Geothermo menggambarkan keadaan dimana fluida mencapai
permukaan dengan kenampakan berupa air panas atau fumarol, komposisi kimianya sering digunakan untuk menentukan suhu subpermukaan. Konsentrasi konstituen yang berhubungan dengan suhu dalam disebut geothermometers kimia dan penerapan dari fungsi fluida itu sebagai alat pengukur telah menjadi salah satu pencapaian utama geokimia fluida.
Kimia geothermometers
Kimia geothermometers tergantung pada keberadaan pada
kedalaman kesetimbangan mineral-cairan bergantung pada temperatur yang dipelihara selama perjalanan fluida ke permukaan. Pernyataan ini harus selalu disimpan dalam pikiran, dan compires asumsi sebagai berikut: 1. kesetimbangan cairan-mineral di kedalaman 2. temperatur reaksi bergantung pada kedalaman 3. persediaan yang cukup dari fase padat untuk membuat cairan menjadi jenuh sehubungan dengan konstituen yang digunakan untuk geothermometry 4. kembali equilibrium-diabaikan karena air mengalir ke permukaan 5. tidak ada pengenceran atau pencampuran air panas dan dingin tiga asumsi pertama, mungkin baik untuk beberapa reaksi yang terjadi di banyak tempat. Reaksi ini terjadi di lingkungan batuan yang didominasi oleh air yang terperangkap dalam pori-pori ruang membuat massa batuan lebih besar dari massa cairan tersebut. Dua yang terakhir mungkin tidak berlaku untuk cairan panas bumi yang luas, sehingga informasi yang diperoleh hanya sekitar bagian atas sistemsistem, atau suhu yang terbatas (biasanya minimum) yang terindikasi.
empiris dan kualitatif berdasarkan studi di slandia baru studi Exsperimental pada kelarutan kuarsa dilakukan oleh Kennedy (1950) dan Morey et al. (1962) membangun teori di balik penggunaan geothermometer silika. Mahon (1966) menunjukkan bahwa silika di perairan Selandia baru air geothermal dikontrol oleh kelarutan kuarsa, Fournier dan Rowe (1966) merumuskan suatu metode untuk menentukan suhu reservoir.