Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI III

Menentukan ED50 (effective dose) Diazepam pada Tikus

Disusun oleh :
Ary Indrayuda Pratama

(20111041031126)

Rizkie Zaqiyah

(20111041031126)

Yulianita Purnamasari

(20111041031126)

Ajeng Putri Bellatrix

(20111041031126)

Apres Syahwalia

(20111041031126)

Riza Bagus Setiaji

(201110410311261)

Vita Rizki Firmanila

(201110410311262)

Prima Windiana D.

(201110410311263)

Aldila Ayu Widyastuti

(201110410311264)

Virginia Rahardiyanti P.

(201110410311268)

Rini Prayatni

(201110410311270)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


2011 2012

I.

TUJUAN:
1.Mengamati perubahan aktivitas perilaku setelah pemberian diazepam secara
intraperitoneal
2. Menentukan ED50 (dosis yang memberikan efek ) tidur diazepam

II.

DASAR TEORI
Obat hipnotik sedative menunjukkan bahwa guna terapi utamanya untuk
menyebabkan sedasi ( bersamaan dengan hilangnya asietas ) atau untuk
mendorong tidur. Sedative efektif akan mengurangi asietas dan menimbulkan
efek menenangkan dengan sedikit atau tanpa efek atas fungsi motorik. Tingkat
depresi susunan saraf pusat yang disebabkan oleh sedative minimum harus sesuai
dengan kemanjuran terapi. Obat hipnotik akan menimbulkan ngantuk serta
mendorong mulai dan dipertahankannya keadaan tidur yang sejauh mungkin
menyerupai keadaan tidur alamiah. Efek Hipnotik melibatkan depresi susunan
saraf pusat yang lebih menonjol daripada sedasi dan ini dapat di capai dengan
sebagian besar obat sedative hanya dengan meningkatkan dosis.
KLASIFIKASI KIMIAWI
Benzodiazepin merupakan obat hipnotik-sedative terpenting. Semua
struktur yang di perlihatkan merupakan 1,4-benzidiazepin dan kebanyakan
mengandung gugusan karboksamid dalam struktur cincin heterosiklik beranggota
7. Pengganti dalam posisi 7 seperti gugusan halogen attau nitro diperlukan untuk
aktivitas hipnotik-sedativa.
FARMAKOKINETIK
A. Absorpsi
Bila digunakan untuk mengobati ansietas atau kelainan tidur, maka obat kelas ini
biasanya diberikan per oral. Kecepatan absorpsi oral hipnotik-sedativa berbeda
tergantung atas sejumlah factor. Obat basa lemah seperti benzodiazepin
diabsorpsi paling efektif pada pH lebih tinggi yang ditemukan dalam duodenum,
yang bisa menjelaskan mulai efeknya yang agak lambat. Dalam lambung ( pH 12 ) , obat asam lemah seperti barbiturat dan piperidinedion tidak terionisasi serta
karena ia larut dalam lipid , maka biasanya diabsorpsi cukup cepat ke dalam
darah.
B. Distribusi
Transfer hipnotik-sedativa dalam darah merupakan proses dinamik, tempat
molekul obat masuk dan meninggalkan jaringan pada kecepatan yang tergantung
atas aliran darah, perbedaan konsentrasi dan permeabilitas. Kelarutan lipid
memainkan peranan utama dalam menentukan kecepatan hipnotik-sedativa utama

memasuki susunan syaraf pusat. Diazepam lebih larut dalam lipid dari pada
klordiazepoksid sehingga efek susunan syaraf pusat obat terakhir lebih lambat
mulainya.
C. Metabolisme
Metabolisme hati bertanggung jawab bagi bersihan atau pembuangan semua
benzodiasepin dua lintasan utama yang terlibat adalah oksidasi mikrosom, yang
mencakup n-dealkilasi atau hikroksilasi alifatik serta konjugasi berikutnya oleh
glukouranil tranferase untuk membentuk glukuronida yang di ekresikan ke dalam
urin.
D. Eksresi
Metabolis benzodiazepin yang larut air terutama di ekspresikan melalui ginjal
HUBUNGAN ANTARA DOSIS DAN JUMLAH
Hubungan antara dosis dan jumlah yang memberi reaksi suatu efek
spesifik dapat diidentifikasi dengan ED50. Terdapat distribusi simetris sekilas
garis tengah yang membagi diagram dalam dua bagian yang sama. Dosis yang
memberi reaksi dalam 50% dari individu, digunakan sebagai aktivitas (ED 50)
senyawa yang diuji. Dari kurva dosis kerja dapat ditentukan tetapan-tetapan obat
yang penting. ED50 Y : telah sering dikemukakan (dosage effectiva 50, dosis
efektif 50) adalah dosis yang menyebabkan dicapai separuh (50%) dari objek
percobaan menunjukkan efek yang diharapkan. LD 50 (dosis letalis 50, dosis letal
50) suatu hal yang berbeda dengan ED50, yaitu dosis yang menyebabkan 50%
dari hewan percobaan mati.
Koefisien terapeutik = ,50-50.
III.

ALAT DAN BAHAN


kapas, kain, spuit, kasa, klem
kandang, tikus 3 ekor
alcohol
diazepam (dosis 1mg/kgBB, 2,5mg/kgBB, 7,5mg/kgBB)

IV.

PROSEDUR KERJA
1. Bersihkan permukaan abdomen tikus dengan menggunakan kapas alcohol
2. Suntikkan pada masing-masing tikus diazepam dengan dosis 1mg/kgBB,
2,5mg/kgBB, 5mg/kgBB secara intraperitoneal
3. Amati perubahan perilaku tikus ( seperti yang tertera pada lembar
pengamatan) dengan seksama

BAGAN KERJA
Permukaan abdomen tikus

Tikus 1

1mg/kgBB

Bersihkan dengan kapas alcohol

Suntikkan (intraperitoneal)

tikus 2

2,5mg/kgBB

tikus 3

7,5mg/kgBB

Amati tikus dan catat perubahannya

menit No.eksperimen
5
10
15
30
60

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

Postur Aktvitas
tubuh
+
+
+
+
+
+
+
+
++
+
+
++
+
+
+

motorik
+
+
++
+++
++
+
++++
+
++++
++
++
+++
+
+
++

ataxia
++
+++
+
+
++
+

Righting

Test

reflex
-

kasa
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

analgesia

Ptosis

+
++
++
+
++
+
+
++
+
++
++
++
+
+
+

+
+
+
+
+
+
+
+
++
+
+
+
+
+
+

Keterangan :
1. Postur Tubuh :
+
= Jaga
= kepala dan punggung tegak
++
=Ngantuk
= Kepala tegak punggung mulai datar
+++
= Tidur
= Kepala dan punggung datar
2. Aktifitas Motor
+
= Gerak spontan
++
= Gerak spontan bila dipeggang
+++
= Gerak menurun saat dipegang
++++
= Tidak ada gerak spontan
3. Ataksia = Gerakan berjalan inkoordinasi
+
= Inkoordinasi terlihat kadang-kadang
++
= Inkoordinasi terlihat jelas
+++
= tidak dapat berjalan lurus
4. Righting Reflex
+
= Diam pada satu posisi miring
++
= Diam pada dua posisi miring
+++
= Diam saat terlentang
5. Tes Kasa

+
++
+++
++++
6. Analgesia
+
++
7. Ptosis
+
++
+++

= tidak jatuh apabila kasa dibalik dan digoyang


= jatuh apabila kasa dibalik
= jatuh apabila posisi kasa 90
= jatuh apabila posisi kasa 45
= respon berkurang ketika telapak kaki dijepit
= tidak ada respon saat telapak kaki dijepit
= ptosis <
=
= seluruh palebra tertutup

1. tentukan onset of action (mula kerja) dari perubahan perilaku seperti biasa
2. penentuan ED50 (dosis efektif) tidur dari seluruh kelas (6 kelompok)
Respon tidur (+/-) pada tikus no.
Dosis

50 mg
100 mg
150 mg

+
+

a = 3,7878

+
+
b = 16,3102

% indikasi
4
+

5
+
+
+

6
-

yg
berespon
16,67 %
50 %
83,33 %

r = 0,9897

3. Tentukan ED50 dengan menggunakan persamaan y = a+bx (menggunakan


kalkulator)
y = a + bx
50 = 3,7878 + 16,3102 x

x = 2,83 g

PEMBAHASAN
Diazepam merupakan turunan benzodiazepin yang bekerja pada sistem limbik,
thalamus, dan hipotalamus, menimbulkan efek penenang. Diazepam menimbulkan efek
antiansietas dan perlaksasi otot rangka dengan meningkatkan neurotransmitter
penginhibisi asam amino butirat (GABA). Tempat aksi untuk produksi amnesia
anterograd yang belum dikonfirmasi tanpa adanya obat-obat pendsipersi sistem saraf
pusat lainnya. Diazepam mempunyai efek minimal terhadap ventilasi dan sirkulasi.
Dari pengamatan dan hasil uji praktikum antara dosis 50 mg/ kg BB, 100 mg/ Kg
BB dan 150 mg/ Kg BB didapatkan hasil berbeda, hal ini dikarenakan kerja suatu obat
berbanding lurus terhadap dosis yang diberikan. Tes perilaku yang diuji pada penelitian
kali ini tidak hanya memakai sutu indikator saja tetapi beragam indicator hal ini
dikarenakan setiap tes perilaku saling mendukung satu sama lain dalam penafsiran hasil
respon tidur tikus. Sementara itu ptosis memiliki validitas terendah karena kebiasaan tidur
tikus tidak memejamkan mata pada saat tidur, tes analgesia juga bervaliditas rendah
karena diazepam tidak mengurangi efek nyeri, aktivatas motorik merupakan validitas
tertinggi karena efek dari diazepam sebagai depresan SSP dan berefek hipnotik dan
sedasi.
Dari hasil praktikum yang kita lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin
tinggi dosis suatu obat semakin cepat kerja suatu obat (onset of action) dan semakin
meningkat efek terapi obat tersebut.
FARMAKOKINETIK

Absorbsi dan distribusi : benzodiazepim bersifat lipofilik dan diabsorbsi


secara cepat dan sempurna setelah pemberian oral dan didistribusikan ke

seluruh tubuh.
Lama Kerja: Waktu paruh benzodiazepin penting secara klinins karena
lama kerja dapat menentukan penggunaan dalam terapi. Benzodiazepin
dibagi atas kelompok kerja jangka pendek, sedang, dan panjang. Obat

jangka panjang membentuk metabolit aktif dengan waktu paruh panjang.


Metabolisme: Kebanyakan benzoadiazepin termasuk klordiazepoksid dan
diazepam dimetabolisme oleh system metabolic mikrosomal hati menjadi

senyawa

yang

juga

aktif.

Untuk

benzodiazepin

waktu

paruh

menunjukkan kerja kombinasi dari obat asli dan metabolitnya.


Benzodiazepin dikeluarkan dalam urin sebagai metabolit glukuronat atau
metabolit oksidasi.
KETERGANTUNGAN
Ketergantungan fisikologik dan fisik dari benzodiazepin dapat terjadi jika
dosis tinggi obat diberikan dalam jangka panjang. Penghentian mendadak dapat
menimbulkan gejala putus obat, termasuk bingung, ansietas, agitasi, gelisah,
insomnia dan stress. Karena waktu paruh panjang dari beberapa benzodiazepin,
gejala putus obat dapat tidak tejadi sampai beberapa hari sampai penghentian
terapi. Benzodiazepin dengan waktu paruh pengeluaran pendek, seperti triazolam,
memacu reaksi putus obat yang lebih mendadak dan hebat dibandingkan yang
disebabkan obat-obat yang lambat dikeluarkan seperti flurazepam.

KESIMPULAN

Dosis 50 mg /kg BB, 100 mg / kg BB, dan 150 mg / kg BB didapatkan hasil yang

berbeda.
Tes aktivitas motorik merupakan validitas tertinggi karena efek dari diazepam

sebagai depresan SSP dan berefek hipnotik dan sedasi.


Tes analgesi bervaliditas rendah karena diazepam tidak mengurangi efek nyeri.
Tes ptosis memiliki validitas terendah karena kebiasan tikus tidak memejamkan

mata saat tidur.


Efikasi maksimal berbeda-beda pada masing-masing dosis disetiap tesnya.
Semakin tinggi dosis suatu obat semakin cepat kerja suatu obat (onset of action)
dan semakin meningkatkan efek terapi obat tersebut.

Daftar Pustaka
Sota omolgui. 1995. Buku saku obat-obatan anesthesia edisi 2. EGC: Jakarta
Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2008. Obat-obat penting. Elex media komputindo
Kelompok Gramedia: Jakarta.
www. Valdisreinaldo-blogspot.com.
Agoes, H. Azwar. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Widya Medika: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai