DISUSUN OLEH:
ESTERINA BANU
A. Pendahuluan
Makan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib di penuhi seorang
manusia untuk bertahan hidup. Keadaan ini dibuktikan dengan adanya sistem pencernaan
atau traktus gastrointestinal yang merupakan salah satu sistem yang mendukung tubuh
manusia. Sistem pencernaan atau gastrointestinal terdiri dari beberapa organ, yaitu mulut,
esofagus, gaster, colon dan anus. Sistem pencernaan akan terganggu apabila salah satu
atau beberapa organ pencernaan terjadi inflamasi, kerusakan, maupun ketidaknormalan.
Salah satu gangguan pencernaan yang paling sering dijumpai dan diderita masyarakat
adalah gastritis atau di masyarakat umum sering disebut dengan penyakit maag atau
dalam istilah kesehatan dikenal dengan gastritis. Kurang pengetahuan dan cara
penanganan yang tidak tepat merupakan salah satu penyebabnya. Masyarakat sering
menganggap remeh panyakit gastritis, padahal ini akan semakin besar dan parah sehingga
inflamasi pada lapisan mukosa akan tampak sembab, merah, dan mudah berdarah.
Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang stres, karena stres
dapat meningkatkan produksi asam lambung, pengkonsumsi alkohol dan obat-obatan anti
inflamasi non steroid. Gejala yang timbul pada penyakit gastritis adalah rasa tidak enak
pada perut, perut kembung, sakit kepala, mual, lidah berlapis. Penyakit gastritis sangat
menganggu aktifitas sehari -hari, karena penderita akan merasa nyeri dan rasa sakit tidak
enak pada perut. Selain dapat menyebabkan rasa tidak enak, juga menyebabkan
peredaran saluran cerna atas, ulkus, anemia kerena gangguan absorbsi vitamin B.
B. Pengertian
Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan
lain (Charlene J, 2001)
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik,
difus atau local (Price, 2005).
C. Etiologi
Dalam bukunya (Ode, 2012) tentang asuhan keperawatan gerontik, menjelaskan
mengenai penyebab terjadinya gastritis yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Gastritis bakterialis
2
Infeksi bakteri Helicobacter pylori yang hidup di dalam lapisan mukosa yang
melapisi dinding lambung. Diperkirakan ditularkan melalui jalur oral atau akibat
memakan atau minum yang terkontaminasi dengan bakteri ini. Infeksi ini sering
terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan.
2. Gastritis Karena stress akut
- Penyakit berat atau trauma (cidera) yang terjadi tiba-tiba
- Pembedahan
- Infeksi berat
- Cideranya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi pada luka
bakar yang luas ata cidera yang menyebabkan perdarahan hebat.
3. Gastritis erosif kronis
- Pemakaian obat penghilang rasa nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti
inflamasi non steroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen dapat
menyebabkan perdarahan pada lambung. Dengan cara menurunkan prostalglandin
-
Tipe A mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini berhubungan dengan atropi
dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa, akibat adanya penurunan sekresi
E. Patofisiologi
Absorbsi pada lambung umumnya sangat rendah karena mukosa lambung dilapisi
oleh sel sel mukosa yang sangat resisten yang mensekresi mukus yang sangat kental
dan lekat dan mukosa lambung mempunyai sambungan yang sangat rapat antara sel-sel
epitel yang berdekatan, dua hal tersebut ditambah dengan hambatan-hambatan absorbsi
lambung yang lain di sebut sawar lambung, dan beberapa bahan makanan dan minuman
seperti alkohol, aspirin dapat merusak sawar mukosa pelindung lambung yaitu mukosa
lambung dan sambungan gaster yang rapat diantara sel pelapis lambung terdapat sebuah
kelenjar gastrin yaitu di fundus, selain itu ada sel G terletak di daerah pylorus lambung
yang memproduksi hormon gastrin. Gastrin merangsang kelenjar gastrin untuk
menghasilkan asam hidroklorida dan pepsinogen, substansi lain yang juga disekresi oleh
lambung adalah beberapa enzim dari berbagai elektrolit terutama ion natrium, kalium dan
klorida.
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obatobatan dan alkhohol, makanan yang panas, pedas maupun asin.
Pada orang yang mengalami stres akan menjadi perangsang saraf simpatis NV
(Nervus Vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida ( HCL ) di dalam
lambung. Adanya HCL yang berada dalam lambung akan menimbulkan rasa mual,
muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan
menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus,
mengurangi produksinya, sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi
mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster
terdapat sel yang memproduksi HCL (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCL meningkat.
Peningkatan HCL ini disamping dapat menimbulkan mual, muntah dan anoreksia
juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak
HCL dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi
mukus dapat berupa eksfaliasi (pengelupasan). Eksfaliasi sel mukosa gaster akan
mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu
timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita,
namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan.
2. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang
sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon
radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah
salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel
mukosa gaster misalnya dengan sel squamosa yang lebih kuat. Karena sel squamosa
lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung
melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan
timbul kekakuan yang pada akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini
juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan
mengakibatkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh
darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price, 2005).
Adanya hal-hal yang dapat meningkatkan sekresi lambung baik obat-obatan,
garam, empedu, atau enzim-enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung
mengakibatkan terganggunya pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi
kembali asam atau pepsin kedalam jaringan lambung sehingga menimbulkan
peradangan lambung. Hal ini menimbulkan peradangan respon mukosa lambung
iritasi yang terus menerus akan mengakibatkan terjadinya peradangan pada jaringan
dan dapat juga menyebabkan perdarahan. Ditambah bila masuknya zat-zat asam dan
basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan atau nekrosis sehingga dapat
menyebabkan perdarahan. Stress berhubungan dengan sistem parasimpatis yang
Pathway
Stress
Bakteri Helicobacter
Pylori
Masuk ke lambung
Merangsang saraf
simpatis N. Vagus
Mengganggu lapisan
mukosa lambung
Merangsang
hipotalamus
Sekresi katekolamin
meningkat
Radang kronis
Menyerang sel
permukaan gaster
Menghambat aktivitas
cyclooxygenase mukosa
Pe kadar
protaglandin
Hilangnnya barier
mukosa
Elastisitas lambung
berkurang
Sekresi HCL
meningkat
Gerakan peristaltic
kaku
Nyeri
Makanan dari
lambung lebih asam
Iritasi mukosa usus
Gangguan
Absorbsi
Cairan di
makanan
usus
keseimbangan
cairan
Merusak
Peregangan
Mortilitas
Diare
vili
usus
usus
terganggu
berlebihme
Inflamasi
Iritasi GI
Merangsang pusat
Mual/
muntahmuntah,
di MO
anorexia,
rasa
asam
Kontraksi otot
Gel.
Makanan
Isi
Relaksasi
Peristaltik
usus
kembali
bergerak
spingter
naik
keke
ke
dimulut
diafragma
& abdomen
Antiperistaltik
Merangsang
spinalis
duodenum
esophagus
usus
esofagus
halus
& bawah
lambung
Gangguan
Pengeluaran
zat-zat
vasoaktif
Menekan
Sekresi
Merangsang
Edema
nervus
peptin,
mukosa,
yg
pusat
permeabilitas
menginvervasi
protein
nyeri di Intake makanan
pemenuhan
Nyeri
(histamine,
bradikinin,
serotonin) kurang
kapiler
plasma
kortek
kapiler
padaserebri
hilang
me
mukosa
F. Manifestasi Klinis
Sindrom dispepsia berupa berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah
merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran
cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disesuaikan dengan tanda-tanda anemia
pasca perdarahan (Suyono, 2001).
Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi, ketidaknyamanan
abdomen (dengan sakit kepala, mual dan anoreksia) dan dapat terjadi muntah, serta
cegukan beberapa pasien adalah asimtomatik, kolik dan diare dapat terjadi jika makanan
pengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi jika sudah mencapai usus besar, pasien biasanya
sembuh kira-kira dalam sehari meskipun nafsu makan kurang atau menurun selama 2
sampai 3 hari (Ester, 2001).
G. Tanda Dan Gejala
1. Gastritis Superficial Akut
Keluhan abdomen yang tidak jelas, seperti anoreksia, bersendawa, atau mual, sampai
gejala yang lebih berat seperti nyeri epigastrium, muntah, perdarahan, dan
hematemesis (Price & Lorraine, 2005). Menurut Smeltzer dan Brenda (2001) pasien
dengan gastritis superficial akut mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, malas,
mual, dan anoreksia, sering disertai dengan muntah dan cegukan, namun beberapa
pasien juga asimtomatik.
2. Gastritis Atrofik Kronis
Tanda dan gejala dari gastritis dapat tidak jelas, sangat bervariasi dari ringan hingga
berat. Tipe gastritis berpengaruh terhadap tanda dan gejala, sebagai contoh orang
yang menderita gastritis kronik tidak selalu menimbulkan gejala nyeri lambung
hingga adanya perubahan pada lambung pada waktu yang lama ketika mengalami
gangguan pencernaan dan pengosongan lambung. Orang-orang dengan gastritis
kronis mungkin tidak memiliki gejala berat tetapi mengalami kehilangan nafsu makan
dan mual. Beberapa gejala yang berhubungan dengan gastritis meliputi:
- Ketidaknyamanan abdominal bagian atas atau nyeri
- Mual dan muntah
- Diare
- Gangguan perasa pada bagian mulut
- Kehilangan keinginan untuk makan (anorexia)
- Indigesti
H. Komplikasi Gastritis
Menurut Hirlan dalam Suyono (2001), komplikasi yang timbul pada gastritis, yaitu
perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, berakhir
dengan syok hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus peptikum dan
pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko
kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding
lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung (Price, 2005).
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinoma, yang bermula pada sel-sel
kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinoma tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi
Helicobacter pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat Helicobacter
pylori adalah MALT (mucosa associated lyphoid tissue) lymphomas, kanker ini
berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung.
Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
I. Penatalaksanaan Gastritis
Menurut Hirlan dalam Suyono (2001), penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut
adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering.
Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor
H2 inhibition pompa proton, antikolinergik dan antasid juga ditujukan sebagai
sifoprotektor berupa sukralfat dan prostaglandin. Penatalaksanaan sebaiknya meliputi
pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit
yang mendasari dan menghentikan obat yang dapat menjadi penyebab dan pengobatan
suportif. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan antagonis H2
sehingga mencapai PH lambung 4. Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita
penyakit dengan keadaan klinis yang berat. Untuk pengguna aspirin atau anti inflamasi
nonsteroid pencegahan yang terbaik adalah dengan Misaprostol, atau Derivat
Prostaglandin Mukosa. Pemberian antasida, antagonis H2 dan sukralfat tetap dianjurkan
walaupun efek teraupetiknya masih diragukan. Biasanya perdarahan akan segera berhenti
bila keadaan si pasien membaik dan lesi mukosa akan segera normal kembali, pada
sebagian pasien biasa mengancam jiwa. Tindakan-tindakan itu misalnya dengan
endoskopi skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri atau gastrektomi. Gastrektomi
sebaiknya dilakukan hanya atas dasar abolut (Suyono, 2001).
10
Penatalaksanaan untuk gastritis kronis adalah ditandai oleh progesif epitel kelenjar
disertai sel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa
mempunyai permukaan yang rata, Gastritis kronis ini digolongkan menjadi dua kategori
tipe A (altrofik atau fundal) dan tipe B (antral). Pengobatan gastritis kronis bervariasi,
tergantung pada penyakit yang dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan
antibiotik untuk membatasi Helicobacter Pylory. Namun demikian, lesi tidak selalu
muncul dengan gastritis kronis alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung
harus dihindari. Bila terjadi anemia defisiensi besi (yang disebabkan oleh perdarahan
kronis), maka penyakit ini harus diobati, pada anemia pernisiosa harus diberi pengobatan
vitamin B12 dan terapi yang sesuai. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan
meningkatkan istirahat, mengurangi dan memulai farmakoterapi. Helicobacter Pylory
dapat diatasi dengan antibiotik (seperti Tetrasiklin atau Amoxicillin) dan garam bismut
(Pepto bismol). Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin
B12 (Chandrasoma, 2005).
J.
11
tidaknya polip
Telinga: bentuk telinga,kebersihan, fungsi pendengaran.
Mata: simetris/tidak, bersih, pemeriksaan konjungtiva, sklera, fungsi
penglihatan.
Mulut
Inspeksi :
Warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah).
Kelemahan kulit/membran mukosa: berkeringat (menunjukkan status
syok, nyeri akut, respons psikologik) mual, muntah (muntah yang
memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan
lukaduodenal), warna muntahan kopi gelap atau merah cerah, dengan atau
tanpa bekuan darah. Masalah menelan : cegukan, membran mukosa
kering, penurunanproduksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan
tengah/atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang
dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai/atau menyebar ke
punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan
hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises
esofegeal atau gastritis), hepar tidak terdapat pembesaran.
Auskultasi : bunyi usus,
Perkusi: tympani
5. Alat gerak
Inspeksi : gemetar berhubungan dengan ansietas. Ada/tidak terdapat
kelemahan anggota gerak, tidak terdapat kelainan bentuk, tidak terdapat
d.
e.
f.
g.
kering.
Kaji
penilaian
status
nutrisi,
ABCD
(anthropometry,
13
l. Penyuluhan dan pembelajaran : riwayat minum alkohol, merokok, pola diet yang
sembrono ( makan banyak atau makan tergesa gesa, adanya riwayat infeki
saluran cerna )
3. Pemeriksaan penunjang
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan ini meliputi :
a. Tes Darah
Tes darah untuk melihat adanya antibodi terhadap serangan Helicobacter pylori.
Hasil test yang positif menunjukkan bahwa seseorang pernah mengalami kontak
dengan bakteri Helicobacter pylori dalam hidupnya, tetapi keadaan tersebut
bukan berarti seseorang telah terinfeksi Helicobacter pylori. Tes darah juga dapat
digunakan untuk mengecek terjadinya anemia yang mungkin saja disebabkan oleh
perdarahan karena gastritis.
b. Stool Test
Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya Helicobacter pylori dalam sampel
tinja seseorang. Hasil test yang positif menunjukkan orang tersebut terinfeksi
Helicobacter pylori. Biasanya dokter juga menguji adanya darah dalam tinja yang
menandakan adanya perdarahan dalam lambung karena gastritis.
c. Rontgen
Test ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada lambung yang dapat
dilihat dengan sinar X. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih
dahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan
akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
d. Endoskopi
Test ini dimaksudkan untuk melihat adanya kelainan pada lambung yang mungkin
tidak dapat dilihat dengan sinar X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu
dimatirasakan (anestesi), sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan
pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna
yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
14
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa
tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop (Anonim,2010).
e. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis.
f. Pemeriksaan laboratorium.
g. Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun
pada klien dengan gastritis kronik.
h. Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12
yang rendah merupakan anemia megalostatik.
i. Kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
j. Gastroscopy.
Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi area
perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.
K. Analisa data
No.
1.
Data
DS:
- Klien mengatakan
pada perutnya
Etiologi
Inflamasi
Masalah keperawatan
Nyeri
nyeri
DO:
- Klien tampak lemah dan
lemas
- Klien tampak meringis
15
Nyeri
2.
DS:
- Klien mengatakan diare
DO:
- Klien tampak pucat dan
lemah
- Mukosa bibir kering
Gangguan
keseimbangan cairan
dan elektrolit
3.
DS:
- Klien mengatakan
dan muntah
- Klien mengatakan
nafsu makan
Iritasi GI
mual
tidak
Gangguan pemenuhan
nutrisi tubuh
DO:
- Klien tampak pucat
- Klien tampak lemah
- Klien makan habis porsi
17
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Intervensi Keperawatan
Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara koprehensif 1. Untuk mengetahui faktor penyebab
keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan
nyeri
berkurang
(PQRST)
nyeri
2. Catat keluhan nyeri, termasuk 2. Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada
lokasi, lamanya, intensitas (0-10)
3. Catat petunjuk nyeri non-verbal,
contoh gelisah, menolak bergerak,
berhati-hati
takikardi,
dengan
berkeringat.
abdomen,
membantu
mendiagnosa
Selidiki
komplikasi.
ketidaksesuaian antara petunjuk 3. Petunjuk nonverbal dapat berupa
verbal dan non-verbal.
4. Ajarkan teknik relaksasi,
fisiologis
dan
distraksi.
5. Berikan makan sedikit tapi sering
sesuai indikasi
6. Berikan perawatan oral sering dan
tindakan
ketidaknyamanan,mis.,
dan
psikologis
dapatdigunakan
menghubungkan
dan
dalam
petunjuk
verbal
posisi.
lambung,
juga
menghancurkan
7. Berikan obat sesuai indikasi mis:
a. Analgesik (morfin sulfat)
kandungan gaster.
b. Aseraminofen (Tylenol.
6. Napas bau karena tertahannya secret
c. Antasida.
mulut menimbulkan tak napsu makan
d. Antikolinergik
(belladonna,
18
atropine)
menurunkan
aktivitas
keasaman
absorpsi
atau
dan
gaster
dengan
dalam
gambaran
total,
misalnya
kesehatan
pembatasan natrium.
d. Diberikan pada waktu tidur untuk
menurunkan motilitas gaster, dan
menghilangkan
II
Setelah
dilakukan
mual,
tidak
keseimbangan
nocturnal
nyeri
gangguan
cairan
dan
muntah,
diare
(catat
cairan)
2. Monitor input dan output cairan
kuning
kehijauan
membran
setiap hari
Monitor vital sign setiap 4 jam
Pantau tanda dehidrasi dan
elektrolit serum
Observasi kulit kering berlebihan
dan membrane mukosa, penurunan
turgor kulit
mukosa 6. Kolaborasi
parenteral
Kandungan
fekal
menunjukkan
pemberian
cairan
perdarahan
vena
dari
varises.
Penampilan
kopi
gelap
diduga
pedoman
untuk
cairan
berlebih / dehidrasi
5. Menunjukan
kehilangan
cairan
berlebih / dehidrasi
6. Mengganti kehilangan cairan dan
20
III
Setelah
dilakukan
tindakan 1. Anjurkan
untuk
klien
menghindari
makanan
merangsang
Timbang BB tiap hari
Batasi makanan yang
yang
nutrisi.
dapat 4. Mencegah serangan akut nyeri atau
tenang
akan
yang
untuk makan.
menyenangkan
dengan
21
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Sudart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8. Jakarta: EGC
Chandrasoma, P. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC
Doengoes M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Ester, Monica. 2001. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Ode, Sarif. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandarkan Nanda, NIC, dan NOC.
Yogyakarta: Nuha Medika
Prince., Lorraine. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Smeltzer, S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI
22