
endapan
batubara dan penyebarannya secara
lateral. Disamping itu potensi kuantitas
dan kualitas dari sumberdaya batubara
dapat
ditentukan
dari
tahapan
eksplorasi.
Untuk
menindaklanjuti
hal
tersebut, maka peneliti mengambil judul
mengenai penentuan seam batubara
yang
didasarkan
dari
hasil
data
pemboran yang dilakukan di blok C
daerah IUP daerah penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah


Untuk menentukan seam batubara dari
hasil pemboran, untuk mengetahui

METODOLOGI PENELITIAN
Adapun metode yang digunakan
dalam melakukan penelitian ini yaitu
pengambilan data secara langsung di
lapangan secara umum
dengan
bertugas sebagai wellsite geologist
untuk mengamati
semua kegiatan
pemboran yang dilakukan di lokasi
penelitian meliputi pengambilan data
perubahan litologi, mendeskripsikan ciri
fisik cutting hasil pemboran, serta
pengambilan
titik
koordinat
lokasi
pemboran.
Pengolahan dan Analisis Data
menggunakan Microsoft Excel 2010,
LogPlot, dan Autocad 2014. Output dari
hasil pengolahan dan analisis data ini
adalah hasil korelasi batubara dari tiap
titik bor.
Tahapan pengolahan dan analisis data
yang dilakukan antara lain:
1. Menginput data hasil pengamatan
pemboran pada aplikasi logplot
2003,berupa data:
a. Nama lubang bor, waktu dan
tanggal pemboran,
b. Koordinat XYZ,
c. Nama wellsite geologist, driller yang
bertugas serta geologist,
d. Kolom litologi serta ketebalan dan
hasil deskripsi fisik batuan,
e. Kedalaman dan ketebalan batubara,
2. Data-data yang berkaitan dengan
kegiatan yang dilakukan selama
pemboran, baik itu masalah yang
terjadi serta cara mengatasinya dan
penggunaan bahan bakar maupun
kerusakan alat.
3. Membuat penampang antar lubang
bor dengan menggunakan software
Autocad
2014
dengan
tahapan
pembuatan sebagai berikut:
a. Memasukkan data koordinat Blok C
daerah IUP perusahaan,
b. Memasukkan data koordinat titik bor
yang berjumlah 28 titik,
c. Membuat penampang 2D arah utara
selatan sebanyak 4 penampang,
karena model grid titik bor yaitu
4x7,
d. Menentukan skala horizontal dan
vertical,
e. Membuat
kolom
litologi
tiap
kedalaman pada lubang bor secara
manual,

jumlah seam yang terdapat pada blok C,


untuk mengetahui ketebalan rata-rata
tiap lapisan seam batubar
f.

Membuat lubang bor selanjutnya


sesuai dengan jarak titik pada
sebaran titik bor, lalu memasukkan
data litologi untuk semua lubang
bor.
4. Mengkorelasikan lapisan batubara
antar lubang bor sesuai dengan
penampang
nya
berdasarkan
kesamaan batuan pengapit atas dan
bawahnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan
pengamatan
kegiatan pemboran pada blok C daerah
penelitian, dihasilkan data tiap titik bor
sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pengamatan pemboran
N
o

Drill
Hole

BC-001

18.0
0

Total
Dept
h
(m)
80.0
0

From
(m)
15.45
47.60

BC-002

BC-003

BC-004

BC-084

28.0
0
25.0
0
14.0
0
26.0
0

60.0
0
60.0
0
60.0
0
45.0
0

49.30
28.25
24.20
16.30
21.90
30.90

BC-085

26.0
0

64.5
0

44.85
60.00

BC-086

25.0
0

90.0
0

21.40
32.45
74.20

BC-087

34.0
0

81.0
0

35.70
50.40
67.00

BC-024

10

BC-023

33.0
0
19.0
0

60.0
0
72.0
0

31.0
0
17.0
0

60.0
0
67.0
0

35.25
25.15
48.60

11

BC-022

12

BC-029

19.65
24.65

To
(m)
18.1
0
47.9
0
52.9
0
29.2
5
24.4
0
16.6
7
22.2
8
31.0
0
47.6
0
60.4
0
21.6
0
33.8
5
75.0
0
36.0
0
53.1
0
68.3
0
35.9
3
27.7
5
50.1
0
20.9
5
25.8
5

Thc
k
(m)
2.65
0.30
3.60
1.00
0.20
0.37
0.38
0.10
2.75
0.40
0.20
1.40
0.80
0.30
2.70
1.30
0.68
2.60
1.50
1.30
1.20

13

BC-028

14

BC-027

15

BC-040

16

BC-039

18.0
0
32.0
0
35.0
0
32.0
0

60.0
0
24.0
0
45.0
0
75.0
0

28.75

22.30

67.70
17
18
19

BC-038
BC-045
BC-044

75.0
0
75.0
0
75.0
0

23.80
34.10
26.20
33.00

20

BC043B
(Redrill
)

52.0
0

37.5
0

NO
COAL

21

BC-025

15.0
0

90.0
0

45.30
46.40
48.20
67.50

22

BC-026

19.0
0

70.0
0

49.70
57.70

23

BC-041

24

BC042A

25

BC-056

26

BC-055

18.0
0

70.0
0

30.0
0
23.0
0
32.0
0

60.0
0
60.0
0
70.5
0

41.40

47.80

BC-054

28

BC-057

47.0
0
11.0
0

61.5
0
60.0
0

22.4
0
63.3
5
70.8
5
24.4
0
34.9
0
26.5
0
33.3
0

45.9
4
48.0
0
49.5
0
68.5
0
52.5
0
58.3
0
43.1
0
49.5
0

0.10
1.55
3.15
0.60
0.80
0.30
0.30

0.64
1.60
1.30
1.00
2.80
0.60
1.70

1.70

42.00

23.35
45.00

45.3
0
65.0
0
26.1
5
46.8
0

1. BC-054, BC-045 dan BC038 memiliki


lapisan batubara yang sama dimana
lapisannya
cenderung
mengikuti
elevasi titik bor, dengan ketebalan
rata-rata dari 3 titik bor ini adalah
2,80m + 0,80m + 0,60m = 4,20m / 3
= 1,4 m.
2. BC-029, BC-022, BC-004 dan BC-087
juga
saling
berasosiasi
dalam
keterdapatan
lapisan
batubara
dengan ketebalan yang semuanya
hampir
sama,
namun
terdapat
percabangan antara lapisan batubara
BC-004 dengan lapisan pertama dan
kedua BC-087 karena memiliki batuan
pengapit yang sama. Untuk ketebalan
rata-rata dari lapisan ini adalah 1,20m
+ 1,30m + 1m + 2,70m = 6,20m / 4
= 1,55m.
3. Lapisan ketiga dari BC-087 tidak
memiliki lapisan yang sama dengan
lubang bor yang lain, sehingga
lapisan ini dikategorikan sebagai
seam yang berbeda.

3.30
1.00
2.80
1.80

4.3 Pembahasan

Gambar 1 Penampang
ke Selatan
Penampang ini
bor BC-054, BC-045,
BC-022, BC-004, dan

antar titik 200m, kecuali antara titik


BC-004 dan BC- 087 hanya 100m.
Berdasarkan hasil interpretasi
berdasarkan kesamaan litologi bahwa
pada penampang A-A1 terdapat 3 seam
batubara yang berbeda, yaitu:

NO
COAL

64.00
27

1.15

NO
COAL
NO
COAL

61.80

70.0
0
15.0
0
24.0
0

29.9
0

A-A1 arah Utara


terdiri dari titik
BC-038, BC-029,
BC- 087. Jarak

Gambar 2 Penampang B-B1 arah Utara


ke Selatan
Pada penampang kedua ini,
urutan titik bor dari arah utara ke
selatan adalah BC-055, BC-044, BC-039,
BC-028, BC-023, BC-003, dan BC-086.
Jarak antar titik 200 m, kecuali antara
titik BC-003 dan BC- 086 hanya 100m.
Setelah
diteliti
lebih
lanjut,
diinterpretasikan bahwa terdapat dua
seam batubara pada penampang ini.
Pada titik BC-055 dan titik BC-044 tidak
ditemukannya lapisan batubara yang
sama, batubara hanya ditemukan pada
titik setelahnya yaitu BC-039 dengan
litologi yang sama dengan BC-055

dengan dua lapisan batubara, dan untuk


lapisan ketiga pada BC-039 diperkirakan
percabangan dari lapisan kedua BC-055.
Berdasarkan
hal
itu
maka
diasumsikan bahwa lapisan batubara
mengalami perlipatan kearah bawah
melewati titik bor BC-044. Korelasi
lapisan batubara terputus antara BC-028
ke BC-023 karena perbedaan mencolok
pada litologi nya. Dan untuk lapisan
selanjutnya juga terdapat dua seam
batubara
yang
juga
mengalami
percabangan pada lapisan pertama dan
kedua BC-086. Sedangkan lapisan kedua
BC-023 dikorelasi kelapisan ketiga BC086 melewati BC-003 tanpa memotong
lapisan batuan karena lubang bor titik
BC-003 tidak sampai pada lapisan
batubara kedua nya.
Anomali yang terjadi antar titik
BC-028 dan BC-023 yaitu tidak adanya
litologi batuan pengapit yang sama baik
untuk lapisan pertama ataupun yang
kedua. Karena secara elevasi kedua titik
ini hampir sama dan hampir tegak lurus,
sehingga
untuk
meyakinkan
kemenerusan lapisan ini maka baiknya
dilakukan pemboran dengan jarak yang
lebih detail diantara dua titik bor ini.
Ketebalan rata-rata dari tiap
lapisan batubara berdasarkan hasil
korelasi litologi yaitu:
1. Untuk hasil korelasi titik BC-055, BC044, BC-039, dan BC-028 adalah
3,30m + 0,30m + 5,15m + 1,15m =
9,9m / 4 = 2,49m. Untuk hasil korelasi
titik BC-023, BC-003, BC-086 adalah
2,60m + 1m + 1,40 m = 5m / 3 =
1,667m.
2. Untuk hasil korelasi lapisan kedua
masing-masing titik BC-055, BC-044,
dan BC-039 adalah 1m + 0,30m +
1,55m = 2,85m / 3 = 0,95m. Untuk
hasil korelasi lapisan batubara kedua
pada titik BC-023, dan BC-086 adalah
2,60m + 0,80m = 3,40 / 2 = 1,7m.

Gambar 3 Penampang C-C1 arah Utara


ke Selatan

Penampang ini terdiri dari titik


bor BC-056, BC-043B, BC-040, BC-27,
BC-024, BC-002, dan BC- 085. Jarak
antar titik 200 m, kecuali antara titik
BC-002 dan BC- 085 hanya 100 m.
Pada penampang C-C1 ini, ada 4
titik yang tidak memiliki batubara karena
kedalaman lubang bor yang cukup
dangkal berkisar 27 m-45 m, sehingga
jika dibandingkan dengan 3 titik lainnya
memang tidak akan mencapai lapisan
batubara. Tidak adanya data lapisan
batubara
pada
keempat
titik
ini
mengurangi keberagaman data seam
yang akan dihasilkan.
Titik yang
memiliki lapisan batubara sama dengan
litologi yang sama yaitu titik BC-024, BC002 dan BC-085 yaitu dengan satu seam
batubara. Untuk penampang ini tidak
terjadi percabangan batubara.
Ketebalan rata-rata dari tiap
lapisan batubara berdasarkan hasil
korelasi litologi yaitu:
1. Untuk hasil korelasi titik BC-024, BC002 dan BC-085 adalah 0,68m +
3,60m + 0,40m =
4,68m / 3 =
1,56m. Untuk hasil korelasi titik BC023, BC-003, BC-086 adalah 2,60m +
1m + 1,40 m = 5m / 3 = 1,667m.

Gambar 4 Penampang D-D1 arah Utara


ke Selatan
Pada penampang keempat ini,
urutan titik bor dari arah utara ke
selatan adalah BC-057, BC-042A, BC041, BC-026, BC-025, BC-001, dan BC084. Jarak antar titik 200 m, kecuali
antara titik BC-001 dan BC- 084 hanya
100 m.
Hasil korelasi penampang ini
menunjukkan bahwa hanya terdapat
satu seam batubara, yang mengalami
percabangan pada lapisan kedua titik
BC-026 yang menerus ke lapisan kedua
BC-025 yang berakhir pada lapisan
kedua
BC-001. Dapat diperkirakan
bahwa lapisan yang bercabang semakin
menipis kearah selatan.
Ketebalan rata-rata dari lapisan
batubara pada penampang ini adalah:

1. Untuk korelasi titik bor BC-057, BC042A, BC-041, BC-026, BC-025, BC001, dan BC-084 yaitu 1,80m +
1,70m + 1,70m + 2,80m + 3,54m +
2,65m + 0,37m = 14,65m / 7 =
2,08m,
2. Untuk lapisan hasil percabangan
lapisan sebelum nya pada titik BC026, BC-025, BC-001 yaitu 0,60m +
1m + 0,30m = 1,90m / 3 = 0,633m.

Pertambangan dan Perminyakan


Institut Teknologi Bandung.
Boggs,

S.
Jr.
1987. Principles
of
Sedimentary
and
Stratigraphy. Merril
Publishing
Company, Columbus.

Iswati,

Y. 2012. Analisis Core dan


Defleksi Log Untuk Mengetahui
Lingkungan Pengendapan dan
Menentukan Cadangan Batubara
di Banko Barat PIT 1 Sumatera
Selatan
(Skripsi).
Lampung.
Jurusan
Teknik
Geofisika
Universitas Lampung.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan
dalam menganalisa seam batubara,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Penentuan
seam
dengan
mengandalkan
batuan
pengapit
(lithokorelasi)
berdasarkan
data
lubang bor dengan metode Open Hole
dan Touch Coring kurang akurat dan
banyak inkonsistensi pada batuan
pengapit itu sendiri,
2. Jarak antar lubang bor yang cukup
jauh berkisar 120-200 m dalam
melakukan
interpretasi
lapisan
batubara masih belum meyakinkan.
3. Lapisan batubara pada blok C hasil
pemboran diasumsikan terdapat tiga
seam berdasarkan hasil korelasi
kesamaan litologi.
4. Ketebalan rata-rata lapisan batubara
pada blok B hasil pemboran adalah
0,63m 1,7 m yang tergolong lapisan
batubara tipis.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak terutama :
1. Pihak Perusahaan PT. Intibuana Indah
Selaras yang telah memberikan
kesempatan untuk menimba ilmu
dan memberikan pengalaman dalam
kegiatan eksplorasi.
2. Pihak Divisi Exploration Management
PT. Intibuana Indah Selaras, yang
telah banyak membantu dalam
melakukan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

PT.

Intibuana Indah Selaras. 2010,


Laporan Studi Kelayakan. Bogor

Sandi Stratigrafi Indonesia. 1996. Hal


10.
Saputra, N. 2012. Estimasi Cadangan
Batubara Dengan Menggunakan
Metode Cross Section Pada
Daerah Rencana Penambangan
Pit F, Blok III, Site Air Kotok di PT.
Ratu
Samban
Mining,
Kabupaten Bengkulu Tengah,
Bengkulu. Yogyakarta. Jurusan
Teknik
Pertambangan
Upn
Veteran Yogyakarta.
Sukandarrumidi. 2004. Batubara Dan
Gambut , Yogyakarta. Jurusan
Teknik Geologi Fakultas Teknik,
Universitas
Gadjah
Mada
Yogyakarta.
Umar, Hamid. 2012. Analisis Potensi Dan
Cadangan
Batubara
Dengan
Metode Geolistrik Resistivity di
Daerah
Masserengpulu
Kecamatan Lamuru Kabupaten
Bone
Sulawesi
Selatan.
Makassar. Jurusan Teknik Geologi
Fakultas
teknik
Universitas
Hasanuddin.
Weller, J Marvin. 1960. Stratigraphic
Principles and Practice. New
York: Haper & Brothers. 540-569

Anggayana, K. 2002. Genesa Batubara.


Bandung.
Jurusan
Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknik

Anda mungkin juga menyukai