Abstract
Pneumonia is an respiratory tract disease that causes short of breath caused by the
acculumulation of exudate in alveoli. Pneumonia causes short of breath, leads to lack of
oxygen supply to the body and causes altered mental status. Other diseases that may cause the
same symptoms as pneumonia is bronchitis, bronchiolitis and tuberculosis, but from different
etiology. In this journal, pneumonia was discussed thoroughly and compared to other diseases
that was mentioned above. Methods taken in producing this journal is by referencing from
various sources. Writers hope that the students can use this findings as the learning materials
and would make understandings of the pneumonia easier.
Keywords: pneumonia, bronchitis, bronchiolitis, tuberculosis
Skenario
Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa ibunya ke puskesmas karena sesak nafas sejak
2 hari yang lalu. Keluhan didahului oleh demam naik turun, dan batuk pilek sejak 1 minggu yang
lalu. Batuk disertai dahak berwarna kuning, nafsu makan pasien juga menurun. Pada
pemeriksaan fisik didapati kesadaran kompos mentis, anak tampak sesak dan rewel, tidak ada
sianosis, BB 12 kg, frekuensi nafas 55x / menit , denyut nadi 110x / menit, suhu 38.5 derajat
celcius , pernapasan cuping hidung (+) , retraksi intercostal (+) , faring hiperemis, terdapat
ronchi basah halus dan wheezing pada kedua lapang paru. Laboratorium: leukosit 20,000 /Ul
Hipotesis
Anak tersebut diduga menderita pneumonia karena infeksi kuman karena demam, batuk
berdahak , pernapasan cuping hidung dan adanya bunyi ronki basah halus dan terdapat retraksi
sela iga dan pada hasil laboratorium mendapatkan lekositosis.
Pendahuluan
Pneumonia merupakan salah satu dari Infeksi saluran napas bawah akut (INSBA) yang tersering
kali dijumpai disamping penyakit seperti bronchitis dan bronkolitis. Pneumonia adalah
peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakupi
bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan pertukaran
gas setempat. Pneumonia diklasifikasikan menjadi 4 yaitu community acquired, hospital
acquired, karena aspirasi, dan pada pasien yang immunocompromised. Pada pemeriksaan
histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan penumpukan eksudat
yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam waktu yang bervariasi.
Pneumonia adalah istilah yang digunakan untuk proses infeksi akut manakala pneumonitis
digunakan untuk non-infeksi. Di Negara maju, kebanyakan kasus pneumonia adalah disebabkan
oleh virus dan jarang sekali disebabkan oleh bakteri. Untuk membedakan pneumonia virus dan
bakteri adalah sukar karena gejalanya yang hampir sama. Tetapi, infeksi pneumonia pada anakanak adalah selalunya disebabkan oleh bateri S. peumoniae.1
Anamnesis
Karena kasus ini adalah seorang pasien anak, maka dilakukan allo-anamnesis dimana ditanyakan
tentang keluhan pasien melalui penjaganya, Ditanyakan identitas pasien seperti nama lengkap,
usia,dan alamat. Ditanyakan riwayat imunisasi pasien, adakah bayi dilahirkan di rumah sakit atau
di bidan, riwayat persalinan apakah pervaginam atau secara operasi. Ditanyakan berat badan
sewaktu lahir dan keadaan anaknya sewaktu lahir apakah sihat atau sakit. Seterusnya ditanyakan
riwayat kehamilan si ibu, apakah pernah sakit sewaktu hamil dan apa ada mengambil sebarang
obatan atau herba. Sekiranya ada, ditanyakan jenis apa obatnya. Seterusnya ditanyakan keluhan
utama pasien. Yaitu sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. Ditanyakan sesak nafas itu pada waktu
tertentu atau pada sepanjang hari. Sesaknya itu sehingga tidak mampu bernapas atau kesukaran
bernafas. Apakah factor yang menyebabkan sesak nafas tersebut dan bisa hilang atas factor apa.
Apakah sudah melakukan pengobatan sendiri dan apakah berhasil? Apakah ini kali pertama
mengalami sesak seperti itu atupun sudah hilang kambuh sejak beberapa kali.2
Seterusnya tanyakan keluhan penyerta, yaitu ada batuk disertai dahak berwarna kuning.
Ditanyakah sejak kapan batuk dan sejak kapan berdahak, apakah dahak itu kental atau encer,
apakah setiap batuk pasti berdahak atau tidak, apakah dilakukan pengobatan untuk batuk dan
sekiranya ada apakah sembuh atau tidak. Seterusya didapatkan berat badan anak tersebut
menurun karena kurang nafsu makan. Ditanyakan pola makan yang normal anak tersebut dan
pola makan setelah sakit. Apakah sudah mencoba dikasi variasi makanan yang lain, apakah anak
tersebut menolak. Seterusnya ditanyakan riwayat perjalanan penyakit. Teryata seminggu sebelum
ke rumah sakit, si anak ini telah mengalami demam yang turun naik dan batuk pilek. Ditanya ke
ibunya, demam itu sejak kapan bermula dan kapan demamnya kambuh sebelum dibawa ke
rumah sakit. Apakah demam timbul dahulu atau batuk pilek yang timbul dahulu. Apakah sudah
mengobati demam dan batuk pileknya dan apakah berhasil pengobatannya.2
Untuk riwayat penyakit menahun, ditanyakan kepada si ibu, adakah anak ini ada mengalami
masalah kesehatan semenjak lahir. Apakah pernah mengidap sakit congenital , sekiranya ada
apakah dikasi pengobatan dan apakah obat tersebut. Seterusnya untuk riwayat penyakit keluarga,
ditanyakan apakah pada keluarga lain ada sakit yang sama seperti anak ini. Apakah pada
keluarga ada riwayat penyakit menahun seperti batuk kering, darah tinggi, kencing manis, sakit
jantung, asma dan seterusnya. Untuk riwayat social, ditanyakan kebiasaan mandi anak ini
bagaimana, apakah ibunya memberi mandi pake air yang dingin atau air yang dihangatkan.
Apakah di kawasan tempat tinggal ada persekitaran yang kurang bersih. Apakah selalu
melakukan pembakaran terbuka, apakah pernah keluar negeri baru-baru ini. Apakah ada keluarga
yang dari luar melawat rumah dan kontak dengan anak ini, apakah di kalangan keluarga ada yang
merokok.2
Pemeriksaan Fisik
Pertamanya dilihat keadaan umum dan kesadaran. Keadaan umum tampak sakit sedang, sesak
dan rewel. Kesadaran kompos mentis. Seterunya didaptkan tanda-tanda vital anak tersebut.
Frekuensi nafas 55 kali permenit, denyut nadi 110 kali permenit, suhu 38.5 derajat selsius dan
karena pada anak tidak diambil tensi nya. Berat badan anak diambil, 12 kg.
Seterunya pemeriksaan fisik dilakukan dari kepala,leher, toraks, abdomen dan akhirnya
ekstremitas. Dari pemeriksaan kepala, konjugtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik dan tidak ada
sianosis tetapi ditemukan pernafasan cuping hidung dan faring hiperemis. Seterusnya pada leher,
tidak ditemukan pembesaran vena jugularis dan juga pembesaran kelenjar getah bening. Pada
pemeriksaan toraks, inspeksi ditemukan retraksi sela iga dan pada auskultasi ditemukan ronchi
basah halus yang menandakan adanya cairan pada saluran udara dimana udara melalui cairan dan
menghasilkan bunyi ini (bunyi seperti gesekan rambut) menunjukkan adanya cairan pada paru
dan bunyi wheezing akibat penyempitan saluran udara (mengi) pada kedua lapang paru.3
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendukung diagnose kerja dan menyingkirkan
diagnosa banding. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk melihat hasil lab
nya adalah lekositosis sebanyak 20,000 /UL. Menunjukkan adanya infeksi bakteri. Kemudian,
dilihat differential count untuk sel darah nya. Sekiranya bergeser ke kiri , bermakna infeksi
bakteri. Sekiranya bergeser ke kanan, maka infeksi virus.4
Seterusnya dilakukan pemeriksaan foto toraks posisi ap/lateral. Pada kasus seperti pneumonia
dimana rongga dada terisi air, maka akan ditemukan gambaran seperti awan (cloud-like
appearance) pada bahagian yang terkena. Ini karena jaringan di paru telah di padamkan dengan
tekanan udara di paru. Gambaran ini dikenali sebagai sillouette sign. 5
Seterusnya pemeriksaan sputum bisa dilakukan untuk menentukan bakteri apakah yang
menyebabkan infeksi. Pewarnaan gram sputum harus dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri
adakah dominan 1 bakteri atau infeksi multibakteri. Seterusnya untuk melihat banyak tidak jenis
lekosit. Sekiranya banyak PMN, maka itu adalah infeksi bakteri. Sekiranya banyak mononuclear
limfosit, maka itu adalah infeksi virus.4 Selain itu, warna sputum juga bisa digunakan buat
patokan awal jenis bakterinya. Sekiranya warna sputum kekuningan bermaksud adanya netrofil
di dalam sputum. Banyaknya eosinophil menunjukkan pergeseran ke kiri dan menunjang bahawa
ini adalah infeksi bakteri. 6
Diagnosa kerja
Setelah melihat kepada semua hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
pasien di diagnose mengidap community acquired pneumonia (CAP) et causa bakteri tipikal.
Definisi Pneumonia iaitu suatu proses peradangan dimana terdapat konsilidasi disebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi. Pneumonia
dan gejalanya dapat bervariasi dari ringan sampai parah.
Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologis adalah pneumonia komuniti
(community-acquired pneumonia), pneumonial nosokomial (hospital-acquired pneumonia /
nosocomial pneumonia), pneumonia aspirasi, pneumonia pada penderita immunocompromised
Berdasarkan bakteri penyebab adalah pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua
usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella
pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Kedua adalah
pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia. Ketiga, pneumonia
virus dan keempat, pneumonia jamur yang selalunya merupakan infeksi sekunder. Predileksi
teruutma pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).3
Berdasarkan predileksi infeksi, yang pertama pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia
bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen
kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing
atau proses keganasan. Yang kedua adalah bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak
infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan
orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
Diagnosa Banding
Diagnosis
Penyebab
Gejala Klinis
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pneumonia
Community acquired:
Demam tinggi,
Fisik
Kepala-
Penunjang
Foto toraks
Streptococcus
lemah (malaise) ,
pernafasan
(gambar 1)
pneumonia,
penurunan nafsu
cuping hidung,
konsolidasi
Haemophilus
makan, dypsneu
sianosis, laring
lobus, segmen /
influenza,
(kesukaran
hiperemis.
pleural effusion/
Mycoplasma
bernafas, cuping
Leher- (-)
anak- gambaran
pneumonia
hidung ), batuk
Toraks retraksi
round
Hospital acquired :
berdahak, batuk
pneumonia5
Staphylococcus
berdarah,
bunyi pekak,
Pemeriksaan
aureus, Pseudomonas,
Sianosis,
auskultasi- ronki
darah lengkap
Klabsiella,
takikardia,
basah halus,
lekositosis, kira
Bacteroides,
takepsia,
wheezing sound.
Clostridia.
hipotensi
Pada pleura
terasa nyeri
Abdomen (-)
bakteri)
Ekstremitas- (-)
Kultur darah
Aspiration:
Immunocompromised:
bakteri
Pemeriksaan
sputum
pewarnaan
gram/kultur
Bronchitis
Merokok, virus
Batuk (10-20
Kepala
sputum
Foto toraks
(peradangan
(influenza A dan B) ,
jam)
sianosis , bisa
(gambar 2)
pada
Bakteri : Mycoplasma,
Sore throat,
konjungtiva
tampak normal
bronchi)
Chlamydia
batuk berdahak,
anemis
Pemeriksaan
*3 bulan
pneumonia,
demam
Leher (-)
darah lengkap-
batuk dalam
Streptococcus
biasa,berhingus,
Toraks
lekositosis,
tempoh
pneumonia, Moraxella
lemah, pusing,
auskultasi,
masa 2
catarhalis,
sukar bernafas,
wheezing sound
Kultur sputum-
tahun
pewarnaan gram
halus
Abdomen- (-)
superinfeksi
Bronkolitis
Virus- respiratory
Tachypnea ,
Ekstremitas (-)
Kepala otitis
Pemeriksaan
(inflamasi
syncytial virus ,
tachycardia,
media
darah lengkap-
bronkiol)
human
demam
Leher- (-)
Toraks- retaksi
sela iga,
antigen testing
wheezing sound
metapneumovirus
Abdomen- (-)
Tuberculosis Bakteri
Batuk kering,
Ekstremitas-(-)
Kepala (-)
paru
Mycobacterium
penurunan berat
Leher- (-)
tuberculosis
badan, hilang
tempat test
nafsu makan,
pernafasan
membengkak.
demam, keringat
meningkat,
Foto toraks-
malam, batuk
berdarah, nyeri
nafas bronchial.
kalsifikasi,
dada, lemah,
Abdomen- (-)
penebalan
pusing
Ekstremitas- (-)
pleura. Pada TB
Mantoux test
primer- sama
seperti gambaran
pada pneumonia.
Pemeriksaan
sputum biakan
langsung untuk
konfirmasi
bakteri
Table 1 : Perbandingan Gejala Klinis, Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang antara
Pneumonia, Bronhitis, Broncholitis dan Tuberculosis. 1,6
Etiologi
Penyebab utama CAP adalah Streptococcus pneumonia. Streptococcus pneumonia adalah bakteri
kokus gram positif. Berbentuk diplokokus lancet, dan bersifat alpha-haemolitik pada kultur agar
darah. Bakteri ini flora normal di mulut dan mempunyai banyak tipe kapsul yaitu tipe
1,3,4,7,8,12 pada orang dewasa dan tipe 3,6,14,18,19,23 pada anak-anak. Tipe kapsul yang
paling virulen adalah tipe 3 karena kapsulnya yang tebal. Bakteri S. pneumonia tidak enzim
protease dan tumbuh baik dalam suasana tinggi C02 (anaerob fakultatif). S. pneumonia adalah
penyebab utama pneumonia komuniti dan resiko tertingi adalah pada anak-anak, individu yang
merokok, lansia dan pada penderita penyakit kronis. 4,
Epidemiologi
Berdasarkan pemerhatian yang dilakukan di Amerika Serikat 80 persen daripada 4 juta kasus
yang timbul setiap tahun adalah dirawat sebagai pasien rawat jalan dan selebihnya lagi 20 persen
adalah pasien rawat inap. CAP mengakibatkan 600,000 pasien yang dimasukkan ke rumah sakit,
64 juta hari yang tidak produktif dan 45,000 kematian setiap tahun. Insidens jangkitan adalah
pada usia sangat muda dan sangat tua. Secara rata-ratanya kasus adalah 12 orang perr 1000
orang. Namun pada usia dibawah 4 tahun, kasus adalah 18 orang per 1000 orang dan pada usia
diatas 60 tahun adalah 20 orang per 1000 orang. Faktor resiko adalah pada pencandu alcohol,
perokok, pasien asma, pasien imunosupresiv dan usia tua.3
Manifestasi klinik
CAP bisa bermanifestasi dari indolen ke fulminan dan muncul sebagai dari gejala ringan
sehingga fatal. Variasi tanda dan symptom bisa muncul bergantung perjalanan penyakit. Pasien
selalunya mengalami takikardia ( denyut jantung yang laju) dan berkeringat. Batuk bisa disertai
sputum atau tidak dan sputumnya bisa jadi berdarah atau tidak. Tergantung tahap penyakitnya,
pasien ada yang masih bisa berbicara dalam ayat yang lengkap, namun ada yang sulit berbicara
akibat kesukaran bernafas. Sekiranya pleura juga terlibat dalam infeksi, maka pasien akan
merasa nyeri di dada. Dalam 20 persen pasien mengalami symptom gejala gastrointestinal seperti
muntah, pusing dan diare. Symptom lain adalah seperti lemah dan pusing. Pada pemeriksaan
fisik, akan didapatkan retraksi sela iga, peningkatan jumlah pernapasan per menit dan
penggunaan otot pernapasan yang berlebihan. Pada palpasi akan ditemukan fremitus yang
menaik atau menurun ( tangan ditaruh di dada dan pasien disuruh sebut 77). Pada perkusi,
mungkin ada bunyi pekak akibat penumpukan cairan di pleura. Pada auskultasi, kendengaran
bunyi ronki basah halus (gesekan rambut) dan bunyi pleural rub. Symptom ini mungkin tidak
begitu tampak pada pasien tua. Tapi selalunya ada pada pasien anak. 3,6
Patofisiologi
Patogen
Peningkatan
suhu tubuh
Masuk
alveoli
Resiko tinggi
terhadap
menyebar infeksi
Serosa masuk
alveoli
Resiko tinggi
Metabolism
Mual muntah,
kurang
Berkeringa
meningkat
Gangguan pola
nafas
Nyeri
pleuritik/nyeri
dada
Suplai
Penumpukan
Gangguan
cairan dalam
oksigen
pertukaran
gas
alveoli
Resolu
si 7-11
hari
Konsolidasi jaringan
paru, fagositosis eksudat
Kemampuan paru
menurun
Resiko
tinggi
kurang
Sputum kental
Penatalaksaaan
Anamnesis+pemeriksaan
fisik+jalan
Gangguan bersihan
pemeriksaan penunjang
nafas
Ringan (BATUK,SUKAR BERNAFAS +
BERNAFAS LAJU/ LOWER CHEST
WALL INDRAWAL
Rawat jalan
Antibiotic: amoksisilin
40mg/kgbb/dosis , 2x
sehari, 3 hari (X HIV)@
5 hari (HIV)
EDUKASI: ibu
memastikan masukan
cairan (asi/air) ke
Rawat
Penderit
a HIV
Gangguan
aktivitas/penurun
an kesadaran
MEMBAIK
Tidak
membaik
Setelah 48jam, tukar
antibiotic gentamisin
7,5mg/kgbb/dosis IM,IV sekali
sehari, dan kloksasilin
50mg/kgbb/dosis IM , IV
setiap 6 jam selama 2hari
Distresi pernapasan
membaik
Tiada hipoksemia
Nafsu makan
membaik
Mampu makan obatan
secara oral/ antibiotic
parentral sudah
selasai
Tidak membaik
Antibiotic: ceftriaxone
80mg/kgbb/dosis/ IM,IV
sekali sehari
Tidak membaik
Jalur penatalaksanaan
pneumonia pada anak 7
Terapi kausatif
Prognosis
Bonam . sekiranya ditangani dengan baik dan dengan pengobatan yang benar dan adekuat.
Kesimpulan
Gejala yang timbul pada pasien seperti sesak nafas terjadi karena adanya pembentukan eksudat
dalam paru, hasil dari mekasnisme pertahanan diri tubuh untuk memerangkap bakteri
streptococcus pneumonia yang masuk ke dalam paru pasien daripada komunitas. Pembentukan
eksudat ini memicu kepada sekret mucus yang berlebihan sehingga menggangu saluran
pernapasan sehingga sulit untuk anak itu bernafas. Adanya eksudat yang berlebihan ini,
menumpuk pada pleura sehingga kedengaran bunyi ronki basah pada auskultasi dan eksudat
tersebut menyumbat saluran pernapasan sehingga adanya bunyi wheezing. Kekurangan suplai
oksigen memicu otot pernafasan anak bekerja lebih untuk mengkompensasi jumlah oksigen yang
diperlukan sehingga timbulnya retraksi sela iga. Kesukaran bernafas menyebabkan suplai
oksigen anak tersebut kurang, makanya anak menjadi rewel dan tampak sesak. Keluhan ini bisa
menyimpulkan bahawa anak menderita pneumonia komunitas karena bakteri yang berat. Anak
ini harus diterapikan di rumah sakit dengan jalur terapi yang benar.
Daftar Pustaka
1. AW Sudoyo,B Setiyohadi, I Alwi, M Simadibrata, S Setiati. Ed 6. Jilid 3. Jakarta : Pusat
Penerbitan FKUI ; 2014: 964-75
2. Bickley LS, Buku saku pemeriksaan fsik dan riwayat kesehatan bates. Edisi ke-8.
Indonesia : Penerbitan Buku Kedokteran ; 2012. 15-76.
3. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL . Harrisons principles of internal medicine. 18 th ed. Vol
2. USA : The McGraw-Hill Companies ; 2012: p 2130-42
4. Cornelissen CN, Fisher BD, Harvey RA . Lippincotts illustrated reviews:microbiology.
3rd ed. Baltimore : Lippincott William and Wilkins ; 2013 : p 84-7
5. Daffner RH, Hartman MS, Clinical radiology the essentials. 4 th ed. Baltimore :
Lippincott Williams and Wilkins ; 2013: p 82-155
6. Longmore M, Wilkonson IB, Baldwin A, Wallin E. Oxford handbook of clinical medicine
. 9th ed. Oxford. Oxford University Press ; 2014 : p 6-160
7. World Health Organization, Pocket book of hospital care for children. 2nd ed.
Switzerland. Publication of World Health Organization ;2013 : P 80-92