Anda di halaman 1dari 8

Contoh Penilaian risiko biologi.

RISK ASSESMENT DAN MANAGEMENT RISK AVIAN FLU DI TEMPAT KERJA


DIREKTORATA BINA KESEHATAN KERJA
OLEH
SUBDIT BINA LINGKUNGAN KERJA

A. Pendahuluan.
Flu Burung (FB) atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus influenza tipe A biasanya menyerang unggas dan kadang-kadang hewan
lain (seperti babi dan kucing). Virus FB biasanya hanya menyerang unggas tetapi
pada keadaan tertentu dapat menular ke manusia dan bersifat fatal.
Saat ini yang di khawatirkan adalah munculnya sub tipe baru yang berasal dari
reassortment (bercampurnya materi genetik virus FB dan virus influenza musiman).
Virus sub-tipe baru ini kemungkinan akan mampu dengan cepat dan mudah menular
dari manusia ke manusia, sehingga berpotensi menimbulkan pandemi influenza.
Jika hal ini terjadi maka kerugaian besar terhadap satu industri, wilayah,
kota/kabupaten dan propinsi bahakan satu Negara tidak dapat dibayangkan, namun
jika di scenariokan ini terjadi pada salah satu industri dalam satu wilayah maka
kerugian pada perusahaan tersebut akan lebih besar hal ini terjadai karena atu
kasus pada satu wilayah yang selama ini tidak ada ada kasus FB maka perusahaan
itu ditutup untuk sementara waktu untuk keluar dari perusahaan dan orang masuk
kedalam perusahaan tersebut, terkait dengan UU Wabah 19... oleh karena itu maka
setiapa perusahaan harus punya Pokja dan Emergecy plan untuk Aspek hazard
biologi dan salah satu kegiatannya didalam adalah Risk asseement dan Managemet
risk Biologi.
A. Hazard Biologi
Dalam

proses kerja di suatu industri tidak terlepas dari berbagai faktor risiko

lingkungan yang berdampak pada kesehatan pekerja atara lain Faktor risko fisik,
kimia, ergonomik ,biologi dan faktor risiko psikososial serta lifestye. Risiko Flu burug
(Avian Flu) merupakan risiko biologi ditempat kerja bisa karena adanya proses
Soaialisasi AI/SE/Lingja

dengan bahan baku atau campuran dengan agent biologik maupun karena dampak
dari faktor eksternal tempat kerja (exposure dari luar). Hazard biologi antara lain
Agen Bacteri,Jamur, virus dan perasit.
Agen Biologi dapat mengganggu kesehatan karena jumlah yang bertambah, atau
karena toksin yang dikeluarkan oleh agen biologi tersebut
Avaian Flu merupakan agen biologi virus dari sub-tipe virus influenza tipe A,
berukuran dengan diameter 80 nM hingga 120 nM. Ada 16 sub-tipe virus influenza
yang semuanya ditemukan pada hewan. Virus flu burung berbentuk bulat
heliospheric, dimana di bagian luarnya mempunyai spike komponen glikoprotein
yang terdiri atas dua macam spikes, yakni spike komponen antigen Haemagglutinin
(H) dan Neurominidase (N) yang menjadi indikator untuk determinasi sub-tipe yang
membedakan H5N1 dengan H5N2, H5N3, H1N1 dan sub-tipe yang lain. Virus ini
menempel (affinitet) pada sel-sel epitel dinding saluran pernapasan dan alveoli paru.
Virus ini mempunyai pathogenicity yang tinggi terutama pada ayam, burung puyuh
dan burung gereja serta manusia sehingga lazim disebut sebagai Highly Pathogenic
Avian Influenza (HPAI) virus. Bebek dan burung air lainnya dilaporkan sebagai
carrier dari H5N1 dimana hewan-hewan ini terutama bebek, mengeluarkan virus ini
bersama tinja sepanjang umurnya, namun tidak pernah menunjukkan gejala sakit
yang berarti. Pada hewan lain seperti pada babi dan kucing antibodi terhadap virus
ini telah dilaporkan, namun penularan dari babi dan kucing kepada manusia belum
pernah dilaporkan.
B. Intergrated Strategy For Preventing Occupational Disease and Injury

Dalam konsep pencegahan penyakit dan cedera dalam satu proses kerja,
penanggulangan penyakit Avian Flu pada dasarnya dapat dicegah pada awal suatu
kegaitan K3 secara keseluruhan, dimana secara konsep K3 bahwa pengendalian
hazard K3 ditempat kerja diawali pada rekognisi, evaluasi dan kontrol tapi untuk
suatu proses industri yang baru mulai proses tentunya diawali dengan kegaitan
Antisipation yang sifatnya menilai apa hazard yang bisa
proses kerja dimulai dan selama proses berlangsung.

Soaialisasi AI/SE/Lingja

mungkian terjadi bila

Pengendalian Flu burung dilakukan pada tahap awal dimana kasus Flu burung
dengan Konfermasi Positif belum terjadi hal ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Gambar 1. Intergrated Strategi For Preventing Occupational Disease and Injury

Area Kajian Risiko FB DTK

C. Konsep Infeksi Flu Burung.


Avian Influenza menjadi masalah kesehatan global yang serius, termasuk Indonesia, karena
selain menyerang hewan ternyata juga sudah menyerang manusia dan menelan banyak
korban. Jumlah kasus manusia terus bertambah dan di Indonesia angka kematian tinggi
yaitu 84 %. Salah satu penyebab kematian tinggi adalah deteksi yang terlambat, sedangkan
antivirus bekerja efektif pada 48 jam pertama setelah onset.
Flu burung (FB) atau Avian Influenza (AI), adalah penyakit akut pada unggas dan menular
pada manusia (Zoonosis), yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dari sub-tipe H5N1
dengan gejala/tanda: demam, sesak nafas, batuk, berlanjut menjadi pneumonia,
menyebabkan angka kematian yang tinggi serta berpotensi menimbulkan pandemi
influenza
Virus penyebabnya adalah virus influenza tipe A sub tipe H5N1 yang umumnya menginfeksi
pada hewan dan beberapa sub-tipe diantaranya dapat menular dari hewan kepada manusia.

Soaialisasi AI/SE/Lingja

Virus FB adalah virus dari sub-tipe virus influenza tipe A, berukuran dengan diameter 80 nM
hingga 120 nM. Ada 16 sub-tipe virus influenza yang semuanya ditemukan pada hewan.
Virus flu burung berbentuk bulat heliospheric, dimana di bagian luarnya mempunyai spike
komponen glikoprotein yang terdiri atas dua macam spikes, yakni spike komponen antigen
Haemagglutinin (H) dan Neurominidase (N) yang menjadi indikator untuk determinasi subtipe yang membedakan H5N1 dengan H5N2, H5N3, H1N1 dan sub-tipe yang lain. Virus ini
menempel (affinitet) pada sel-sel epitel dinding saluran pernapasan dan alveoli paru.
Virus ini mempunyai pathogenicity yang tinggi terutama pada ayam, burung puyuh dan
burung gereja serta manusia sehingga lazim disebut sebagai Highly Pathogenic Avian
Influenza (HPAI) virus. Bebek dan burung air lainnya dilaporkan sebagai carrier dari H5N1
dimana hewan-hewan ini terutama bebek, mengeluarkan virus ini bersama tinja sepanjang
umurnya, namun tidak pernah menunjukkan gejala sakit yang berarti.
Virus ini akan dilemahkan oleh air sabun karena akan melarutkan lipid pada dinding
virusnya. Virus ini dapat dimatikan oleh larutan formaldehyde dan larutan desinfektan lain
seperti karbol. Pemanasan pada 560C selama tiga jam maka virus ini akan mati. Pada suhu
00C dapat bertahan lebih dari 30 hari. Daging ayam yang dipanaskan pada suhu 800C
selama 1 (satu) menit dan pada suhu 60 0C selama 30 menit dapat mematikan virusnya.
Pada tinja unggas dan unggas yang sakit virus ini dapat bertahan hidup hingga 32 hari.
Virus ini akan mati dalam beberapa jam dengan sinar matahari langsung, namun dapat
bertahan hidup pada lingkungan alam yang lembab dan dapat bertahan hidup hingga
3 (tiga) minggu di lumpur.
Yang sangat ditakuti ialah virus H5N1 ini dapat bermutasi karena terjadinya re-assortment*
komponen DNA-nya dari virus influenza lain, maka kemungkinan besar akan mengubah sifat
virusnya dan mengakibatkan terjadinya penularan virus antar manusia yang patogenisitynya
tinggi.

D. Cara Penularan Avian Flu


Penularan penyakit FB dapat terjadi melalui kontak langsung dan kontak tidak langsung
dengan unggas. Kontak langsung dapat terjadi antar unggas dan juga dari unggas ke
manusia. Kontak tidak langsung ialah kontak dengan lingkungan ataupun material yang
tercemar discharge unggas yang sakit / karier virus FB. Penularan virus FB secara
aerogenic hingga sekarang belum pernah dilaporkan. Penularan antar manusia di
Indonesia, hingga sekarang belum pernah dilaporkan.

Soaialisasi AI/SE/Lingja

E. Pengendalian AI.
Dalam pedoman penggualangan Flu Burung ditempat kerja, OSHA (Occupational

Safety and Health Administration)


penanggulangan Pandemi Flu berupa:

mengeluarkan

elemen

Develop an Exposure Control Plan


1).
Mengembangkan
rencana
pengendalian
pajanan
virus/biologi, jika menemukan ada karyawan, pekerja terdeteksi
menderita,suspek gejala flu burung, termasuk menghadapai
kasus, menangani kasus dan aktifitas serta prosedur kerja
termasuk tim.
2). Mengembangkan Businis Control Plan yang bertujuan
mengurangi penularan penyakit AI dengan tanpa menghambat
dan menghentikan proses kerja di satu perusahaan.
2. Determine Effective Methods of Exposure Control
1.

Pengendalain Exposure pada flu burung mempuyai kemiripan


dengan pengendalaian risiko K3 secara umum, yakni dimulai
dari urutan yang paling efektik kepada yang kurang efektif
seperti
Engineering' Controls (rekayasa inginering)
mencegah pekerja dari terpajan dengan virus influensa.
Pendekatan yang digunakan bisa beruapa sistem
ventilasi portabel, penghalang fisik plastik bersin
digunakan secara individu yang terkena infeksi, dan
ruang pengasingan infeksi tekanan negatif.
Work Practices
Mengembangkan praktek kerja yang baik mencegah
pajanan virus kepada pekerja berupa:

Handwashing Sering dengan sabun serta


air atau substansi handwash lain.
Secara rutin melakukan pembersiahan
permukaan yang berpotensi berbahaya
seperti gagang telepon, peralatan komputer,
dan lain.
Menghindarkan hubungan dengan pekerja dan
pelanggan serta klien (distancing sosial).
Menutup hidung dan mulut untuk semua batuk
serta bersin dengan tisu tersedia serta
membuang didalam bak penampung tertentu

Soaialisasi AI/SE/Lingja

(punya etiket/label).
Melarang makan, minum, atau merokok di area
tempat kerja dimana resiko eksposur terjadi.
Meminimumkan peralatan dan alat kantor/kerja .
Administrative Controls
Pemberian kebijakan kerja perubahan jadwal kerja dan
shift kerja dalam rangka meminimalisasikan pajanan
Virus FB.
Personal Protective Equipment (PPE) Penggunaan
alat pelindung diri saat bekerja sesuai standar
Sarung tangan,
Pakaian yang Tersendiri ,
Pelindung Wajah.,
Celemek,
Belalakkan,
Sepatu
Topeng gas.
Respiratory Protection
OSHA merekomendasikan dimana eksposur tinggi
pada pekerja, seperti karyawan pelayanan kesehatan
dan tim darurat medis teknisi, adalah melengkapi
dengan,topeng gas Standar respirasi N95 atau lebih
tinggi.
4.Medical Surveillance
Kegiatan Monitoring kesehatan pekerja untuk mendeteksi
gejala Flu burung dan ketahana fisik dari seluruh pekerja.
4 .Worker Training
Pelatihan pekerja tentang potensi risiko penularan penyakit
ditempat kerja, penularan virus FB, Penggunaan alat
pelindung diri, metoda serta kegiatan pengendalain infeksi flu
burung ditempat kerja.

Soaialisasi AI/SE/Lingja

5.Communication of Hazards.
Pemberi kerja wajib memberikan inforamasi kepada pekerja
tentang
tentang potensi penyakit ditempat kerja, potensi penularan
hazard biologi, pemberian label dan itiket.
6.Housekeeping
Pengaturan tata kerja, pensucihamaan, desinfektan tempat
tempat dan alat kerja serta pembersiahan kotoran di
permukaan tempat kerja
7.Recordkeeping
Pemberi atau manajemen harus mencatat, memelihara, dan
mengawasi catatan medis dari setiap eksposur pekerja
tentang virus influensa . Pekerja mempunyai akses untuk
mengetahui status kesehatan mereka masing masing.
G.Penutup.
Penilaian risiko Penularan AI ditempat kerja dapat
dilakukan dengan beberapa tapanan yakin : Pertama
:menentukan aktifitas kerja yang di nilai, tahapan Kedua:
Menentukan potensi penularan AI , Tahapan Ke tiga
Menilai/mengevaluasi terjadinya penularan dan Tahapan
Ke Empat :menentukan intervensi pengendalian.
Pengendalian lebih baik jika menpertimbangkan,
Penularan, dan patogenensisnya
Penilain risiko ditempat kerja dapat mengarahkan untuk
membuat rencana pengendalain dan BCP

Soaialisasi AI/SE/Lingja

Soaialisasi AI/SE/Lingja

Anda mungkin juga menyukai