Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND


LEARNING BERBANTUAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
SD GUGUS I TAMPAKSIRING
I Putu Yuasa1, I Ketut Ardana2, I Nengah Suadnyana3
1,2,3
Jurusan PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: yuasasanwa@yahoo.co.id1, ketut_ardana55@yahoo.com2,
suadnyanainengah@yahoo.com3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA
siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan contextual Teaching and
Learning (CTL) berbantuan media animasi komputer dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Tampaksiring Tahun ajaran
2013/2014. Penggunakan pendekatan Eksperimen dengan rancangan Nonequivalent
Control Group Design yang dilaksanakan dalam 6 kali pertemuan dan 1 kali Post
test.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD kelas V SD Gugus I
Tampaksiring, Tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 206 siswa. Sampel ditentukan
dengan teknik Rendom Sampling yang terpilih SD N 4 Manukaya Tampaksiring
berjumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen dan SD N 6 Manukaya Tampaksiring
berjumlah 30 siswa sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data menggunakan tes yaitu
test hasil belajar, Kemudian data dianalisis dengan teknik t-test. Hasil analisis
menunjukan thitung = 3,956 dan ttabel = 2,000 untuk dk = 58 dengan taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan kriteria pengujian thitung > ttabel (3,956 > 2,000 ) maka Ho ditolak dan Ha
diterima, sehingga hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran melalui
pendekatan contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media animasi
komputer dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata post
test hasil belajar IPA kelompok eksperimen adalah 80,10 sedangkan nilai rata-rata post
test hasil belajar IPA kelompok kontrol adalah 70,65 dengan demikian nilai rata-rata post
test hasil belajar IPA kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ratarata post test hasil belajar IPA kelompok kontrol. Ini berarti terdapat pengaruh
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media animasi
komputer.
Kata kunci: Contextual Teaching and Learning, Animasi Komputer, Hasil Belajar IPA

Abstract
This study aims to determine the differences in learning outcomes between the significant
science students who take the contextual approach to learning through Teaching and
Learning ( CTL ) computer -aided animation media with students who take conventional
teaching fifth grade elementary school student groups I Tampaksiring academic year
2013/2014 . For those reasons, the design of experiments approach " Nonequivalent
Control Group Design " held in 6 meetings and 1 Post test.Populasi in this study were all
students of class V SD SD Cluster I Tampaksiring , school year 2013/2014 , amounting to

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
206 students . Sample is determined by the chosen sampling technique Rendom SD N 4
Manukaya Tampaksiring were 30 students as a class experiment and SD N 6 Manukaya
Tampaksiring class numbered 30 students as the control . Collecting data using tests that
test learning outcomes , then the data were analyzed by t - test technique . The results of
the analysis showed ttable tcount = 3.956 and = 2.000 for df = 58 with a significance level
of 5 % . Based on the testing criteria of t > t table ( 3.956 > 2.000 ) then Ho is rejected
and Ha accepted , so these results we can conclude that there are differences in science
learning outcomes significantly between students who take the contextual approach to
learning through Teaching and Learning ( CTL ) computer -aided animation media with
students who take conventional learning . The average value of post-test results of the
experimental group learned science is 80.10 while the average value of post-test results
of the control group learned science is 70.65 thus the average value of post-test results of
the experimental group learned science higher than the average value The average posttest results of the control group learned science . This approach means that there are
significant Contextual Teaching and Learning ( CTL ) computer -aided animation media .
Key words : Contextual Teaching and Learning , Animasion computer , learning result of
IPA

PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan pendidikan
yang dihadapi sekolah pada umumnya
adalah kurang optimalnya mutu pendidikan.
Hal ini dapat dilihat dari lemahnya proses
pembelajaran contohnya pada metode,
pendekatan atau model pembelajaran yang
digunakan guru masih menggunakan
pembelajaran yang konvensional. Usaha
untuk mengoptimalkan mutu pendidikan
terus dilaksanakan secara sistematis.
Pembaharuan
pendidikan
tersebut
merupakan upaya sadar yang sengaja
dilakukan
dengan
tujuan
untuk
memperbaiki praktik dengan sungguh
sungguh. Upaya untuk mengoptimalkan
mutu pendidikan salah satunya adalah
memperbaiki
kurikulum
yang
lebih
memberdayakan peserta didik. Untuk itu,
perlu dirancang sebuah kurikulum yang
berorientasi pada pencapaian tujuan
pendidikan nasional yakni menghasilkan
manusia
yang
berkualitas
dan
berkompeten. Selain itu, mutu pendidikan
juga sangat ditentukan oleh pendekatanpendekatan yang digunakan para guru
dalam
proses
pembelajaran
untuk
mencapai tujuan pendidikan. Ketepatan
dalam
menggunakan
pendekatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru
akan dapat membangkitkan motivasi dan
minat siswa terhadap materi pelajaran yang
diberikan, serta terhadap proses dan hasil
belajar siswa. Siswa akan mudah menerima
materi yang diberikan oleh guru apabila
pendekatan pembelajaran yang digunakan

tepat
dan
sesuai
dengan
tujuan
pembelajarannya.
Adapun permasalahan yang dihadapi
siswa di SD Gugus I Tampaksiring antara
lain perilaku siswa di kelas yang sering
ramai dan kurang merespon materi yang
disampaikan
oleh guru.
Selanjutnya
motivasi siswa rendah, ini dapat dilihat dari
antusias siswa dalam mengikuti pelajaran
rendah. sehingga guru harus memotivasi
terus menerus saat kegiatan pembelajaran.
Optimalnya mutu pendidikan dapat
dilihat
salah
satunya
dari
proses
pembelajaran yang berlangsung pada
sekolah tersebut, baik metode maupun
pendekatan yang digunakan. Proses
pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) belum
sepenuhnya optimal. Dari hasil observasi
yang peneliti lakukan di SD Gugus I
Tampaksiring guru masih menggunakaan
metode ceramah dan penugasan dalam
proses pembelajaran. Hal ini dapat
dibuktikan dari hasil belajar IPA tahun
pelajaran 2012/ 2013 yang masih di bawah
standar ketuntasan minimal yaitu 70 dan
standar ketuntasan kelas sesuai Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )70
persen ( Dokumen nilai ulangan ).
Menurut Muhibbin Syah (2003:27),
Pendekatan pembelajaran yang baik adalah
pendekatan yang sesuai dengan materi
yang akan disampaikan, kondisi siswa,
sarana yang tersedia serta tujuan
pembelajarannya. Umumnya pembelajaran
IPA
yang berlangsung di SD masih
menggunakan pendekatan pembelajaran

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

yang konvensional antara lain pendekatan


ekspositori. Menurut Sanjaya (2011:179)
Pendekatan
ekspositori
merupakan
pendekatan pembelajaran yang beriorentasi
pada guru (Teacher centered approach).
Dalam hal ini guru lebih aktif memberikan
informasi dalam menerangkan suatu
konsep, hal ini akan menimbulkan siswa
menjadi pasif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Kegiatan
pembelajaran
sebaiknya guru tidak hanya menyampaikan
konsep dan teori saja tetapi juga
menekankan pada bagaimana caranya
agar siswa dapat memperoleh konsep dan
teori tersebut. Agar dapat memperoleh
konsep dan teori maka siswa perlu dilatih
untuk
mengamati,
mengelompokkan,
menaksirkan, meneliti, dan kemudian
mengkomunikasikan. Guru harus dapat
menggunakan pendekatan yang tepat agar
siswa mendapatakan hasil belajar yang
memuaskan,
salah
satunya
adalah
pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL).
Pendekatan Contextual teaching and
Learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi peserta didik
dan mendorong peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan
komponen utama pembelajaran efektif,
yakni
kontruktivisme
(contructivism),
bertanya
(questioning),
menemukan
(inquiri), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), dan
penilaian
sebenernya
(authentic
assessment) menurut Depdiknas 2003
(dalam
Iru
dan
Arihi
2012:71).
Demikian halnya Sanjaya (2006:109)
mengungkapkan Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkanya dengan
situasi
kehidupan
nyata
sehingga
mendorong
siswa
untuk
dapat
menerapkanya dalam kehidupan mereka
artinya proses belajar diorientasikan pada
proses pengalaman secara langsung.
Proses belajar dalam konteks Contextual
Teaching and Learning
(CTL) tidak

mengharapkan agar siswa hanya menerima


pelajaran, akan tetapi proses mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran.
Dalam pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) siswa dituntut untuk
dapat
menangkap hubungan
antara
pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,
sebab dengan dapat mengorelasikan materi
yang ditemukan dengan kehidupan dunia
nyata, bukan saja bagi siswa materi itu
akan bermakna secara fungsional akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat di memori siswa,sehingga
tidak akan mudah di lupakan. Selain itu
dengan
penerapan
pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL)
mendorong
siswa
untuk
dapat
menerapkanya dalam kehidupan, artinya
pembelajaran Contextual Teaching and
Learning
(CTL)
bukan
hanya
mengharapkan siswa dapat memahami
materi yang akan dipelajarinya, akan tetapi
bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai prilakunya dalam kehidupan
sehari hari. Materi pembelajaran dalam
konteks Contextual Teaching and Learning
(CTL) bukan untuk ditumpuk di otak tetapi
sebagai bekal mereka dalam mengarungi
kehidupan nyata. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna
bagi
siswa.
Proses
pembelajaran
belangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan
trasnfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Pada konteks kelas, tugas guru adalah
membantu
siswa
mencapai
tujuan
pembelajaran yang
ingin dicapai.
Maksudnya,
guru
lebih
banyak
menggunakan strategi yang inovatif dari
pada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja sama untuk menemukan suatu
yang baru bagi kelas (siswa). Sesuatu yang
baru datang dari menemukan sendiri
bukan dari apa kata guru. Begitulah peran
guru di kelas yang dikelola dengan
pendekatan
kontekstual
(Contextual
teaching and Learning). (Iru dan Arihi. 2012
: 75).
Belajar aktif adalah salah satu cara
untuk mengikat informasi yang beralat
bantu pengajaran. Media yang digunakan
dalam penelitian ini adalah animasi

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

komputer. Animasi berasal dari bahasa latin


yaitu anima yang berarti jiwa, hidup
semangat. Selain itu animasi juga berasal
dari kata animation yang berasal dari kata
to anime di dalam kamus Indonesia inggris
berarti menghidupkan, menggerakan benda
mati. Menurut Reiber (dalam Munir
2012:317) Animasi bisa diartikan sebagai
gambar yang memuat objek yang seolaholah hidup, disebabkan oleh kumpulan
gambar itu berubah beraturan dan
bergantian ditampilkan. Selanjutnya Neo &
Neo (dalam Munir 2012:18) Mendefinisikan
animasi sebagai suatu teknologi yang
dapat menjadikan gambar yang diam
menjadi gambar bergerak kelihatan seolaholah gambar tersebut hidup, dapat
bergerak,beraksi dan berkata. Animasi
merupakan penggunaan komputer untuk
menciptakan gerak pada layar yang dapat
dibuat serta ditampilkan dalam berbagai
cara misalnya dalam film atau program
video. Animasi dapat menarik perhatian
siswa jika digunakan secara tepat.
Berdasarkan
penelitian,
siswa
yang
memiliki latar belakang pendidikan dan
pengetahuan rendah cendrung memerlukan
bantuan salah satunya adalah animasi
sebagai media pembelajaran. Reiber (
dalam Munir. 2012:317).Diharapkan setelah
menggunakan
pendekatan
Contextual
Teaching and Learning (CTL) disertai
media
Animasi
Komputer,
mampu
membawa perubahan ke arah yang lebih
baik, lebih memberdayakan siswa dan tidak
mengharuskan siswa menghafal faktafakta, tetapi lebih mendorong siswa untuk
membangun
sendiri
pengetahuannya
melalui
interaksi
dengan
objek,
pengetahuan awal yang mereka miliki,
pengalaman, dan lingkungan siswa. Proses
pembelajaran akan lebih efektif apabila
siswa ikut berpartisipasi di dalamnya.
Berdasarkan pada latar belakang
dan permasalahan di atas, maka peneliti
melakukan
penelitian
dengan
judul
Pengaruh
Pendekatan
Contextual
Teaching and Learning (CTL) Berbantuan
Media Animasi Komputer terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus I
Tampaksiring Tahun Ajaran 2013/2014
Adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
IPA yang signifikan antara siswa yang

mengikuti
pembelajaran
melalui
pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) Berbantuan Media Animasi
Komputer dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Gugus I Tampaksiring Tahun
Ajaran 2013/2014
METODE
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
pengaruh
pendekatan
Contekstual
teaching
and
learning
berbantuan media animasi komputer
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD
Gugus
I
Tampaksirirng,
dengan
memanipulasi variabel bebas pendekatan
pembelajaran, sedangkan variabel lain tidak
bisa dikontrol secara ketat sehingga desain
penelitian yang digunakan adalah desain
eksperimen semu (quasy exsperiment).
Desain eksperimen semu yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Nonequivalent Control Group Design.
Rancangan penelitian ini memperhitungkan
skor pre test dan skor post-test yang
dilakukan pada awal dan akhir penelitian.
Sugiyono (2010) Pre test hanya digunakan
untuk penyetaraan kelas. Dantes (2012:97)
Menyatakan bahwa pemberian pra-tes
biasanya digunakan untuk mengukur
ekuivalensi/
penyetaraan
kelompok.
Penyetaraan
di
lakukan
dengan
menggunakan
skor
ulangan
harian.
Sedangkan skor post test akan digunakan
untuk menguji hipotesis dalam penelitian
ini.
Langkah-langkah
yang
akan
ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari
tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan
dan pengakhiran eksperimen. Pada tahap
persiapan eksperimen langkah langkah
yang dilakukan yaitu: (1) menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP), mempersiapkan slide presentasi
yang berupa animasi komputer yang akan
disajikan
melalui
layar
LCD
dan
mempersiapkan
sumber
pembelajaran
sperti Lembar Kerja Siswa (LKS), Silabus,
dan Kurikulum yang nantinya digunakan
selama
proses
pembelajaran
pada
kelompok eksperimen, (2) menyusun
instrumen penelitian berupa tes hasil
belajar pada ranah kognitif untuk mengukur
hasil belajar IPA siswa dan (3) mengadakan

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

validasi instrumen penelitian yaitu tes hasil


belajar IPA. Pada pelaksanaan eksperimen
langkah-langkah yang akan dilakukan yaitu:
(1) menentukan sampel penelitian berupa
kelas dari populasi yang tersedia, (2) dari
sampel yang telah diambil kemudian diundi
untuk menentukan kelas eksperimen dan
kelas kontrol, (3) melaksanakan penelitian
yaitu memberikan perlakuan kepada kelas
eksperimen berupa pembelajaran melalui
pendekatan Contextual Teaching and
Learning berbantuan media animasi
komputer dan memberikan perlakuan
kepada kelas kontrol berupa pembelajaran
konvensional. Pada tahap pengakhiran
eksperimen langkah-langkah yang akan
dilakukan adalah memberikan pos-test
pada akhir penelitian, baik untuk kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol.
Darmadi (2011:14) menyebutkan
populasi
adalah
keseluruhan
atau
himpunan objek dengan ciri yang sama,
populasi terdiri dari orang, benda, kejadian,
waktu dan tempat dengan sifat atau ciri
yang sama. Sedangakan sampel adalah
sebagian dari populasi yang dijadikan objek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas V SD Gugus I
Tampaksiring yang terdiri dari tujuh SD
yang
berjumlah
206
siswa.
Dari
keseluruhan kelas V di SD gugus I
Tampaksiring, maka dilakukan Rendom
Sampling atau acak kelas sebagai cara
pemilihan kelas eksperimen dan kontrol.
Dari acak kelas tersebut didapatkan 2 kelas
yang digunakan dalam penelitian yaitu
kelas V SDN 4 Manukaya Tampaksiring
sebagai
kelas
eksperimen
dengan
pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) berbantuan media animasi
komputer
dan
SDN
6
Manukaya
Tampaksiring sebagai kelas kontrol dengan
pembelajaran Konvensional.
Kemudian dilakukan uji kesetaraan
terhadap nilai ulangan harian siswa dengan
analisis uji-t, sebelum dilakukan uji-t terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu: uji
normalitas dan homogenitas varian.
Uji normalitas data dilakukan
dengan menggunakan uji Chi-square (x2)
dari hasil perhitungan uji normalitas
kelompok eksperimen diperoleh hasil X2tabel
1,03 sedangkan untuk taraf signifikansi 5%
( =0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5

diperoleh X2tabel = X2(0,05:5) = 11,07 karena


X2tabel >X2hit maka Ho diterima ( gagal
ditolak). Ini berarti sebaran data skor
kelompok eksperimen berdistribusi Normal.
Sedangkan hasil perhitungan uji
normalitas kelompok kontrol sebesar
8,5433 sedangkan untuk taraf signifikansi
5% ( =0,05) dan derajat kebebasan (dk) =
5 diperoleh X2tabel = X2(0,05:5) = 11,07 karena
X2tabel >X2hit maka Ho diterima ( gagal
ditolak). Ini berarti sebaran data skor
kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Pengujian
homogenitas
varians
dilakukan dengan menggunakan uji F. Dari
hasil analisis dapat diketahui bahwa : 1)
Simpangan baku kelompok eksperimen =
6,65, 2) Varian kelompok eksperimen =
44,22, 3) Simpangan baku kelompok
kontrol = 7,73 4) Varians kelompok kontrol
= 59,73, Dari hasil perhitungan diperoleh
Fhit sebesar 1,35 sedangkan Ftabel pada
taraf signifikansi 5% dengan db pembilang
(30) dan db Penyebut (30) adalah 1,84. Ini
berarti Fhit < Ftabel, maka Ho diterima ( Gagal
Ditolak) berarti tidak terdapat perbedaan
varians masing-masing kelas atau harga
varians data dikatagorikan Homogen.
Berdasarkan hasil perhitungan uji
kesetaraan dengan analisis uji t diperoleh
ratarata kelompok eksperimen: 72.7,
Simpangan baku nilai pre test Kelompok
eksperimen : 6.65, varians kelompok
eksperimen : 44.21, rata-rata kelompok
kontrol : 71.17, simpangan baku nilai pre
test Kelompok kontrol : 7.73, varians
kelompok kontrol
: 59.80
Dari hasil perhitungan diperoleh thit
sebesar 0,85 sedangkan ttab pada taraf
signifikansi 5% (a=0,05)dengan dk =
30+30-2 (58) adalah 2,000. Ini berarti thit<
ttabel, maka Ho diterima (Gagal Ditolak)
berarti tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara skor pre test kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dari hasil uji beda pre test siswa
maka kedua kelas ini layak digunakan
dalam penelitian eksperimen atau data
dapat
dikatakan
sudah
setara.
Dalam penelitian ini data yang diperlukan
adalah data tentang hasil belajar IPA siswa.
Untuk
mengumpulkan data
tersebut

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

digunakan tes, yaitu tes untuk mengukur


hasil belajar IPA. Data yang akan
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
data hasil belajar IPA siswa kelas V SD
Gugus I Tampaksiring. Dilihat dari jenisnya
data ini termasuk data primer, dilihat dari
sifatnya data ini termasuk kuantitatif. Data
tentang hasil belajar IPA dikumpulkan
dengan menggunakan tes hasil belajar IPA.
Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data tentang hasil belajar
IPA adalah tes hasil belajar dengan
berbentuk pilihan ganda 4 option berjumlah
30 butir soal yang merupakan hasil validasi
dari 50 butir soal. Tes ini mengungkapkan
tentang penguasaan siswa terhadap
pelajaran IPA yang mereka peroleh di kelas
V. setiap soal disertai dengan empat
alternatif jawaban yang dipilih siswa (
alternatif a, b, c, dan d). Setiap item akan
diberikan skor satu bila siswa menjawab
dengan benar ( jawaban dicocokkan
dengan kunci jawaban). Serta skor nol
untuk siswa yang menjawab salah. Skor
setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan
jumlah tersebut merupakan skor variabel
hasil belajar IPA. Skor hasil belajar IPA
akan bergerak dari 0-100. Skor 0
merupakan skor minimal ideal serta 100
merupakan skor maksimal tes hasil belajar
IPA. Tes disusun oleh mahasiswa dan guru
bidang studi IPA serta melalui bimbingan
pembimbing. Tes hasil belajar IPA yang
digunakan dalam penelitian ini disusun oleh
peneliti sendiri. Sebelum tes tersebut
digunakan terlebih dahulu tes akan di uji
validitas dan reabilitasnya, daya beda dan
indeks kesukaran.
Sugiyono (2007:173) Sebuah tes
dikatakan valid apabila tes tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur Berdasarkan uji validitas
diperoleh sebanyak 36 butir soal yang valid
dan 14 soal yang tidak valid. Setelah
dilakukannya uji validitas akan dilanjutkan
dengan uji reliabilitas.
Agung (2010:48) menyatakan bahwa
suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan
hasil yang tetap. Uji reliabilitas dilakukan
terhadap butir soal yang valid saja, dengan
demikian uji reliabilitas bisa dilakukan
setelah uji validitas. Kriteria yang digunakan
untuk menentukan butir soal yang reliabel

adalah jika koefisien reliabilitas yang


didapat dari perhitungan lebih besar dari
pada koefisien yang terdapat pada table
harga kritis dari
(
),
maka tes tergolong reliabel. Dari hasil
pengujian reliabilitas tes diperoleh hasil
yaitu 0,918 maka tes hasil
belajar tergolong reliabel. Kemudian
dilakukan uji daya beda Arikunto (2003:211)
mengemukakan uji daya beda pada soal
adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai
dengan (perkembangan tinggi) dengan
siswa yang kurang (kemampuan rendah).
Untuk menentukan kelompok atas dan
kelompok bawah adalah dengan cara
mengambil masing-masing 27% dari jumlah
sampel yang digunakan untuk kelompok
atas dan kelompok bawah. Cara untuk
menentukan kelompok atas dan kelompok
bawah adalah dengan mengurutkan skor
setiap testee, dari skor tertinggi sampai
skor terendah. Setelah melakukan terjadi
pengurutan tersebut kemudian diambil 27%
kelompok atas dan 27% kelompok bawah.
Berdasarkan perhitungan uji daya
beda diperoleh hasil yaitu 0 butir soal
kategori sangat jelek, 6 butir soal kategori
jelek, 4 butir soal kategori cukup, 20 butir
soal kategori baik, 6 butir soal kategori
sangat baik. Untuk 6 butir soal yang
kategori daya beda jelek tidak digunakan
sebagai jumlah soal yang terpakai dalam
instrumen berjumlah 30 butir soal.
Dan selanjutnya dilakukan uji tingkat
kesukaran. Tingkat kesukaran (difficulty
index) dapat didefinisikan sebagai proporsi
siswa atau peserta tes yang menjawab
benar. Penerbit soal yang terlalu mudah
tidak akan merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya,
sebaliknya penerbit soal yang terlalu sukar
akan menyebabkan siswa menjadi putus
asa dan tidak mempunyai semangat untuk
mencoba lagi karena diluar jangkauanya
(Arikunto,
2003).
Berdasarkan
hasil
perhitungan uji tingkat kesukaran diperoleh
hasil yaitu 2 butir soal kategori sukar, 18
butir soal kategori sedang, dan 16 butir soal
kategori mudah.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
perhitungan
hasil
belajar IPA siswa diperoleh perhitungan
rata-rata (mean) kelompok eksperimen =
80,10,
standar
deviasi
kelompok
eksperimen = 9,07 dan varians kelompok
eksperimen = 82,31, skor maksimum
kelompok eksperimen = 93,3, skor
minimum kelompok eksperimen = 56,7
sedangkan hasil perhitungan rata-rata
(mean) kelompok kontrol = 70,65 standar
deviasi kelompok kontrol = 9,44 , varians
kelompok kontrol = 89,12, skor maksimum
kelompok kontrol = 86,7, dan skor minimum
kelompok kontrol = 53,3.
Sebelum dilakukan uji hipotesis
penelitian maka terlebih dahulu dilakukan
pengujian prasyarat. Analisis uji prasyarat
meliputi: uji normalitas data dan uji
homogenitas
varians terhadap kedua
kelompok. Uji normalitas data dilakukan
dengan menggunakan uji Chi-square (x2)
dan ketentuan harga (x2 hitung) yang
diperoleh akan dibandingkan dengan harga
x2tabel dengan derajat kebebasan (db) =
(jumlah klasifikasi-1) = (6-1) = 5 dan taraf
signifikan 5% sebesar 11,07. Berdasarkan
hasil analisis uji normalitas data diperoleh
bahwa hasil belajar dari hasil post-test
kelompok kontrol eksperimen pada tabel
harga Chi-square hitung x2 hitung = 1,316
dengan dk = 5 dan taraf signifikan 5% maka
harga x2tabel = 11,07, karena x2hitung < x2tabel
(1,316 < 11,07) maka Ho diterima atau Ha
ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa
data hasil belajar IPA kelompok eksperimen
dapat dikatagorikan berdistribusi normal.
Sedangkan hasil belajar dari hasil Post-test
kelompok kontrol pada tabel harga Chi-

square hitung x2 hitung = 3,809 dengan dk =


5 dan taraf signifikansi 5% maka harga
x2tabel = 11,07, karena x2 hitung < x2tabel (3,809
< 11.07) maka Ho diterima atau Ha ditolak.
Sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil
belajar IPA kelompok kontrol dapat
dikatagorikan berdistribusi normal. Hasil
post-test kedua kelompok baik kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol
terbukti bahwa keduanya berdistribusi
normal.
Pengujian
homogenitas
varians
dilakukan dengan menggunakan uji F. Dari
hasil analisis deskriftif dapat diketahui
bahwa : 1) Simpangan baku Kelompok
eksperimen : 9.07, 2) Varians kelompok
eksperimen: 82.31, 3) Simpangan baku
Kelompok kontrol : 9.44, 4) Varians
kelompok kontrol: 89.12. Jadi dari hasil
perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 1,083
sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5%
dengan db pembilang (30) dan db Penyebut
(30) adalah 1,84. Ini berarti Fhit ung< Ftabel,
maka Ho diterima ( Gagal Ditolak) berarti
tidak terdapat perbedaan varians masing
masing kelas atau harga varians data
dikatagorikan Homogen.
Berdasarkan
hasil
pengujian
normalitas dan homogenitas diperoleh
bahwa data yang didapatkan dari kelompok
eksperimen
dan
kelompok
kontrol
berdistribusi
normal
dan
homogen.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan
uji hipotesis dengan uji-t. Kriteria pengujian
adalah Ho ditolak jika thitung > ttabel dengan
derajat kebebasan dk = n1 + n2 -2 dan =
5%. Rangkuman hasil analisis uji-t data
hasil post-test hasil belajar IPA siswa
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Uji-t


No
1.

Kelompok
Eksperimen

N
30

2.

Kontrol

30

Dk
58

Dari tabel hasil uji-t di atas


menunjukan thitung = 3,956 dengan ttabel
2,000. Untuk dk = 58 dengan taraf
signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria

80,10

S
82,31

70,65

89,12

thitung
3,956

ttabel
2,000

pengujian thitung > ttabel (3,956 >2,000) maka


Ho ditolak dan Ha diterima artinya Terdapat
perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan
antara siswa yang mengikuti pembelajaran

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

melalui pendekatan contextual Teaching


and Learning (CTL) berbantuan media
animasi komputer dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
Berdasarkan analisis nilai skor
ulangan harian siswa kelas V SD N 4
Manukaya, Tampaksiring dan SD N 6
Manukaya, Tampaksiring tahun pelajaran
2013/2014 menunjukan keadaan sampel
yang homogen artinya data berdistribusi
normal dan memiliki varians yang tidak
berbeda secara signifikan. Ini menunjukan
bahwa sebelum diberi perlakuan (treatmen)
siswa memiliki kemampuan awal yang
sama sehingga kelompok eksperimen
diberikan perlakuan yaitu dibelajarkan
melalui pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) berbantuan media
animasi komputer dan kelas kontrol diberi
perlakuan
bibelajarkan
dengan
pembelajaran konvensional, sebanyak 6
kali pertemuan. Setelah diberi perlakuan
kemudian kedua kelompok baik kelompok
eksperimen maupun kontrol diberi tes akhir
( post-test). Dari hasil analisis penelitian
didapat bahwa rata-rata (mean) post- test
hasil belajar IPA yang dicapai pada
kelompok adalah 80,10,sedangkan ratarata (mean) post-test hasil belajar yang
dicapai pada kelompok kontrol adalah
70,65. Dengan demikian, rata-rata (mean)
post-test hasil belajar IPA pada kelompok
eksperimen lebih besar dibandingkan
dengan kelompok kontrol, ini berarti
terdapat pengaruh pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) berbantuan
media animasi komputer terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I
Tampaksiring.
Untuk perhitungan normalitas dan
homogenitas kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol data berdistribusi normal
dan homogen. Perhitungan uji hipotesis
dengan uji-t dengan taraf signifikansi 5%
dan derajat kebebasan 58 diperoleh thitung >
ttabel (3,956 >2,000) maka Ho ditolak dan Ha
diterima, sehingga terdapat
perbedaan
hasil belajar IPA yang signifikan antara
siswa yang mengikuti pembelajaran melalui
pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) berbantuan media animasi
komputer dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Penelitian ini

juga sejalan dengan penelitian yang


dilakukan oleh Budiartini (2012) dan Artini
(2012) dengan penerapan pendekatan
Contextual teaching and Learning (CTL)
dapat memberikan pengaruh terhadap hasil
belajar siswa.
Dilihat dari rata-rata (mean) hasil
belajar IPA siswa menunjukan bahwa ratarata di kelompok eksperimen lebih besar
dari kelompok kontrol, hal ini dapat dilihat
dari proses pembelajaran di kelompok
eksperimen
dengan
menggunakan
pendekatan Contextual teaching and
Learning (CTL) dengan memanfaatkan
animasi komputer dalam pelaksanaan
pembelajaranya
diawali
dengan
membangun dan menyusun pengetahuan
baru
berdasarkan
pengalamanya
(kontruktivisme)
kemudian
proses
pembelajaranya didasarkan pada pencarian
dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis (inkuiri). Mengembangkan
sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan
pertanyaan
pertanyaan(
Questioning),
menciptakan masyarakat belajar (Learning
Community) melalui kegiatan kelompok,
menghadirkan model (Modeling) sebagai
contoh pembelajaran,bisa melalui ilustrasi,
model, bahkan media yang sebenarnya.
Kemudian melakukan refleksi dari setiap
kegiatan
pembelajaran
yang
telah
dilakukan,dan melakukan penilaian secara
objektif (authentic assessment). Di dalam
pelaksanaan
proses
pembelajaran
Contextual teaching and Learning (CTL)
berbantuan media animasi komputer siswa
dibentuk menjadi 4-5 kelompok yang
bersifat heterogen untuk melakukan
pengamatan, menganalisis dan membuat
kesimpulan, dengan memanfaatkan media
animasi komputer sebagai sumber belajar
proses
pembelajaran
menjadi
lebih
menarik.
Sanjaya
(2006:109)
mengungkapkan Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkanya dengan
situasi
kehidupan
nyata
sehingga
mendorong
siswa
untuk
dapat
menerapkanya dalam kehidupan mereka
artinya proses belajar diorientasikan pada
proses pengalaman secara langsung.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Proses belajar dalam konteks Contextual


Teaching and Learning
(CTL) tidak
mengharapkan agar siswa hanya menerima
pelajaran, akan tetapi proses mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran.
Berbeda dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran
konvensional
yang
didominasi dengan metode ceramah,
diselingi dengan Tanya jawab dan
menjawab soal-soal evaluasi cendrung
berorientasi pada buku teks, dengan
pembelajaran seperti ini siswa tidak
mempunyai kesempatan untuk membangun
pengetahuan sendiri, proses pembelajaran
seperti ini memberikan dampak yang tidak
baik bagi siswa karena dirasakan tidak
menarik dan siswa cepat bosan, sehingga
siswa kurang termotivasi dan antusias
dalam kegiatan pembelajaran.
PENUTUP
1) Dari hasil belajar IPA siswa yang
diperoleh
dengan
dibelajarkan
menggunakan
pendekatan
Contextual
Teaching And Learning diketahui bahwa
terdapat 23 siswa atau 76,7% siswa
memperoleh nilai mencapai KKM dengan
kategori sangat baik, 5 siswa atau 16,7%
siswa memperoleh nilai mencapai KKM
dengan kategori baik dan 2 siswa atau
6,7% siswa memperoleh nilai di bawah
KKM. Hal ini menunjukkan bahwa 93,3%
siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) berbantuan Media
Animasi Komputer mencapai KKM yang
telah ditentukan. 2) Dari hasil belajar IPA
siswa yang diperoleh dengan dibelajarkan
menggunakan
model
pembelajaran
konvensional diketahui bahwa 6 siswa atau
20% siswa memperoleh hasil belajar IPA
dengan kategori sangat baik, 20 siswa atau
66,7% siswa memperoleh hasil belajar IPA
dengan kategori baik, dan 4 siswa atau
13,3% siswa memperoleh hasil belajar IPA
dengan
kategori
cukup.
Secara
keseluruhan diketahui bahwa terdapat 6
siswa atau 20% siswa memperoleh nilai
mencapai KKM dengan kategori sangat
baik, 14 siswa atau 46,7% siswa
memperoleh nilai mencapai KKM dengan
kategori baik dan 10 siswa atau 33,3%
siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Hal
ini menunjukkan bahwa 66,7% siswa kelas

V
yang
mengikuti
pembelajaran
konvensional mencapai KKM yang telah
ditentukan. 3) Berdasarkan analisis data
yang telah dilakukan diperoleh thitung
sebesar 3,956. Dengan menggunakan taraf
signifikansi 5% dan dk = 58 diperoleh batas
penolakan hipotesis nol sebesar 2,000.
Berarti thitung > ttabel maka hipotesis nol yang
diajukan ditolak dan menerima hipotesis
alternatif. Dapat diinterpretasikan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar IPA siswa yang dibelajarkan
menggunakan pendekatan
Contextual
Teaching And Learning (CTL) berbantuan
media animasi komputer dengan siswa
yang dibelajarkan menggunakan model
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Gugus I Tampaksiring tahun
ajaran 2013/2014. Maka dapat dinyatakan
bahwa terdapat pengaruh Pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL)
berbantuan media animasi komputer
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD
Gugus I Tampaksiring tahun ajaran
2013/2014.
Saran yang dapat disampaikan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Siswa sebaiknya dibiasakan untuk
berpikir
mandiri
serta
mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri melalui
melalui media pembelajaran yang sudah
disediakan oleh guru. Dalam hal ini guru
hanya berperan sebagai fasilitator. 2)
Dalam
kegiatan
pembelajaran
guru
diharapkan
mampu
meningkatkan
kreativitas mengajar, dan guru juga dapat
memilih media yang sesuai dengan mata
pelajaran serta materi ajar yang tentunya
membantu dalam proses pembelajran. 3)
Materi pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini terbatas hanya pada pokok
bahasan perkembangan teknologi saja
sehingga dapat dikatan bahwa hasil-hasil
penelitian terbatas hanya pada materi
tersebut. Untuk mengetahui kemungkinan
hasil yang berbeda pada pokok bahasan
lainya, peneliti menyarankan kepada
peneliti lain untuk melakukan penelitian
yang sejenis pada pokok bahasan yang
lain.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha


Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Daftar Rujukan
Agung, A.A. Gede. 2010. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Singaraja:
Jurusan
Teknologi
Pendidikan
Fakultas
Ilmu
Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arini,Ni kadek Desy. 2012. Penerapan
Pendekatan Contextual Teaching
And
Learning
(CTL)
Dengan
Menggunakan Media Untuk Hasil
Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV SD
No 3 Sempidi, Badung.
Budiartini. 2012. Penerapan Pendekatan
Contextual Teaching And Learning
(CTL)
Berbantuan
Media
Lingkungan Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV
SD Negeri 5 Benoa Kabupaten
Badung.
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.
Yogyakarta : CV Andi Offset.
Iru, dan Arihi, 2012. Analisis Penerapan,
Metode, Strategi, dan Model-Model
Pembelajaran.Bantul:
Multi
Presindo.
Munir. 2012. Multimedia konsep & aplikasi
dalam pendidikan. Bandung:
Alvabeta.
Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran Dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana
Predana Media Group.
Sanjaya,Wina. 2011. Srategi pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana
Media
Sugiyono. 2007. Statistik Penelitian.
Bandung: Alfabeta
Sugiyono.
2010.
Metode
Penelitian
Pendidian Pendekaan Kuatitatif,
kualitas dan
R&D. Bandung:
Alfabeta, CV

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar.


Jakarta:
PT.
Raja
Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai