TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 15% penyulit kehamilan dan merupakan salah
satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas pada ibu bersalin. Di Indonesia
mortalitas dan morbiditas hipertensi masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain etiologi
yang tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non
medik dan system rujukan yang masih belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan dapat
dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan pengelolahan hipertensi dalam
kehamilan harus benar benar dipahami oleh semua tenaga medik baik dipusat maupun
didaerah. Terminology yang dipakai adalah :
1. Hipertensi dalam kehamilan
2. Pre eklamsia eklamsia
KLASIFIKASI
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan report of the national high blood
pressure education program working group on high blood pressure in pregnancy tahun 20011,
ialah :
1.
2.
3.
4.
Hipertensi kronik
Pre eklamsia eklamsia
Hipertensi kronik dengan superimpose preeklamsia
Hipertensi Gestasional
Penjelasan tambahan2,3
1. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic > 140/90mmHg. Pengukuran
tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan
darah sistolik > 30mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolic > 15mmHg sebagai
parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi.
2. Proteinuria adalah adanya 300mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan
>1+ dipstick.
3. Edema , dahulu edema tungksi, dipakai sebagai tanda tanda preeklamsia tetapi
sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka).
Perlu dipertimbangkan faktor resiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan,bila
didapatkan edema generalisata, atau kenaikan berat badan > 0,57kg/ minggu.
Primigravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah, yaitu <0,34kg/minggu
menurunkan resiko hipertensi akan tetapi menaikan resiko berat badan bayi rendah.
FAKTOR RESIKO
Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan
yang dapat
PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori
telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun
teori yang dianggab mutlak benar. Teori teori yang sekarang banyak dianut adalah5-7
1.
2.
3.
4.
peroksida lemak.
Disfungsi sel Endothel11-2
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan
sel endotel, yang kerusakannya berawal dari membrane sel endothel.
Kerusakan membrane sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi sel
endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut
disfungsi endotel. Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang
mengakibatkan disgungsi sel endotel, maka akan terjadi :
- Gangguan metabolism prostaglandin , karena salah satu fungsi sel
endotel, adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunya produksi
-
menurun,
sedangkan
endotelin
(vasokontriktor)
meningkat.
Peningkatan faktor koagulasi
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya hasil
konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte antigen
protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respon imun, sehingga si
ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat
melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural killer (NK) ibu12.
Selain itu pada ibu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas
ke dalam jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya
invasi trofoblas ke dalam jaringa desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel
Natural killer. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan , terjadi penurunan ekskresi
HLA-G. Berkurangnya HLA-G didesidua daerah plasenta, menghambat invasi
trofoblas ke dalam sel desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua
menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis.
awal
trimester
kedua
kehamilan
perempuan
mempunyai
endotel,dan sel sel makrofak/ granulosit, yang lebih besar pula, sehingga terjadi
reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala gejala preeklamsia pada ibu.
Redman, menyatakan bahwa disfungsi endotel pada preeklamsia akibat
produksi debris trofoblas plasenta berlebihan tersebut diatas, mengakibatkan
aktivitas leukosit yang sangat tinggi pada sirkulasi ibu. Peristiwa ini oleh redman
disebut sebagai kekacauan adaptasi dari proses inflamasi intravaskuler pada
kehamilan yang biasanya berlangsung normal dan menyeluruh.
I.
Proteinuria
- Bila proteinuria timbul
o Sebelum hipertensi , umunya merupakan gejala penyakit ginjal.
o Tanpa hipertensi, maka dapat dipertimbangkan sebagai penyulit
kehamilan
o Tanpa kenaikan tekanan darah diastolic >90 mmHg, umumnya
ditemukan pada infeksi saluran kencing atau anemia. Jarang
-
Kreatinin
sama halnya dengan kadar asam urat serum, kadar kreatinin plasma pada
preeklamsia juga meningkat. Hal ini disebabkan oleh hypovolemia, maka
aliran darah ginjal menurun, mengakibatkan penurunan filtrasi glomerulus,
sehingga menurunnya sekresi kreatinin, disertai peningkatan kreatinin
plasma. Dapat mencapai kadar kreatinin plasma >1mg/cc dan biasanya terjadi
Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Pada preeklamsia
kadar elektrolit total sama seperti hamil normal, kecuali bila diberi diuretikum
banyak, restriksi konsumsi garam atau pemberian cairan oksitosin yang bersifat
antideuretik.
Preeklamsia berat yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan asam basa. Pada waktu terjadi kejang eklamsia kadar bikarbonat
menurun, disebabkan timbulnya asidosis laktat dan akibat kompensasi hilangnya
karbondioksida.
Kadar natrium dan kalium pada preeklamsia sama dengan kadar hamil
normal, yaitu sesuai dengan proporsi jumlah air dalam tubuh. Karena kadar natrium
dan kalium tidak berubah pada preeklamsia, maka tidak terjadi retensi natrium yang
berlebihan. Ini berarti pada preeklamsia tidak diperlukan restriksi konsumsi garam.
Pada
preeklamsia
viskositas
darah
meningkat,
mengakibatkan
Hematologik
Perubahan hematologic
disebabkan
oleh
hypovolemia
akibat
vasospasme,
vasogenik edema
Akibat spasme arteri retina dan edema sehingga menimbulkan
vasogenik edema. Visus dapat berupa : pandangan kabur, skotomata,
amaurosis yaitu kebutaan tanpa jelas adanya kelainan dan ablasio
serebri.
Perdarahan
intracranial
meskipun
jarang,
dapat
terjadi
pada
Cardiovaskuler
Perubahan cardiovaskuler disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload akibat
hipertensi dan penurunan cardiac preload akibat hypovolemia
Paru
Penderita preeklamsia berat mempunyai resiko besar terjadinya edema paru. Edema
paru dapat disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel endothel pada
pembuluh darah kapiler paru, dan menurunnya diuresis.
Dalam menangani edema paru, pemasangan central venous pressure (CVP) tidak
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari pulmonary capillary wedge pressure.
Janin
Preeklamsia dan eklamsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin yang
disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hypovolemia, vasospasme, dan
kerusakan sel endhotel pembuluh darah plasenta.
Dampak preeklamsia dan eklamsia pada janin adalah :
- Intrauterine growth restriction (IUGR) dan Oligohidroamnion
- Kenaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung akibat
IUGR, prematuritas, oligohidroamnion, dan solution plasenta.
II.
PREEKLAMSIA
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan
postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia
ringan dan preeklamsia berat.
Pembagian preeklamsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya
dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan
preeklamsia ringan dapat mendadak mengalami kejang
sehingga bila gejala tersebut tidak timbul sesuai dengan urutan diatas , dapat dianggab
bukan preeklamsia.
Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan
gejala yang paling penting. Namun, sayangnya penderita sering kali tidak merasakan
perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala,
gangguan penglihatan , atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.
A. Preeklamsia Ringan
Preeklamsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya
perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi
endotel21.
Diagnosa
Diagnose preeklamsia ringan ditegakan berdasar atas timbulnya hipertensi
disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
- Hipertensi : sistolik/diastolic 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik
30mmHg dan kenaikan diastolic 15mmHg tidak dipakai lagi
-
medika mentosa.
Sikap terhadap kehamilanya berarti; berarti mau diapakan kehamilan
ini
minggu
Adanya satu atau lebih gejala preeklamsia berat.
B. Preeklamsia Berat
Preeklamsia berat ialah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik 160
mmHg dan tekanan darah diastolic 110 mmHg disertai dengan proteinuria
lebih dari 5g/24 jam25.
Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan kriteria preeklamsia berat sebagaimana
tercantum dibawah ini26 :
- Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolic 110
mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu sudah dirawat
-
kejang ,
penyulit organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.
Monitoring selama di rumah sakit
Pemeriksaan sangat teliti diikuti observasi harian tentang tanda-tanda klinik
berupa : nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium, dan dan kenaikan
cepat berat badan. Selain itu , perlu dilakukan penimbangan berat badan ,
pengukuran
proteinuria,
pengukuran
tekanan
darah,
pemeriksaan
distress nafas.
MgSO4 dihentikan apabila :
a. Ada tanda tanda intoksikasi
b. Setelah 24 jam pasca persalinan atau 24 jam setelah terakhir
Bila terjadi refrakter terhadap MgSO4 , maka diberikan salah
satu obat berikut : thiopental sodium, sodium amobarbital,
diazepam , atau fenitoin.
C. Diuretic
Pemberian diuretic hanya diberikan jika pasien mengalami PEB dan disertai
dengan edema paru.
D. Pemberian Antihipertensi
Berdasarkan Cochrane review atas 40 study evaluasi yang melibatkan 3797
perempuan hamil dengan preeklamsia, duley menyimpulkan, bahwa
pemberian antihipertensi pada pada preeklamsia ringan maupun preeklamsia
berat tidak jelas kegunannya. Disisi lain hendorson, dalam Cochrane review,
juga meneliti 24 uji klinik yang melibatkan 2.949 ibu dengan hipertensi dalam
kehamilan, menyimpulkan bahwa sampai didapatkan bukti yang lebih teruji,
maka pemberian antihipertensi
masing, yang tergantung pengalaman dan pengenalan obat tersebut. Ini berarti
belum ada pengobatan terbaik untuk antihipertensi dalam kehamilan.
Namun yang harus dihindari secara mutlak , sebagai antihipertensi ialah
pemberian diazokside, ketanserin, nimodipine, dan magnesium sulfat29.
- Antihipertensi lini pertama
Nifedipine
Dosis 10-20 mh per oral, diulangi setelah 30 menit; maksimum 120mg
-
dalam 24 jam
Antihipertensi lini kedua
Sodium nitropruside :0,25 ug /kgbb/menit, infus ditingkatkan 0,25 ug
i.v./ kg/ 5mnit
Diazokside : 30-60 mg i.v. / 5 menit; atau i.v infuse 10 mg / menit/
dititrasi
- Antihipertensi dalam penelitian
Calcium chanel blocker ; isradipine, nimodipine
Serotonin reseptor antagonis : ketan serin
E. Glukokortikoid
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu.
Diberikan pada kehamilan 32 34 minggu, 2 x 24 jam. Obat ini juga diberikan
pada syndrome HELLP.
ditinjau
dari
umur
kehamilan
dan
Terjadinya oligohidroamnion
o Laboratrium
Didapatkan tanda HELLP syndrome
Perawatan konservatif
Indikasi nya adalah jika usia kehamilan kurang dari 37minggu, tanpa disertai
tanda tanda preeklamsia dengan keadaan janin baik.
BAB II
KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. I
Suami
: Tn. S / 37 th / Petani
Umur
: 37 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Warujayeng, Nganjuk
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
No RM
: 16351443
Ruang
: VK
2.2 ANAMNESA
Datang ke IGD pada hari minggu, tanggal 20 03 2016 jam 19.50
Keluhan Utama
: Sesak
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan sesak yang semakin
memburuk sejak pagi. Pasien mengatakan sering sesak sejak mengetahui dirinya
hamil (saat usia kehamilan 7 bulan kurang 2 minggu). Sesak semakin bertambah
saat pasien beraktivitas.
: 29 hari
HPHT
: 09 08 2015
HPL
: 10 05 - 2016
Riwayat perkawinan :
Pasien hanya menikah sekali saja
Riwayat Kontrasepsi :
Pasien mengatakan tidak pernah memakai alat kontrasepsi
Riwayat alergi :
Pasien tidak mempunyai alergi obat dan alergi makanan.
Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan.
Riwayat social :
Pasien tidak merokok serta tidak minum alcohol.
2.3.
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign :
Keadaan Umum
: Cukup
Kesadaran
: Compos mentis
Tensi
: 250/140 mmHg
Nadi
: 88 x / menit
Respiratory Rate
: 32 x / menit
Suhu Axila
: 36 0C
Status Generalis :
o Kulit : tampak normal warna sawo matang
o Kepala :
- Mata : anemis -/- , icterus -/-, odem palpebral -/- Wajah : tampak normal simetris,
- Mulut : Stomatitis (-), pembesaran tonsil (-)
o Leher : pembesaran kelenjar (-)
o Thoraks
- Inspeksi : bentuk dada tamapak normal, retraksi otot bantu nafas (+), jejas (-)
- Palpasi : fremitus raba simetris, tidak ada dada yang tertinggal
- Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : Cor
: S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
: vesikuler +/+ wheezing (-) ronki (+)
o Abdomen
- Inspeksi : jejas (-), strie (+)
- Auskultasi : bising usus (+)
o Ekstremitas
- Akral hangat, edema +/+ pada tangan dan kaki
STATUS OBSTETRI
- Tinggi fundus uteri 30 cm
- Letak janin kepala
- DJJ 142 x/ menit
- TBJ g
- Riwayat persalinan : his (+) 19-3-2016 (23.00)
Ketuban belum pecah
Darah lendir/darah (-)
- Leopold
I
: kesan bagian fundus uteri teraba lunak
II
: sebelah kanan pasien teraba tahanan lebar dan memanjang, sebelah
III
IV
Hasil
Nilai Rujukan
Kuning muda
Agak keruh
Kuning
Jernih
1015
6,0
Negative
Negative
(+) 4
Negative
Negative
Normal
Negative
(+) 2
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
/uL
1000 - 1030
4,5 - 8,0
Negative
Negative
Negative
Negative
Negative
Normal
Negative
Negative
/uL
/uL
/uL
<= 5
<= 10
<= 12,9
53,3
36,5
55,6
Sel/uL
H
H
H
Silinder
Bakteri
Lain-lain
11,79
689,0
Negative
H
H
/uL
/uL
<= 0,94
<=130,7
Hasil
12,14 H
5,51
15,1
42,9
83,3
29,3
35,2
389
44,0
14,8
11,1
9,9
23,6
0,38
10 /ul
106/ul
g/dl
%
fL
pg
g/L
103/ul
fL
%
fL
fL
%
%
Nilai Rujukan
3,60 11,00
3,80 5,20
11,7 15,5
35,0 47,0
80,0 100,0
26,0 34,0
32,0 36,0
150 400
37 54
11,0 15,0
Hasil
23,8
11,2
155
31,4
1,53
7,6
H
H
H
U/L
U/L
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
Nilai Rujukan
<= 31,0
<= 34,0
70 120
15,0 40,0
0,60 1,10
2,6 6,0
Kesimpulan :
Cardiomegali
Oedema pulmo dengan bats win appearence
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA
1. USG tanggal 15 02 2016 oleh dr. Sonia Rahayu, Sp. OG
Letak kepala
TBJ 1212 g
2.6 RESUME
2.7 DIAGNOSA AKHIR
GIP00000 UK 32-33 minggu/T/H/letak kepala, punggung kiri + PEB + Edema paru +
cardiomegali
2.8 PENATALAKSANAAN (20 03 2016) oleh dr. Ghazali, Sp. OG
Inj. Lasix 2x1
MgSO4 konservatif
Dexamethasone 16 mg untuk maturasi paru
Nifedipine tetrasi sampai TD : 160
O2 6 lpm
Pasang monitor
Foto rontgen thorax
Tabel 7. Perjalanan perkembangan penyakit, perintah dokter dan pengobatan
Tanggal/jam
Perjalanan penyakit
10 06 - 2015
dr. Rizal:
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,3oc
RR : 20x/menit
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
GCS : 4,5,6
K/L : A - / I - / C - / D
Thorax :
Ciprofloxacin 2 x 500 mg
P.O
Norelut 2x 5 mg
KRS
COR : S1 S2 tunggal
Pulmo: vesikuler, wheezing
(-), rhonki (-)
Abdomen :
BU (+), soefl (+), nyeri (-)
Ekstremitas:
Akral hangat, edema (-)