BAB I
PENDAHULUAN
1.1
banyak manfaat untuk kesehatan, dikarenakan daun jambu biji memiliki banyak
senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai obat. Daun jambu biji memiliki
kandungan flavonoid yang sangat tinggi, terutama quercetin. Senyawa tersebut
bermanfaat sebagai antibakteri, antioksidan, antiinflamasi dan manfaat lainnya
untuk kecantikan. Kandungan pada daun jambu biji lainnya seperti saponin,
minyak atsiri, tanin, anti mutagenik, flavonoid, dan alkaloid (Indriani, 2006).
Latar belakang dari proposal ini adalah mencoba membuat sediaan dari
bahan alam yaitu ekstrak daun jambu biji yang mengandung flavonoid, terutama
quersetin sebagai zat aktif. Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol terbesar
yang ada, senyawa ini terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar
bisa ditemukan dalam kandungan tumbuhan. Bagian tanaman yang bertugas
untuk memproduksi flavonoid adalah bagian akar yang dibantu oleh rhizobia,
bakteri tanah yang bertugas untuk menjaga dan memperbaiki kandungan nitrogen
dalam tanah.
Quersetin adalah flavonol yang dapat ditemui dalam berbagai buah, sayur,
dan daun. Quersetin dapat digunakan sebagai bahan suplemen, minuman, atau
makanan. Quersetin adalah flavonoid yang tersebar di alam. Nama quercetin
digunakan semenjak tahun 1857, dan berasal dari kata quercetum. Flavonol ini
merupakan inhibitor pengangkut auksin polar yang muncul secara alami. Struktur
dari quercetin yaitu C15H10O7.
1.2
Identifikasi Masalah
A. Bagaimana cara membuat sediaan masker gel dari ekstrak daun jambu
biji ?
B. Bagaimana uji secara fisika dari sediaan masker gel dari ekstrak daun
biji?
Kegunaan Penelitian
Agar peneliti lebih memahami cara pembuatan formula yang baik dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tanaman jambu biji berasala dari negara Brazil di benua Amerika selatan.
Menyebar ke negara Asia melalui Thailand, kemudian masuk ke Indonesia.
Jambu biji atau dalam bahasa latin yang disebut Psidium guajava .
Ciri-ciri buah jambu biji ini mempunyai batang yang licin dan berwarna
coklat muda serta batang pohonnya sedikit terkelupas, memiliki daun yang
berwarna hijau, memiliki bunga kecil yang muncul dari ketiak daun diujung
percabangan dan memiliki buah yang bulat dan berwarna hijau jika sudah matang
buahnya agak sedikit berwarna kuning.
Kandungan gizi 100 gram yang terdapat dalam buah jambu biji adalah
energi, protein, serat, karbohidrat, lemak, zat besi, kalsium, fosfor, vitamin A,
vitamin B1, vitamin C dan air.
Manfaat jambu biji bagi kesehatan antara lain adalah meningkatkan
imunitas tubuh, mencegah kanker, anti-tumor dan anti-inflamasi, menjaga
tekanan darah, baik untuk penderita diabetes, mendukung kesehatan mata,
menambah jumlah darah, meningkatkan sistem pencernaan, membantu
penyerapan nutrisi, serta membantu kelenjar tiroid.
Jambu biji juga dapat bermanfaat bagi kecantikan kita antara lain,
perlindungan kulit dari sinar UV, anti penuaan, toner kulit alami, pengobatan
masalah kulit, mencegah penuaan dini, melembabakan kulit, mengatasi komedo,
mengatasi rasa gatal dikulit, mengobati jerawat, mengobati bintik-bintik hitam,
serta dapat dijadikan sebagai menu diet. Tanaman jambu biji telah dikembangkan
dibanyak negara, sperti India, Malaysia, Brazil, Filipinha, Australia, Jepang, dan
Taiwan. Negara sengan jumlah Ekspor jambu biji terbanyak adalah Thailand
(Indriani, 2006).
2.2
ditengah-tengah
dan
memiliki
bangun
jorong
karena
Daun jambu biji memiliki tulang daun yang menyirip (penninervis) yang
mana daun ini memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan
merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang ke samping, keluar tulang-tulang
cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita kepada susunan sirip-sirip pada
ikan. Jambu biji memiliki ujung daun yang tumpul (Dalimartha, 2001).
Pangkal daun membulat (rotundatus), ujung daun tumpul (obtusus). Jambu
biji memiliki tepi daun yang rata (integer), daging daun (intervinium) seperti
perkamen (perkamenteus). Pada umumnya warna daun pada sisi atas tampak
lebih hijau licin jika dibandingkan dengan sisi bawah karena lapisan atas lebih
hijau, jambu biji memiliki permukaan daun yang berkerut (rogosus). Tangkai
daun berbentuk silindris dan tidak menebal pada bagian pangkalnya (Dalimartha,
2001).
Bagian ini adalah suatu bagian yang penting yaitu berfungsi sebagai alat
pengambilan zat-zat makanan, respirasi dan asimilasi transparansi. Daun jambu
biji tergolongkan tidak lengkap, karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja
disebut daun tangkai (Dalimartha, 2001).
2.3
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Famili
Genus
: Psidium
Spesies
: Psidium guajava L
2.4
karoten, flavonoid, saponin dan tanin. Daun jambu biji mempunyai khasiat
sebagai anti-inflamasi, anti-mutagenik, anti-mikroba dan analgesic (Andriani,
2006).
2.4.1 Flavonoid
Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan
tersebar luas.Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid,
dengan struktur kimia dan peran biologi yang sangat beragam senyawa ini
dibentuk dari jalur shikimate dan fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif
biosintesis. Flavonoid banyak terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali
alga), khususnya tumbuhan berpembuluh. Flavonoid sebenarnya terdapat
pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari,
nectar, bunga, buah buni dan biji. Kira-kira 2% dari seluruh karbon yang
difotosintesis
oleh
tumbuh-tumbuhan
diubah
menjadi
flavonoid.
(Hernawati, 2010)
Flavonoid merupakan turunan fenol yang memiliki struktur dasar
fenilbenzopiron (tokoferol), dicirikan oleh kerangka 15 karbon (C6-C3-C6)
yang terdiri dari satu cincin teroksigenasi dan dua cincin aromatis.
Substitusi gugus kimia pada flavonoid umumnya berupa hidroksilasi,
metoksilasi, metilasi dan glikosilasi. Klasifikasi flavonoid sangat beragam,
di antaranya ada yang mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon,
flavonon, isoflavon, flavanol, flavanon, antosianin, dan kalkon. Lebih dari
6467 senyawa flavonoid telah diidentifikasi dan jumlahnya terus meningkat
(Markham, 2002).
2.4.2 Quercetin
Quercetin adalah flavonol yang dapat ditemui dalam berbagai buah,
sayur, dan daun. Quercetin dapat digunakan sebagai bahan suplemen,
minuman, atau makanan. Quercetin adalah flavonoid yang tersebar di alam
dan bersifat polar. Nama quercetin digunakan semenjak tahun 1857, dan
berasal dari kata quercetum. Flavonol ini merupakan inhibitor pengangkut
auksin polar yang muncul secara alami. Struktur dari quercetin yaitu
C15H10O7.
fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan
senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat
larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil
sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida
yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid
mudah larut dalam air. Pemisahan senyawa golongan flavonoid berdasarkan sifat
kelarutan dalam berbagai macam pelarut dengan polaritas yang meningkat adalah
sebagai berikut :
a. Flavonoid bebas dan aglikon,dalam eter .
b. O-Glikosida,dalam etil asetat.
c. C-Glikosida dan leukoantosianin dalam butanol dan amil alkohol (Indrawan,
2006).
2.6
Biosintesis Flavonoid
Biosintesis flavonoid sudah mulai diteliti sejak tahun 1936. Pada awalnya
para peniliti mengkaitkan C6-C3-C6 dari flavonoid merupakan hasil dari fenil
propanoid. Tetapi selama bertahun-tahun diperoleh teori sintesis flavonoid dan
telah dibuktikan di laboratorim.Secara umum sintesis flavonoid terdiri dari dua
jalur yaitu jalur poliketida, dan jalur fenil propanoid. Jalur poliketida ini
merupakan serangkaian reaksi kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat.
Sedangkan jalur fenilpropanoid atau biasa disebut jalur shikimat (Markham,
2002).
2.7
Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia
hewani dan simplisia pelikan (mineral) (Depkes, 1985).
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud eksudat tanaman ialah isi sel
yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanamannya (Depkes, 1985).
Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian dari
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni (Depkes, 1985).
Simplisia pelikan atau mineral ialah simplisia yang berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa zat kimia murni (Depkes, 1985).
2.7.1
Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari
mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang
mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian
sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari
jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak
tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari
jumlah
mikroba
awal.
Pencucian
tidak
dapat
yang
Pseudomonas,
umum
terdapat
Proteus,
dalam
air
Micrococcus,
adalah
Bacillus,
Escherishia. Pada
Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan
langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh
selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau,
dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh
irisan
tipis
atau
potongan
dengan
ukuran
yang
yang
mudah
menguap.
Sehingga
10
yang
terlalu
tipis
untuk
mencegah
perajangan
diperlukan
untuk
mengurangi
Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia
yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan
mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa
dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan
media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.
Enzim
tertentu
dalam
sel,
masih
dapat
bekerja,
tertentu.
Pada
tumbuhan
yang
masih
hidup
metabolisme,
yakni
proses
sintesis,
tersebut
lebih
dahulu
dilakukan
proses
11
yang
perlu
diperhatikan
selama
proses
alat
dari
plastik.
Selama
proses
12
proses
pengeringan.
Berbagai
cara
Pengeringan Alamiah
Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakukan
untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras
seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan
rnengandung
Pengeringan
senyawa
dengan
aktif
sinar
yang
matahari
relatif
stabil.
yang
banyak
dan murah,
yang
dilakukan
dengan cara
di
daerah
yang
udaranya
panas
atau
13
Pengeringan Buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan
pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika
melakukan
pengeringan
buatan,
yaitu
dengan
pengeringan
dengan
mutu
buatan
yang
dapat
lebih
diperoleh
baik
karena
2.8
14
Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Cairan
pelarut dalam pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal untuk menarik zat
aktif yang dikandung simplisia. Dengan diketahuinya sanyawa aktif yang
dikandung samplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi
yang tepat (Depkes,2000).
15
digunakan
sederhana
dan
mudah
diusahakan.
16
meningkatkan
derajat
perbedaan
konsentrasi
17
B.Refluks
merupakan metode ektraksi cara panas (membutuhkan
pemanasan pada prosesnya), secara umum pengertian refluks
sendiri adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang ralatif
konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan.
Metode ini umumnya digunakan untuk mensistesis senyawasenyawa yang mudah menguap atau volatile. Pada kondisi ini
jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap
sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode
refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor
sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan
mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah
18
Pengertian Kosmetik
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada
bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi
dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau
badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit (Permenkes RI No.445 thn.1998).
Kosmesetikal (Cosmeceutical) merupakan pengunaan bahan yang dapat
mempengaruhi struktur & fisiologi kulit, cenderung memperbaiki fungsi
beberapa komponen pada kulit, dimana terjadi penetrasi
melalui stratum
Meningkatkan
taraf
kebersihan,
kesehatan,
dan
kecantikan
2.
3.
4.
5.
6.
kulit.
Mencegah,menyamarkan,mengurangi keriput-keriput dan hyperpigmentasi.
Melancarkan peredaran darah kulit.
19
7.
2.11MonografiZatTambahan
2.11.1NaCMC
Propilenglikol
Propilenglikolmerupakancairanbening,tidakberwarna,kental,
praktis tidak berbau, manis, dan memiliki rasa yang sedikit tajam
menyerupaigliserin.Propilenglikollarutdalamaseton,kloroform,etanol
(95%),gliserin,danair;larutpada1pada6bagianeter,tidaklarutdengan
minyak mineral ringan atau fixed oil, tetapi akan melarutkan beberapa
20
minyakesensial.Propilenglikoltelahbanyakdigunakansebagaipelarut,
ekstraktan,danpengawetdalamberbagaiformulasifarmasiparenteraldan
nonparenteral.Pelarutiniumumnyalebihbaikdarigliserindanmelarutkan
berbagaimacambahan,sepertikortikosteroid,fenol,obatsulfa,barbiturat,
vitamin(AdanD),alkaloid,danbanyakanestesilokal.Propilenglikolbiasa
digunakan sebagai pengawet antimikroba, desinfektan, humektan,
plasticizer, pelarut, dan zat penstabil. Sebagai humektan, konsentrasi
propilenglikolyangbiasadigunakanadalah15%(Rowedkk,2009).
2.11.3 MetilParaben
Metilparabenbanyakdigunakansebagaipengawetantimikroba
dalamkosmetik,produkmakanan,danformulasisediaanfarmasi.Metil
parabendapatdigunakansendiriataudikombinasikandenganparabenlain
atau dengan zat antimikroba lainnya. Dalam kosmetik, metil paraben
merupakan pengawet yang paling sering digunakan. Metil paraben
berbentuk kristal tak berwarna atau bubuk kristal putih. Zat ini tidak
berbauatauhampirtidakberbau.Metilparabenmerupakanparabenyang
paling aktif. Aktivitas antimikroba meningkat dengan meningkatnya
panjangrantaialkil. Dapat larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih. Metil paraben memiliki kadar 0,02% - 0,3% sebagai zat
antimikroba. (FIII, hal 378)
Aktivitaszatdapatdiperbaikidenganmenggunakankombinasi
paraben yang memiliki efek sinergis terjadi. Kombinasi yang sering
digunakanadalahdenganmetil,etil,propil,danbutilparaben.Aktivitas
metilparabenjugadapatditingkatkandenganpenambahaneksipienlain
seperti: propilen glikol (25%) phenylethyl alkohol, dan asam edetic
(Rowedkk,2009).
2.11.4PropilParaben
21
Propilparabenberbentukbubukputih,kristal,tidakberbau,dantidak
berasa.Propilparabenbanyakdigunakansebagaipengawetantimikroba
dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi sediaan farmasi.
PropilparabenmenunjukkanaktivitasantimikrobaantarapH48.Efikasi
pengawetmenurundenganmeningkatnyapHkarenapembentukananion
fenolat. Paraben lebih aktif terhadap ragi dan jamur daripada terhadap
bakteri.Danjugalebihaktifterhadapgrampositifdibandingkanterhadap
bakterigramnegatif(Rowedkk,2009).
2.11.4 Etanol
Etanolmemilikisinonimalkohol,etilalkohol;etilhydroxide;
grainalkohol; methyl carbinol. Etanol jernih, tidak berwarna, sedikit
mudah menguap, memiliki bau yang khas dan rasa terbakar. Etanol
memilikirumusmolekulC2H6Odanbobotmolekul46,07.Etanoldapat
larutdalam kloroform, eter,gliserin,danair.Etanolbiasadigunakan
sebagai antimikrobIal,pelarut,dandesinfektan(Rowedkk,2009).
2.12 Formulasi Masker Gel Daun Jambu Biji
2.12.1FormulaMaskerGel
Tabel2.1FormulaSediaanMaskerGel
Komposisi
Formula
22
(%)
PVP (Poli Vinil Piolidin)
10
Propilenglikol
10
NaCMC
Propil Paraben
0,05
Metil Paraben
0,1
Etanol
12,5
Aqua Rosae
Aquadest Ad
100
(Fitri,2011).
2.12.2 ModifikasiFormula
DikutipdariSkripsiIndrawan2014
Tabel2.2.ModifikasiFormulaSediaanMaskerGelEkstrakDaunJambu
Biji.
Tiap50gramsediaanmengandung:
Bahan
Formula
Fungsi
0,02
5
0,02 0,02
10
15
Zat Aktif
Gelling Agent
23
Propilenglikol
15
15
15
Humektan
Metil Paraben
0,2
0,2
0,2
Pengawet
Propil Paraben
0,1
0,1
0,1
Pengawet
Pelarut
100
100
100
Pelarut
Etanol 70%
Aquadest
Ad
24
2.13 Perhitungan
a. Ekstrak daun jambu biji
1/100 x 50g
= 0,5g
b. Na CMC
10/100 x 50g
= 5g
c. Propilengglikol
15/100 x 50g
= 7,5g
d. Metil paraben
0,2/100 x 50g
= 0,1g
e. Propil paraben
f. Etanol 70%
8/100 x 50g
g. Aqua dest ad
= 4g
= 50 17,15
= 32,85g
Dilebihkan 10%
25
BAB III
METHODE DAN PROSEDUR
3.1 AlatdanBahanPenelitian
3.1.1Alat
Padapemelitianinialatyangdigunakanantaralain;batang
pengaduk, beaker glass, tabung reaksi, cawan penguap, spatel, pipet
tetes,lumpingdanmortar,chamber,pHmeter,danviskometer.
3.1.2 Bahan
Bahanformulasediaanmaskergelyangdigunakanantaralain;
ekstrak daun jambu biji sebagai zat aktif, dengan zat tambahan yang
digunakan adalah Na CMC,propilengglikol, metil paraben, propil
paraben,etanol70%,danaquadest.
3.2
Prosedur
3.2.1 Penyiapan Simplisia
Sejumlah simplisia telah disiapkan yang akan digunakan, dalam
keadaan kering. Tahapan selanjutnya hanya melakukan sortasi kering
dengan memilih kembali simplisia yang telah kering. Setelah penyortiran
simplisia kering tersebut digunting dengan ukuran kecil-kecil agar lebih
mudah dalam proses ekstraksi selanjutnya. Hitung kadar air simplisia
kering. Simlipsia dinyatakan baik jika mempunyai kadar < 10% ( Depkes
RI 2000).
3.2.2 Pengujian Kadar Abu
Yang pertama dilakukan adalah dengan menimbang kurs sebelum
dipanaskan, kemudian kurs dipanaskan selama 15 menit didalam tungku
dan setelah itu ditimbang pada menit ke 5, 10, dan 15. Setelah ditimbang
simplisia dimasukkan ke dalam kurs dan ditimbang kembali. Kemudian
dipanaskan diatas labu spiritus hingga asapnya menghilang, dipanaskan
kembali didalam tungku, ditimbang dan dihitung rendemnya. Abu total
tidak > 9,0%, Abu tidak larut asam tidak > 0,8% (Depkes RI, 2000).
3.2.3 Pengujian Kadar Sari
26
A. Kadar Sari Air
27
Filtrat
sebagai
blanko
atau
control
negative
(Harbrone.J.B,1987).
B. Uji Fenolat
Sebanyak 1 gram serbuk simplisia ditambahkan 100ml air
panas, dididihkan selama 5 menit kemudian di saring. Filtrate
sebanyak 5 ml dimasukan kedalam tabung reaksi, ditambahkan
pereaksi besi(III) klorida, timbuul warna hijau kehitaman
menandakan positif fenolat. (Harbrone.J.B,1987).
C. Uji Tannin
Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi
dipanaskan
flavanoid. Tabung 3
kuning
menunjukan
positif
flavonoid.
(Harbrone.J.B,1987).
E. Monoterpen dan seskuiterpen
Digerus serbuk denagan eter, kemudian fase eter diuapkan
dalam cawan uap hingga kering, ditetesi pada residu lautan
pereaksi vanillin sulfat. Didapat warna warni menandakan
monoterpen dan seskuierpen. (Harbrone.J.B,1987).
F. Steroid dan triterpenoid
Dilarutkan serbuk dengan eter. Diambil sampel 5 mL,
tambahkan pereaksi Lieberman bochard jika terbentuk warna
merah atau ungu adalah posotif triterpenoid. Jika warna hijau
menunjukan positif steroid. (Harbrone.J.B,1987).
G. Kuinon
Ditambahkan serbuk sampel dengan air. Dididihkan dengan air
panas selama 5 menit, disaring dengan kapas atau kertas saring.
Pada filtrate ditambahkan KOH 1N. dibentuk warna kuning
28
menandakan
kandungan
kuinon
dalam
sampel
(Harbrone.J.B,1987).
H. Saponin
Ditambahkan serbuk sampel dengan air. Dididihkan dengan air
panas selama 5 menit, dikocok. Dibentuk busa yang konsisten
selama 5-10 menit menandakan kandungan saponin dalam
sampe.l (Harbrone.J.B,1987).
3.3 Metode Ekstraksi
3.3.1 Maserasi
Memasukkan simplisia yang sudah diserbukkan dengan derajat
halus tertentu sebanyak 500g ke dalam bejana maserasi yang dilengkapi
pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 3 liter etanol 70%, kemudian
ditutup dan dibiarkan selama 3 hari pada temperatur kamar terlindung dari
cahaya sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 3 hari, disaring kedalam
bejana penampung, kemudian ampasnya diperas dan ditambah cairan
penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi hingga
diperoleh 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan sebagian
pada tempat yang terlindung cahaya selama 2 hari, endapan yang terbentuk
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Ditjen POM, 2000).
3.3.2 Evaporasi
Dimasukan sampel hasil maserasi kedalam labu tampung pada rotary
evaporator. Dinyalakan alat evaporator, diatur pada suhu 70-80C ditunggu
hingga warna menjadi gelap pekat dan alcohol tidak menguap. Diambil
hasil evaporasi kemudian di uapkan agar menjadi kental (ekstrak kental)
(Ditjen POM, 2000).
3.3.3 Kromatografi lapis Tipis
Metode kromatografi lapis tipis sensitif dapat diandalkan untuk
kuantifikasi quercetin, flavonoid dalam daun Psidium guajava. Analisis
kromatografi dilakukan dengan menggunakan ekstrak daun jambu biji pada
silika gel 60 F 254 TLC piring menggunakan pelarut , kloroform p : aseton
p: asam formiat p (10 : 2 : 1) . Deteksi dan kuantifikasi quercetin dilakukan
menggunakan larutan pembanding Quarsetin 0,1% dalam etanol p.
Lakukan kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada kromatografi
dengan parameter sebagai berikut :
29
Rf 4. 0,70
Formula
B
Fungsi
30
Zat Aktif
Na-CMC
10
Gelling Agent
Propilenglikol
15
Humektan
Metil Paraben
0,2
Pengawet
Propil
Paraben
0,1
Pengawet
Pelarut
100
Pelarut
Etanol 70%
Aquadest
3.4.1
Ad
Perhitungan
a. Ekstrak
b. Na CMC
10/100 x 50g
= 5g
= 7,5g
d. Metil paraben
0,2/100 x 50g
= 0,1g
e. Propil paraben
0,1/100 x 50g
= 0,05g
f. Etanol 70%
8/100 x 50g
= 4g
g. Aqua dest ad
3.4.2 ProsedurPembuatanMasker
Disiapkanalatdanbahanyangakandigunakan.Ditimbangbahan
bahanyangakandigunakan,dilarutkanekstrakdalametanol70%sedikit
31
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Agoes.G., (2007). Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB Press. Bandung. Hal: 21,38
39.
A. M. Metwally, A. A. Omar, F. M. Harraz, and S. M. El Sohafy. (2009).
Phytochemical investigation and antimicrobial activity of Psidium guajava L.
leaves.
Anonim., (1985). Cara Pembuatan Simplisia. Penerbit Depkes RI. Jakarta. Hal: 2
22.
Anonim., (1987). Analisis Obat Tradisional. Penerbit Depkes RI. Jakarta. Hal: 2 3.
Anonim., (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Penerbit
Depkes RI. Jakarta. Hal:3 5.
Anonim., (2004). Cara Uji Derajat Keasaman (pH) dengan Menggunakan alat pH
Meter. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI., (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat Dan Makanan.
El Sohafy S M, Metwali A M, Harraz F M, Omar A A., Phcog Mag (2009).
Quantification of flavonoids of psidium guajava L. Preparations by Planar
Chromatography (HPTLC). ;5;61-6
Farmakope Herbal Indonesia, Volume 8.
Fitri, E., (2011). Formulasi Ekstrak Peel Off Dari Ekstrak Etanol Kulit Buah Asam
Kandis (Garcincg Cowa Roxb) Sebagai Kosmetik. Skripsi UNAND:
Padang.
Harborne. J.B., (1987). Metode Fitokimia , terjemahan K. Radmawinata dan I.
Soediso, 69 94, 142-158, 234-238. Bandung : ITB Press.
Indrawan., (2014). Formulasi Sediaan Masker Gel Ekstrak Daun Jambu Biji
(Psidium guajava L.).Skripsi.
Markham, K. 2002. Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB.
Materia Medika Indonesia Jilid V.
34
35
PROPOSAL
PRAKTIKUM STANDARISASI SEDIAAN BAHAN ALAM
PEMBUATAN MASKER GEL DARI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI
(PSIDIUM GUAJAVA) YANG MENGANDUNG KUARSETIN SEBAGAI
ANTIOKSIDAN
Nama / NPM
Kelas
Asisten Laboratorium