Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

VIET
NAM

1.
2.
3.
4.

WIDA NINGSIH
CICA CAHYATI
FAUZI SUSANTO
INDRA KURNIA

SMPN
7
SUME
DANG

BENDERA VIETNAM

PETA VIETNAM

1. Keadaan Alam
1) Letak, Luas, dan Batas

Negara Vietnam secara astronomis terletak antara 8OLU 23OLU dan 102OBT-109OBT.
Wilayahnya terletak di bagian timur Asia Tenggara. Wilayah bagian utara berbatasan
dengan RRC, bagian timur dan selatan berbatasan dengan Laut Cina Selatan, di bagian
barat berbatasan dengan Teluk Siam, Kamboja, dan Laos. Luas wilayah Vietnam adalah
32.559 km2.
2) Iklim
Vietnam beriklim tropis. Di bagian tengah dan selatan udaranya panas sepanjang tahun. Di
bagian utara udaranya dingin selama bulan Desember Maret. Suhu di daerah selatan
sepanjang tahun rata-rata 28OC, sedangkan di daerah utara sekitar 30OC.
3) Bentang Alam
Vietnam terlatak di Semenanjung Indocina. Negara itu bergunung-gunung dan mempunyai
tiga dataran rendah yang luas. Dua pertiga wilayah Vietnam terdiri dari pegunungan dan
dataran tinggi. Hanya di sekitar lembah Sungai Merah tanahnya subur.
a) Wilayah Utara
Di wilayah Vietnam bagian utara terdapat banyak gunung. Selain itu, terdapat Tanah
Tinggi Tonkin Timur yang ketinggiannya lebih dari 1.000m di atas permukaan air laut
yang dilalui oleh Sungai Song Cay, Sungai Gam, dan Sungai Song Cau.
b) Wilayah Tengah
Di bagian tengah seluruhnya merupakan rangkaian pegunungan yang dinamakan rangkaian
Pegunungan Annam.
c) Wilayah Selatan
Di bagian selatan terdapat dataran yang sangat luas, yaitu Delta Sungai Mekong. Sungai
Mekong berhulu di Dataran Tinggi Tibet dan merupakan sungai terpanjang di Asia
Tenggara (4.160 km). Ketika mendekati pantai timur sungai itu bercabang-cabang yang
masing-masing membentuk delta luas yang membentang dari kota Ho Chi Minh sampai ke
Semenanjung Ca Mau.
d) Wilayah Tenggara Di wilayah ini membujur barisan Pegunungan Annam dengan
puncaknya Gunung Ngoc Linh (2.598m) dan Gunung Chu Yang Sin (2.408m).
Pegunungan ini kemudian menjadi dataran pantai berpenduduk padat.

2. Keadaan Sosial
Vietnam adalah sebuah negara berbentuk republik sosialis. Sebelum merdeka tahun 1954,
Vietnam dahulu dijajah oleh Prancis. Kepala negaranya adalah presiden dan kepala

pemerintahannya adalah perdana menteri. Ibu kota negara Vietnam adalah Hanoi.
Penduduk Vietnam berjumlah 79.832.000 jiwa, yang terdiri atas 80% penduduk asli
Vietnam. Selebihnya golongan minoritas yaitu Cina, Campa, Thai, Meo, Muong, Nung,
Lolos, dan Khmer. Penduduk Vietnam menganut agama Buddha, Konghucu, dan Taoisme.
Hanya penduduk Vietnam Selatan yang beragama Katolik Roma. Ada beberapa kelompok
kecil keagamaan yaitu Hoa-Hoa (Buddhisme) dan Cao Dai (perpaduan antara Taoisme dan
Buddhisme). Bahasa resmi yang digunakan penduduk Vietnam adalah bahasa Vietnam.
Bahasa lain yang digunakan adalah bahasa Prancis, Cina, Inggris, dan Khmer.
3. Keadaan Ekonomi
Perekonomian sebagian besar penduduk Vietnam adalah pertanian. Padi merupakan hasil
utama pertanian di Vietnam. Disamping padi, hasil pertanian yang lainnya adalah kayu,
kelapa, tebu, ubi jalar, teh, tembakau, karet, ubi kayu, dan buah-buahan. Industri di
Vietnam meliputi tekstil, semen, pupuk, kaca, dan ban. Pertambangan di Vietnam
menghasilkan emas, bijih besi, timah, gamping, fosfat, tungsten (wolfram), dan seng. Hasil
hutannya adalah bambu, kina, kayu, dan kayu manis.
1) Sektor pertanian
Hasil pertanian yang terpenting adalah beras. Hasil pertanian lainnya kopi, teh, gula,
jagung, kedelai, kapas, karet, ubi jalar, dan singkong.
2) Sektor Peternakan dan Perikanan
Hasil ternak negara Vietnam terutama kerbau, sapi, babi, dan unggas terus meningkat.
Perikanan dipusatkan di Teluk Tonkin dan daerah penangkapan ikannya di Laut Cina
Selatan.
3) Perindustrian
Kota-kota penghasil industri antara lain:
Hanoi : pusat utama pabrik semen, mesin, bahan kimia Haipong : pusat utama gelas,
porselin, tekstil Thai Nguyen : pusat industri besi baja
Nan Dinh : pusat tekstil
Ho Chi Minh City : pusat industri sepeda, rokok, kertas, semen, tekstil, penggilingan padi
Lan Thao : pusat industri superphosfat
Hac Bac : pusat industri nitrogen.
4) Pertambangan
Quang Yen di sebelah utara Hanoi terdapat endapan antrasit yang paling besar di Asia
Tenggara. Nong Song (di utara Da Nang) terdapat sedikit endapan batu bara. Bijih besi

ditambang dan diolah di Thai Nguyen (di utara Hanoi) dan di daerah selatan (Thanh Hoa,
Vinh, dan Ha Tinh). Barang tambang lain terpenting adalah fosfat (di Cao Cai), timah (di
Tinh Tuc), grafit (di Lao Kay), dan emas (di Bong Meiu).
5) Perdagangan
Ekspor utama negara Vietnam adalah : beras, karet, kopi, tebu, batu bara, bijih logam,
semen dan ikan. Sedangkan impornya berupa bahan makanan, hasil-hasil industri, minyak,
petrokimia, gandum, dan mesin-mesin.
4. Hubungan Kerjasama Negara Indonesia Dengan Vietnam
1) Hubungan Bilateral Indonesia dengan Vietnam
Kedua negara baik: Indonesia dan Vietnam telah menjalin kembali hubungan yang pernah
hubungan Indonesia dan Vietnam saat ini telah menjadi sarana untuk membina saling
pengertian dan memperkuat kerjasama antara kedua Negara, yang di laksanakan dalam :
2) Hubungan di bidang Ekonomi
Hubungan kerjasama antara Indonesia dengan Vietnam didasarkan pada Persetujuan antara
pemerintah RI dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam mengenai kerjasama ekonomi,
ilmu pengetahuan dan teknik yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri kedua negara
pada tanggal 21 Nopember 1990, dan telah diperbaharui pada tanggal 10 Nopember 2001.
Total perdagangan Indonesia dengan Vietnam pada tahun 2004 sebesar USD 664 juta atau
menurun sebesar 16.3% dibandingkan dengan tahun 2003. Sedangkan total perdagangan
tahun 2005 (Januari s/d Juli) sebesar USD 278.9 juta atau mengalami penurunan yang
relatif kecil apabila dibandingkan dengan periode yang sama dengan tahun 2004.
Nilai ekspor pada tahun 2004 sebesar USD 360,6 juta, atau meningkat sebesar 8,8%
dibandingkan dengan tahun 2003. Nilai ekspor tahun 2005 Januari-Juli sebesar USD 192,6
juta atau turun sebesar 10,18% apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun
2004. Nilai impor pada tahun 2004 mencapai USD 303,3 juta atau menurun 34,4% apabila
dibandingkan tahun 2003. Nilai impor tahun 2005 (lanuari-Juli) sebesar USD 86,2 juta
atau menurun 50,9% apabila dibandingkan periode yang sama tahun 2004. Komoditi
ekspor utama Indonesia-Vietnam adalah tekstil, bahan kimia, pupuk, barang dari logam
tidak mulia, kertas dan barang dari kertas dan damar tiruan bahan plastik, komoditi impor
utama Indonesia-Vietnam adalah minyak mentah, beras giling, makan olahan, alat listrik,
gula pasir, makanan ternak dan tekstil. Hal hal yang menghambat ekspor impor kedua
negara adalah sebagai berikut :

a)

Hambatan ekspor tetap diberlakukan bagi garment oleh karena adanya pengenaan
kuota dari negara pengimpor, Pada saat ini, pemerintah Vietnam sedang melakukan
perudndingan untuk menghapuskan kuota. Sementara itu perbandingan antara jaminan
kuota tekstil dan gartnen melalui tender terus meningkat setiap tahunnya.

b)

Adanya persepsi dari sebagian besar pengusaha Indonesia yang masih menganggap
bahwa Vietnam sebagai negara yang kurang potensial dan berbisn s di Vietnam sangat
sulit.

c)

Kegiatan perdagangan dan d stribusi di Vietnam hanya diperuntukkan bagi


perusahaan lokal. Oleh karena itu setiap perusahaan acing yang akan menjual barangbarang produksi diluar Vietnam harus menggunakan jasa agen distributor lokal. Dalam
prakteknya perusahaan asing tersebut termasuk perusahaan Indonesia sering kali
menemui kesulitan dalam memilih agen yang dapat dipercaya.

d)

Hambatan perdagangan terhadap beberapa produk utama termasuk larangan bagi


produk yang berbahaya seperti antara lain kimia beracun, senjata api, amunisi dll.

e)

Pemerintah Vietnam masih memberlakukan kebijaksanaan yaitu menetapakan tujuh


komoditi yang memMukan lisensi perdagangan dari Kementerian Perdagangan
Vietnam, yaitu antara lain; bahan bakar minyak, kaca, besi, minyak goreng, gula,
sepeda motor dan kendaraan roda empat dengan 9 tempat duduk/ kursi.

f)

Indonesia harus mencantumkan label pada produk obat-obatan yang diekspor ke


Vietnam.

Beberapa agenda yang akan dilakukan pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2005,
Dimana meningkatkan kerjasama perdagangan bilateral antar kedua negara adalah sebagai
berikut :
a)

Menindakianjuti basil dad Sidang ke-3 Komisi Bersama Indonesia-Vietnam


di bidang perdagangan. Hal-hal yang perlu ditindaklanjuti pada Sidang Komisi
Bersama yang ke-4 adalah peningkatan perdagangan Bilateral menjadi LISDI milyar

dalam waktu dekat.


b)
Pertemuan
disepakatinya Banking

bilateral
Payment

dalam

rangka

Arrangement (BPA)

pembahasan
Indonesia

untuk
Vietnam.

Sehubungan dengan hal tersebut maka Bank BNI yang ditunjuk sebagai perbankan
dari Indonesia perlu terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Bank Indonesia.

c)

Pertemuan Joint Working Committee dan Joint Technical Working


Group sebagai implementasi dari pada MoU Counter Trade yang telah ditandatangani
pada tanggal 1 April 1999.

3) Hubungan di bidang Politik


Pertama kali dibuka hubungan politik Indonesia-Vietnam dibuka pada tingkat konsulat
pada tanggal 30 Desember 1955. Pada tanggal 10 Agustus 1965 hubungan IndonesiaVietnam ditingkatkan menjadi Kedutaan Besar, namun setelah peristiwa G-30 S / PKI,
Vietnam menarik Duta Besarnya di Jakarta yang kemudian ciiikuti oleh Indonesia menarik
Duta Besarnya di Hanoi dan pada Tahun 1973 kedua negara menempatkan kembali Duta
Besamya masing-masing di Jakarta dan Hanoi. Indonesia telah tnembuka kembali
perwakilan pada tingkat Konsulat Jenderal pada bulan Mei 1993 di Ho Chi Minh City
dengan persetujuan Pemerintah Vietnam guna meningkatkan hubungan bilateral RI
Vietnam.
Hubungan baik di bidang politik secara kongkrit antara lain tercermin dalam hal-hal
sebagai berikut :
a)

Penghargaan oleh Vietnam terhadap bantuan beras Indonesia pada tahun 1986,
sewaktu Vietnam mengalami kekurangan pangan.

b)

Dukungan Vietnam terhadap terpilihnya Indonesia sebagai Ketua NonBlok.

c)

Bantuan Indonesia didalam usaha penanganan program keluarga berencana, saran


kebijaksanaan dalam bidang perminyakan, investasi, perbankan dan transpor.

d)

Dukungan Indonesia terhadap keinginan Vietnam untuk menandatangani ASEAN


Treaty of Amity and Cooperation.

e)

Bantuan-bantuan Indonesia lainnya kepada Vietnam berupa training dan


pengembangan sumber daya manusia.

f)

Berbagai kunjungan para pimpinan dan pejabat tinggi kedua negara yang mencapai
puncaknya dengan kunjungan kenegaraan Presiden Soeharto ke Vietnam pada bulan
November 1990 yang dinilai oleh pihak Vietnam sebagi kunjungan bersejarah pertama
tokoh non-sosialis ke Hanoi sejak tahun 1975.

g)

Kunjungan terpenting yang dilakukan Vietnam adalah kunjungan PM Vietnam


yang baru, Vo Van Kiet ke Indonesia pada tanggal 24 27 Oktober 1991.

4) Hubungan di bidang Pertanian


Dasar kerjasama Indonesia-Vietnam di sektor pertanian yaitu telah ditandatanganinya
Memorandum of Understanding (MOU) di sektor pertanian pada tanggal 12 Desember
1992 di Hanoi dengan lebih ditekankan pada :
a)

Pertukaran tenaga ahli untuk meningkatkan teknologi dan informasi teknik


pertanian.

b)

Pertukaran penelitian, training dan study banding

c)

Joint venture dalam bidang produksi, pemrosesan dan pemasaran komoditi


pertanian.

Pemerintah Vietnam menyatakan minalnya untuk belajar dan pengalaman Indonesia dalam
bidang pembangunan pertanian pada umunya dan IPTEK pertanian, peternakan dan
pertambakan udang pada khususnya, pemerintah Vietnam mengusulkan kepada pemerintah
Indonesia untuk mengadakan Counter Tradel imbal beli, dimana komoditi yang ditawarkan
oleh pihak Vietnam adalah beras, sementara yang diharapkan dan pemerintah Indonesia
adalah Pupuk.
5) Hubungan di bidang Kesehatan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Vietnam Phan Van Khai telah
menyetujui rencana kedua negara untuk memperkuat kerjasama bilateral bidang ekonomi,
perdagangan dan upaya memberantas flu burung, pada tanggal 13 Desember 2005 di Kuala
Lumpur, Malaysia. Selama pertemuan tersebut, kedua pemimpin juga telah menyetujui
para menteri kesehatan kedua negara itu membahas langkah-langkah untuk memerangi
wabah flu burung dalam bentuk kerjasama memasok vaksin anti virus.[26]Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menyatakan perlunya untuk meningkatkan kerjasama antar
pengusaha dari Indonesia dan Vietnam, yang merupakan bagian dari memperluas
hubungan kedua pemerintahan dan masyarakat kedua negara.
6) Hubungan di bidang Pertahanan dan Keamanan
Pada tanggal 27 Juni 2003 yang lalu, Vietnam dan Indonesia menandatangani kesepakatan
tentang perbatasan maritim kedua negara di Laut China Selatan yang berpotensi kaya
minyak setelah melalui perundingan yang berjalan selama 25 tahun. Penandatanganan itu
dilakukan di Hanoi oleh Menlu Vietnam Nguyen Dy Nien dan Menlu Hassan Wirajuda.
Acara itu disaksikan masing-masing kepala negara, Tran Duc Luong dan Megawati
Soekarno Putri. Luong dan Megawati juga mencapai kata sepakat mengenai kerangka

kerja untuk meningkatkan kerja sama bilateral di bidang politik dan ekonomi. Dokumen
ini memberikan panduan, arahan, dan prinsip-prinsip bagi hubungan Indonesia-Vietnam di
masa yang akan datang. Karena itu, kesepakatan ini sangat penting, kata Luong. Selain
itu, kedua negara juga menandatangani kesepakatan bilateral mengenai kontra
perdagangan dan penghapusan visa.
Dalam acara penandatanganan yang berlangsung di Istana Presiden itu, Presiden Megawati
memuji Kesepakatan Perbatasan Kontinental (BLK/ Batas Landasan Kontinen).
Perundingan untuk menentukan perbatasan itu telah dimulai sejak 1978. Wilayah yang
dimasukkan di dalam perundingan itu terletak di wilayah selatan Laut China Selatan, di
Uinta Semenanjung Malaysia, dan utara Pulau Kalimantan.[28] Menyusul tercapainya
kesepakatan itu, pemerintah Indonesia diperkirakan akan melanjutkan rencana eksplorasi
cadangan minyak dan gas di perairan yang terletak di sekitar pulau Natuna.
7) Hubungan di bidang Ilmu Pengetahuan dalam Teknologi
Senin 26 Februari 2006, Menteri Negara Ristek Kusmayanto Kadiman didampingi Deputi
Bidang Program RIPTEK menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Vietnam HE Mr.
NGUYEN Hoang An dan Delegasi Partai Komunis Vietnam (PKV) yang dipimpin oleh
Dr. Phan Tung Mau sebagai Wakil Direktur Departemen Ilmu Pengetahuan Alam,
Teknologi dan Lingkungan, Komisi Pusat Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan serta 4
anggota. Kunjungan bertujuan untuk mempelajari kebijakan dan peranan Indonesia tentang
masalah umum di bidang pengetahuan ilmu pegetahuan dan teknologi serta pemasaran
iptek di Indonesia, baik pada lembaga pemerintah, swasta, universitas maupun LSM.

Anda mungkin juga menyukai