Anda di halaman 1dari 2

Beberapa factor yang dapat mempengaruhi disolusi antara lain sifat fisikokimia

obat, factor formulasi, anatomi fisiologi saluran cerna dan lain-lain.


Laju disolusi bahan obat dapat mempengaruhi kecepatan dan jumlah obat yang
diabsorpsi.
Untuk menguji disolusi tablet maka diperlukan medium yang sesuai. Medium yang
digunakan dalam disolusi merupakan pelarut dengan karakteristik tertentu dan
merupakan suatu medium pembanding bagaimana suatu zat aktif bekerja dalam
tubuh. Air merupakan medium pelarut yang bersifat netral, dan dapar posfat
dengan pH tertentu digunakan untuk memperkirakan nasib suatu obat di dalam
usus.
Dalam praktikum ini digunakan parasetamol tablet dari indo farma sebagai tablet
yang akan diuji.selain itu, digunakan dapar fosfat pH 5,8 sebagai medium disolusi
ditunjukan untuk mengasumsikan kerja parasetamol di usus agar sama seperti
suasana pH didalam usus dan memahami profil disolusi obat.
Laju disolusi merupakan waktu yang diperlukan obat untuk melarut dalam cairan.
Laju disolusi dinyatakan sebagai milligram zat yang dilarutkan permenit sentimeter
persegi
(mg/
menit/
cm2).
Disolusi dapat mengakibatkan perbedaan aktifitas biologi dari suatu zat obat
mungkin diakibatkan oleh laju dimana obat menjadi tersedia untuk diserap tubuh.
Alat disolusi yang digunakan pada tablet parasetamol adalah alat tipe 2 dengan
metode dayung, yang terdiri dari daun dan batang seperti pengaduk. Batang
berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada
setiap titik dari sumbu vertical wadah dan berputar halus tanpa goyangan.
Pada praktikum uji disolusi tablet parasetamol menggunakan medium disolusi
larutan dapar posfat. Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa
yang dapat meniadakan perubahan pH terhadap penambahan sedikit asam atau
basa, atau dikenal sebagai aksi dapar. Larutan dapar posfat digunakan sebagai
media buatan untuk memperkirakan nasib obat dalam usus yang pada umumnya
bersifat basa dengan pH sekitar 5-8.
Penentuan panjang gelombang larutan parasetamol; buat larutan standar
konsentrasi 10g/ml dan ukur serapannya pada panjang gelombang 220-350 nm.
Pembuatan kurva kalibrasi; buat larutan standar parasetamol dengan beberapa
konsentrasi yaitu, 4, 6, 8, 10, 12, dan 14g/ml dan ukur serapannya pada panjang
gelombang
maksimum
(hasil
pengukuran
pada
no.
2).
Penentuan profil disolusi; wadah disolusi (chamber) diisi dengan medium disolusi
sebanyak 900 ml. Tablet parasetamol dimasukkan dalam chamber yang telah terisi
medium disolusi kemudian atur alat disolusi pada kecepatan 50 rpm. Ambillah
larutan dalam chamber (melalui pemipetan) sebanyak 5 ml pada menit ke 0, 5, 10,
15, 20, dan 30 dan setiap pengambilan harus digantikan dengan medium lagi
sejumlah yang sama. Masing-masing larutan tersebut diukur serapannya pada
panjang gelombang maksimum dengan spektrofotometer UV-Vis, kemudian

tentukan kadar parasetamol yang terdisolusi per satuan waktu menggunakan kurva
kalibrasi.

Ketersediaan hayati merupakan kecepatan dan jumlah obat yang mencapai sirkulasi
sistemik dan secara keseluruhan menunjukkan kinetic dan perbandingan zat aktif
yang mencapai peredaran darah terhadap jumlah obat yang diberikan. Ketersediaan
hayati obat yang diformulasi menjadi sediaan farmasi merupakan bagian dari salah
satu tujuan rancangan bentuk sediaan dan yang terpenting untuk keefektifan obat
tersebut. Pegkajian terhadap ketersediaan hayati ini tergantung pada absorpsi obat
ke dalam sirkulasi umum serta pengukuran dari obat yang terabsorpsi tersebut.
Dalam menaksir ketersediaan hayati ada tiga parameter yang biasanya diukur yang
an profil konsentrasi dalam darah dan waktu dari obat yang diberikan (Abdou,
1989).
1. Konsentrasi puncak (Cmax), menggambarkan konsentrasi obat tertinggi dalam
sirkulasi sistemik. Konsentrasi ini tergantung pada konstanta absorbsi, dosis,
volume distribusi dan waktu pencapaian konsentrasi obat maksimum dalam darah.
Konsentrasi puncak sering kali dikaitkan dengan intensitas respon biologis dan
harus
di
atas
MEC
dan
tidak
melebihi
MTC.
2. Waktu untuk konsentrasi puncak (tmax) menggambarkan lamanya waktu
tersedia untuk mencapai konsentrasi puncak dari obat sirkulasi sistemik. Parameter
ini tergantung pada konstanta absorbs yang menggambarkan permulaan dari level
puncak dari respon biologis dan bias digunakan sebagai perkiraan kasar untuk laju
absorbsi.
3. Luas daerah di bawah kurva (AUC), merupakan total area di bawah kurva
konsentrasi vs waktu yang menggambarkan perkiraan jumlah obat yang berada
dalam sirkulasi sistemik. Bila membandingkan suatu formulasi untuk acuan,
parameter ini menggambarkan jumlah ketersediaan hayati dan biasa digunakan
sebagai perkiraan kasar jumlah obat diabsorbsi.

Uji yang dilakukan adalah uji disolusi pada tablet parasetamol 500 mg. Monografi
tablet parasetamol, Media Disolusi : 900 ml larutan dapar posfat pH 5,8, Alat tipe 2 :
50 rpm, Waktu : 30 menit, dan panjang gelombang 243 nm. Toleransi dalam
waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q) C8H9NO2, dari jumlah yang
tertera pada etiket.

Anda mungkin juga menyukai