Anda di halaman 1dari 16

Pneumonia Komunitas Karena Infeksi Bakteri Pada Anak

Nama: Marliani Hanifah Mahmud


NIM: 102013487
Alamat Korespondensi: Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta 11510.
Alamat Email Korespondensi: marliani.hanifah@gmail.com
Abstrak
Pneumonia adalah penyakit saluran nafas yang mengakibatkan kesukaran bernafas akibat
daripada penumpukan eksudat pada alveoli. Pneumonia akan mengakibatkan kesukan bernafas
sehingga kurangnya suplai oksigen kepada tubuh dan mengakibatkan penurunan kesadaran.
Penyakit lain yang bisa mengakibatkan gejala yang sama seperti pneumonia adalah tuberculosis,
bronchitis dan bronchiolitis. Dengan gejala yang sama, namun disebabkan etiologi yang berbeda.
Dalam makalah ini, akan dibahaskan tentang pneumonia secara keseluruhan dan dibandingkan
dengan sakit lain yang dinyataka di atas. Metode yang diambil sewaktu menyiapkan makalah ini
adalah dengan rujukan pelbagai sumber. Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa
dalam memahami pneumonia dan penyakit lain yang serupa dengannya.
Kata kunci: pneumonia, bronchitis, bronkiolitis, tuberculosis

Abstract
Pneumonia is an respiratory tract disease that causes short of breath caused by the
acculumulation of exudate in alveoli. Pneumonia causes short of breath, leads to lack of
oxygen supply to the body and causes altered mental status. Other diseases that may cause the
same symptoms as pneumonia is bronchitis, bronchiolitis and tuberculosis, but from different
etiology. In this journal, pneumonia was discussed thoroughly and compared to other diseases
that was mentioned above. Methods taken in producing this journal is by referencing from
various sources. Writers hope that the students can use this findings as the learning materials
and would make understandings of the pneumonia easier.
Keywords: pneumonia, bronchitis, bronchiolitis, tuberculosis

Skenario
Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa ibunya ke puskesmas karena sesak nafas sejak
2 hari yang lalu. Keluhan didahului oleh demam naik turun, dan batuk pilek sejak 1 minggu yang
lalu. Batuk disertai dahak berwarna kuning, nafsu makan pasien juga menurun. Pada
pemeriksaan fisik didapati kesadaran kompos mentis, anak tampak sesak dan rewel, tidak ada
sianosis, BB 12 kg, frekuensi nafas 55x / menit , denyut nadi 110x / menit, suhu 38.5 derajat
celcius , pernapasan cuping hidung (+) , retraksi intercostal (+) , faring hiperemis, terdapat
ronchi basah halus dan wheezing pada kedua lapang paru. Laboratorium: leukosit 20,000 /Ul

Hipotesis
Anak tersebut diduga menderita pneumonia karena infeksi kuman karena demam, batuk
berdahak , pernapasan cuping hidung dan adanya bunyi ronki basah halus dan terdapat retraksi
sela iga dan pada hasil laboratorium mendapatkan lekositosis.

Pendahuluan
Pneumonia merupakan salah satu dari Infeksi saluran napas bawah akut (INSBA) yang tersering
kali dijumpai disamping penyakit seperti bronchitis dan bronkolitis. Pneumonia adalah
peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakupi
bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan pertukaran
gas setempat. Pneumonia diklasifikasikan menjadi 4 yaitu community acquired, hospital
acquired, karena aspirasi, dan pada pasien yang immunocompromised. Pada pemeriksaan
histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan penumpukan eksudat
yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam waktu yang bervariasi.
Pneumonia adalah istilah yang digunakan untuk proses infeksi akut manakala pneumonitis
digunakan untuk non-infeksi. Di Negara maju, kebanyakan kasus pneumonia adalah disebabkan
oleh virus dan jarang sekali disebabkan oleh bakteri. Untuk membedakan pneumonia virus dan
bakteri adalah sukar karena gejalanya yang hampir sama. Tetapi, infeksi pneumonia pada anakanak adalah selalunya disebabkan oleh bateri S. peumoniae.1

Anamnesis
Karena kasus ini adalah seorang pasien anak, maka dilakukan allo-anamnesis dimana ditanyakan
tentang keluhan pasien melalui penjaganya, Ditanyakan identitas pasien seperti nama lengkap,
usia,dan alamat. Ditanyakan riwayat imunisasi pasien, adakah bayi dilahirkan di rumah sakit atau
di bidan, riwayat persalinan apakah pervaginam atau secara operasi. Ditanyakan berat badan
sewaktu lahir dan keadaan anaknya sewaktu lahir apakah sihat atau sakit. Seterusnya ditanyakan
riwayat kehamilan si ibu, apakah pernah sakit sewaktu hamil dan apa ada mengambil sebarang
obatan atau herba. Sekiranya ada, ditanyakan jenis apa obatnya. Seterusnya ditanyakan keluhan
utama pasien. Yaitu sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. Ditanyakan sesak nafas itu pada waktu
tertentu atau pada sepanjang hari. Sesaknya itu sehingga tidak mampu bernapas atau kesukaran
bernafas. Apakah factor yang menyebabkan sesak nafas tersebut dan bisa hilang atas factor apa.
Apakah sudah melakukan pengobatan sendiri dan apakah berhasil? Apakah ini kali pertama
mengalami sesak seperti itu atupun sudah hilang kambuh sejak beberapa kali.2
Seterusnya tanyakan keluhan penyerta, yaitu ada batuk disertai dahak berwarna kuning.
Ditanyakah sejak kapan batuk dan sejak kapan berdahak, apakah dahak itu kental atau encer,
apakah setiap batuk pasti berdahak atau tidak, apakah dilakukan pengobatan untuk batuk dan
sekiranya ada apakah sembuh atau tidak. Seterusya didapatkan berat badan anak tersebut
menurun karena kurang nafsu makan. Ditanyakan pola makan yang normal anak tersebut dan
pola makan setelah sakit. Apakah sudah mencoba dikasi variasi makanan yang lain, apakah anak
tersebut menolak. Seterusnya ditanyakan riwayat perjalanan penyakit. Teryata seminggu sebelum
ke rumah sakit, si anak ini telah mengalami demam yang turun naik dan batuk pilek. Ditanya ke
ibunya, demam itu sejak kapan bermula dan kapan demamnya kambuh sebelum dibawa ke
rumah sakit. Apakah demam timbul dahulu atau batuk pilek yang timbul dahulu. Apakah sudah
mengobati demam dan batuk pileknya dan apakah berhasil pengobatannya.2
Untuk riwayat penyakit menahun, ditanyakan kepada si ibu, adakah anak ini ada mengalami
masalah kesehatan semenjak lahir. Apakah pernah mengidap sakit congenital , sekiranya ada
apakah dikasi pengobatan dan apakah obat tersebut. Seterusnya untuk riwayat penyakit keluarga,
ditanyakan apakah pada keluarga lain ada sakit yang sama seperti anak ini. Apakah pada
keluarga ada riwayat penyakit menahun seperti batuk kering, darah tinggi, kencing manis, sakit
jantung, asma dan seterusnya. Untuk riwayat social, ditanyakan kebiasaan mandi anak ini

bagaimana, apakah ibunya memberi mandi pake air yang dingin atau air yang dihangatkan.
Apakah di kawasan tempat tinggal ada persekitaran yang kurang bersih. Apakah selalu
melakukan pembakaran terbuka, apakah pernah keluar negeri baru-baru ini. Apakah ada keluarga
yang dari luar melawat rumah dan kontak dengan anak ini, apakah di kalangan keluarga ada yang
merokok.2

Pemeriksaan Fisik
Pertamanya dilihat keadaan umum dan kesadaran. Keadaan umum tampak sakit sedang, sesak
dan rewel. Kesadaran kompos mentis. Seterunya didaptkan tanda-tanda vital anak tersebut.
Frekuensi nafas 55 kali permenit, denyut nadi 110 kali permenit, suhu 38.5 derajat selsius dan
karena pada anak tidak diambil tensi nya. Berat badan anak diambil, 12 kg.
Seterunya pemeriksaan fisik dilakukan dari kepala,leher, toraks, abdomen dan akhirnya
ekstremitas. Dari pemeriksaan kepala, konjugtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik dan tidak ada
sianosis tetapi ditemukan pernafasan cuping hidung dan faring hiperemis. Seterusnya pada leher,
tidak ditemukan pembesaran vena jugularis dan juga pembesaran kelenjar getah bening. Pada
pemeriksaan toraks, inspeksi ditemukan retraksi sela iga dan pada auskultasi ditemukan ronchi
basah halus yang menandakan adanya cairan pada saluran udara dimana udara melalui cairan dan
menghasilkan bunyi ini (bunyi seperti gesekan rambut) menunjukkan adanya cairan pada paru
dan bunyi wheezing akibat penyempitan saluran udara (mengi) pada kedua lapang paru.3

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendukung diagnose kerja dan menyingkirkan
diagnosa banding. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk melihat hasil lab
nya adalah lekositosis sebanyak 20,000 /UL. Menunjukkan adanya infeksi bakteri. Kemudian,
dilihat differential count untuk sel darah nya. Sekiranya bergeser ke kiri , bermakna infeksi
bakteri. Sekiranya bergeser ke kanan, maka infeksi virus.4
Seterusnya dilakukan pemeriksaan foto toraks posisi ap/lateral. Pada kasus seperti pneumonia
dimana rongga dada terisi air, maka akan ditemukan gambaran seperti awan (cloud-like

appearance) pada bahagian yang terkena. Ini karena jaringan di paru telah di padamkan dengan
tekanan udara di paru. Gambaran ini dikenali sebagai sillouette sign. 5

Gambar 1: Gambaran Foto Toraks AP/Lateral Untuk Penderita Pneumonia5

Seterusnya pemeriksaan sputum bisa dilakukan untuk menentukan bakteri apakah yang
menyebabkan infeksi. Pewarnaan gram sputum harus dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri
adakah dominan 1 bakteri atau infeksi multibakteri. Seterusnya untuk melihat banyak tidak jenis

lekosit. Sekiranya banyak PMN, maka itu adalah infeksi bakteri. Sekiranya banyak mononuclear
limfosit, maka itu adalah infeksi virus.4 Selain itu, warna sputum juga bisa digunakan buat
patokan awal jenis bakterinya. Sekiranya warna sputum kekuningan bermaksud adanya netrofil
di dalam sputum. Banyaknya eosinophil menunjukkan pergeseran ke kiri dan menunjang bahawa
ini adalah infeksi bakteri. 6

Diagnosa kerja
Setelah melihat kepada semua hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
pasien di diagnose mengidap community acquired pneumonia (CAP) et causa bakteri tipikal.
Definisi Pneumonia iaitu suatu proses peradangan dimana terdapat konsilidasi disebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi. Pneumonia
dan gejalanya dapat bervariasi dari ringan sampai parah.
Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologis adalah pneumonia komuniti
(community-acquired pneumonia), pneumonial nosokomial (hospital-acquired pneumonia /
nosocomial pneumonia), pneumonia aspirasi, pneumonia pada penderita immunocompromised
Berdasarkan bakteri penyebab adalah pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua
usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella
pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Kedua adalah
pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia. Ketiga, pneumonia
virus dan keempat, pneumonia jamur yang selalunya merupakan infeksi sekunder. Predileksi
teruutma pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).3
Berdasarkan predileksi infeksi, yang pertama pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia
bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen
kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing
atau proses keganasan. Yang kedua adalah bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak

infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan
orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus

Diagnosa Banding
Diagnosis

Penyebab

Gejala Klinis

Pemeriksaan

Pemeriksaan

Pneumonia

Community acquired:

Demam tinggi,

Fisik
Kepala-

Penunjang
Foto toraks

Streptococcus

lemah (malaise) ,

pernafasan

(gambar 1)

pneumonia,

penurunan nafsu

cuping hidung,

konsolidasi

Haemophilus

makan, dypsneu

sianosis, laring

lobus, segmen /

influenza,

(kesukaran

hiperemis.

pleural effusion/

Mycoplasma

bernafas, cuping

Leher- (-)

anak- gambaran

pneumonia

hidung ), batuk

Toraks retraksi

round

Hospital acquired :

berdahak, batuk

sela iga, perkusi

pneumonia5

Staphylococcus

berdarah,

bunyi pekak,

Pemeriksaan

aureus, Pseudomonas,

Sianosis,

auskultasi- ronki

darah lengkap

Klabsiella,

takikardia,

basah halus,

lekositosis, kira

Bacteroides,

takepsia,

wheezing sound.

jenis sel (shift to

Clostridia.

hipotensi

Pada pleura

right untuk virus,

terasa nyeri

shift to left untuk

Abdomen (-)

bakteri)

Ekstremitas- (-)

Kultur darah

Aspiration:
Immunocompromised:

bakteri
Pemeriksaan
sputum

pewarnaan
gram/kultur
Bronchitis

Merokok, virus

Batuk (10-20

Kepala

sputum
Foto toraks

(peradangan

(influenza A dan B) ,

jam)

sianosis , bisa

(gambar 2)

pada

Bakteri : Mycoplasma,

Sore throat,

konjungtiva

tampak normal

bronchi)

Chlamydia

batuk berdahak,

anemis

Pemeriksaan

*3 bulan

pneumonia,

demam

Leher (-)

darah lengkap-

batuk dalam

Streptococcus

biasa,berhingus,

Toraks

lekositosis,

tempoh

pneumonia, Moraxella

lemah, pusing,

auskultasi,

hitung jenis sel,

masa 2

catarhalis,

sukar bernafas,

wheezing sound

Kultur sputum-

tahun

Haemophilus influenza sianosis

dan ronki basah

pewarnaan gram

halus

Kultur darah jika

Abdomen- (-)

superinfeksi

Bronkolitis

Virus- respiratory

Tachypnea ,

Ekstremitas (-)
Kepala otitis
Pemeriksaan

(inflamasi

syncytial virus ,

tachycardia,

media

darah lengkap-

bronkiol)

human

demam

Leher- (-)

hitung jenis sel

Toraks- retaksi

Test rapid viral

sela iga,

antigen testing

wheezing sound

lihat jenis virus

metapneumovirus

Abdomen- (-)
Tuberculosis Bakteri

Batuk kering,

Ekstremitas-(-)
Kepala (-)

paru

Mycobacterium

penurunan berat

Leher- (-)

positif jika pada

tuberculosis

badan, hilang

Toraks (-) laju

tempat test

nafsu makan,

pernafasan

membengkak.

demam, keringat

meningkat,

Foto toraks-

malam, batuk

auskultasi- bunyi cavity formation,

berdarah, nyeri

nafas bronchial.

kalsifikasi,

dada, lemah,

Abdomen- (-)

penebalan

pusing

Ekstremitas- (-)

pleura. Pada TB

Mantoux test

primer- sama
seperti gambaran
pada pneumonia.
Pemeriksaan
sputum biakan
langsung untuk
konfirmasi
bakteri
Table 1 : Perbandingan Gejala Klinis, Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang antara
Pneumonia, Bronhitis, Broncholitis dan Tuberculosis. 1,6

Gambar 2: Gambaran Pada Penderita Bronchitis5

Gambar 3: Gambaran Pada Penderita TB5

Etiologi
Penyebab utama CAP adalah Streptococcus pneumonia. Streptococcus pneumonia adalah bakteri
kokus gram positif. Berbentuk diplokokus lancet, dan bersifat alpha-haemolitik pada kultur agar
darah. Bakteri ini flora normal di mulut dan mempunyai banyak tipe kapsul yaitu tipe
1,3,4,7,8,12 pada orang dewasa dan tipe 3,6,14,18,19,23 pada anak-anak. Tipe kapsul yang
paling virulen adalah tipe 3 karena kapsulnya yang tebal. Bakteri S. pneumonia tidak enzim
protease dan tumbuh baik dalam suasana tinggi C02 (anaerob fakultatif). S. pneumonia adalah
penyebab utama pneumonia komuniti dan resiko tertingi adalah pada anak-anak, individu yang
merokok, lansia dan pada penderita penyakit kronis. 4,

Gambar 4: Bakteri Streptococcus Pneumoniae

Epidemiologi
Berdasarkan pemerhatian yang dilakukan di Amerika Serikat 80 persen daripada 4 juta kasus
yang timbul setiap tahun adalah dirawat sebagai pasien rawat jalan dan selebihnya lagi 20 persen
adalah pasien rawat inap. CAP mengakibatkan 600,000 pasien yang dimasukkan ke rumah sakit,
64 juta hari yang tidak produktif dan 45,000 kematian setiap tahun. Insidens jangkitan adalah
pada usia sangat muda dan sangat tua. Secara rata-ratanya kasus adalah 12 orang perr 1000
orang. Namun pada usia dibawah 4 tahun, kasus adalah 18 orang per 1000 orang dan pada usia
diatas 60 tahun adalah 20 orang per 1000 orang. Faktor resiko adalah pada pencandu alcohol,
perokok, pasien asma, pasien imunosupresiv dan usia tua.3

Manifestasi klinik
CAP bisa bermanifestasi dari indolen ke fulminan dan muncul sebagai dari gejala ringan
sehingga fatal. Variasi tanda dan symptom bisa muncul bergantung perjalanan penyakit. Pasien
selalunya mengalami takikardia ( denyut jantung yang laju) dan berkeringat. Batuk bisa disertai
sputum atau tidak dan sputumnya bisa jadi berdarah atau tidak. Tergantung tahap penyakitnya,
pasien ada yang masih bisa berbicara dalam ayat yang lengkap, namun ada yang sulit berbicara
akibat kesukaran bernafas. Sekiranya pleura juga terlibat dalam infeksi, maka pasien akan
merasa nyeri di dada. Dalam 20 persen pasien mengalami symptom gejala gastrointestinal seperti
muntah, pusing dan diare. Symptom lain adalah seperti lemah dan pusing. Pada pemeriksaan
fisik, akan didapatkan retraksi sela iga, peningkatan jumlah pernapasan per menit dan
penggunaan otot pernapasan yang berlebihan. Pada palpasi akan ditemukan fremitus yang
menaik atau menurun ( tangan ditaruh di dada dan pasien disuruh sebut 77). Pada perkusi,
mungkin ada bunyi pekak akibat penumpukan cairan di pleura. Pada auskultasi, kendengaran
bunyi ronki basah halus (gesekan rambut) dan bunyi pleural rub. Symptom ini mungkin tidak
begitu tampak pada pasien tua. Tapi selalunya ada pada pasien anak. 3,6

Patofisiologi
Patogen

Peningkatan
suhu tubuh

Masuk
alveoli

Resiko tinggi
terhadap
menyebar infeksi

Fase kongestif / oedem

Serosa masuk
alveoli

Resiko tinggi
Metabolism
Mual muntah,
kurang
Berkeringa
meningkat

Gangguan pola
nafas

Nyeri
pleuritik/nyeri
dada

Suplai
Penumpukan
Gangguan
cairan dalam
oksigen
pertukaran
gas
alveoli

Fase Hepatisasi merah


(48jam) - sdm dan
leokosit pmn mengisi
alveoli

Fase Hepatisasi kelabu (3-8


hari) -karena lekosit dan
fibrin mengalami
konsolidasi di dalam alveoli

Resolu
si 7-11
hari

Konsolidasi jaringan
paru, fagositosis eksudat
Kemampuan paru
menurun

Resiko
tinggi
kurang

Sputum kental

Penatalaksaaan
Anamnesis+pemeriksaan
fisik+jalan
Gangguan bersihan
pemeriksaan penunjang
nafas
Ringan (BATUK,SUKAR BERNAFAS +
BERNAFAS LAJU/ LOWER CHEST
WALL INDRAWAL

Rawat jalan

Antibiotic: amoksisilin
40mg/kgbb/dosis , 2x
sehari, 3 hari (X HIV)@
5 hari (HIV)
EDUKASI: ibu
memastikan masukan
cairan (asi/air) ke

Rawat

Penderit
a HIV

Gangguan
aktivitas/penurun
an kesadaran

Berat (BATUK, SUKAR BERNAFAS + SALAH


SATU) SIANOSIS, RETRAKSI IC, TIDAK
MAMPU MAKAN/MINUM, PERNAPSAN
CEPAT/ ASKULTASI-BUNYI KHAS
Terapi oksigen: nasal prongs,
nasopharengeal
catheter.
Sehingga tanda
Rawat
inap
hipoksia berhenti
Wheezing : rapid-acting broncholidator
(nebulized salbutamol/inhaler salbutamol)
Antibiotic: ampisilin 50mg/kgbb/dosis. IM,
IV setiap 6 jam, 5hari. Dan gentamisin
7.5mg/kgbb/dosis , IM,IV sekali sehari,5
hari
Symptom: demam- paracetamol
Edukasi: anak harus mendapat cairan
adekuat

Susulan 3 hari: periksa


pernapasan, sela iga,
suhu membaiklanjutkan terapi
antibiotic.

MEMBAIK

Tidak
membaik
Setelah 48jam, tukar
antibiotic gentamisin
7,5mg/kgbb/dosis IM,IV sekali
sehari, dan kloksasilin
50mg/kgbb/dosis IM , IV
setiap 6 jam selama 2hari

Distresi pernapasan
membaik
Tiada hipoksemia
Nafsu makan
membaik
Mampu makan obatan
secara oral/ antibiotic
parentral sudah
selasai

Tidak membaik
Antibiotic: ceftriaxone
80mg/kgbb/dosis/ IM,IV
sekali sehari
Tidak membaik

Jalur penatalaksanaan
pneumonia pada anak 7

Terapi kausatif

Staphylococcus pneumonia: kloksasiklin +


gentamisin
Komplikasi
Tutuberculosis/ terpajan HIV: ampisilin +
Komplikasi yang bisa terjadi adalah kegagalan pernapasan, sepsis,gentamisin
pleural effusion, empyema
Seterusnya, seftriaokson

dan abses paru.

Prognosis
Bonam . sekiranya ditangani dengan baik dan dengan pengobatan yang benar dan adekuat.

Kesimpulan
Gejala yang timbul pada pasien seperti sesak nafas terjadi karena adanya pembentukan eksudat
dalam paru, hasil dari mekasnisme pertahanan diri tubuh untuk memerangkap bakteri

streptococcus pneumonia yang masuk ke dalam paru pasien daripada komunitas. Pembentukan
eksudat ini memicu kepada sekret mucus yang berlebihan sehingga menggangu saluran
pernapasan sehingga sulit untuk anak itu bernafas. Adanya eksudat yang berlebihan ini,
menumpuk pada pleura sehingga kedengaran bunyi ronki basah pada auskultasi dan eksudat
tersebut menyumbat saluran pernapasan sehingga adanya bunyi wheezing. Kekurangan suplai
oksigen memicu otot pernafasan anak bekerja lebih untuk mengkompensasi jumlah oksigen yang
diperlukan sehingga timbulnya retraksi sela iga. Kesukaran bernafas menyebabkan suplai
oksigen anak tersebut kurang, makanya anak menjadi rewel dan tampak sesak. Keluhan ini bisa
menyimpulkan bahawa anak menderita pneumonia komunitas karena bakteri yang berat. Anak
ini harus diterapikan di rumah sakit dengan jalur terapi yang benar.

Daftar Pustaka
1. AW Sudoyo,B Setiyohadi, I Alwi, M Simadibrata, S Setiati. Ed 6. Jilid 3. Jakarta : Pusat
Penerbitan FKUI ; 2014: 964-75
2. Bickley LS, Buku saku pemeriksaan fsik dan riwayat kesehatan bates. Edisi ke-8.
Indonesia : Penerbitan Buku Kedokteran ; 2012. 15-76.
3. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL . Harrisons principles of internal medicine. 18 th ed. Vol
2. USA : The McGraw-Hill Companies ; 2012: p 2130-42
4. Cornelissen CN, Fisher BD, Harvey RA . Lippincotts illustrated reviews:microbiology.
3rd ed. Baltimore : Lippincott William and Wilkins ; 2013 : p 84-7
5. Daffner RH, Hartman MS, Clinical radiology the essentials. 4 th ed. Baltimore :
Lippincott Williams and Wilkins ; 2013: p 82-155
6. Longmore M, Wilkonson IB, Baldwin A, Wallin E. Oxford handbook of clinical medicine
. 9th ed. Oxford. Oxford University Press ; 2014 : p 6-160

7. World Health Organization, Pocket book of hospital care for children. 2nd ed.
Switzerland. Publication of World Health Organization ;2013 : P 80-92

Anda mungkin juga menyukai