Disusun Oleh
Lindasari Safitri
Annisyah Wiradika
Dwi Fuji Lestari
(201310410311034)
(201310410311036)
(201310410311039)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Muhammadiyah Sebagai
Gerakan Islam yang Berwatak Tajdid untuk memenuhi tugas dari pembimbing dosen AIK
III.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan
serta masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu, penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya, dan pada penyusun khususnya. penyusun mengucapkan terima kasih
Penyusun
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Konten
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A.
Latar Belakang.................................................................................. 1
B.
Perumusan Masalah............................................................................ 2
C.
Tujuan Penulisan................................................................................ 2
BAB II..................................................................................................... 3
PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A.
Pengertian Tajdid............................................................................... 3
B.
C.
BAB III.................................................................................................... 9
PENUTUP................................................................................................. 9
A.
Kesimpulan...................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan dan peradaban manusia senantiasi berubah dan berkembang
dengan seiringnya perkembangan zaman. Hal ini disebebkan karena sifat dari ilmu
yang selalu dinamis. Sebagai bagian dari sebuah ilmu pengetahuan, ilmu-ilmu
islampun mengalami pergeseran paradigma. Hal ini terjadi karena ilmu-ilmu yang
lahir tidak terlepas dari bingkai sosial yang mengkonstruksi realitas yang mana
selalu mengalamu perubahan seiring dengan perkembangan peradaban manusia.
Ilmu pengetahuan termasuk juga agama, bila membuktikan dirinya sebagai bagian
dari peradaban dan historisitas manusia yang senantiasa berubah dan berkembang.
Pengetahuan dan peradaban manusia senantiasa berubah dan berkembang.
Perkembangan peradaban manusia kini sampai pada era pluralisme dan
multikulturalisme. Sebagai akibatnya adalah agama-agama yang selama ini mapan
dengan dirinya, dalam realita ditemukan problem yang makin kompleks dan
plural. Untuk itu maka, harus ada redefinisi atau pemurnian terhadap makna dan
orientasi agama, sehingga agama senatiasa relevan dengan peradaban manusia.
Agama sebagai sistem nilai, norma dan ajaran yang dominan (grand
culture), berhadapan dengan sistem nilai yang datang dari tradisi atau adat
masyarakat setempat. Sistem nilai itu lahir dari kearifan lokal (local wisdom) yang
secara turun-temurun dipegang oleh sebuah masyarakat sebagai satu ajaran yang
harus dijunjung tinggi. Berdampingannya antara agama dan budaya (kearifan)
lokal ini juga sering memicu ketegangan, konflik dan perpecahan.
Dalam konteks Muhammadiyah, meninjau ulang paradigma yang selama ini
dipegang mutlak dilakukan. Kecenderungan ini bisa dilihat dari identitas yang
melekat dalam Muhammadiyah yakni gerakan Islam murni, disamping identitas
lainnya sebagai gerakan modernisme. Sadar akan kelemahan itu, maka
Muhammadiyah mencoba untuk merumuskan ulang pandangan teologisnya,
terutama pandangannya mengenai kebudayaan.
Muhammadiyah untuk merumuskan strategi gerakan dan dakwah (nalar
gerakan), sehingga selalu relevan dengan kebutuhan zaman. Konsekuensinya,
seluruh bangunan paradgmatik yang selama ini dipegang Muhammadiyah
B. Perumusan Masalah
1. Apa pengertian dari tajdid dalam Muhammadiyah?
2. Apa saja model tajdid dalam Muhammadiyah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tajdid dalam Muhammadiyah
2. Untuk mengetahui model-model tajdid dalam Muhammadiyah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tajdid
Secara bahasa (etimologi) tajdid memiliki makna pembaharuan dan
pelakunya disebut mujaddid (pembaharu). Sedangkan dalam pengertian istilah
(terminology), tajdid berarti pembaharuan terhadap kehidupan keagamaan, baik
dalam bentuk pemikiran ataupun gerakan, sebagai respon atau reaksi atas
tantangan baik internal maupun eksternal yang menyangkut keyakinan dan sosial
umat. Dalam pengertian lain, tajdid adalah upaya untuk memperbaharui
interpretasi-interpretasi atau pendapat-pendapat ulama terdahulu terhadap ajaranajaran dasar Islam, atas dasar bahwa ajaran tersebut sedah tidak relevan dengan
tuntutan dan perkembangan zaman. Oleh karena itu, tajdid adalah usaha yang
kontinyu dan dinamis, sebab selalu berhadapan dan beinteraksi dengan historisitas
kehidupan manusia.
Dalam konteks Muhammadiyah, tajdid bertujuan untuk menghidupkan
kembali ajaran al-Qur'an dan Sunnah dan memerintahkan kaum muslimin untuk
kembali kepadanya. Adapun yang masih merupakan rumpun tajdid dalam
perspektif Muhammadiyah yang diutarakan oleh beberapa tokoh Muhammadiyah,
yaitu sebagai berikut.
1. Muhammadiyah bertujuan memurnikan ajaran al-Qur'an dan Sunnah
dari praktek-praktek takhayul, bidah dankhurafat yang dianggap
syirik. Dengan kata lain, Muhammadiyah berkepentingan mengusung
Islam murni.
2.
b.
c.
d.
e.
Pembaharuan dalam bidang etos kerja. Point ini juga menjadi focus
perhatian Muhammadiyah karena etos kerja umat Islam saat
berdirinya Muhammadiyah sangat rendah.
adalah teks-teks kitab suci yaitu Al-Quran dan Sunnah, sebab untuk
menguasai pesan agama tentunya harus menguasai bahasa Arab, sebagai
bahasa yang digunakan dalam kitab suci (al-Quran dan sunnah). Bayani
adalah pendekatan untuk: pertama, memahami dan menganalisa teks
guna menemukan tau mendapatkan makna yang dikandung dalam atau
(dikehendaki)
lafadz,.
Kedua, istinbath hukum-hukum
dari Alnusus diniyah dan Al-Quran pada khususnya. Dalam pendekatan bayani,
pendekatan teks demikian kuat, maka peran akal hanya bebas sebagai alat
pembenaran atau justifikasi atas teks difahami atau diinterpretasikan.
2.
Pendekatan Burhani
Burhani adalah pengetahuan yang diperoleh dari indera, perabaan dan
hukum-hukum logika. Burhani atau pendekatan rasional argumentatif
adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada kekuatan rasio melalui
instrument logika, (induksi, deduksi, abduksi, simbolik, proses dan lainlain) dan metode diskursif (bathiniyah). Pendekatan ini menjadikan
realitas maupun teks dan hubungan antara keduanya sebagai sumber
kajian. Dalam pendekatan burhani ini, teks dan realitas berada dalam satu
wilayah yang mempengaruhi. Teks tidak berdiri sendiri, ia selalu terkait
dengan realitas yang mengelilingi dan mengadakannya, sekaligus
darimana teks itu dibaca dan ditafsirkan. Karena burhani menjadikan
realitas dan teks sebagai sumber kajian, maka dengan pendekatan ini, ada
dua ilmu penting yaitu ilmu al-lisan dan ilmu al-mantiq. Yang
pertama membicarakan lafz-lafz, kafiyah, susunan, dan rangkaiannya
dalam ibarat-ibarat yang dapat digunakan untuk menyampaikan makna
serta cara merangkainya dalam diri manusia. Kedua, ilmu almantiq membahas tentang mufradhat dan susunan yang dengan itu dapat
disampaikan segala sesuatu yang bersifat inderawi dan hubungan yang
tetap diantara segala sesuatu tersebut, atau apa yang mungkin
mengeluarkan gambaran-gambaran dan hukum-hukum dirinya.
Tujuannya adalah untuk menetapkan aturan-aturan yang digunakan untuk
menentukan cara kerja akal, atau cara menacapai kebenaran yang
mungkin diperoleh darinya.
Yang menjadi titik tekan dalam nalar burhani adalah korespondensi;
yakni kesesuaian antara rumusan-rumusan yang diciptakan akal manusia
dengan hukum-hukum alam (al-mutabaqah baina al-aql wa nizam altabiah). Disamping itu juga ada aspek koherensi yaitu keruntutan dan
keteraturan berpikir logis dan upaya yang terus-menerus dilakukan untuk
Pendekatan Irfani
Sementara itu, melalui pendekatan irfani (perenialis-ersoterisintuitif)diharapkan mampu mengungkap hakikat atau makna terdalam
dibalik teks dan konteks Irfan mencoba untuk mencari makna hakikat
dibalik sebuah teks. Dan ini tidak dapat dilakukan oleh paradigm bayani
dan burhani tadi. Irfan mengandung beberapa pengertian antara
lain: ilmu atau marifah, metode ilhamdan kashf yang telah dikenal jauh
sebelum Islam, para ahli al-irfan mempermudah masalah ini melalui
pembeciraannya mengenai, al-naql dan al-tawzif; upaya menyingkap
wacana Qurani dan memperluas ibrah-nya untuk memperbanyak
makna. Jadi, pendekatan irfan adalah salah satu pendekatan yang
digunakan
dalam
kajian
pemikiran
Islam
oleh
para mutasawwifin dan arifin untuk
mengeluarkan
makna
batin
dari lafz danibrah; irfan juga merupakan istinbath al-marifah alqalbiyah dari Al-Quran (Hendar Riyadi 2003).
Pendekatan irfan adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu pada
instrument pengenalan batin, dhawq, qalb, wijdan, basirah, dan intuisi.
Sedangkan metode yang digunakan meliputi manhaj kashfi, dan manhaj
ikhtisafi. manhaj kashfidisebut juga manhaj marifah yang tidak
menggunakan
inder
atau
akal,
tetapi kashf dengan riyadh dan mujahadah. Manhaj ikhtisafi disebut juga
al-mumathilah (analogi) yaitu metode untuk menyikap dan menemukan
rahasia pengetahuan melalui analogi-analogi. Analogi dalam manhaj ini
mencakup: pertama, analogi berdasarkan angka atau jumlah seperti =
2/4 = 4/8, dan seterusnya. Kedua, tamthil yang meliptui silogisme dan
induksi. Dan Ketiga, surah dan askhal.
Pendekatan irfani juga menolak atau menghindar dari mitologi.
Kaumirfaniyyun tidak berusan dengan mitologi, bahkan justru
membersihkannnya dari persoalan-persoalan agama dan dengan irfani
pula irfaniyyun lebih mengupayakan menangkap hakikat yang terletak
dibalik syariah, dan yang batin (al-dalalah al-isharah, wa al-ramziyah).
Dengan memperhatikan dua metode diatas, dapat diketahui bahwa
sumber pengetahuan dalam irfan mencakup ilham/ intuisi dan teks (yang
dicari makna batinnya melalui tawil).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tajdid adalah usaha yang kontinyu dan dinamis, sebab selalu
berhadapan dan beinteraksi dengan historisitas kehidupan manusia.
2. Prinsip-prinsip tajdid yaitu pertama, seruan terhadap skriptualisme (alQur'an dan Sunnah) dengan menekankan otoritas mutlak teks suci
dengan menemukan substansi ajaran baik yang bersifat aqidah maupun
dengan penerapan praksisnya. kedua, upaya untuk mereinterpretasi
ajaran-ajaran Islam yang sesuai dengan pemahaman-pemahaman baru
seiring dengan tuntutan zaman yang kontemporer
3. Metode tajdid dalam Muhammadiyah dirumuskan manhaj pemikiran
11
DAFTAR PUSTAKA
Bandung, Filsafat (2012). Reorientasi Gerakan Tajdid Muhammadiyah, Pada:
http://filsafatbandung.blogspot.com/2012/11/reorientasi-gerakan-tajdidmuhammadiyah.html. Diakses : 13 November 2014
Pada:
http://www.muhammadiyah.or.id/id/artikel-model-tajdid-
muhammadiyah-membangun-peradaban-utama-detail-7.html
Diakses
12