Anda di halaman 1dari 17

SKENARIO :

Ny. VK, usia 44 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dengan keluhan mata
dan badan kuning sejak 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Keluhan disertai BAK seperti
teh tua, BAB seperti dempul, gatal-gatal dan demam tinggi sepanjang hari. Sejak 1 bulan
sebelum RS, pasien mengluh sering nyeri perut kanan atas yang berulang menjalar samapai
ke bahu sebelah kanan disertai mual. Tidak ada keluhan badan semakin kurus.
Tidak ada riwayat bepergian keluar kota palembang beberapa bulan terakhir. VK tidak ada
riwayat konsumsi obat yang dbeli sendiri tanpa resep dokter, tak ada riwayat konsumsi
alkohol, atau riwayat transfusi darah.
Tidak ada riwayat keluarga untuk sakit kuning ,sakit liver, atau kanker.
Pada pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis,
Tanda vital : TD110/80 mmHg ; nadi 106x/menit; suhu 38,7C; VAS 4; BB 55 KG ; TB 158
cm

Keadaan spesifik
Kepala : sklera ikterik
Leher : dalam batas normal
Thoraks : dalam batas normal
Abdomen :
-

Inspeksi : datara
Palpasi : lemas, nyeri tekan di kuadran kanan ata (+) murphy sign (+), hepar dan

lien tidak teraba, kantung empedu ballotement (+)


Perkusi : shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus normal

Ekstremitas : palmar eritema (-), palmar pucat (-), edema perifer (-).

Pemeriksaan laboratorium :
-

Hb 12,3 g/dl
Ht 36 vol %
Leukosit : 15.800/mm3
Trombosit : 229.000/mm3
Led : 96mm3/jam
Bil tot : 20,29 mg/dl
Bil direk : 19,74 mg/dl
Bil indirek : 0,55 mg/dl
SGOT 39 u/l
SGPT : 47u/l
Fosfatase alkali : 824 u/l

KLARIFIKASI ISTILAH :
ISTILAH
Murphy sign

ARTI
adanya kholeitasis dan koleistisis dengan
menggunakan ibu jari atautelunjuk yang
diletakkan antara tepi kanan M. Abdomis dan
arcus costae. Pasien diminta inspirasi apabila
sakit (+)

Sakit liver

penyakit yang merupakan keadaaan kondisi


kesehatan

hatimengalami

masalah

pada

fungsinya dan berakibat fatal karena hati


Bilirubin direct/ bilirubin terkonjugasi

merupaka bagian tubuh yang penting.


bilirubin yang telah diambil oleh sel-sel hati
dan dikonjugasikan membentuk bilirubin

BAB dempul

diglukoronid yang larut air.


BAB yang berwarna putih atau berwarna

Palmar eritema

abu-abu pucat
kemerahan pada

Bilirubin indirect/ tidak terkonjugasi

dihasilkan oleh kongestif pembuluh kapiler


bentuk bilirubin larut lemak yang beredar

telapak

dalam asosiasi longgar


VAS

tangan

yang

dengan protein

plasma
visual analog scale, alat yang digunakan
untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara
khusus meliputi 10-15cm garis, dengan setiap

ujungnya ditandai dengan level intensistas


nyeri(ujung kiri diberi tanda no pain, dan
Shiffting dullness

ujung kanan diberi tanda bad pain(hebat))


suara pekak yang berpindah-pindah pada
saaat perkusi akibat adanya cairan bebas

Sklera ikterik

didalam rongga abdomen


mengguningnya warna sklera oleh akumulasi

Edema perifer

pigmen bilirubin dalam darah dan jaringan.


pembengkakan akibat penumpukkan cairan

Kandung empedu ballotement

di ruang interstisial
penanda yang mengindikasikan peningkatan

Kanker

cairan di kandung empedu


penyakit neoplastik dengan

Phospatase alkaline

alamiah yang bersifat fatal.


enzim yang diproduksi terutama oleh sel

perjalanan

epitel hati dan osteoblast dan disekresikan


melalui saluran empedu

IDENTIFIKASI MASALAH :
1. Ny. VK, usia 44 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dengan
keluhan mata dan badan kuning sejak 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Keluhan
disertai BAK seperti teh tua, BAB seperti dempul, gatal-gatal dan demam tinggi
sepanjang hari. VVV
2. Sejak 1 bulan sebelum RS, pasien mengluh sering nyeri perut kanan atas yang
berulang menjalar samapai ke bahu sebelah kanan disertai mual. VV
3. Tidak ada keluhan badan semakin kurus.
Tidak ada riwayat bepergian keluar kota palembang beberapa bulan terakhir. VK tidak
ada riwayat konsumsi obat yang dbeli sendiri tanpa resep dokter, tak ada riwayat
konsumsi alkohol, atau riwayat transfusi darah.
Tidak ada riwayat keluarga untuk sakit kuning ,sakit liver, atau kanker. V
4. Pada pemeriksaan fisik : V
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis,
Tanda vital : TD110/80 mmHg ; nadi 106x/menit; suhu 38,7 C; VAS 4; BB 55 KG ;
TB 158 cm
5. Keadaan spesifik VV

Kepala : sklera ikterik


Leher : dalam batas normal
Thoraks : dalam batas normal
Abdomen :
-

Inspeksi : datara
Palpasi : lemas, nyeri tekan di kuadran kanan ata (+) murphy sign (+), hepar dan

lien tidak teraba, kantung empedu ballotement (+)


Perkusi : shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus normal
Ekstremitas : palmar eritema (-), palmar pucat (-), edema perifer (-).

6.
-

Pemeriksaan laboratorium : VV
Hb 12,3 g/dl
Ht 36 vol %
Leukosit : 15.800/mm3
Trombosit : 229.000/mm3
Led : 96mm3/jam
Bil tot : 20,29 mg/dl
Bil direk : 19,74 mg/dl
Bil indirek : 0,55 mg/dl
SGOT 39 u/l
SGPT : 47u/l
Fosfatase alkali : 824 u/l

ANALISIS MASALAH
1. Ny. VK, usia 44 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dengan
keluhan mata dan badan kuning sejak 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Keluhan
disertai BAK seperti teh tua, BAB seperti dempul, gatal-gatal dan demam tinggi
sepanjang hari. VVV
a. Apa hubungan jenis kelamin dan umur terhadap kasus?
Adinda nyimas
b. Apa faktor resiko dari kasus?
Rati dini
c. Bagaimana mekanisme dan penyebab BAK seperti tua?
Andin beni
d. Bagaimana mekanisme dan penyebab BAB seperti dempul?
Dalam kondisi normal, bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk/bilirubin 2) yang
telah diproses oleh hepatosit akan disalurkan ke duodenum melaui saluran
empedu. Selanjutnya bakteri usus akan mereduksi bilirubin terkonjugasi menjadi

sterkobilin atau urobilinogen. Sterkobilin inilah yang mewarnai feses sehingga


berwarna kuning kecoklatan. Feses berwarna dempul menunjukkan tidak adanya
sterkobilin. Dalam kasus ini, terjadi obstruksi saluran empedu komunis yang
menyebabkan bilirubin terkonjugasi tidak dapat disalurkan ke duodenum sehingga
tidak terjadi perwarnaan feses oleh sterkobilin.
e. Bagaimana mekanisme dan penyebab gatal-gatal?
Dani ira
f. Bagaimana mekanisme dan penyebab demam tinggi?
Regina azora
g. Bagaimana mekanisme dan penyebab mata dan badan kuning?
Thia melva
h. Apa makna klinis mata dan badan kuning sejak 5 hari yang lalu?
Melva thia
2. Sejak 1 bulan sebelum RS, pasien mengeluh sering nyeri perut kanan atas yang
berulang menjalar samapai ke bahu sebelah kanan disertai mual. VV
a. Organ apa saja yang terlibat pada kasus?
Beni andin
b. Bagaimana mekanisme dan penyebab nyeri terkait kasus?
Ira dani
c. Mengapa nyerinya menjalar sampai ke bahu kanan?
Nyeri yang menjalar dikenal juga sebagai nyeri alih (referred pain), terjadi sebagai
akibat dari neuron aferen visceral yang menyatu dengan neuron aferen somativ di
medulla spinalis dan berbagi dengan neuron tingkat kedua. Kemudian otak
menafsirkan sinyal nyeri berasal dari somatic dan melokalisasikan rasa nyeri yang
di dapat ke daerah asal aferen somatic, jauh dari sumber visceral. Nyeri pada
daerah bahu kanan (tepatnya pada scapula kanan), berhubungan dengan nyeri
pada kandung empedu dengan mekanisme seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Letak di kanan berkaitan dengan bagian yang sakit ipsilateral
terhadap kandung empedu.

d. Apa makna klinis keluhan sejak 1 bulan yang lalu?


Azora regina
e. Bagaimana mekanisme dan penyebab mual terkait kasus?
Dini rati
3. Tidak ada keluhan badan semakin kurus.
Tidak ada riwayat bepergian keluar kota palembang beberapa bulan terakhir. VK tidak
ada riwayat konsumsi obat yang dbeli sendiri tanpa resep dokter, tak ada riwayat
konsumsi alkohol, atau riwayat transfusi darah.
Tidak ada riwayat keluarga untuk sakit kuning ,sakit liver, atau kanker. V
a. Mengapa semua itu ditanyakan kepada pasien saat anamnesis?
4. Pada pemeriksaan fisik : V
Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis,
Tanda vital : TD110/80 mmHg ; nadi 106x/menit; suhu 38,7 C; VAS 4; BB 55 KG ;
TB 158 cm
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik : keadaan umum dan tanda vital?
Thia nyimas dani
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik : keadaan umum dan
tanda vital?
regina dini thia
c. Bagaimana cara pemeriksaan VAS?
dani beni regina

5. Keadaan spesifik VV
Kepala : sklera ikterik

Leher : dalam batas normal


Thoraks : dalam batas normal
Abdomen :
-

Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, nyeri tekan di kuadran kanan atas (+) murphy sign (+), hepar dan

lien tidak teraba, kantung empedu ballotement (+)


Perkusi : shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus normal
Ekstremitas : palmar eritema (-), palmar pucat (-), edema perifer (-).
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik : keadaan spesifik?
Keadaan Spesifik

Sklera ikterik

Normal
Kepala
(-)

Leher
Leher: dalam batas normal
Normal
Thoraks
Thoraks: dalam batas normal
Normal
Abdomen
Inspeksi : datar
Datar
Palpasi : lemas
Lemas
Palpasi: nyeri tekan di kuadran kanan atas (+) (-)
Murphy sign (+)

(-)

Hepar dan lien tidak teraba


Kantung empedu ballotement (+)
Perkusi : shifting dullness(-)
Auskultasi : bising usus normal

Tidak teraba

Intepretasi
Bilirubin direct menumpuk di
jaringan kaya elastin (seperti
sklera).
Hiperbilirubinemia
(>2,5mg/dl)
Normal
Normal
Normal
Lemas
Gangguan pada organ di
regio hipochondriac dextra
Peradangan pada kandung
empedu
Normal
Pembesaran kantung empedu
Normal
Normal

(-)
Normal
Ekstremitas
Palmar eritema (-)
(-)
Normal
Palmar pucat (-)
(-)
Normal
Edema perifer (-).
(-)
Normal
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik : keadaan spesifik?
andin ira azora
c. Bagaimana cara pemeriksaan murphy sign?
rati azora taufik
d. Bagaimana cara pemeriksaan kandung empedu ballotement?

dinda melva ira


6.
-

Pemeriksaan laboratorium : VV
Hb 12,3 g/dl
Ht 36 vol %
Leukosit : 15.800/mm3
Trombosit : 229.000/mm3
Led : 96mm3/jam
Bil tot : 20,29 mg/dl
Bil direk : 19,74 mg/dl
Bil indirek : 0,55 mg/dl
SGOT 39 u/l
SGPT : 47u/l
Fosfatase alkali : 824 u/l
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?
Dinda andin dini
b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan laboratorium?
rati nyimas beni

7. TEMPLATE
a. Diagnosis Banding?

Diagnosis
Klinik

Koledokolitiasis,
Kolangitis,
Kolesistitis
(+)

Pankreatitis
Akut

Koledokolitiasi
s

Ca Caput
Pankreas

(-)

(+)

(+)

(+), kanan atas

(+), biasa di
epigastrium

(+)

(+) di epigastrium,
jika obstruksi
parsial nyeri samar
di abdomen kanan
atas, obstruksi total
nyeri seperti
ikterus obstruktif

(+)

(+)

(+) di bawah
scapula kanan

(+) di
punggung
kanan

(+)

(+) di punggung
kanan

Kulit kuning

(+)

(-)

(+)

(+)

Murphys
Sign

(+)

(-)

(+)

(-)

BAK teh tua

(+)

(-)

(+)

(-)

BAB dempul

(+)

(-)

(+)

(-)

Leukositosis

(+)

(+)

(-)

Sklera
Ikterik
Nyeri perut

Demam
Nyeri Alih

LED
Bilirubin

Total dan direk

SGOT/SGP
T

(-)
Sedikit
meningkat

Total dan direk

Total dan direk

(-)

Normal

Amilase &
Lipase

Normal

Normal

Nyeri kolik

(+)

(-)

(+)

Gatal-Gatal

(+)

(-)

(+)

(-)

b. Diagnosis Kerja ?
Ikterus obstruktif e.c. susp. choledocolithiasis, cholangitis, cholecystitis
c. Cara menegakkan diagnosis?
Anamnesis: mual, muntah, demam, nyeri di abdomen kuadran kanan atas dan midepigastrium yang berat, menetap, dan menyebar sampai ke bahu kanan atas.

Pemeriksaan fisik: nyeri tekan di abdomen kuadran kanan atas, tanda Murphy positif,
kantung empedu ballottement test positif, pemeriksaan sklera ikterik.
Evaluasi laboratorium: jumlah leukosit meningkat, bilirubin meningkat dan fosfatase alkali
meningkat positif.
Pemeriksaan diagnostik tambahan:
1. Foto polos abdomen
Pada pemeriksaan ini diharapkan dapat melihat batu opak dikandung empedu atau di
duktus koledokus. Kadang-kadang pemeriksaan ini dipakai untuk penapisan, melihat keadaan
secara keseluruhan dalam rongga abdomen.
2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi sangat berperan dalam mendiagnosa penyakit yang menyebabkan
kolestasis. Pemeriksaan USG sangat mudah melihat pelebaran duktus biliaris intra/ ekstra
hepatal sehingga dengan mudah dapat mendiagnosis apakah ada ikterus onstruksi atau ikterus
non obstruksi. Apabila terjadi sumbatan daerah duktus biliaris, yang paling sering adalah
bagian distal, maka akan terlihat duktus biliaris komunis melebar dengan cepat yang
kemudian diikuti pelebaran bagian proksimal. Perbedaan obstruksi letak tinggi atau letak
rendah dengan mudah dapat dibedakan karena pada obstruksi letak tinggi atau intrahepatal
tidak tampak pelebaran dari duktus biliaris komunis. Apabila terlihat pelebaran duktus biliaris
intra dan ekstra hepatal maka ini dapat dikategorikan obstruksi letak rendah (distal).
Pada dilatasi ringan dari duktus biliaris maka akan terlihat duktus biliaris kanan
berdilatasi dan duktus biliaris daerah perifer belum jelas terlihat berdilatasi. Pada dilatasi
berat duktus biliaris, duktus biliaris intra hepatal bagian sentral dan perifer akan sangat jelas
terlihat berdilatasi dan berkelok-kelok.
Pada kasus koledokolitiasis, terdapat batu di dalam duktus koledokus. Batu ini bisa
satu maupun banyak. Batu yang tertanam biasanya terjadi di bagian bawah duktus diatas
ampula vateri. Intensitas ikterus biasanya fluktuasi dimana batu bertindak sebagai katup (ball
valve). Obstruksi partial masih mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum.
Secara sonografi terlihat Common Bile Duct (CBD) berdilatasi, tampak bayangan
hiper ekhoik dengan bayangan akustik. Batu akan mudah terlihat karena dikelilingi oleh

cairan empedu. Diagnosis akan lebih sulit katika seluruh saluran empedu tertutup batu,
dimana kontras antara cairan empedu dan batu menghilang, serta tampak hanya sebagai
baangan akustik yang mungkin diduga sebagai gas echo dari duodenum.
3. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)
ERCP merupkan tindakan yang langsung dan invasif untuk mempelajari traktus
biliaris dan sistem duktus pankreatikus. Ditangan yang berpengalaman ERCP mempunyai
keberhasilan yang cukup tinggi dan tingkat keakuratan atau ketepatan kurang lebih 90%.
Pada penyumbatan duktus biliaris ekstra hepatal oleh koledokolitiasis, tampak gambaran
defek pengisian yang radioluscen.
Indikasi pemeriksaan ERCP yaitu:
a

Pendeita ikterus yang tidak atau belum dapat ditentukan penyebabnya apakah sumbatan

pada duktus biliaris intra atau ekstra hepatik seperti:


Kelainan di kandung empedu
Batu saluran empedu
Striktur saluran empedu
Sclerosing cholangitis
Kista duktus koledokus
Pemeriksaan pada penyakit pankreas atau diduga ada kelainan pankreas serta untuk

menentukan kelainan seperti:


Keganasan pada sistem hepatobilier dan pancreas
Pankreatitis kronis
Tumor pancreas
Metastase tumor ke sistem biliaris atau pankreas.

4. Magnetic Resonance Cholangiopancreaotography (MRCP)


MRCP adalah pemeriksaan duktus biliaris dan duktus pankreatikus dengan memakai
pesawat MRI dengan memakai heavily T2W acquisition untuk memaksimalkan signal dari
cairan yang menetap pada duktus biliaris dan duktus pankreatikus.
Perbandingan MRCP dengan ERCP:
-

Kelainan duktus pankreatikus utama dapat dilihat dengan MRCP.


Sensitivitas untuk dilatasi cukup tinggi, tapi harus hati-hati dalam menilai adanya striktur

dengan kaliber duktus yang normal.


Sensitivitas dalam mendeteksi filling defek juga tinggi.
Perubahan dari percabangan duktus pankreatikus kurang baik dengan MRCP.

5. Percutaneus Transhepatik Cholangiography (PTC)

PTC merupakan sarana diagnosis invasif untuk membedakan ikterus obstruktif ekstra
dan intra hepatik serta menentukan lokasi sumbatan dan juga pada kebanyakan kasus etiologi
daripada obstruksi lainnya. Gambaran saluran empedu yang diperoleh PTC tidak hanya
memberikan informasi mengenai saluran empedu, tetapi juga mempermudah menduga
penyebabnya, sehingga dapat menjadi pedoman bagi ahli bedah dalam perencanaan
operasinya. Indikasi pemeriksaan PTC, yaitu:
-

Untuk membedakan ikterus obstruktif intra hepatik atau ekstra hepatik.


Untuk menentukan letak dan penyebab sumbatan (batu, karsinoma, striktur, dsb).
Untuk menentukan penyebab sindroma postkholeksistektomi misalnya batu yang
berulang, hepatolitiasis, striktur pasca bedah pada saluran empedu.

Gambaran yang didapat pada PTC, yaitu:


-

Batu biasanya memperlihatkan filling defect serta obstruksi dengan berbentuk cembung.
Penyempitan yang halus dengan segmen yang pendek mengindikasikan adanya striktur.
Duktus yang kaku (rigid) dan ireguler mengindikasikan suatu karsinoma.
Gambaran duktus yang berbelit-belit berkelok-kelok dan berdilatasi serta adanya

obstruksi bagian distal mengindikasikan karsinoma pankreas.


Gambaran duktus yang melengkung dan menebal mengindikasikan sclerosing kolangitis.

6. Percutaneus Transhepatic Billiary Drainage (PTBD)


Teknik sama dengan PTC, tetapi kateter masuk sampai melampaui obstruksi dan bisa
sampai duodenum. PTBD lebih ke arah terapi, karena flow dan cairan empedu masuk
kedalam sidehole dari kateter.
7. CT-Scan
Pemeriksaan CT Scan mengenai traktus biliaris banyak dilakukan untuk melengkapi
data suatu pemeriksaan sonografi yang telah dilakukan sebelumnya. Secara khusus CT Scan
dilakukan guna menegaskan tingkat atau penyebab yang tepat adanya obstruksi/ kelainan
pada saluran empedu. Dalam hal ini CT Scan dinilai untuk membedakan antara ikterus
obstruktif, apakah intra atau ekstra hepatik dengan memperhatikan adanya dilatasi dari duktus
biliaris. Kunci untuk menetapkan tingkat atau penyebab dilatasi duktus biliaris adalah
evaluasi yang cermat mengenai zona transisi pada tingkat dimana terjadi duktus yang
melebar/dilatasi kemudian terjadi penyempitan-penyempitan duktus buliaris dan kemudian
duktus yang tidak terlihat.

Dilatasi duktus biliaris dideteksi sebagai garis atenuasi yang rendah atau struktur
sirkuler yang tidak memberikan penyengatan dengan pemberian kontras melalui intravena.
Dilatasi CBD dideteksi sebagai suatu bulatan atau struktur tubuler dekat vena perta atau dekat
daerah kaput pankreas. Kandung empedu sering berdilatasi bila ada obstruksi duktus biliatis
ekstra hepatik. Adanya gambaran dilatasi CBD bagian caudal dari potongan yang
berdampingan dengan vena pora diduga adanya obstruksi bagian distal. Untuk
mengoptimalkan deteksi CT Scan terhadap massa pankreas yang menyumbat saluran
empedu/duktus biliaris ekstra hepatik, maka digunakan teknik penyengatan kontras yang
dinamis.
CT Scan dapat mendeteksi secara jelas apakah obstruksi saluran empedu ini
disebebkan oleh karsinoma kaput pankreas. Pemeriksaan CT Scan tanpa kontrras pada
karsinoma kaput pankreas terlihat sebagai massa dengan densitas yang sama dengan jaringan
perenkim yang normal, dan pada pemberian kontras secara intra vena terlihat berupa suatu
daerah dengan atenuasi yang menurun dibandingkan jaringan parenkim normal.
Pemeriksaan CT Scan dapat juga memperlihatkan dilatasi duktus pankreatikus serta
invasi tumor ke organ-organ sekitarnya seperti gaster, duodenum, hepar dan kelenjar getah
bening. Pemeriksaan CT Scan juga lebih unggul dalam menentukan tumor saluran empedu
seperti cholangiokarsinoma, dimana CT Scan dapat memperlihatkan jika sudah terjadi
infiltrasi ke organ-organ yang berdekatan atau sudah metastase. Meskipun gambaran saluran
empedu oleh CT Scan sudah sangat baik, namun dalam mendeteksi batu saluran empedu
hanya 20 sampai 40% saja dapat terdeteksi.
d. Pemeriksaantambahan?
Nyimas dini
e. Etiologi?
Ira azora
f. FaktorResikodanFaktorPencetus
regina rati
g. Patogenesis
beni taufik
h. Patofisiologi
melva thia
i. ManifestasiKlinik
Warna kekuningan pada kulit atau mata adalah penanda penting secara fisik pada
penyumbatan di empedu, disertai dengan nyeri perut kanan atas, mual, muntah dan panas.
Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan Murphy yang positif biasa ditemukan, sering teraba
kandung empedu yang membesar, dan tanda-tanda peritonitis. Warna seperti dempul pada

tinja juga dapat menaikkan kecurigaan pada koledokolitiasis atau pankreatitis. Jika gejala
tersebut dibarengi dengan demam dan menggigil, dapat dipertimbangkan juga diagnosis
kolangitis. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan,
pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan peningkatan bilirubin.
1

Asimptomatik
Biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada saat medical check up melalui plain
radiograf, sonogram abdomen atau CT scan.

2. Simptomatik
a. Kolik Bilier
Terdapat nyeri kuadran kanan atas yang terjadi secara episodik, kadang menjalar ke
daerah punggung kanan belakang. Kondisi ini terjadi akibat obstuksi batu di daerah
leher kandung empedu, atau duktus kistikus. Kolik bilier biasanya dipengaruhi oleh
makanan berlemak dan dapat hilang dengan perubahan posisi tubuh. Biasanya tidak
didapatkan demam dan fungsi hati normal, kecuali bila disertai infeksi.
b. Kolesistitis akut
Kolesistitis merupakan suatu inflamasi akut pada kandung empedu. Hal ini
disebabkan karena adanya obstruksi dari duktus sistikus. Keluhan nyeri sering dimulai
secara progresif memberat. Nyeri sangat sering terjadi pada malam hari atau
menjelang pagi. Nyeri ini biasanya terdapat pada kuadran kanan atas abdomen atau di
epigastrium. Keluhan nyeri ini dapat disertai dengan demam. Pada kolesistitis akut
dapat terjadi terjadi peningkatan sel darah putih dan MurphySign (nyeri perut kanan
atas yang diraba saat inspirasi).
c. Kolesistitis kronik
Kolisistitis akut yang berulang mengarah pada inflamasi kandung empedu kronik.
Biasanya tidak terdapat demam atau peningkatan sel darah putih. Keluhannya bisa
berupa seperti dispepsia, rasa penuh di epigastrium, dan nausea khususnya setelah
makan makanan berlemak tinggi, yang kadang hilang setelah bersendawa.
d. Koledokolitiasis
Koledokolitiasis sebagian besar berasal dari migrasi batu kandung empedu.
Sedangkan batu koledokus dapat terbentuk di saluran empedu itu sendiri disebut
koledolitiasis primer, biasanya batu ini terbentuk akibat stasis empedu dan infeksi
seperti pada kasus striktur akibat trauma, kolangitis sklerosing atau kelainan bilier
kongenital.
e. Kolangitis

Kolangitis merupakan infeksi bakteri pada cairan empedu di dalam saluran empedu
akibat obstruksi. Keluhan kolangitis digambarkan dengan Triad Charcot yaitu nyeri
kuadran kanan atas, ikterik dan demam. Kolangitis dapat mengarah pada syok septik.
j. Tatalaksana, edukasidanpencegahan
Terapi farmakologi

Terapi cairan dengan cairan kristaloid dan nutrisi


Antibiotika sistemik
Analgetik (NSAID)

Terapi non farmakologi

Pembedahan
Istirahat total
Diet rendah lemak
k. Komplikasi
andin dinda
l. Prognosis
ALL
m. SKDI
3A

HIPOTESIS
NY. VK 44 tahun mengalami kolesistitis et causa obstruksi duktus koledokus

LI
Anatomi dan fisiologi hepatobiliary
Beni dani regina thia rati dinda nyimas
Obstructive Jaundice
Hambatan aliran empedu yang disebabkan oleh sumbatan mekanik menyebabkan terjadinya
kolestasis yang disebut sebagai ikterus obstruktif saluran empedu, sebelum sumbatan
melebar. Aktifitas enzim alkali fosfatase akan meningkat dan ini merupakan tanda adanya

kolestasis. Infeksi bakteri dengan kolangitis dan kemudian pembentukan abses menyertai
demam dan septisemia yang tidak jarang dijumpai sebagai penyulit ikterus obstruktif.
Patofisiologi
Empedu merupakan sekresi multi-fungsi dengan susunan fungsi, termasuk pencernaan
dan penyerapan lipid di usus, eliminasi toksin lingkungan, karsinogen, obat-obatan, dan
metabolitnya, dan menyediakan jalur primer ekskresi beragam komponen endogen dan
produk metabolit, seperti kolesterol, bilirubin, dan berbagai hormon.
Pada obstruksi jaundice, efek patofisiologisnya mencerminkan ketiadaan komponen
empedu (yang paling penting bilirubin, garam empedu, dan lipid) di usus halus, dan
cadangannya, yang menyebabkan tumpahan pada sirkulasi sistemik. Feses biasanya menjadi
pucat karena kurangnya bilirubin yang mencapai usus halus.Ketiadaan garam empedu dapat
menyebabkan malabsorpsi, mengakibatkan steatorrhea dan defisiensi vitamin larut lemak (A,
D, K); defisiensi vitamin K bisa mengurangi level protrombin.Pada kolestasis
berkepanjangan, seiring malabsorpsi vitamin D dan Ca bisa menyebabkan osteoporosis atau
osteomalasia.
Retensi bilirubin menyebabkan hiperbilirubinemia campuran.Beberapa bilirubin
terkonjugasi mencapai urin dan menggelapkan warnanya.Level tinggi sirkulasi garam
empedu berhubungan dengan, namun tidak menyebabkan, pruritus. Kolesterol dan retensi
fosfolipid menyebabkan hiperlipidemia karena malabsorpsi lemak (meskipun meningkatnya
sintesis hati dan menurunnya esterifikasi kolesterol juga punya andil); level trigliserida
sebagian besar tidak terpengaruh.
Penyakit hati kolestatik ditandai dengan akumulasi substansi hepatotoksik, disfungsi
mitokondria dan gangguan pertahanan antioksidan hati.Penyimpanan asam empedu
hidrofobik mengindikasikan penyebab utama hepatotoksisitas dengan perubahan sejumlah
fungsi sel penting, seperti produksi energi mitokondria.Gangguan metabolisme mitokondria
dan akumulasi asam empedu hidrofobik berhubungan dengan meningkatnya produksi
oksigen jenis radikal bebas dan berkembangnya kerusakan oksidatif.
Etiologi jaundice obstruktif
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding saluran
misalnya adanya tumor atau penyempitan karena trauma (iatrogenik).Batu empedu dan
cacing

askaris

sering

dijumpai

sebagai

penyebab

sumbatan

di

dalam

lumen

saluran.Pankreatitis, tumor kaput pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor

ganas di daerah ligamentum hepatoduodenale dapat menekan saluran empedu dari luar
menimbulkan gangguan aliran empedu.
Beberapa keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab sumbatan antara lain kista
koledokus, abses amuba pada lokasi tertentu, divertikel duodenum dan striktur sfingter papila
vater.
Ringkasnya etiologi disebabkan oleh: koledokolitiasis, kolangiokarsinoma, karsinoma
ampulla, karsinoma pankreas, striktur bilier. Gambaran klinis jaundice obstruktif Jaundice,
urin pekat, feses pucat dan pruritus general merupakan ciri jaundice obstruktif. Riwayat
demam, kolik bilier, dan jaundice intermiten mungkin diduga kolangitis/koledokolitiasis.
Hilangnya berat badan, massa abdomen, nyeri yang menjalar ke punggung, jaundice yang
semakin dalam, mungkin ditimbulkan karsinoma pankreas. Jaundice yang dalam (dengan
rona kehijauan) yang intensitasnya berfluktuasi mungkin disebabkan karsinoma peri-ampula.
Kandung empedu yang teraba membesar pada pasien jaundice juga diduga sebuah malignansi
ekstrahepatik (hukum Couvoissier).
Naskah Lengkap New Horizon of Diagnosis and Treatment in Internal Medicine Temu Ilmiah
Penyakit Dalam FK Unsri 2012
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-ProsesPenyakit. Jakarta: EGC.
Satria, BI. 2013. Batu Empedu. Medan: Universitas Sumatera Utara

Fiani azora CH andin ira taufik melva

Anda mungkin juga menyukai