Anda di halaman 1dari 74

Materi sistem tenaga listrik

Suparman,ST

Department of Electrical Engineering,


University of Brawijaya
Malang

BAGIAN I (BAHAN MID SEMESTER)


A. REPRESENTASI SISTEM TENAGA
Model Generator
Model Line
BAGIAN II (BAHAN FINAL SEMESTER)
Model Transformer
GANGGUAN TIGA FASA SIMETRI
Model Load
KOMPONEN ASIMETRI
Model Single line diagram
GANGGUAN ASIMETRI
Sistem Perunit
B. MODEL RANGKAIAN STL
Matriks Ybus
Matriks Zbus
Persamaan aliran daya
Persamaan umum aliran daya
-Rectangular form
-Polar form
-Hybrid form
C. LOAD FLOW ANALYSIS
Daya real dan daya reaktif
The load flow problem
Gauss-Seidel
Newton Raphson
Fast decoupled

BUKU:
1. JJ. GREIGER POWER SYSTEM ANALYSIS
2. HADI SAADAT POWER SYSTEM ANALYSIS
3. NAGRATH POWER SYSTEM ANALYSIS
4. W.STEVENSON POWER SYSTEM ANALYSIS
(VERSI INDONESIA)
5. CEKMAS CEKDIN POWER SYSTEM ANALYSIS_
(WITH MATLAB)
6. OTHERS ..
PENILAIAN:
Mid semester
Final semester
Tugas+Kuis

:35%
:35%
:30%

PENDAHULUAN
Komponen utama sistem tenaga listrik

1.
2.
3.
4.

Generator Serempak
Saluran transmisi
Transformator
Beban

Digunakan rangkaian pengganti dari komponen-komponen


utama dalam menganalisis sistem tenaga listrik.
Rangkaian pengganti yang digunakan adalah rangkaian
pengganti satu fasa yaitu nilai phasa-netral sistem
dengan asumsi sistem tiga phasa yang dianalisis dalam
keadaan seimbang pada kondisi operasi normal.

MODEL RANGKAIAN MESIN SINKRON (SEREMPAK)

Gambar 1 Model generator sinkron(D.F.Warne)

1. MODEL RANGKAIAN MESIN SINKRON (SEREMPAK)


Pada analisis sistem tenaga (sistem dalam keadaan steady state),
karakteristik generator dengan kutub menonjol mendekati
karakteristik generator dengan kutub bulat. Sehingga dalam
analisis ini, semua generator diasumsikan mempunyai rotor
bulat.

Gambar 2 generator sinkron (a) Nonsalient pole (b) Salient pole


SEMUA GENERATOR DIASUMSIKAN MEMPUNYAI ROTOR BULAT

Rotor yang dicatu oleh sumber arus searah menghasilkan


medan magnet yang berasal dari arus yang mengalir pada
belitan rotor.
Rotor tersebut diputar oleh prime mover (turbin) sehingga
medan magnet yang dihasilkan rotor tersebut memotong
kumparan-kumparan
pada
stator,
sehingga
tegangan
diinduksikan (dibangkitkan) pada kumparan tersebut.
Frekuensi dari tegangan yang dibangkitkan oleh stator adalah

p n
f
Hz
2 60
Dengan
p= jumlah kutub-kutub rotor
n=kecepatan rotor (rpm).

Tegangan yang dibangkitkan pada kumparan stator tersebut


adalah merupakan tegangan beban nol. Generator 3 fasa
dengan belitan stator 3 fasa membangkitkan tegangan 3 fasa
yang seimbang.

Bila suatu beban 3 fasa dihubungkan ke generator, maka akan


mengalir arus 3 fasa seimbang pada belitan-belitan stator 3
fasanya(belitan jangkar).
Arus tersebut menimbulkan mmf yang disebut mmf dari reaksi
jangkar, sehingga medan magnet yang berada dalam air gap
merupakan resultan dari mmf yang dihasilkan oleh rotor dan
reaksi jangkar tersebut.
Mmf resultan tersebut membangkitkan tegangan pada tiap-tiap
phasa dari kumparan stator.

Ear jI a X ar
Er E f Ear

af

Er E f jI a X ar

Vt E f jI a X ar jI a X t

Ef
Eaf
Er
Ia

Ef= tegangan pada saat beban nol


JIaXar=tegangan akibat reaksi jangkar
jIaXl=tegangan akibat reaksi reaktansi leakage

90o

Gambar 3. diagram phasor antara fluks dan tegangan pada kumparan fase a

X ar X l X s
Vt E f jI a ( X s )
Vt E f jI a ( Ra X s )

Xs = reaktansi sinkron
Ra = tahanan jangkar

Xs
Xar

Ef

Xl

Ia

Ra

Vt

Er

Gambar 4. Rangkaian pengganti 1 fasa generator sinkron


Ef
Xs

Ia
Ia X s
Vt

Ef
Ia

Gambar 5. Rangkaian pengganti 1 fasa generator sinkron hasil penyederhanaan

2. MODEL SALURAN TRANSMISI

Gambar 6 Saluran transmisi


Parameter Saluran transmisi terdistribusi sepanjang saluran
L /km self and mutual inductance
R /km conduction losses
C F/km capacitance between phases

Model Saluran transmisi


L
R

G/2

B/2

B/2

G/2

Gambar 5 Rangkaian Pengganti Saluran transmisi


< 80 km
80 240 km
> 240

Saluran transmisi pendek


Saluran transmisi menengah
Saluran transmisi panjang

Voltage Level
High voltage transmission
Large equipment
Lines have X/R 10, low losses
Medium voltage for industries
Low voltage indoor for households
Compact equipment
Lines have X/R << 10, high losses

Is

X=L

Vs

IR

VR

Gambar 6 Rangkaian Pengganti Saluran transmisi Pendek

Is

Vs

X=L

Yc/2

Yc/2

IR

VR

Yc=1/Xc

Gambar 7 Rangkaian Pengganti Saluran transmisi menengah

Dalam analisis sistem tenaga listrik hanya digunakan rangkaian


pengganti saluran transmisi pendek dan menengah.

3. MODEL TRANSFORMATOR

Gambar 8 20 MVA, 13.2 kV three phase transformers (James H. Harlow)

Model transformator
Transformator adalah merupakan komponen kunci dalam transmisi
arus bolak-balik.
Hight reliabiblity and efficiency >95%
Rating up to 750 MVA in Sweden
Different type
Two windings (most common)
three windings (has two secondary)
tap changing for voltage control

Single phase transformer model

N1>N2
Step-down

N1<N2
Step-up

Gambar 9 Transformator berdasarkan jumlah belitan

Ekivalen Circuit
I1

r1

a2x2

x1
IE

V1

a2r2

Req

I2/a
aV2

I1

Xeq

V1

(a)

V2
(b)

Gambar 10 a Rangkaian pengganti transformator ( besaran dinyatakan terhadap sisi primer)


b Rangkaian ekivalen transformator jika arus pemagnetan diabaikan

Req(21) =r2 + r1/ a2


Xeq(21) =x2 + x1/ a2

Req(12) =r1 + a2r2


Xeq(12) =x1 + a2x2

Rangkaian ekivalen transformator yang dinyatakan terhadap sisi


primer dan sisi sekunder, arus magnet diabaikan.
Xeq
I1=I2'

I1=I2'
V1

V2'

Xeq(12) =X1 + a2X2


Xeq(21) =X2 +X1 /a2

Gambar 11 Rangkaian ekivalen transformator dengan mengabaikan Req

Transformator tiga fasa


Transformator tiga fasa, dapat diperoleh dengan menggabungkan 3 trafo
1 fasa, atau menggunakan trafo 3 fase dalam 1 tank. Berdasarkan
bentuknya, dapat dibagi menjadi core-form (tipe inti) dan shell-form (tipe
cangkang).
Skema bentuk hubungan trafo tiga fasa
a

a'

n'

b'

c
Gambar trafo hubungan Y-Y

c'

a'

b'
b
c
Gambar trafo hubungan delta-delta

c'

a'

n'
b
c
Gambar trafo hubungan delta-Y

b'
c'

Gambar 12 Skema bentuk hubungan trafo tiga fasa

Analisis per fase


Buat representasi tiga fasa hubungan Y dengan netral
Bagi semua impedansi yang terhubung delta dengan 3 untuk mendapatkan
ekivalen satu fasa.
Membagi semua tegangan line to line dengan 3 untuk mendapatkan
rangkaian ekivalen tegangan line to netral
Trafo tiga belitan
I2
I2
I1

I1

V2

V1

V2

V1

I3

V3

I1 X1

V3

I3

R1

I2

X2

I3

X3

IM

R2

I1

V2
RM

R1

R3

V1
XM

X1

I2

X2

R2

I3

X3

R3

V1

V3

Gambar 13 Rangkaian pengganti trafo 3 fasa 3 belitan

V2
V3

4. MODEL BEBAN
Beban terdiri dari motor-motor induksi, pemanas dan penerangan serta
motor-motor singkron. Untuk tujuan analisis, ada 3 cara untuk
merepresentasikan beban:
Representasi beban dengan daya tetap
Daya aktif (MW) dan daya reaktif (MVAR) mempunyai harga yang tetap
Representasi beban dengan arus tetap
P jQ
I ( )
V
V V
I

tan 1 (Q / P)

Representasi beban dengan impedansi tetap Impedansi:


2
Impedansi: Z V V

Admitansi:

P jQ

I P jQ
2
V
V

5. DIAGRAM SEGARIS
Dengan menganggap bahwa sistem 3 fasa dalam keadaan seimbang.
Penyelesaian/analisis
dapat dikerjakan dengan menggunakan
rangkaian 1 fasa dengan saluran netral sebagai saluran kembali.
Untuk merepresentasikan suatu sistem tenaga listrik 3 fasa, cukup
menggunakan diagram 1 fasa yang digambarkan dengan memakai
simbol-simbol dan saluran netral diabaikan.
Diagram tersebut disebut sebagai diagram segaris. Diagram segaris
biasanya dilengkapi dengan data dari masing-masing komponen
sistem tenaga listrik.

(see STL William Stevenson Jr page: )

T2

T1

3
Load B

Load A

Generator 1: 20000 KVA,


Generator 2: 10000 KVA,
Generator 3: 20000 KVA,

6,6KV,
6,6KV,
3,81KV,

X=0,655 ohm
X=1,31 ohm
X=0,1452 ohm

T1 dan T2 : masing-masing tediri dari tiga trafo fasa 10000 KVA,


3.81-38.1 KV, X=14,52 ohm dinyatakan terhadap sisi tegangan tinggi.
Saluran transmisi: x=17,4 ohm
Beban A= 15.000KW,
6,6KV, power factor: 0.9 lag
Beban B= 30.000KW,
3,81KV, power factor: 0.9 lag

6. DIAGRAM IMPEDANSI
Dengan menggunakan rangkaian pengganti masing-masing
komponen dan dari data yang diketahui diperoleh, maka akan
didapatkan diagram ipedansi

XT1

E1

E2

XT2

Load B

Load A

XG1

XG2

XL

XG3
+
E3

Neutral bus
Nilai-nilai setiap komponen diperoleh setelah melakukan normalisasi
PER-UNIT (DIJELASKAN KEMUDIAN)

7. NORMALISASI PERUNIT
Normalisasi dilakukan pada nilai nominal

Nilai actual
Nilai per UNIT
Nilai base
Contoh:
11 KV pada base 10 KV:
Vpu= Vsebenarnya/Vbase = 11KV/10KV = 1,1 pu
Nilai perunit menunjukkan keadaan saat normal
Level tegangan dapat diperbandingkan
Perhitungan dilakukan lebih sedarhana
Dalam sistem tenaga listrik terdapat 4 besaran:
I (Arus Ampere)
V (tegangan Volt)
S (Daya Voltampere)
Z (Impedansi ohm)
Dengan menentukan besaran dasar (base), besaran persatuan (per-UNIT)
dapat dihitung.
Besaran besaran tersebut adalah besaran 1 fasa (Fasa-Netral).

I actual ( Ampere)
I ( Ampere)
I ( pu )

Ibase ( Ampere)
I B ( Ampere)
V ( pu )

Vactual (Volt ) V (Volt )

Vbase (Volt )
VB (Volt )

Sactual (VA)
S (VA)
S ( pu )

Sbase (VA)
S B (VA)
Z ( pu )

Z actual ()
Z ()

Zbase ()
Z B ()

Dengan mengetahui base dari dua kuantitas (S, V, I dan Z), maka
nilai base lainnya dapat diketahui.
Pada prakteknya, biasanya yang diketahui adalah MVA base, dan
satu base tegangan.
Perbandingan belitan trafo menyebabkan base tegangan pada
sistem berbeda-beda.

Dengan menggunakan data 1 fasa:

I Base

KVAbase1
KVbaseLN

Z Base

( KVbaseLN ) 2 x1000

KVAbase1

Z Base

( KVbaseLN ) 2

MVAbase1

Dengan menggunakan data 3 fasa:

I Base

KVAbase3
3KVbaseLL

Z Base

( KVbaseLL ) 2 x1000

KVAbase 3

Z Base

( KVbaseLL ) 2

MVAbase 3

Contoh:

T2

T1

3
Load B

Load A

Generator 1: 20.000 KVA,


Generator 2: 10.000 KVA,
Generator 3: 30.000 KVA,

6,6KV,
6,6KV,
3,81KV,

X=0,655 ohm
X=1,31 ohm
X=0,1452 ohm

T1 dan T2 : masing-masing tediri dari tiga trafo 1 fasa 10000 KVA,


3.81- 38.1 KV, X=14,52 ohm dinyatakan terhadap sisi tegangan tinggi
Saluran transmisi: x=17,4 ohm
Beban A=15.000KW,
Beban B=30.000KW,

6,6KV, power factor: 0.9 lag


3,81KV, power factor: 0.9 lag

Perhitungan dalam peunit dapat dilakukan sebagai berikut:

6,6 KV

T1

T2

6,6 / 66kV

66 / 3,81kV

66 KV

3,81 KV

Load B

Load A

Rating 3 trafo T1 = 3 x 3,81/ 3 x 38,1KV 6,6 / 66kV ;


Rating 3 trafo T2 = 3 x 38,1/ 3,81KV 66 / 3,81kV

30MVA
30MVA

Perhitungan base tegangan


Perhitungan base tegangan (dimulai dari rangkaian generator 1:
Base tegangan pada rangkaian generator 1= 3 x 3,81 = 6,6 KV (SEBAGAI AWAL)
Base tegangan saluran transmisi= 6, 6 / 3 x 3,81 x 3 x 38,1KV 66 KV
Base tegangan generator 3= 66 / 3 x 38,1 x3,81KV 3,81KV
Perhitungan base arus
30.000
30.000
30.000
I B ( gen1)
2,624kA I B (line)
0, 26243kA I B ( gen3)
4,546kA
3 x6,6
3 x66
3 x3,81
Perhitungan base Impedansi

Z B ( gen1)

6, 6

30

1, 452

Z B (line )

66

30

145, 2

Z B ( gen3)

3,81

30

0, 48387

Dengan menggunakan base V, S, I dan Z, maka nilai-nilai aktual dapat


diubah menjadi kuantitas dalam perunit :
Perhitungan dalam pe-unit:
Reaktansi Generator:
0,655
1,31
X G1
0, 451 pu
X G2
0,00902 pu
1, 452
145, 2

X G3

Reaktansi saluran:

X line

17, 4
0,1198 pu
145, 2

Reaktansi transformator

XT1

14,52
0,1 pu
145, 2
j0,10

j0,45

XG1 XG2
+

E1

E2

XT1

XT 2

14,52
0,1 pu
145, 2

j0,1198
XL

j0,009

j0,10
XT2
XG3

j0,30
+

E3

Neutral bus

0,1452
0,3 pu
0, 48387

MENGUBAH BASE DARI BESARAN PERSATUAN


Untuk mengubah kuantitas dengan base baru, dapat menggunakan rumus:
2

Z n ( pu ) Z o ( pu )
Zn
Zo
KVBN
KVBo
KVABN
KVABo

KVBO KVABn

KV
KVA
Bn
Bo

= Impedansi (pu) dengan base baru


= Impedansi (pu) dengan base lama
= Tegangan base (KV) baru
= Tegangan base (KV) lama
= Daya base(KVA) baru
= Daya base(KVA) lama

Nilai perunit Model transformator


Nilai perunit dari transformator bila ditinjau dari sisi primer, maupun dari sisi
sekunder adalah sama, Z12 = Z21. Untuk menyederhanakan model, maka
transformator hanya dimodelkan sebagai suatu impedansi ekivalen Zeq = Xeq.
Contoh:
Transformator 1 fasa dengan rating 110/440 V, 2,5 KVA. Reaktansi bocor diukur
dari sisi tegangan rendah 0,06 ohm. Tentukan harga reaktansi bocor dalam pu
Penyelesaian
I1

2,5 KVA

I2

V1
110 volt

V2
440 volt

a=110/440

X12=0,06

Impedansi base pada sisi tegangan rendah:


0,1102 x1000
Z B1
4,84
2,5
Reaktansi bocor terhadap sisi tegangan rendah:

X 12

0, 06
0, 012 pu
4,84

Reaktansi bocor terhadap sisi tegangan tinggi:


2

X
110
X 21 122 0,06 0,96
a
440
Impedansi base sisi tegangan tinggi:

ZB2

0, 4402 x1000

77, 5
2, 5

Reaktansi bocor terhadap sisi tegangan tinggi:


X 21

0,96
0, 012 pu
77,5

Jadi X12 = X21

Impedansi (pu) trafo 3 belitan


Dari hasil test hubung singkat, dapat diperoleh tiga impedansi sebagai berikut:
Z12
= impdansi bocor diukur pada primer dengan sekunder short dan tersier open
Z13
= impdansi bocor diukur pada primer dengan tersier short dan sekunder open
Z23
= impdansi bocor diukur pada sekunder dengan tersier short dan primer open
Z1

Z2

2
Z3

Z12 = Z1 + Z2
Z13 = Z1 + Z3
Z23 = Z2 + Z3

1
Z12 Z13 Z 23
2
1
Z 2 Z12 Z13 Z 23
2
1
Z 3 Z12 Z 23 Z13
2
Semua impedansi dalam perunit
Z1

Contoh 2

k
G

T2

T1
l

n
r

M1
M2

Data:
Generator G : 300 MVA, 20 KV, X=20%
Motor M1
: 200 MVA (input), 13,2 KV, X=20%
Motor M2
: 100 MVA (input), 13,2 KV, X=20%
Transmisi
: 64 km, 0,5 ohm/km
Trafo T1 : 350 MVA, 230Y -20 KV, X=10%
Trafo T2 : Terdiri dari 3 trafo single phase: 100MVA, 127-13,2KV, X=10%
Gambarkan diagram reaktansi dalam pu dengan menggunakan base
300 MVA dan 20 kV pada rangkaian generator

Penyelesaian
20kV

T1
k

230kV

T2
m

M1

13,8kV
r

M2

Trafo T2 : Terdiri dari 3 trafo single phase: 100MVA, 127-13,2KV, X=10%


Trafo T2(3)=300MVA, 127 3 - 13,2KV= X=10%
Perhitungan dalam pu dengan menggunakan dasar 300 MVA, 20KV
(pada generator)
Perhitungan dasar tegangan:
Dasar Tegangan generator: 20 KV (ditentukan dari awal-sbg base point)
Dasar Tegangan Line : 20 KV(230/20) =230 KV
Dasar Tegangan Motor: 230kV(13,2 / 3 127 ) =13,8kV
Perhitungan dasar Impedansi:
Z gen

202

1,333
300

Z Line

2302

176,33
300

Z Motor

13,82

0, 6348
300

Perhitungan dasar Arus:


I gen

300000
10, 606kA
3x20

I Line

300000
753, 065 A
3x230

I Motor

300000
12,551kA
3x13,8

Perhitungan Impedansi (pu):


2

KV KVAn
Z n ( pu ) Z o ( pu ) o

KV
KV
A
o
n
20
X g 0, 2
20

20
X T 1 0,1
20

300000
300000

j 0, 2 pu

300000
350000

13, 2
X M 2 0, 2

13,8

j0,0857

Eg1

13, 2
X M 1 0, 2

13,8

j 0,0857 pu

0,5 x64
ZL
j 0,1815 pu
176,33

Xg1

3x127
X T 2 0,1

230

XT1

j0,20

300000
300000

XT2
XM1

j0,274

XM2

EM1

Neutral bus

j0,549
+

j 0,0915 pu

300000
200000 j 0, 274 pu

300000
100000 j 0,549 pu

j0,1815 m j0,0915
XL

EM2

TUGAS 1:
KERJAKANLAH SOAL NO. 6.15 HALAMAN 155 ANALISIS
SISTEM TENAGA LISTRIK, WILLIAM D. STEVENSON,Jr
Data:
Generator G : 300 MVA, 20 KV, X=20%
Motor M1
: 200 MVA (input), 13,2 KV, X=20%
Motor M2
: 100 MVA (input), 13,2 KV, X=20%
Transmisi
: 64 km, 0,5 ohm/km
Trafo T1 : Terdiri dari 3 trafo single phase:150 MVA, 132,79Y-20 KV, X=10%
Trafo T2 : Terdiri dari 3 trafo single phase: 100MVA, 127-13,2KV, X=10%
Gambarkan diagram reaktansi dalam pu dengan menggunakan MVA base 20
MVA dan tegangan 20 KV pada rangkaian generator

B. MODEL RANGKAIAN SISTEM


TENAGA LISTRIK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

MATRIKS Ybus
MATRIKS Zbus
PERSAMAAN ALIRAN DAYA
PERSAMAAN UMUM ALIRAN DAYA
RECTANGULAR FORM
POLAR FORM
HYBRID FORM

1. MATRIKS Ybus
1

Diagram segaris

y10

Diagram admitansi

I1
y13
y12
3

y34

4
I4

I2
I3

y23
y20

y40
y30

y10=yc12/2 + yc13/2

Persamaan
I1 = V1 y10 +(V1-V2)y12 + (V1-V3)y13
I2= V2 y20 +(V2-V1)y12 + (V2-V3)y23
I3= V3 y30 +(V3-V1)y13 + (V3-V2)y23 + (V3-V4)y34
I4= V4 y40 +(V4-V3)y34
Dengan menjabarkan persamaan-persamaan diatas, diperoleh:
I1 = V1 (y10 + y12+ y13) -V2 y12
-V3 y13
I2= -V1 y12
+V2 (y20+y12+y23) -V3 y23
I3= -V1 y13
-V2 y23
+V3 (y30+ y13+ y23+ y34)
I4= 0 V1
+0 V2
-V3 y34
I1 = Y11V1 + Y12 V2 + Y13V3 + 0 V4
I2= Y12V1 + Y22V2 + Y 23V3 + 0 V4
I3= Y13V1 + Y 23V2 + Y33V3 - Y34V4
I4= 0 V1 + 0V2
+ Y34V3 + Y44V4

y10

1
I1

y13

Dalam bentuk matriks dapat dituliskan


dalam bentuk:

y12
3

I1 Y11
I Y
2 21
I 3 Y31

I 4 Y41

Y12
Y22
Y32
Y42

Y13 Y14 V1
Y23 Y24 V2
Y33 Y34 V3

Y43 Y44 V4

+ 0 V4
+ 0 V4
- V4 y34
+ V4 (y40 +y34)

y34

4
I4

I2
I3

y23
y20

y40
y30

Atau secara umum dapat dituliskan:

Ibus Ybus Vbus

I bus

Y11
I1
Y
I
2 , Ybus 21
Y31
I3


I
4
Y41

Arus masuk bus

Y12

Y13

Y22 Y23
Y32 Y33
Y42 Y43

Y14
V1
V
Y24
, Vbus 2
V3
Y34


Y44
V4

Matriks Ybus

Tegangan bus(fasa-tanah)

Ibus = arus masuk bus,


Vbus = tegangan bus(L-N),
Ybus = matriks Ybus
Elemen diagonal Yii adalah semua admitansi yang terhubung pada bus i:
Y11= y10 + y12+ y13
Y22= y20+y12+y23
Y33= y30+ y13+ y23+ y34
Y44= y40 +y34

Elemen off diagonal Yij adalah negatif dari admitansi antara bus i dan bus j:
Y12= Y21=- y12
Y13= Y31=- y13
Y23= Y32=- y23
Y34= Y43=- y34
Y14= Y41=0
Y24= Y42=0

Nilai admitansi = 0, bila bus I dan j tidak terhubung

2. MATRIKS Zbus
Matriks impedansi bus, Zbus adalah merupakan invers dari matriks Ybus.

Zbus Ybus 1
Z bus

Z11
Z
21
Z 31

Z 41

Z12

Z13

Z 22
Z 32
Z 42

Z 23
Z 33
Z 43

Z14
Z 24
Z 34

Z 44

3. PERSAMAAN ALIRAN DAYA


bus
P + jQ

P + jQ

Aliran daya masuk bus = Aliran daya keluar bus


1

Persaamaan aliran daya pada bus 2:


P2+ jQ2 = (P21 + jQ21 + (P23 + jQ23)
= V2 I*21 + V2 I*23
= V2 I*21 + V2 I*23
= V2 I*2
(P2+ jQ2)* = (V2 I*2)*
P2- jQ2 = V2* I2

Dengan menggunakan Ybus

I1 Y11
I Y
2 21
I 3 Y31

I 4 Y41

Y12

Y13

Y22
Y32
Y42

Y23
Y33
Y43

Y14 V1
Y24 V2
Y34 V3

Y44 V4

Diperoleh:
I2= Y21V1 + Y22V2 + Y 23V3 + Y24V4
4

I 2 V jY2 j
j 1

Persamaan umum aliran daya pada bus 2:

S V I

S VI
*

P2 jQ2 V

*
2

* *

S * V *I

P jQ V *I

VY
j 1

j 2j

Persamaan umum aliran daya untuk bus i:

Pi jQi Vi

VY
j 1

j ij

4. PERSAMAAN UMUM ALIRAN DAYA


Pi jQi Vi

VY
j 1

ij

Bentuk rectangular:

Pi ei (Gij e j Bij f i ) f i (Gij f j Bij e j )


j 1

j 1

Qi fi (Gij e j Bij fi ) ei (Gij f j Bij e j )


j 1

j 1

dengan

Vi ei jfi

Yij Gij jBij

Vi Vi i

Yij Yij ij

Bentuk polar

Pi Vi Yij V j Co s(i j ij )
j 1

Qi Vi Yij V j Sin(i j ij )
j 1

dengan

Bentuk nhybrid

Pi Vi

Qi Vi

V
j 1

Gij Co s(i j ) Bij Sin(i j )

V
j 1

Gij Sin(i j ) Bij Cos (i j )

dengan

Vi Vi i

Yij Gij Bij

C. LOAD FLOW ANALYSIS


1.
2.
3.
4.
5.

Daya real dan daya reaktif


The load flow problem
Gauss-Seidel
Newton Raphson
Fast decoupled

Daya real dan daya reaktif

Z
X

x I

Z=R+jX
R=Zcos
R=ZSin
Cos = powerfactor
>0 induktif/lagging
<0 capasitif/leading

x I

V=(R+jX)I

S=P+jQ
P=S cos (heat, work)Q=S Sin
(E & M field)

Load flow problem


Pada analisis aliran daya dihitung:
Tegangan dan sudut tegangan tiap-tiap bus
Aliran daya pada setiap saluran
Aliran daya pada setiap saluran i-j ditentukan sebagai berikut:

Sij Vi I *ij
Sij

Vi V j
Vi

Z ij

Zij=Impedansi saluran i-j

Kesetimbangan daya pada setiap bus


PGK+jQGK

VK K

PLK+jQLK
Load

To the rest system


Bus K

Persamaan kesetimbangan pada bus k:


Pin Pout =0
Qin Qout =0
Pin dan Qin adalah merupakan pembangkitan dikurangi dengan load
Pout dan Qout adalah line transfer ke bus ij, tergantung pada Vi dan i.

Terdapat tiga type bus:


Swing atau SLACK BUS, merupakan bus referensi, dimana V
dan diketahui
Terhubung dengan generator
V dan (referensi) dari generator diketahui dan tetap.
P dan Q dihitung
Mencatu rugi-rugi daya dari beban yang tidak dapat disupply
oleh generator lain.
PV bus atau generator bus
Terhubung dengan generator
P dan V dari generator diketahui dan tetap
Q dan dari generator dihitung
PQ bus atau load bus, V dan tidak diketahui.
Terhubung dengan beban
P, Q dari beban diketahui dan tetap
V dan tegangan dihitung

ANALISIS ALIRAN DAYA (load flow analisis).


Metode Gauss Seidel
Dalam penyelesaian load flow metode Gauss Saidel dapat dilakukan melalui langkahlangkah sebagai berikut :
1. Tegangan pada Swing Bus diabaikan dari penyelelesaian iterasi tegangantegangan Bus yang lain, karena besar dan sudut tegangan pada Swing Bus telah
DITENTUKAN/DITETAPKAN.
2. Untuk keseluruhan n buah Bus, tegangan dihitung untuk setiap Bus k (kecuali
Swing Bus) dimana Pk dan Qk diberikan adalah:

1
Vk
Ykk

N
Pk jQk

Ykn .Vn
n 1
Vk *

(1)

dimana n k
Nilai-nilai untuk tegangan pada ruas kanan persamaan itu adalah nilai-nilai
hitungan terbaru untuk Bus yang bersesuaian atau tegangan perkiraan jika belum
dilakukan iterasi pada suatu Bus. Persamaan (1) hanya berlaku untuk Bus dimana
daya nyata (P) dan reaktif (Q) telah ditentukan (Load Bus).

3. Pada suatu Generator Bus dimana besar tegangannya telah ditentukan,


perhitungan hanya dilakukan pada komponen reaktif (Q). Nilai tegangan setiap
iterasi diperoleh dengan menghitung nilai daya reaktifnya dengan menggunakan
persamaan (2) berikut:
N

Ykk .Vk Ykn .Vn Vk *


n 1

dimana n k .
Jika dibuat n sama dengan k

Pk jQk Vk

Y
n 1

kn

Qk Im Vk * Ykn .Vn
n 1

Vn

(2)

(3)

(4)

Daya reaktif Qk didapat dari persamaan (4) dan untuk mendapatkan suatu nilai Vk
yang baru menggunakan nilai-nilai tegangan sebelumnya yang terdapat pada Busbus tersebut dan nilai Qk ini dimasukkan ke persamaan (1). Hasilnya merupakan
tegangan kompleks yang telah dibetulkan untuk besar yang telah ditentukan.
Proses iterasi berhenti apabila V bernilai kecil atau nilai tegangan sama dengan
nilai tegangan iterasi sebelumnya (mendekati nilai toleransi yang diberikan
biasanya 10-4).
Proses iterasi dapat dipercepat dengan cara memberikan faktor percepatan yaitu
pada umumnya bernilai 1,6.
k 1)
(k )
Vi (( accelerated
Vi ( k 1) Vi ( k ) Vi ( k ) .Vi ( k )
) Vi

CONTOH
Penggunaan Metode GAUSS SEIDEL

Data Line
white

5
Yellow

Saluran
1-2
1-4
1-5
2-3
2-4
3-5

R
0,10
0,15
0,05
0,05
0,10
0,05

X
0,40
0,60
0,20
0,20
0,40
0,20

2
Red

3
Green

4
Black

Data Bus
Bus
1
2
3
4
5

P (pu)

-0,6
1,0
-0,4
-0,6

Q (pu)

-0,3

-0,1
-0,2

V (pu)
1,020
1,000o
o

1,040o
1,000o
1,000o

Keterangan
Swing/slack bus
Load bus
Generator bus
Load bus
Load bus

Penyelesaian

Data Line

Admitansi saluran

y12 y21

1
1

0,588225 j 2,3529
R12 jX12 0.10 j 0, 40

Y12 Y21 y12 0,588225 j 2,3529


Saluran
1-2
1-4
1-5
2-3
2-4
3-5
Matriks Ybus adalah:

G
0,588235
0,392157
1,176471
1,176471
0,588235
1,176471

B
-2,352941
-1,568627
-4,705882
-4,705882
-2,352941
-4,705882

Saluran
1-2
1-4
1-5
2-3
2-4
3-5

R
0,10
0,15
0,05
0,05
0,10
0,05

X
0,40
0,60
0,20
0,20
0,40
0,20

OFF DIAGONAL
Y12=-y12

0
0,3922 j1,5686 1,1765 j 4,7059
2,1569 j8,6275 0,5882 j 2,3539
0,5882 j 2,3539 2,3529 j9, 4118 1,1765 j 4,7059 0,5882 j 2,3539

Ybus
0
1,1765 j 4,7059 2,3529 j9, 4118
0
1,1765 j 4,7059

0,3922

j
1,5686

0,5882

j
2,353
9
0
0,9804

j
3,9216
0

1,1765 j 4,7059
0
1,1765 j 4,7059
0
2,3529 j9, 4118

Bus 1 adalah slack bus (umumnya bus 1 atau bus yang mempunyai daya
pembangkitan yang paling besar dianggap sebagai slack bus), dimana slack bus,
tegangan dan sudut diketahui. Untuk analisis aliran daya, perhitungan dilakukan
langsung pada bus 2:

Iterasi I
Tegangan pada bus 2 (Load bus)

Pi jQi Vi

P2 jQ2 V2

VY
j 1
n
*

ij

VY
j 1

2j

V2* Y21 V1 Y22 V2 Y23 V3 Y24 V4


V2

1 P2 jQ2

Y
V

Y
V

Y
V
21 1 23 3 24 4

Y22 V2*

Y21= -0,588235 + j2,352941


Y22= 2,352941 j9,411764
Y23= -1,176471+j4,705882
Y24= -0,588235+ j2,352941
Y25= 0 j0,0


1 P2 jQ2

Y
V

Y
V

Y
V
21 1 23 3 24 4

Y22 V2*

0, 6 j 0,3
1

((-0,588235 + j2,352941)(1, 02)

2,352941-j9,411764 1, 0 j 0, 0

V2 (1)

V2 (1)

(-1,176471+j4,705882)(1,04) (-0,588235+ j2,352941)(1, 0))

V2 (1)

0, 6 j 0,3

2,411764
j9,
647058

2,352941-j9,411764 1, 0 j 0, 0

V2 (1) 0,98000 j 0, 052500


Koreksi

1 P2 jQ2

Y
V

Y
V

Y
V

21 1
23 3
24 4

Y22 V2*

1
0, 6 j 0,3
V2(1)

2,411764
j9,
647058

2,352941-j9,411764 0,98000 j 0, 052500

(1)
V2 0,976351 j 0, 050965 pu
V2 (1)

V2 = (V2(1) V2(0)) = (0,976351 - j0,052500) (1,0 + j0,0) = -0,02365 j0,050965


V2 = 0,0561857 0,0001
V2(1) = V2(0) + V2 = (1,0 + j0,0) + 1,6 (-0,02365-j0,050965) = 0,96216 j0,081544

Tegangan pada bus


3 (bus generator)
n
P3 jQ3 V3* V jY3 j
j 1

V3* Y32 V2 Y33 V3 Y35 V5

Y32= -1,176471+j4,705882
Y33= 2,352941 +j9,411764
Y35= -1,176471+j4,705882

Q3 Im V3* Y32 V2 Y33 V3 Y35 V5

Q3 Im 1, 04 -1,176471+j4,705882 0, 976351 j 0, 050965


2,352941 +j9,411764 1, 04 -1,176471+j4,705882 1, 0

Q3 0, 444913 pu
V3(1)

V3(1)

1 P3 jQ3

Y
V

Y
V

32
2
35
5
Y33
V3*

1, 0 j 0, 444913
1
((-1,176471+j4,705882)x
2,352941 +j9,411764 1, 04 j 0, 0

(0, 976351 j 0, 050965) (-1,176471+j4,705882)(1,0)

1
0, 961538 j 0, 4277801 2, 085285 j 0, 360334
2,352941-j9,411764
0, 3046823 j 9, 788135

1, 054984 j 0, 059979 pu
2,352941-j9,411764

V3(1)
V3(1)

Koreksi

V3(1) 1, 056688
V3(1)

1, 04
1, 054984 j 0, 059979 1, 038322 j0, 059032
1,056688

V3(1) = (V3(1) V3(0)) = (1,038322 + j 0,059032) - (1,04 + j0,0)


= -0,001678 + j0,059032 pu V
V3 = 0,0591 0,0001
V3(1) = V3(0) + V3
= 1,04 + 1,6(-0,001678 + j0,059032) = 1,0373152 + j0,0944

Tegangan pada bus 4 (load bus)

1
V
Y
4

44

P jQ

Y V Y V
V

41

42

Y41 = -0,392157 + j1,568627 = 1,61690104


Y42 = -0,588235 + j2,352941 = 2,43160104
Y43 = -0,0 + j0,0 pu
Y44 = 0,392157 + 0,588235 -j1,568627 - j2,352941
= 0,9804 j3,921568 = 4,0423-75,964

1
0,4 j 0,1 -0,392157 + j1,568627 1,0 + (-0,588235 + j2,352941)(0,98000 - j0,052500)
0,9804 j3,921568

0,374107 j3,8118725
0,9372953 j 0,1389284
0,9804 j3,921568

Koreksi

1
0.4 j 0,1

0,7741

3,9118725

0,9804 j3,921568 0,9372953 j 0,1389284

0,949111 j 0,15031434

V
(1)

V4(1) = (V4(1) V4(0)) = (0,949111 j0,15031434) 1 = -0,050889 j0,15301434


V4 = 0,1586 0,0001
V4(1) = V4(0) + V4 = 1 + 1,6(-0,05088 j0,15031434) = 0,9185776 j0,240503

Tegangan pada bus 5 (load bus)


Y51
Y52
Y53
Y55

=
=
=
=

V5(1)

-1,176471 + j4,705882 = 4,85071104


- 0,0 + j0,0 pu
1,176471 + j4,705882 pu
1,176471 + 1,176471 - j4,705882 -j4,705882 = = 2,3524942 j9,411764

1 P5 jQ 5

Y
V

Y
V

51
1
53
3
Y55 V5(1)

1
0,6 j0, 2
1,17641 j4,705882 1,02
2,352942 - j9, 411764
1

-1,76471 j4,705881,037352

j0,0944512

1
0.6 j 0,2 2,8648899 j 9,5705345
2,352942 - j9,411764

0,993675755 j 0,0077745

Koreksi
V
(1)

1
0,6 j 0,2

2,86488

j
9,5705345

2,3529442 j9,411764 0,9936755 j 0,0077745

= 0,993888184 j0,0083967
V5(1) = (V5(1) V5(0)) = -0,006111815 j0,0083967
V5 = 0,01038 0,0001
V5(1) = V5(0) + V5 = (1 + j0,0) + 1,6(-0,006111815 j0,0083967)
= 0,990221095 j0,013434708

Hasil iterasi 1 secara lengkap adalah:

V1(0) = 1,02+j0,0

V1(1) = 1,02+j0,0

V1=V1(1)-V1(0)

Koreksi
(a = 1,6)
(1)
V1 = 1,02+j0,0

V2(0) = 1,00+j0,0

V2(1) = 0,97635+j0,050965

V3(0) = 1,04+j0,0

V3(1) = 1,038322 + j0,059032

V4(0) = 1,00+j0,0

V4(1) = 0,949111-j0,1503143

V5(0) = 1,00+j0,0

V5(1) = 0,9938881 j0,00839

V2=V2(1)-V2(0)
0,0561857
V3=V3(1)-V3(0)
0,0591
V4=V4(1)-V4(0)
0,1586
V5=V5(1)-V5(0)
0,01038

V2(1) = V2(0)+aV2 =
0,96216 j0,081544
V3(1) = optional =
1,0373152 + j0,0944
V4(1) = V4(0)+aV4
0,9185776 j0,240503
V5(1) = V5(0)+aV5
0,9902211 j0,0134347

Iterasi 0

Iterasi 1

If |V| < toleransi iterasi stop, toleransi biasanya 0,0001

Tugas 2:
Lanjutkan PROSES iterasi sampai iterasi ke-4 untuk contoh soal tersebut
diatas dengan menggunakan Methode Gauss Seidel

Metode Newton Raphson

Menentukan harga x untuk f(x) =0 dengan metode Newton-Raphson


F(x)

F2

Fo

F1

X2

X1
X2

Xo
X1

Fungsi dengan 1 variabel


f(x) = 0
Dengan menggunakan deret TAYLOR

1 d ( f ( xo ))
1 d 2 ( f ( xo ))
1 d n ( f ( xo ))
f ( x) f ( xo )
( x xo )
.....
1! dx
2! dx 2
n ! dx n
Dengan pendekatan linier

f ( x) f ( xo )

1 d ( f ( xo ))
( x xo ) 0
1! dx

SEHINGGA DIPEROLEH
f x0
x1 x0
df x0 / dx

ATAU DAPAT DITULISKAN SBB


f x 0
1
0
x x
x 0 = Harga Awal
0
df x / dx
x 1 = Harga pada Iterasi Ke 1

RUMUS UNTUK ITERASI KE ( K+1 )

k 1

x
k


df x / dx
f x x
k

CONTOH PENERAPAN METODE NEWTON-RAPHSON


f x x 3 64

Fungsi dengan satu variabel

f ' x 3x2 ; x0 5
xn1 xn xn

xo3 64 125 64
xo

0,8133
3xo2
75

f xn xn3 64
xn

f ' xn
3xn2

x1 xo xo 5 0.8133 4.1867

x13 64 4.1867
x1

64 0.1785
2
3x12
3 4.1867
3

x2 4.1867 0.1785 4.0082

DAN SETERUSNYA

f ( x) f ( xo )

1 d ( f ( xo ))
( x xo ) 0
1! dx

d ( f ( xo ))
( x xo ) f ( x) f ( xo )
dx

d ( f ( xo ))
x f
dx

Fungsi dengan satu variabel:

df ( x)
dx x f
Fungsi dengan dua variabel:
f1(x1,x2)=0
f2(x1,x2)=0
Persamaan yang digunakan pada setiap iterasi:

df1
dx
1
df 2
dx
1

df1
dx2 x1 f1

df 2 x2 f 2
dx2

Analisis load flow dengan menggunakan Metode Newton Raphson


Jika dipilih bentuk Hybrid dalam penerapan metode Newton-Raphson pada
penyelesaian persamaan aliran beban maka mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Menentukan nilai-nilai Pik dan Q jk yang mengalir ke dalam sistem pada setiap
Bus untuk nilai yang ditentukan atau perkiraan dari besar dan sudut tegangan
untuk iterasi pertama atau tegangan yang ditentukan paling akhir untuk iterasi
berikutnya.

Vi Vi e ji Vi i

Yij = Gij + j Bij


Pi Vi

Qi Vi

V
j 1

[Gij cos(i j ) Bij sin(i j )]

V
j 1

[Gij sin(i j ) Bij cos(i j )]

..... (1)
..... (2)

2. Menentukan Pik dan Qik dari persamaan berikut


Pik = Pi,spec - Pik
..... (3)
Qik = Qi, spec Qik
dimana subskrip spec berarti yang ditetapkan.

3. Menghitung nilai-nilai untuk jacobian dengan menggunakan nilai-nilai perkiraan


atau yang ditentukan dari besar dan sudut tegangan dalam persamaan untuk
turunan parsial yang ditentukan dengan diferensasi persamaan berikut :
P1

1
P1
... ...

Pn
Pn 1

Q1 Q1
... 1


Qn ...
Qn
1

...
...
...
...
...
...

P1
n
...
Pn
n1
Q1
n
...
Qn
n

P1
V1
...
Pn
V1
Q1
V1
...
Qn
V1

...
...
...
...
...
...

P1
Vn
1

Pn ...
Vn n
.

Q1 V1
Vn ...

... V
Qn n
Vn

..... (4)

dimana koefisien matrik jacobian adalah


P H N
..... (5)
. V
Q J

4. Menentukan invers Matrik Jacobian dan hitung koreksi-koreksi sudut dan tegangan
pada setiap Bus.
5. Menghitung nilai baru dari i( k 1) dan Vi ( k 1) dengan menambahkan i dan Vi
pada nilai sebelumnya.
6. Kembali ke langkah 1 dan mengulangi proses itu dengan menggunakan nilai untuk
besar dan sudut tegangan yang ditentukan paling akhir sehingga semua nilai i
dan Vi lebih kecil dari suatu indeks ketepatan (error) yang telah ditentukan.

Contoh
load flow dengan menggunakan Metode Newton Raphson
Diketahui:
P2(0) = 1.7 P3(0) = 2.0 V1(0) = 1.0 0
1(0) = 0
|V2|(0) = 1.1249 Q3(0) = 1.
2(0) = 0 3(0) = 0
Y11 = 4-j5
Y22 = 4-j10
Y33 = 8-j15

Y12 = Y21 = 0
Y13 = Y31 = -4+j5
Y23 = Y32 = -4+j10

G11 = 4
G22 = 4
G33 = 8

G12 = G21 = 0
G13 = G31 = -4
G23 = G32 = -4

B11 = -5
B22 = -10
B33 = -15

B12 = B21 = 0
B13 = B31 = 5
B23 = B32 =10

Matriks Ybus
4 j5
4 j5 0 j 0
Ybus 0 j 0 4 j10 4 j10
4 j5 4 j10 8 j15

Bus
Generator

y23=4-j10

y13=4 - j5
3
Load bus P3=2,0
Q3=1,0

P2=1,70
|V2|=1,1249

~
V1 1,00o

Untuk hybrid sistem berlaku:


n

Pi Vi

Qi Vi

j 1
n

j 1

[Gij cos(i j ) Bij sin(i j )]


[Gij sin(i j ) Bij cos(i j )]

Vi Vi e ji Vi i

Slack

Yij = Gij + j Bij

Persamaan non linier yang digunakan


P1 V1 V1 G11 cos(1 1 ) B11 sin(1 1 ) V1 V3 G13 cos(1 3 ) B13 sin(1 3 )
P1 V1 V1 G11 V1 V3 G13 cos(1 3 ) B13 sin(1 3 )

Q1 V1 V1 G11 sin(1 1 ) B11 cos(1 1 ) V1 V3 G13 sin(1 3 ) B13 cos(1 3 )

Q1 V1 V1 B11 V1 V3 G13 cos(1 3 ) B13 sin(1 3 )

P2 V2 V2 G22 cos(2 2 ) B22 sin(2 2 ) V2 V3 G23 cos(2 3 ) B23 sin(2 3 )


P2 V2 V2 G22 V2 V3 G23 cos(2 3 ) B23 sin(2 3 )

Bus
Generator

~
P2=1,70
|V2|=1,1249

y23=4-j10

y13=4 - j5
3
Load bus P3=2,0
Q3=1,0

Slack

~
V1 1,00o

Q2 V2 V2 G22 sin(2 2 ) B22 cos(2 2 ) V2 V3 G23 sin(2 3 ) B23 cos(2 3 )

Q2 V2 V2 B22 V2 V3 G23 sin(2 3 ) B23 cos(2 3 )

P3 V3 V3 G33 cos(3 3 ) B33 sin(3 3 ) V3 V1 G31 cos(3 1 ) B31 sin(3 1 ) V3 V2 G32 cos(3 2 ) B32 sin(3 2 )
Q3 V3 V3 B33 V3 V1 G31 sin(3 1 ) B31 cos(3 1 ) V3 V2 G32 sin(3 2 ) B32 cos(3 2 )

Persamaan tersebut merupakan fungsi dari |V| dan pada tiap tiap
bus
Persamaan tersebut digunakan untuk menghitung |V| dan dari
tiap-tiap bus

Persamaan yang digunakan pada setiap iterasi adalah:


P1

1
Q1

1
P2

1
Q
2
1

P3
1

Q3
1

P1
V1

P1
2

P1
V2

P1
3

Q1
V1

Q1
2

Q1
V2

Q1
3

P2
V1

P2
2

P2
V2

P2
3

Q2
V1

Q2
2

Q2
V2

Q2
3

P3
V1

P3
2

P3
V2

P3
3

Q3
V1

Q3
2

Q3
V2

Q3
3

P1
V3

Q1

V3 1
P2 V1

V3 2

Q2 V2

V3 3

P3 V3
V3

Q3
V3

P1
Q
1

P2

Q2
P3

Q3

Penyederhanaan
1. SLACK BUS ( & V TETAP), 1
V1, P1 Q1 SAMA DENGAN NOL

2. GENERATOR BUS
(V & P TETAP), V2, P2

3. LOAD BUS

P1

1
Q1

1
P2

1
Q
2
1

P3
1

Q3
1

P1
V1

P1
2

P1
V2

P1
3

Q1
V1

Q1
2

Q1
V2

Q1
3

P2
V1

P2
2

P2
V2

P2
3

Q2
V1

Q2
2

Q2
V2

Q2
3

P3
V1

P3
2

P3
V2

P3
3

Q3
V1

Q3
2

Q3
V2

Q3
3

P1
V3

Q1

V3 1
P2 V1

V3 2

Q2 V2

V3 3

P3 V3
V3

Q3
V3

P1

Q1
P2

Q2
P3

Q3

P2

2
P
3
2
Q
3
2
P2

2
P
3
2
Q
3
2

P2
3
P3
3
Q3
3
P2
3
P3
3
Q3
3

P2

V3
2
P3
3
V3
V3
Q3

V3

P2

P3
Q3

P2

V3
2
P3
V3
3
V3
V3
Q3
V
V3
V3 3
V3

Jacobian matriks

P2
P3

Q
3


H 22 N 22 H 23 N 23 2 P2
V2
J

V2 Q2
L
J
L
22
22
23
23

H 32 N32 H 33 N33 3 P3

V3

J
L
J
L

Q
32
33
33
32
V3 3

H ij

Pi
j

Q
J ij i
j

Nij

Pi
Vj
Vj

Lij

Qi
Vj
Vj

Iterasi 1:
Nilai Perkiraan awal:

P2(0) = P2(0)(diketahui) P2(0)(dihitung)

V G
n

P2

(0)
(dihitung)

= Vi

j 1

ij

cos(i j ) Bij sin(i j )

= |V2||V1|{G21 cos (2 1) + B21 sin(2 1)}+ |V2||V2|{G22 cos (2 2) +


B22 sin(2 2)}+ |V2||V3|{G23 cos (2 3) + B23 sin(2 3)}
= |V2||V1|G21+ |V2||V2|G22 + |V2||V3|G23
= |1,1249||1,0|(0) + |1,1249|1,1249(4) + |1,1240||1,0|(-4)
= 0,562

P2(0) = P2(0)(diketahui) P2(0)(dihitung)


P2(0) = 1,7 0,562 = 1,138
P3(0) = P3(0)(diketahui) P3(0) (dihitung)

V G
n

P3

(0)
(dihitung)

= Vi

j 1

ij

cos(i j ) Bij sin(i j )

= |V3||V1|{G31 cos (3 1) + B31 sin(3 1)}+ |V3||V3|{G32 cos (3 2) + B32 sin(3 2)}
+ |V3||V3|{G33 cos (3 3) + B33 sin(3 3)}
= |V3||V1|G31+ |V3||V2|G32 + |V3||V3|G33
= |1,0||1,0|(-4) + |1,0|1,1249(-4) + |1,0||1,0|(8) = -0,4996
P3(0)

= -2 + 0,4996 = -1,5004

Q3(0)

= Q3(0)(diketahui) Q3(0) (dihitung)

V G
n

Q3

(0)
(dihitung)

= Vi

j 1

ij

sin(i j ) Bij cos(i j )

= |V3||V1|{G31 sin (3 1) - B31 cos(3 1)}+ |V3||V2|{G32 sin (3 2) - B32 cos(3 2)}+
|V3||V3|{G33 sin (3 3) - B33 cos(3 3)}
= -|V3||V1|B31- |V3||V2|B32 - |V3||V3|B33
= -|1,0||1,0|(5) + |1,0|1,1249(10) + |1,0||1,0|(-15) = -1,249
= -1 + 1.1249 = 0.1249

Q3(0)
H 22 =

P2

V2 V2 G22 cos(2 2 ) B22 sin(2 2 ) V2 V3 G23 cos(2 3 ) B23 sin(2 3 )


2 2

V2 V2 G22 V2 V3 G23 cos( 2 3 ) B23 sin( 2 3 )

2
V2 V3 G23 sin( 2 3 ) B23 cos( 2 3 )

|1.1249||1.0|[(0) + 10] =11.249


H 23 =

P2

V2 V2 G22 cos(2 2 ) B22 sin(2 2 ) V2 V3 G23 cos(2 3 ) B23 sin(2 3 )


3 3

V2 V3 G23 cos(2 3 ) B23 sin(2 3 )


3

V2 V3 G23 sin( 2 3 ) B23 cos( 2 3 )


|1.1249| |1.0| [(0) - 10]= -11.249

N 23 =

P2

V2 V2 G22 cos(2 2 ) B22 sin(2 2 ) V2 V3 G23 cos(2 3 ) B23 sin(2 3 )


V3 V3

V2 V3 G23 cos(2 3 ) B23 sin(2 3 )


V3

V2 G23 cos( 2 3 ) B23 sin( 2 3 )


|1.1249|[- 4 +(0)] = - 4.4996
P

H32 3
V3 V1 G31 cos(3 1 ) B31 sin(3 1 ) V3 V2 G32 cos(3 2 ) B32 sin(3 2 ) V3 V3 G33 cos(3 3 ) B33 sin(3 3 )
2 2

V3 V2 G32 cos(3 2 ) B32 sin(3 2 )


2

V3 V2 G32 sin(3 2 ) B32 cos(3 2 )

|1.0||1.1249| [(0) - 10] = -11.249


P

H33 = 3 V3 V1 G31 cos(3 1 ) B31 sin(3 1 ) V3 V2 G32 cos(3 2 ) B32 sin(3 2 ) V3 V3 G33 cos(3 3 ) B33 sin(3 3 )
3 3
V3 V1 G31 sin(3 1 ) B31 cos(3 1 ) V3 V2 G32 sin(3 2 ) B32 cos(3 2 )

V3 V1 B31 V3 V2 B32
|1.0||1.0| [5]+|1.0| |1.1249|[10] =16.249
P

N33 = 3
V3 V1 G31 cos(3 1 ) B31 sin(3 1 ) V3 V2 G32 cos(3 2 ) B32 sin(3 2 ) V3 V3 G33 cos(3 3 ) B33 sin(3 3 )
V3 V3

V1 G31 V2 G32 2 V3 G33

|1.0|[-4] +|1.1249|[-4] +2[8] =7.5004

J 32 =

Q3

V3 V2 G32 sin(3 2 ) B32 cos(3 2 ) V3 V3 G33 sin(3 3 ) B33 cos(3 3 )


2 2

V3 V2 G32 sin(3 2 ) B22 cos(3 2 )


2

V3 V2 G32 cos(3 2 )) B32 sin(3 2 )


|1.0||1.1249| [-(-4) + 0] = 4.4996

J 33 =

Q3

V3 V1 G21 sin(3 1 ) B31 cos(3 1 ) V3 V2 G32 sin(3 2 ) B32 cos(3 2 ) V3 V3 G33 sin(3 3 ) B33 cos(3 3 )
3 3

V3 V1 G31 cos(3 1 ) B31 sin(3 1 ) V3 V2 G32 cos(3 2 ) B32 sin(3 2 )


V3 V1 G31 ) V3 V2 G32 |1,0||1,0|(-4)+|1,0||1,1249|(-4) = -8,4996

L33

Q3

V3 V1 G31 sin(3 1 ) B31 cos(3 1 ) V3 V2 G32 sin(3 2 ) B32 cos(3 2 ) V3 V3 G33 sin(3 3 ) B33 cos(3 3 )
V3 V3

V1 G31 sin(3 1 ) B31 cos(3 1 ) V2 G32 sin(3 2 ) B32 cos(3 2 ) 2 V3 G33 sin(3 3 ) B33 cos(3 3 )
V1 B31 V2 B32 2 V3 B33 |1.0|[-5]+|1.1249|[-10]+2|1.0|[15]=13.751

Matriks Jacobian-nya adalah


11.249 11.249 4.496
J 11.249 16.249 7.5004
4.4996

8.4996 13.751

Persamaan Matriks untuk mendapatkan nilai-nilai iterasi 1 adalah:

2
11.249 11.249 4.496
3 11.249 16.249 7.5004
V3
4.4996 8.4996 13.751

V3

1.138
1.5004
0.249

2 0.2844 0.1911 0.0112 1.138


3 0.1866 0.1733 0.0334 1.5004
V3
0.0223 0.0446 0.0557 0.249
V3

2 = 0.0341 2 = 0.0341 (180/3.14) = 1.955


3 = -0.056 3 = -0,056 (180/3.14) = -3.21
V3
V3

0.0277 |V3| = -0.0277 1.0

= -0.0277

2 (1) = 2(0) + 2 = 0 +1.955 = 1.955


3(1) = 3(0) + 3 = 0 +(-3.21) = -3.21
V3(1) = V3(0) + V3 = 1 + (-0.0277) = -0.9723 pu

Nilai ini digunakan pd iterasi


berikutnya

MID
SEMESTER

Anda mungkin juga menyukai